Anda di halaman 1dari 2

C.

Rekomendasi dan Solusi


Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No.424/MENKES/SK/VI/2006
tentang pedoman pengendalian cacingan, ditargetkan pada tahun 2010
prevalensi kecacingan kurang dari 10% (MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA, 2017). Agar program pengendalian kecacingan dapat berjalan
lebih Utara perlu dilakukan pelatihan kepada petugas kesehatan. Pelatihan
akan meningkatkan pemahaman dan kemampuan serta kesadaran petugas
untuk melaksanakan kegiatan kecacingan. Pelatihan dilakukan secara
berjenjang dan melibatkan organisasi serta instansi terkait untuk
mendapatkan hasil yang maksimal (Fakhrizal et al., 2019).
Pencegahan sekunder cacing STH ini dapat dilakukan dengan
memeriksakan feses secara teratur ke Puskesmas, Rumah Sakit serta
menganjurkan makan obat cacing 6 bulan sekali khususnya masyarakat yang
rentan terinfeksi cacing. Pengendalian penyakit kecacingan merupakan salah
satu prioritas nasional yang dilaksanakan secara terintegrasi baik oleh
Pemerintah Pusat/Provinsi/ Kabupaten-Kota melalui pemberian obat massal
pada anak sekolah dan pra sekolah. Bagi kabupaten/kota yang endemis
filariasis, pemberian obat cacing, sudah termasuk saat POPM filariasis,
sebanyak satu kali setahun (Suriani et al., 2020).
Solusi yang dapat diberikan kepada masyarakat, agar lebih giat
menggalakkan perilaku hidup bersih dan sehat baik perorangan maupun
terhadap lingkungan sekolah dalam upaya mencegah cacingan pada anak.
Kepada orang tua agar tetap menjaga kebersihan anggota keluarga baik
kebersihan perorangan maupun kebersihan lingkungan demikian juga saat
mengolah makanan untuk anggota keluarga khususnya anak pada tahap usia
sekolah (Sigalingging et al., 2019).
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini adalah dapat diketahui
ada 3 pengaruh yang membuat pencemaran air, seperti pengaruh host, agent,
dan environtmental, dari 3 pengaruh tersebut membuat air tercemar dan
mengakibatkan banyak hal yang terjadi, seperti penyakit gatal-gatal, kualitas
air yang menurun, gagal panen, bahkan sammpai kepada hewan ternak yang
terganggu kesehatannya, dan juga membuat aktivitas sehari-hari masyarakat
daerah tercemar terganggu.
Saran
Saran yang dapat diberikan adalah semoga dengan terjadinya kejadian
tersebut, dari pihak PT memmberikan sanksi kepada pegawai yang tidak
bekerja dengan sesuai, dan diharapkan tidak terulang lagi kesalahan yang
sama, untuk pemerintah diharapkan dapat memberikan sanksi ataupun
teguran terhadap PT tersebut, dan untuk masyarakat diharapkan dapat
melakukan penanggulangan atau penggunaan alternative yang tepat untuk
mengendalikan pencemaran air yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Fakhrizal, D., Hariyati, E., Annida, Hidayat, S., & Juhairiyah. (2019). Prevalensi
dan Kebijakan Pengendalian Kecacingan di Kabupaten Hulu Sungai Utara
Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Kebijakan Pembangunan, 14(1), 31–36.
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. (2017). PERATURAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN
2017 (Vol. 87, Nomor 1,2).
Sigalingging, G., Sitopu, S. D., & Daeli, D. W. (2019). Pengetahuan tentang
Cacingan dan Upaya Pencegahan Kecacingan. Jurnal Darma Agung Husada,
6(2), 96–104.
Suriani, E., Irawati, N., & Lestari, Y. (2020). Analisis Faktor Penyebab Kejadian
Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Buaya Padang Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4), 81–88.
https://doi.org/10.25077/jka.v8i4.1121

Anda mungkin juga menyukai