Latar Belakang
Awal mulanya, Belanda mengatasi aliran air dengan kincir angin polder abad XIII yang sekarang
menjadi ikon negara tersebut. Cara kerjanya adalah kincir angin memompa air keluar dari rawa dan
menciptakan polder atau petak lahan kering. Sekitar 3.000 polder yang dikelilingi tanggul dibuat kala
itu.
Kemudian, banjir besar menghantam pada 1953 akibat terjangan air dari laut utara menerobos
dinding penahan. Banjir pada kala itu menelan 8.361 korban jiwa dan menggenangi sembilan persen
lahan pertanian di Belanda. Bencana tersebut menghasilkan pembelajaran, yang membuahkan hasil
proyek bernama Delta Works.
Proyek Delta Works ini terdiri dari peletakan 13 bendungan, termasuk penghalang, pintu air,
pengunci, dan tanggul untuk melindungi daerah di dalam dan sekitar delta sungai Rhine, Meuse,
serta Scheidt dari banjir Laut Utara.
Perlu diketahui, proyek tersebut tidak hanya melindungi dari banjir tapi juga berfungsi untuk
menyediakan air minum segar dan irigasi. Risiko banjir pun juga berkurang. Bahkan, proyek Delta
Works diakui sebagai salah satu dari Tujuh keajaiban Dunia Modern oleh Amerika Society of Civil
Engineers.
Seperti yang telah saya katakana pada latar belakang tadi, bahwa pada tahun 1953 Belanda diterjang
badai yang membanjiri hampir seluruh garis pantai Belanda. 54 tahun kemudian, badai itu terjadi lagi
namun belajar dari pengalaman sebelumnya, Belanda lebih siap dalam menghadapi badai tersebut
yakni dengan adanya Maeslantkering yaitu penghalang gelobang badai dari laut yang nantinya akan
otomatis tertutup sendiri apabila telah ada peringatan dini terkait badai yang akan dating.
PENJELASAN TENTANG MAESLANTKERING NANTI AKAN DIJELASKAN LAGI DI AKHIR.
Maeslantkering ini merupakan salah satu bagian dari mega proyek di belanda yang memiliki tujuan
utama yaitu melindungi Belanda dari banjir yaitu proyek ‘Delta Works’. Belajar dari pengalaman,
pemerintah belanda tidak mau negaranya terendam air terus menerus mengingat geografis daratan
belanda yang berada di bawah permukaan laut maka dibentuk komisi ‘Delta’ yang memiliki tugas
utama melindungi dan mengurangi peluang wilayah daratan belanda dari banjir. Untuk melengkapi
proyek Delta Works ini pemerintah belanda juga membuat rencana Room for the River. Dampak dari
program ini tidak hanya mengurangi resiko banjir namun juga memungkinkan pembangunan Kembali
permukiman berkelanjutan.
Program Room for the River mencakup empat sungai: Rhine, Meuse, Waal, dan IJssel. Di
lebih dari 30 lokasi, langkah-langkah diambil untuk memberikan ruang sungai untuk banjir
dengan aman.
MAESLANTKERING
Merupakan pelindung lebih dari 1 juta penduduk Rotterdam dari banjir. Beroperasi sejak 1997,
diresmikan oleh ratu Beatrix setelah 6 tahun pembangunan, terbentang pada sebuah kanal yang
menghubungkan sungai Rhine dan Laut utara di bagian selatan Belanda, sepanjang 360 meter.
Menyerupai gerbang besar yang dapat terbuka dan tertutup, yang memiliki tinggi 22 meter terbuat
dari besi yang cukup tebal, kuat dan rapat sehingga dapa menahan air masuk.
Cara kerja
. Gerbang itu terhubung dengan system computer yang terhubung dengan data cuaca dan
permukaan laut.
Pada cuaca normal, gerbang itu akan terbuka selebar 360 meter yang memberi ruang yang cukup
untuk kapal untuk lewat.
Namun, pada saat gelombang badai terdeteksi sudah 3 meter di atas permukaan laut, gerbang itu
akan tertutup secara otomatis. 4 jam sebelum prosedur penutupan, kapal-kapal yang akan melintasi
jalur ini akan diperingatkan, dan dua jam sebelum penutupan lalu lintas yang ada di Nieuwe
Waterweg terhenti. Tiga puluh menit sebelum penutupan, bagian sisi yang kering dari gerbang ini
akan mulai kebanjiran. Setelah itu, gerbang akan mulai mengapung dan dua ‘lokomobil’ yang
menggerakkan gerbang ini akan menggerakkan gerbang satu sama lain. Jika lebar celah telah
mencapai 1,5 meter, air akan dibiarkan masuk, sehingga gerbang itu akan terendam ke dalam dasar
saluran air. Di bagian bawah yang akan menjadi tempat gerbang ini ditutup itu telah digali dengan
prosedur yang cukup rumit dan kemudian dilapisi oleh pecahan batu, sehingga Ketika pintu gerbang
ini benar-benar tertutup akan kedap dengan air. Ketika pintu gerbang itu harus ditutup dengan waktu
yang cukup lama, air-air yang terhalang masuk itu akan dialirkan ke laut utara sehingga tidak akan
membanjiri Belanda. Diperkirakan gerbang ini akan tertutup setiap 10 tahun sekali dengan perkiraan
gelombang badai yang akan terjadi di kemudian hari.
Gerbang serupa
ECODRAINASE
Selain memanfaatkan kecanggihan bendungan yang di mega proyek ‘Delta Works’ belanda juga
memiliki system ecodrainage. co artinya ekologi yaitu hal berkaitan dengan alam, sedangkan drainase
adalah “mengalirkan”. Selain mampu berkontribusi mengurangi peluang banjir, sistem ini mampu
menjaga kualitas air. Ekodrainase berasal dari pemikiran eco-hidrology yang pertama kali dikenalkan
tahun 1982 oleh peneliti Belanda, Van Wirdum. Pada dasarnya ia ingin menemukan keterkaitan
antara unsur air dengan unsur vegetasi.
Air hujan yang turun (English: stormwater) dipilah menjadi 2 yaitu air yang dianggap kotor dan air
yang dianggap bersih. Air yang dianggap bersih itu contohnya air hujan yang mengalir dari atap
rumah, sedangkan air kotor itu air yang jatuh dari permukaan jalan apalagi jalan yang penuh
kendaraan bermotor. Air yang tergolong bersih tadi dialirkan ke suatu tanah rerumputan yang
bernama “wadi”. Di sana air disaring rerumputan sehingga dapat langsung terserap ke dalam tanah.
Pemerintah Utrecht sadar bahwa tidak semua air harus langsung dialirkan ke kanal dan sungai
kemudian ke laut. Volume air buangan mengalir (run-off) harus dikurangi agar tidak terlalu
membebani sistem bendungan di tepi laut.
Selain memanfaatkan Wadi, Pemerintah Kota Utrecht di Leidsche Rijn (sebuah area perumahan di
tepi barat kota) memanfaatkan median jalan dari bahan paving. Ya, sistem ini yang sudah sering
diimplementasikan di Indonesia. Tujuannya agar air-air yang turun tadi bisa langsung terserap ke
dalam tanah. Jadi Pemerintah Belanda tidak hanya berorientasi saja kepada “bagaimana cara
mengalirkan air buangan”, tetapi juga “bagaimana membangun daerah resapan air yang
berkelanjutan”.