Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Sejarah Singkat SMK YPE Sawunggalih Kutoarjo

SMK YPE Sawunggalih Kutoarjo dengan alamat Jl. Semawung

daleman, Kutoarjo Dengan batas-batas : sebelah utara berbatasan dengan

tanah perumahan penduduk, sebelah selatan berbatasan dengan tanah

perumahan penduduk, sebelah barat berbatasan dengan tanah perumahan

penduduk dan sebelah timur berbatasan dengan jalan raya ketawang.

SMK YPE Sawunggalih Kutoarjo berdiri mulai tahun 1966, sampai

sekarang ini mempunyai 6 jurusan yaitu: Teknik Komputer Jaringan, Teknik

dan Bisnis Sepeda Motor, Busana Butik, Akutansi, Administrasi

Perkantoran, Dan Pemasaran.

2. Kondisi Sekolah

a. Sarana dan prasarana

Sekolah Menengah Kejuruan YPE Sawunggalih Kutoarjo memiliki

sarana dan prasarana kegiatan belajar sebagai berikut :

1) Laptop, 2) LCD Proyektor, 3) White board, 4) Spidol, 5 Buku-buku

pegangan siswa.

b. Keadaan gedung

1) Bangunan gedung : milik sendiri/yayasan

2) Lokasi : Jln Semawung Daleman, Kutoarjo

54
55

3) Keadaan Bangunan :

a) Ruang belajar : 27 Ruang

b) Ruang Kepala sekolah : 1 Ruang

c) Ruang guru : 1 Ruang

d) Ruang Tata usaha : 1 Ruang

e) Ruang perpustakaan : 1 Ruang

f) Ruang lab. kejuruan : 6 Ruang

g) Ruang ibadah/mushola : 1 Ruang

h) Ruang dapur sekolah : 1 Ruang

i) Ruang OSIS : 1 Ruang

j) Ruang unit produksi : 3 Ruang

k) Ruang koperasi : 1 Ruang

l) AULA : 1 Ruang

m) Gudang : 1 Ruang

n) WC guru : 6 Ruang

o) WC murid : 19 Ruang

c. Keadaan Murid

Jumlah siswa yang ada di SMK YPE Sawunggalih Kutoarjo tahun

pelajaran 2019/2020 sebanyak 1468 orang siswa, yang terdiri dari 298

siswa laki-laki dan 1170 siswa perempuan, jumlah ini adalah jumlah

keseluruhan dari kelas X sampai dengan kelas XII dan dari seluruh

program keahlian yang ada.


56

d. Keadaan guru

SMK YPE Sawunggalih Kutoarjo tahun pelajaran 2019/2020

mempunyai 71 tenaga pengajar dan 11 karyawan.

B. Penyajian Data

Pada bagian ini akan dibahas dua penyajian data yaitu : perubahan sikap

dan perilaku siswa dalam pembelajaran mata diklat K3 melalui metode

pembelajaran PQ4R, dan peningkatan hasil belajar siswa pada mata diklat K3

setelah penerapan metode PQ4R.

1. Perubahan Sikap dan Perilaku Siswa

Perubahan sikap siswa dalam pembelajaran mata diklat K3 meliputi

dua pertemuan yaitu siklus I dan siklus II. Perubahan sikap yang didapat

dalam pembelajaran mata diklat K3 pada siswa kelas X TBSM SMK YPE

Sawunggalih Kutoarjo. Hasil nontes pada siklus I dan II diperoleh dari hasil

observasi, jurnal, dan dokumentasi.

a. Hasil Observasi

Observasi siklus I dan II dilaksanakan pada siswa kelas X TBSM

SMK YPE Sawunggalih Kutoarjo, selama proses pembelajaran mata

diklat K3 berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui perilaku

belajar siswa secara keseluruhan.

Pada kegiatan observasi, peneliti mencatat aktivitas siswa secara

keseluruhan selama melaksanakan proses pembelajaran mata diklat K3

melalui metode PQ4R. Kegiatan observasi dilakukan dengan tujuan

mengetahui respon perilaku belajar siswa selama mengikuti proses


57

pembelajaran mata diklat K3 melalui metode PQ4R. Hasil observasi

siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1. Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II
No. Aspek yang diobservasi
Frekuens Persentase Persentase
Frekuensi
i (%) (%)
Positif
1 Perhatian siswa 22 73,3 28 93,3
2 Siswa mengikuti pembelajaran 20 66,7 28 93,3
3 Respon positif siswa 26 86,7 30 100
4 Siswa aktif bertanya 23 76,7 28 93,3
5 Siswa mengikuti instruksi Guru 25 83,3 30 100
6 Siswa mengerjakan tugas 26 86,7 30 100
Negatif
7 Siswa menyepelekan guru 8 26,7 2 6,7
8 Siswa pasif dalam bertanya 10 33,3 2 6,7
Siswa merespon negatif terhadap
9 4 13,3 0 0
metode memahami
10 Siswa malas menjawab pertanyaan 7 23,3 2 6,7
11 Siswa tidak menyelesaikan tugas 5 16,7 0 0
12 Siswa mencontek saat tes 4 13,3 0 0

1) Siklus I

Pada lembar hasil observasi siklus I, peneliti dapat mengetahui

kondisi perilaku siswa dalam menerima pembelajaran mata diklat K3.

Selama pembelajaran mata diklat K3 melalui metode PQ4R, tidak

semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal ini

disebabkan metode yang digunakan peneliti merupakan hal yang baru

bagi siswa sehingga perlu adanya penyesuaian baik dengan metode

maupun dengan peneliti sebagai pendidik.

Hasil observasi pada siklus I dalam aspek positif diperoleh 22

siswa atau sebesar 73,3% yang memperhatikan dan merespon dengan


58

antusias, 20 siswa atau sebesar 66,7% yang aktif berpartisipasi dalam

berdiskusi, 26 siswa atau sebesar 86,7% merespon positif terhadap

metode yang digunakan guru, 23 siswa atau sebesar 76,7% yang aktif

menjawab dan selalu bertanya apabila menemukan kesulitan, 25 siswa

atau sebesar 83,3% yang mengikuti dan melaksanakan instruksi guru,

dan 26 siswa atau sebesar 86,7% yang mengerjakan tugas dengan

perilaku yang baik.

Pada aspek negatif diperoleh 8 siswa atau sebesar 26,7% yang

menyepelekan guru, 10 siswa atau sebesar 33,3% yang cenderung

pasif, 4 siswa atau sebesar 13,3% yang merespon negatif terhadap

metode yang digunakan guru, 7 siswa atau atau sebesar 23,3% yang

pasif bertanya mengenai materi K3, 5 siswa atau sebesar 16,7% yang

tidak menyelesaikan tugas, dan 4 siswa atau sebesar 13,3% yang

melihat pekerjaan teman pada saat mengerjakan tes.

Kesimpulan hasil observasi pada siklus I diperoleh bahwa

pembelajaran mata diklat K3 melalui metode PQ4R mempengaruhi

perilaku belajar siswa dan siswa sangat antusias dan bersemangat

dalam mengikuti pembelajaran mata diklat K3, beberapa siswa mulai

aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Namun, pada saat

pembelajaran berlangsung perilaku negatif siswa dalam mengerjakan

tugas melalui metode PQ4R banyak ditemukan. Contohnya, masih

banyak siswa yang merespon negatif pada mata diklat K3 melalui


59

metode PQ4R, siswa lebih suka bercanda dan berbicara sendiri saat

guru menjelaskan materi.

Tampak pula siswa yang belum aktif dalam kegiatan

pembelajaran dan beberapa siswa masih belum percaya diri dalam

mengerjakan tes siklus I. Jadi dengan dilaksanakan kegiatan observasi

dapat diketahui bahwa perilaku belajar siswa masih perlu diperbaiki.

Peneliti harus memperbaiki rencana pembelajaran untuk mengatasi

masalah yang ada pada siklus I sehingga mata diklat K3 melalui

metode PQ4R menjadi lebih baik pada siklus berikutnya.

2) Siklus II

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II diketahui perilaku

siswa pada proses mata diklat K3 melalui metode PQ4R sudah baik.

Pada proses pembelajaran mata diklat K3, perilaku positif siswa pada

saat pembelajaran meningkat dan perilaku negatif siswa berkurang.

Hasil observasi pada siklus II dalam aspek positif diperoleh 30

siswa atau sebesar 100% yang memperhatikan dan merespon dengan

antusias, 28 siswa atau sebesar 93,3% yang aktif berpartisipasi, 30

siswa atau sebesar 100% merespon positif terhadap metode yang

digunakan guru, 28 siswa atau sebesar 93,3% yang aktif menjawab

dan selalu bertanya apabila menemukan kesulitan, 30 siswa atau

sebesar 100% yang mengikuti instruksi guru, dan 30 siswa atau

sebesar 100% yang mengerjakan tugas dengan perilaku yang baik.


60

Pada aspek negatif tidak ada siswa yang menyepelekan guru, 2

siswa yang cenderung pasif atau sebesar 6,7%, tidak ada siswa yang

merespon negatif terhadap metode yang digunakan guru, 2 siswa atau

atau sebesar 6,67% yang pasif bertanya mengenai materi K3, tidak ada

siswa yang tidak menyelesaikan tugasnya ,dan tidak ada siswa yang

melihat pekerjaan teman pada saat mengerjakan tes.

Kesimpulan hasil observasi pada siklus II diperoleh bahwa mata

diklat K3 melalui metode PQ4R sangat mempengaruhi belajar siswa.

Pada saat peneliti memilih metode PQ4R, siswa terlihat bersemangat

dan antusias. Setelah peneliti mulai memberikan tugas melalui metode

PQ4R, siswa aktif bertanya jika mengalami kesulitan, dan aktif dalam

mengerjakan tugas tersebut.

b. Jurnal

Hasil jurnal siswa menunjukkan bahwa siswa yang menyatakan

perasaan senang selama mengikuti mata diklat K3 sebanyak 30 siswa

atau sebesar 100 % dan siswa yang menyatakan perasaan tidak senang

selama mengikuti mata diklat K3 tidak ada. Siswa yang menyatakan

bahwa mereka tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas mata

diklat K3 melalui metode PQ4R sebanyak 29 siswa atau sebesar 96,7%

dan siswa yang menyatakan kesulitan dalam mengerjakan tugas mata

diklat K3 melalui metode PQ4R sebanyak 1 siswa atau sebesar 3,3 %.

Siswa yang memberikan tanggapan baik atau menyukai mata diklat

K3 melalui metode PQ4R yang digunakan oleh penulis sebanyak 30


61

siswa atau sebesar 100 % dan siswa yang memberikan tanggapan kurang

baik atau tidak menyukai mata diklat K3 melalui metode PQ4R sebesar 0

%.

Siswa yang memberikan kesan positif terhadap gaya mengajar yang

dilakukan oleh penulis sebanyak 28 siswa atau sebesar 93,3 % dan siswa

yang memberikan kesan negatif terhadap gaya mengajar yang dilakukan

oleh penulis sebesar 6,7 %. Siswa yang memberikan saran yang

membangun dalam pembelajaran mata diklat K3 melalui metode PQ4R

sebanyak 30 siswa atau sebesar 100 % dan siswa yang memberikan saran

yang kurang membangun dalam pembelajaran mata diklat K3 melalui

metode pembelajaran PQ4R sebesar 0 %.


62

Tabel 4.2. Perbandingan Jurnal Siswa terhadap Pembelajaran Pada Siklus I

Siklus I Siklus II
No ASPEK Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban
Ya Persentase Tidak Persentase Ya Persentase Tidak Persentase
Menurut saya mata diklat K3 sangat
1 25 83,3% 5 16,7% 30 100% 0 0%
menyenangkan.
Penggunaan metode membaca dan
2 memahami dalam pembelajaran mata 26 86,7% 4 13,3% 29 96,7% 1 3,3%
diklat K3 mudah dimengerti.
Saya tertarik pada mata diklat K3
3 melalui metode membaca dan 28 93,3% 2 6,7% 30 100% 0 0%
memahami
Saya mudah mengerjakan dan
mempresentasikan tugas mata diklat
4 20 66,7% 10 33,3% 28 93,3% 2 6,7%
K3 melalui metode membaca dan
memahami
Dengan menggunakan metode PQ4R,
5 saya mendapat pengalaman langsung 28 93,3% 2 6,7% 30 100% 0 0%
dalam kegiatan presentasi.
Saya lebih fokus dalam belajar dengan
6 25 83,3% 5 16,7% 30 100% 0 0%
menggunakan metode PQ4R
Dengan menggunakan metode PQ4R
7 membuat pembelajaran K3 tidak 26 86,7% 4 13,3% 29 96,7% 1 3,3%
membosankan
Penggunaan metode membaca dan
8 memahami membuat pembelajaran K3 25 83,3% 5 16,7% 30 100% 0 0%
cepat dipahami
Saya merasa tidak suka dengan mata
9 diklat K3 melalui metode membaca 5 16,7% 25 83,3% 0 0% 30 100%
dan memahami
Saya kurang paham belajar mata diklat
10 K3 dengan metode membaca dan 4 13,3% 26 86,7% 1 3,3% 29 96,7%
memahami
Menurut saya, pembelajaran K3
11 melalui metode membaca dan 2 6,7% 28 93,3% 0 0% 30 100%
memahami itu sangat monoton.
Saya merasa sulit mengerjakan tugas
12 dengan metode membaca dan 10 33,3% 20 66,7% 2 6,7% 28 93,3%
memahami
Penjelasan guru tentang langkah-
langkah mengerjakan tugas pada mata
13 2 6,7% 28 93,3% 0 0% 30 100%
diklat K3 melalui metode PQ4R sulit
dipahami.
Dengan menggunakan metode PQ4R
14 membuat pembelajaran K3 jadi 5 16,7% 25 83,3% 0 0% 30 100%
mebosankan
Penggunaan metode membaca dan
15 memahami membuat pembelajaran K3 4 13,3% 26 86,7% 1 3,3% 29 96,7%
tidak praktis
63

Dari hasil tabel jurnal siswa dalam pembelajaran mata diklat K3

melalui metode PQ4R pada siswa dapat dijelaskan sebagai berikut ini.

1) Siklus I

a) Menurut saya mata diklat K3 sangat menyenangkan dengan

jawaban ya memperoleh respon 25 siswa atau sebesar 83,3% dan

pada jawaban tidak memperoleh respon 5 siswa atau sebesar

16,7%.

b) Penggunaan metode PQ4R dalam pembelajaran mata diklat K3

mudah dimengerti dengan jawaban ya memperoleh respon 26 siswa

atau sebesar 86,7% dan pada jawaban tidak memperoleh respon 4

siswa atau sebesar 13,3%.

c) Saya senang dan tertarik dalam diklat K3 melalui metode PQ4R

dengan jawaban ya diperoleh respon 28 siswa atau sebesar 93,3%

dan pada jawaban tidak diperoleh respon 2 siswa atau sebesar

6,7%.

d) Saya mudah mengerjakan dan mempresentasikan tugas mata diklat

K3 melalui metode PQ4R pada jawaban ya diperoleh 20 siswa atau

sebesar 66,7% dan pada jawaban tidak diperoleh respon 10 siswa

atau sebesar 33,3%.

e) Melalui metode PQ4R, saya mendapat pengalaman langsung dalam

kegiatan presentasi pada jawaban ya diperoleh 28 siswa atau

sebesar 93,3% dan pada jawaban tidak didiperoleh 2 siswa atau

sebesar 6,7%.
64

f) Saya lebih fokus belajar mata diklat K3 dengan metode PQ4R,

jawaban ya memperoleh respon 25 siswa atau sebesar 83,3% dan

pada jawaban tidak memperoleh respon 5 siswa atau sebesar

16,7%.

g) Penggunaan metode PQ4R dalam pembelajaran mata diklat K3

tidak membosankan dengan jawaban ya memperoleh respon 26

siswa atau sebesar 86,7% dan pada jawaban tidak memperoleh

respon 4 siswa atau sebesar 13,3%.

h) Menurut saya mata diklat K3 lebih mudah dipahami dengan

jawaban ya memperoleh respon 25 siswa atau sebesar 83,3% dan

pada jawaban tidak memperoleh respon 5 siswa atau sebesar

16,7%.

i) Saya merasa tidak suka dengan mata diklat K3 dengan metode

PQ4R pada jawaban ya diperoleh respon 5 siswa atau sebesar

16,7% dan pada jawaban tidak memperoleh respon 25 siswa atau

sebesar 83,3%.

j) Saya kurang paham tentang mata diklat K3 melalui metode PQ4R

pada jawaban ya diperoleh respon 4 siswa atau sebesar 13,3% dan

pada jawaban tidak diperoleh respon 26 siswa atau sebesar 86,7%.

k) Menurut saya pembelajaran K3 melalui metode PQ4R itu sangat

monoton pada jawaban ya diperoleh respon 2 siswa atau sebesar

6,7% dan pada jawaban tidak diperoleh 28 siswa atau 93,3%.


65

l) Saya merasa sulit mengerjakan tugas melalui metode PQ4R pada

jawaban ya diperoleh respon 10 atau sebesar 33,3% dan pada

jawaban tidak diperoleh 20 siswa atau sebesar 66,7%.

m)Penjelasan guru tentang langkah-langkah mengerjakan tugas mata

diklat K3 melalui metode PQ4R sulit dipahami pada jawaban ya

diperoleh 2 siswa atau sebesar 6,7% dan pada jawaban tidak

diperoleh respon 28 siswa atau sebesar 93,3%.

n) Saya merasa bosan dengan mata diklat K3 dengan metode PQ4R

pada jawaban ya diperoleh respon 5 siswa atau sebesar 16,7% dan

pada jawaban tidak memperoleh respon 25 siswa atau sebesar

83,3%.

o) Saya merasa mata diklat K3 melalui metode PQ4R menjadi tidak

praktis, pada jawaban ya diperoleh respon 4 siswa atau sebesar

13,3% dan pada jawaban tidak diperoleh respon 26 siswa atau

sebesar 86,7%.

Berdasarkan jurnal siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran mata diklat K3 melalui metode PQ4R lebih mudah dan

menyenangkan, karena melalui metode PQ4R, siswa lebih mudah

mengerjakan tugas yang diberikan. Namun, dari hasil jurnal siswa juga

diperoleh pendapat bahwa mengerjakan tugas mata diklat K3 melalui

metode PQ4R sangat monoton dan siswa kesulitan dalam memaparkan

tugas-tugasnya, sehingga pada siklus berikutnya peneliti harus lebih

meningkatkan sikap dan perilaku siswa agar lebih baik.


66

2) Siklus II

Dari hasil tabel minat siswa dalam pembelajaran mata diklat K3

melalui metode PQ4R siswa dapat dijelaskan sebagai berikut ini.

a) Menurut saya mata diklat K3 sangat menyenangkan dengan

jawaban ya memperoleh respon 30 siswa atau sebesar 100% dan

tidak ada siswa yang merespon jawaban tidak atau sebesar 0%.

b) Melalui metode PQ4R dalam pembelajaran mata diklat K3 mudah

dimengerti dengan jawaban ya memperoleh respon 29 siswa atau

sebesar 96,7% dan pada jawaban tidak memperoleh respon 1 siswa

atau sebesar 3,3%.

c) Saya senang dan tertarik dalam diklat K3 melalui metode PQ4R

dengan jawaban ya diperoleh respon 30 siswa atau sebesar 100%

dan tidak ada siswa yang merespon jawaban tidak atau sebesar 0%.

d) Saya mudah mengerjakan dan mempresentasikan tugas mata diklat

K3 melalui metode PQ4R pada jawaban ya diperoleh 28 siswa atau

sebesar 93,3% dan pada jawaban tidak diperoleh respon 2 siswa

atau sebesar 6,7%.

e) Melalui metode PQ4R, saya mendapat pengalaman langsung dalam

kegiatan presentasi pada jawaban ya diperoleh 30 siswa atau

sebesar 100% dan tidak ada siswa yang menjawab tidak atau

sebesar 0%.

f) Saya lebih fokus belajar mata diklat K3 dengan metode PQ4R,

dengan jawaban ya memperoleh respon 30 siswa atau sebesar


67

100% dan tidak ada siswa yang merespon jawaban tidak atau

sebesar 0%.

g) Melalui metode PQ4R dalam pembelajaran mata diklat K3 tidak

membosankan, dengan jawaban ya memperoleh respon 29 siswa

atau sebesar 96,7% dan pada jawaban tidak memperoleh respon 1

siswa atau sebesar 3,3%.

h) Mata diklat K3 lebih cepat dipahami melalui metode PQ4R dengan

jawaban ya diperoleh respon 30 siswa atau sebesar 100% dan tidak

ada siswa yang merespon jawaban tidak atau sebesar 0%.

i) Saya tidak suka dengan mata diklat K3 melalui metode PQ4R pada

jawaban ya diperoleh respon 0 siswa atau sebesar 0% dan pada

jawaban tidak memperoleh respon 30 siswa atau sebesar 100%.

j) Saya kurang paham tentang mata diklat K3 melalui metode PQ4R

pada jawaban ya diperoleh respon 1 siswa atau sebesar 3,3% dan

pada jawaban tidak diperoleh respon 29 siswa atau sebesar 96,7%.

k) Menurut saya pembelajaran K3 melalui metode PQ4R itu sangat

monoton pada jawaban ya diperoleh respon 0 siswa atau sebesar

0% dan pada jawaban tidak diperoleh 30 siswa atau 100%.

l) Saya merasa sulit mengerjakan tugas melalui metode PQ4R pada

jawaban ya diperoleh respon 2 atau sebesar 6,7% dan pada jawaban

tidak diperoleh 28 siswa atau sebesar 93,3%.

m)Penjelasan guru tentang langkah-langkah mengerjakan tugas mata

diklat K3 melalui metode PQ4R sulit dipahami pada jawaban ya


68

diperoleh 0 siswa atau sebesar 0% dan pada jawaban tidak

diperoleh respon 30 siswa atau sebesar 100%.

n) Saya merasa bosan dengan mata diklat K3 melalui metode PQ4R

pada jawaban ya diperoleh respon 0 siswa atau sebesar 0% dan

pada jawaban tidak memperoleh respon 30 siswa atau sebesar

100%.

o) Belajar mata diklat K3 melalui metode PQ4R sangat tidak praktis,

pada jawaban ya diperoleh respon 1 siswa atau sebesar 3,3% dan

pada jawaban tidak diperoleh respon 29 siswa atau sebesar 96,7%.

Berdasarkan jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran mata diklat K3 melalui metode PQ4R, siswa dapat

terlatih dan lebih mudah dalam mengerjakan tugas. Melalui metode

PQ4R, siswa mendapat pengalaman baru dalam mengerjakan dan

mempresentasikan tugas. Siswa merasa senang dengan metode PQ4R

sehingga siswa dapat lebih kreatif dalam mengerjakan tugasnya

sendiri.

c. Dokumentasi

Hasil dokumentasi pada siklus I dan II pada pembelajaran mata

diklat K3 melalui metode PQ4R, keadaan siswa pada saat mengerjakan

tugas, siswa terlihat lebih fokus dan bersemangat mengerjakan tugas

yang diberikan peneliti. Hasil dokumentasi siklus I dan II dapat dilihat

pada lampiran.
69

2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode PQ4R

Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan hasil penelitian yang

telah diperoleh, meliputi hasil prasiklus, siklus I, dan siklus II. Penelitian

tindakan kelas ini dilakukan dua tahap, yaitu siklus I dan siklus II.

Pembahasan hasil penelitian ini meliputi hasil tes dan nontes. Hasil tes

mengacu pada nilai hasil tugas yang dicapai siswa. Untuk hasil nontes

diperoleh dari hasil observasi, jurnal, dan dokumentasi. Hasil belajar siswa

pada mata diklat K3 melalui metode PQ4R meliputi tiga tahapan yaitu

prasiklus, siklus I, dan siklus II.

a. Prasiklus

Hasil tes prasiklus adalah hasil belajar siswa pada mata diklat K3

sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes prasiklus dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal hasil belajar siswa kelas

X TBSM SMK YPE Sawunggalih Kutoarjo tahun pelajaran 2019/2020.

Tes prasiklus yang dilakukan adalah memberikan tugas kepada siswa.

Hasil tugas pada prasiklus dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.3. Hasil Belajar Siswa Pada Prasiklus

No Keterangan Nilai Frekuensi Nilai % Keterangan


1. Sangat baik 84 – 100 - - -
X=
2. Baik 73 – 83 - - -
3. Cukup 62 – 72 11 745 36,67% = 62,17

4. Kurang 51 – 61 19 1120 63,33%


5. Sangat kurang 0 – 50 - - -
Jumlah 30 1865 100% 62,17
70

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas X

TBSM SMK YPE Sawunggalih Kutoarjo dalam mengerjakan tugas dapat

dikatakan kurang. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai yaitu 62. Rincian

data tersebut dijelaskan sebagai berikut :

Dari jumlah keseluruhan 30 siswa, 11 di antaranya atau sebesar

36,67% termasuk kategori cukup dengan nilai antara 62-72. Sedangkan,

kategori kurang dengan nilai 51- 61 dicapai oleh 19 siswa atau sebesar

63,33%. Sementara itu, tidak ada siswa yang berhasil mendapat nilai

dalam kategori sangat baik. Prestasi belajar siswa pada mata diklat K3

masih kurang, sehingga perlu peningkatan lagi agar hasil yang dicapai

siswa lebih maksimal.

b. Siklus I

Hasil belajar siswa pada siklus I ini merupakan data awal setelah

diterapkannya tindakan pembelajaran melalui metode PQ4R. Adapun

kriteria penilaian pada siklus I ini meliputi skor soal diantaranya sebagai

berikut.

Tabel 4.4. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

No Keterangan Nilai Frekuensi Nilai % Keterangan


1. Sangat baik 84 – 100 1 85 3,33%
X=
2. Baik 73 – 83 13 1015 43,34%
3. Cukup 62 – 72 16 1105 53,33% = 73,50

4. Kurang 51 – 61 - - -
5. Sangat kurang 0 – 50 - - -
Jumlah 30 2205 100% 73,50
71

Data pada tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa prestasi siswa

secara klasikal mencapai nilai rata-rata 73,50. Rata-rata skor pada siklus I

ini menunjukkan peningkatan sebesar 11,3 dibandingkan dengan rata-rata

pada prasiklus. Dari 30 siswa, 1 siswa atau sebesar 3,33% yang berhasil

meraih predikat sangat baik. Sementara itu, siswa yang meraih predikat

baik sejumlah 13 siswa atau sebesar 43,34% yaitu dengan nilai antara 73-

83. Selanjutnya, sebanyak 16 siswa atau 53,33% berada pada kategori

cukup.

Tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang,

kategori sangat kurang. Masih kurang maksimalnya hasil belajar siswa

dimungkinkan karena metode yang digunakan guru belum mampu diikuti

dengan baik oleh siswa. Siswa masih butuh penyesuaian dengan metode

yang digunakan oleh penulis yaitu metode PQ4R.

c. Siklus II

Tabel 4.5. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

No Keterangan Nilai Frekuensi Nilai % Keterangan


1. Sangat baik 84 – 100 7 600 23,33%
X=
2. Baik 73 – 83 18 1395 60,00%
3. Cukup 62 – 72 5 350 16,67% = 78,17

4. Kurang 51 – 61 - `- -
5. Sangat kurang 0 – 50 - - -
Jumlah 30 2345 100% 78,17

Data tabel 4.10 menunjukkan peningkatan rata-rata hasil belajar

siswa setelah digunakan metode PQ4R. Rata-rata hasil belajar yang


72

dicapai siswa pada siklus II ini sebesar 78,17 dan masuk kategori baik.

Rata rata hasil belajar siswa pada siklus II ini menunjukkan peningkatan

sebesar 4,7 dibandingkan dengan rata-rata prestasi belajar siswa pada

siklus I dan 16,0 dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa pada

prasiklus.

Pada siklus II ini, siswa yang mengikuti proses pembelajaran pada

mata diklat K3 sebanyak 30 dan tidak ada siswa yang absen. Nilai

dengan kategori sangat baik dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 23,33%.

Kategori baik sebanyak 18 siswa atau sebesar 60,00%. Kategori cukup

sebanyak 5 siswa atau sebesar 16,67% dan untuk kategori kurang dan

sangat kurang tidak ada satu siswa pun yang mendapatkannya.

C. Pembahasan

Berdasarkan rekapitulasi data tes hasil belajar siswa pada mata diklat K3

dari prasiklus, siklus I, dan siklus II, dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa

pada setiap penilaian mata diklat K3 ada yang meningkat dan ada yang tetap.

Hasil prasiklus menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa sebesar

62,17 dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada

diklat K3 dalam kategori cukup karena berada pada rentang nilai 62 - 72. Rata-

rata tersebut berasal dari jumlah skor rata-rata masing-masing soal.

Hasil belajar siswa pada mata diklat K3 berada pada kategori cukup.

Namun, perlu ditingkatkan lagi pada siklus I peneliti menerapkan metode

PQ4R pada mata diklat K3 agar hasil belajar yang dicapai siswa dapat

meningkat dan mencapai ketuntasan.


73

Hasil tes siklus I dengan hasil belajar rata-rata klasikal mencapai 73,50.

Rata-rata tersebut diperoleh dari skor rata-rata tiap soal pada hasil belajar mata

diklat K3. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada

setiap soal pada mata diklat K3 sudah banyak mengalami peningkatan sebesar

11,3 dari rata-rata hasil belajar prasiklus.

Hasil belajar siswa pada siklus II didapat rata-rata sebesar 78,17.

Pencapaian hasil belajar tersebut berarti sudah memenuhi target yang

ditentukan oleh penulis. Dengan demikian, tindakan siklus III tidak perlu

dilakukan.

Grafik Peningkatan Hasil Belajar


Pada Mata Pelajaran K3

80 73,50 78,17
70 62,17
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3

Gambar 4.1. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Pada Mata Diklat K3

Keterangan :
1 : Prasiklus
2 : Siklus I
3 : Siklus II
74

Peningkatan hasil belajar siswa pada mata diklat K3 merupakan hasil

belajar siswa yang patut dibanggakan. Sebelum diberlakukan tindakan siklus I

maupun siklus II hasil belajar siswa masih kurang, jadi penulis menggunakan

metode PQ4R dalam pembelajaran mata diklat K3, melalui metode tersebut

dapat terjadi peningkatan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

penggunaan metode PQ4R yang diterapkan pada mata diklat K3 dapat

membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar. Selain itu, kreativitas siswa

juga semakin baik.

Diterapkannya metode pembelajaran PQ4R pada mata diklat K3 kelas X

TBSM SMK YPE Sawunggalih Kutoarjo terbukti mampu meningkatkan

efektivitas, dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran. Adanya penerapan

metode PQ4R ini dengan tujuan agar siswa mengalami proses pembelajaran

yang tidak menoton. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode PQ4R ini

agar siswa dapat berkembang. Pengetahuan yang diperoleh siswa pun menjadi

lebih bermakna karena siswa memahami sendiri dan bukan sekedar transfer

pengetahuan dari guru ke siswa. Penulis dalam hal ini hanya bertindak sebagai

fasilitator dan motivator dalam proses belajar-mengajar siswanya.

Peningkatan hasil belajar siswa pada mata diklat K3 ini diikuti pula

dengan adanya perubahan perilaku siswa dari prasiklus sampai siklus II.

Berdasarkan hasil nontes yaitu observasi, jurnal, dan dokumentasi pada siklus I

dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam mengikuti mata diklat K3

melalui metode PQ4R kurang begitu memuaskan. Sebagian siswa masih

menunjukkan perilaku yang negatif dalam mengikuti seluruh rangkaian


75

kegiatan dalam proses pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan beberapa siswa

yang terlihat ramai dan berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Namun,

hal itu dapat diatasi oleh penulis.

Kondisi yang tergambar pada siklus I tersebut merupakan permasalahan

yang harus dipecahkan untuk upaya perbaikan pada siklus II. Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus lebih matang dan diperbaharui lagi dari

siklus I. Pada pembelajaran siklus II juga merupakan pertimbangan pendapat

dari siswa yang tercantum pada jurnal, dan pengamatan guru. Dengan

demikian, pembaharuan yang dilakukan diantaranya : penulis memberikan

motivasi kepada siswa, yaitu dengan membuat suasana pembelajaran menjadi

lebih santai sehingga siswa merasa senang untuk mengikuti pembelajaran;

penulis memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan tugas yang

diberikan; penulis memberikan perpanjangan waktu dalam mengerjakan tugas,

agar hasil yang diperoleh siswa lebih baik.

Hasil dari penerapan perbaikan-perbaikan pada siklus II ini ternyata

berdampak positif dan cukup memuaskan. Berdasarkan hasil observasi siklus II

tergambar suasana kelas yang lebih kondusif. Siswa tampak lebih siap dalam

mengikuti pembelajaran dengan segala tugas yang diberikan penulis. Siswa

terlihat lebih senang dan menikmati pelajaran yang disampaikan penulis. Selain

itu, siswa lebih aktif dan lebih kreatif dalam kegiatan pembelajaran.

Dengan latihan, siswa semakin terlatih dan hasil belajar siswa dalam

mengerjakan tugas mata diklat K3 akan semakin baik. Kenyataan ini telah

dibuktikan pada hasil tes dari prasiklus sampai siklus II yang semakin
76

meningkat. Siswa pun menjadi semakin terampil dalam mengerjakan tugas

yang diberikan oleh penulis.

Berdasarkan serangkaian analisis data dan situasi pembelajaran diatas

dapat dijelaskan bahwa perilaku siswa dalam pembelajaran pada mata diklat

K3 mengalami perubahan yang mengarah pada perilaku positif. Siswa semakin

aktif dan bersungguh-sungguh dalam belajar. Suasana kelas pun menjadi lebih

aktif dan lebih hidup. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

siswa pada mata diklat K3 melalui metode PQ4R sangat baik karena dapat

membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik lagi,

menambah wawasan, dan mengurangi kejenuhan siswa di dalam kelas dalam

pembelajaran. Siswa memiliki pengalaman yang mengesankan dan bermakna

bagi kehidupannya. Siswa pun menjadi lebih termotivasi dapat meningkatkan

hasil belajarnya.

Anda mungkin juga menyukai