Anda di halaman 1dari 55

EVALUASI PEMBELAJARAN VOKASIONAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi dalam dunia Pendidikan merupakan suatu komponen yang
penting selain proeses pembelajaran itu sendiri. Maka sebuah proses
pembalajaran dikatakan berhasil dilihat dari hasil evaluasi
pembelajarannya. Menurut pendapat dari Grondlund serta Linn (1990),
evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses menganalisa,
mengumpulkan serta menginterpretasi suatu informasi secara runtut untuk
menetapkan sudah sampai sejauh mana tujuan pembelajaran tersebut
membuahkan hasil. Sehingga setiap proses pembelajaran pada akhir
pembelajaran selalu diakhiri dengan evaluasi pembelajaran untuk
mengukur tingkat pemahaman seorang peserta didik. Pada Peraturan
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2022 Tentang Standar Penilaian Pendidikan
Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang
Pendidikan Menengah, evaluasi pembelajaran juga dapat diartiakn dengan
istilah penilaian hasil belajar. Dalam peraturan diatas juga memuat tentang
bentuk prosedur penilaian, bahwa prosedur penilaian dapat berbentuk
penilain formatif dan penilain sumatif. Di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) evaluasi pembelajaran dilakukan sesuai dengan bentuk mata
pelajaran yang dilakukan pada proses pembelajaran. Pada mata pelajaran
Adaptif dan normatif evaluasi pembelajaran yang berupa tes dilakukan
dengan tes tertulis. Sedangkan untuk mata pelajaran produktif tes yang
dilakukan menggunakan tes tertulis dan tes praktek. Hal ini dimaksudkan
agar peserta didik di SMK menguasai kompetensi yang dipelajari baik
secara pengetahuan ataupun secara praktek. Instrumen yang digunakan
untuk pebngambilan nilai juga berbeda. Maka setiap guru wajib dapat
merencanakan dan membuat instrumen penilaian untuk mengukur
kompetensi peserta didik.
B. Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang, maka tujuan dari laporan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui kualitas butir mata pelajaran produktif teknik
pemesinan, kompetensi keahlian teknik pemesinan di SMK
Muhammadiyah Mungkid .

2. Untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran produktif teknik


pemesinan, kompetensi keahlian teknik pemesinan di SMK
Muhammadiyah Mungkid .
3. Untuk memenuhi tugas laporan akhir mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran Vokasional Program Pascasarjana Universitas
Negeri Yogyakarta.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan laporan ini yaitu:
1. Sebagai catatan menganalisis butir soal serta melakukan evaluasi
pembelajaran kejuruan.
2. Sebagai referensi dalam soal evaluasi pemblejaran kejuruan.
3. Sebagai bahan evaluasi pembelajaran mata pelajaran produktif
teknik pemesinan, kompetensi keahlian teknik pemesinan di SMK
Muhammadiyah Mungkid
3

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran dan Belajar

1. Pembelajaran

Pembelajaran tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan,

pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dan

pendidik yang dilakukan di lingkungan belajar. Seperti tertuang pada

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tantang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses

interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang

berlangsung dalam suatu lingkungan belajar.

Sebuah proses pembelajaran seorang manusia adalah sepanjang

hayat, berlaku dimanapun dan kapanpun. Pembelajaran adalah

pengembangan dan pemberdayaan potensi peserta didik menjadi

kompetensi. Kegiatan pengembangan dan pemberdayaan potensi peserta

didik tidak dapat berhasil tanpa adanya orang yang membantu, orang ini

yang sekarang kita sebut Guru, pengajar atau pendidik. Menurut Dimyati

dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan

guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar

secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Proses

pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi edukasi yang terjadi,

interaksi yang sadar akan tujuan yang ingin dicapai berupa ketercapaian
4

pembelajaran yang dibuktikan dengan hasil belajar dan evaluasi

pembelajaran.

2. Belajar

Belajar merupakan aktivitas yang biasa dilakukan oleh seorang

peserta didik dengan sadar untuk menerima pelajaran dari tenaga pendidik.

Aktivitas ini dilakukan dengan kesadaran untuk melakukan kegiatan

tersebut dan berharap adanya kemungkinan terjadi perubahan pada dirinya.

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia Belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut The Guidance of

Learning Activites W.H Burton (1984) (dalam siregar, 2010. h 4)

mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada

diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan

individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi

dengan lingkunganya.

Menurut Gagne (1977) Belajar merupakan sejenis perubahan yang

diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda

dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan

tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu

pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat

refleks atau perilaku yang hanya bersifat naluriah.

Menurut Syaiful dan Aswan (2014:5) “Belajar adalah perubahan

prilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya adalah perubahan tingkah


5

laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap,

bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi”. oleh pengalaman

dan berdampak relatif permanen.

B. Evaluasi

Evaluasi secara etimologi berasal adari bahasa Inggris yaitu

evaluation dari akar kata value yang berarti nilai atau harga. Secara

terminologi, pengertian evaluasi menurut Edwind dalam Ramayulis

mengemukakan bahwa evaluasi mengandung arti suatu tindakan atau

proses dalam menentukan nilai sesuatu (Ramayulis, 2002). Evaluasi

menurut Wand and Brown, evaluasi adalah tindakan atau proses untuk

menentukan nilai daripada sesuatu. Evaluasi menurut Stufflebem, et al

mengartikan bahwa evaluasi merupakan proses menggambarkan,

memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai

keputusan. Selain itu evaluasi dapat diartikan proses sistematis untuk

menentukan nilai sesuatu ( ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja,

proses, orang objek dan lainnya) berdasarkan kriteria tertentu melalui

penilaian.

C. Penilaian

Penilaian seperti tercantum pada Peraturan Pemerintah No 57

pasal 16 tahun 2021 tentang standart penilaian pendidikan merupakan

kriteria minimal mengenai mekanisme penilaian hasil belajar peserta didik,

dengan kata lain bentuk penilain juga sudah diatur sebgaimana tercantum
6

peraturan pemerintah di atas. Evaluasi menurut Seng, Dkk dalam

Komarudin (2016:29) “penilain adalah semua bentuk pengumpulan

informasi oleh guru, dimana guru mengumpulkan data tentang siswany,

menganalisis dan menyintesisnya, menginterprestasikannya, dan

menggunakannya di dalam kelas untuk mengambil keputusan.

D. Pengukuran

Pengukuran merupakan bagian penting dari evaluasi, pengukuran

akan memberikan informasi hasil yang dapat dijadikan sebagai dasar

evaluasi. Menurut Ahmann dan Glock (Arifin, 2012 : 3) menjelaskan

istilah pengukuran, sebagai berikut: “ in the last analysis measurement is

only a part, although a very substantial part of evaluation. It provides

information upon which an evaluation can be based … Educational

measurement is the process that attempts to obtain a quantified

representation of the degree to which a trait is possessed by a pupil.

Menurut Harun Rasyid ( 2008 : 9 ) mengatakan bahwa : “pengukuran

adalah suatu pross pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik

tertendu yang dimiliki oleh orang, hal atau objek tertentu menurut aturan

atau formulasi yangj jelas

E. Tes dan Non tes

Tes berasal dari kata testum yang merupakan bahasa perancis

kuno yang berarti piting untuk menyisihkan logam logam mulia. Menurut

(Ismaryati, 2006) tes adalah instrumen atau alat yang digunakan untuk
7

memperoleh informasi tentang individu atau obyek. Sedangkan menurut

Nurhasan (2001) tes merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh

informasi atau data dari suatu onjek yang akan diukur. Menurut Mardapi

(dalam Maghdalena, 2020:11) “Tes merupakan salah satu cara untuk

menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu

melalui respon seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan”

Alat penilaian hasil belajar dibagi menjadi dua kategori yaitu tes dan non

tes:

1. Alat penilain tes digunakan untuk menilai hasil belajar dan proses

belajar yang bentuk tes uraian maupun tes objektif.

2. Alat penilaian non tes yang sering digunakan untuk penilaian antara

lain wawancara, kuisoner, skala(skalapenilaian sikap)observasi atau

pengamatan, studi kasus dll.

F. Telaah Kualitas Tes

Telaah kualitas dilakukan untuk mendapatkan soal yang berkualitas,

dengan kata lain tidak terlalu sulit ataupun tidak terlalu mudah. Untuk

mendapatkan soal yang berkualitas, dalam membuat soal harus di tinjau dari

aspek validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas

pengecoh, sehingga nantinya dari hasil soal yang sudah dikerjakan dapat

digunakan guru sebagai refleksi. Berikut ini aspek aspek yang digunakan

untuk meninjau kualitas soal :

1. Validitas
8

Validitas menurut Cronbach (1949), definisi validitas

adalah sejauh mana sebuah tes untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur, “ A test is valid to the degree that we know

what is measures or predicts (Cronbach, 1995). Selain pendapat

diatas juga ada pendapat Azwar (2000) mendefinisikan validitas

adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya.

Validitas dibagi menjadi dua bentuk dasar, yaitu validitas

logis dan validitas empiris (Cronbanch, 1949). Di Amerika sebuah

komite psikologi menetapkan empat kategori validitas: isi,

konstruk, predikftif, dan konkuren (APA, 1954), kemudian ada

revisi bahwa validitas prediktif dan konkuren digabung menjadi

satu disebut validitas kriteria (APA, 1966).

a. Validitas isi

Validitas isi adalah syarat bagi syarat konstruk.

Metode validitas isi adalah :

1) Definisi dan evaluasi kuantitatif secara hati hati dari

konstruk yang ditargetkan

2) Pendekatan multi elemen

3) Penggunaan popilasi dan penyampelan dalam

pengembangan item awal.

4) Evaluasi kuantitatif dari para ahli dan responden

yang berkompeten
9

5) Evaluasi item

6) Pelaporan hasil hasil validitas isi secara detail

7) Relevansi untuk validitas isi analisis psikometerik

selanjutnya (Heynes dan Richard,1955)

b. Validitas konstruk

Validitas konstruk adalah tipe validitas yang

menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau

konstruk teoritis yang hendak diukur (Allen & Yen, 1979,

Azwar ,2000).

Gregory (2000) mencatat ada enam pendekatan untuk

validitas konstruk, yaitu:

1) Analisis untuk menentukan apakah item-item tes

atau subtes adalah homogen, maka dari itu

mengukur sebuah konstruk tunggal.

2) Mencari perubahan-perubahan yang berkembang

untuk menentukan apakah mereka konsisten dengan

teori konstruk.

3) Mencari tahu apakah berbagai perbedaan skor tes

adalah konsisten dengan teori.

4) Analisis untuk menentukan apakah pengaruh-

pengaruh intervensi skor tes adalah konsisten

dengan teori.
1

5) Korelasi tes dengan tes-tes dan pengukuran lain

yang berkaitan maupun tidak.

6) Analisis faktor terhadap skor tes dalam

hubungannya dengan sumbersumber informasi lain.

c. Validitas kriteria

Validitas ini ada dua jenis, validitas prediktif dan

validitas konkuren. Pola validitas ini seorang peneliti pada

dasarnya tertarik dengan beberapa kriteria yang ingin dia

prediksi. Dia melakukan tes, dan memperoleh sebuah

kriteria independen yang mengukur subyek yang sama, dan

menghitung korelasi. Jika kriteria diperoleh beberapa kali

setelah tes diberikan, dia meneliti validitas prediktif. Jika

skor tes dan skor kriteria ditentukan pada waktu yang sama,

dia sedang meneliti validitas konkuren

Rumus yang digunakan untuk membuktikan

validitas isi salah satunya :

ƩS
Indek validitas Aiken V =
n (c − 1)
Keterangan :
V = Indeks validitas
Rentang S = r - Io indeks
r = Skor pilihan validator
validitas Io = Skor terendah/Instrumen Aiken = 0 -1
n = Jumlah rater/Validator
≤ c = banyaknya skala atau kriteria jawaban 0,40 =

kurang

0,41 - 0,80 = cukup/ sedang


1

> 0,80 = tinggi/sangat valid

2. Reliabilitas

Reliabilitas tes adalah sejauh mana hasil suatu tes itu dapat

dipercaya konsistensinya (Azwar, 2000). Sebuah tes dikatakan

reliabel atau dipercaya jika memberikan hasil yang sama dalam

atribut yang diukur dari peserta dan tes yang sama (Gebotys,2003 ).

Uji realibilitas sebuah instrumen dapat menggunakan test-

retest, ekuivalen, dan internal consistency.

a) test-retest

Pengujian reliabilias dengan test-retest dilakukan

dengan cara mencobakan satu jenis instrumen beberapa kali

pada subjek (responden) yang sama. Instrumen dinyatakan

reliabel jika koefisien korelasi positif dan signifikan. Korelasi

antara uji produk pertama dengan hasil uji selanjutnya diberi

istilah Product Moment, Adapun rumus yang digunakan pada

uji realibitas ini adalah :

n(Σ x i y i)−(Σ x i)( Σ y i)


r xy=
√ n( Σ x )−(x ) (n ( Σ y )−( y ) )
2
i i
2 2
i i
2

Keteragan
r xy = koefisien korelasi Produsct Moment
n = Jumlah responden
xi = Skor setiap item percobaan pertama
yi = skor setiap item percobaan selanjutnya
Product Moment dikatakan signifikan jika nilai ri > rt
1

Cara kedua dengan uji t (Sugiyono , 2014) :

Berikut ini rumus uji t

r √n − 2
t¿
√ 1− r 2
keterangan
t = nilai t hitung
r = koefisien korelasi
n = jumlah responden

Signifikansi korelasi antara dua instrumen termasuk signifikan

apabila t hitung > dari t tabel (t > t t ) (Sugiyono, 2014).

b) Ekuivalen

Pengujian reliabilias dengan uji equivalent dilakukan dengan

cara mencobakan instrumen yang berbeda tetapi ekuivalen

(sebanding/sepadan). Pengujian koefisien korelasi dan

signifikansinya dilakukan seperti pada uji test-retest

menggunakan rumus korelasi Product Moment dan diuji

signifikansinya menggunakan r tabel atau uji t

c) Internal consistency

Internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan

instrumen sekali saja pada subjek penelitian, pada uji ini

terdapat beberapa teknik yang digunakan.

1) Spearman Brown (Split Half)

Uji reliabilitas menggunakan teknik split

half dilakukan dengan cara mencobakan instrumen


1

sekali saja pada subjek penelitian kemudian hasil uji

dibagi menjadi dua.

Berikut ini disajikan rumus Spearman Brown

2 rb
r i=
1+r b

Keterangan
ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi Product Moment antara belahan ganjil dengan belahan genap

Suatu instrumen dikatakan reliabel saat nilai

koefisien reliabilitas Spearman-Brown lebih dari

0,70 (ri > 0,70). Jika nilai koefisien reliabilitas

Spearman-Brown kurang dari 0,70, maka jumlah

soal ditambah dengan soal yang sesuai dengan

aslinya (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).

2) Kuder Richardson -20 (KR-20)

Saat instrumen tidak dapat dipastikan

bahwa setiap item soal memiliki tingkat kesulitan

yang sama, maka instrumen tersebut dianalisis

reliabilitasnya menggunakan rumus KR 20

(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012). Berikut ini

disajikan rumus KR 20 (Sugiyono, 2014).


1

3) Kuder Richardson -21 (KR-21)

4)

3. Tingkat kesukaran

4. Daya pembeda

5. Efektivitas pengecoh.

Telaah atau penilaian terhadap butir soal pada dasarnya merupakan


analisis butir soal, dan selama ini pada umumnya para ahli pengukuran
mengatakan bahwa analisis butir soal maksudnya adalah penilaian
terhadap soal. Telah diketahui bersama bahwa penyusunan tes sangat
mempengaruhi kualitas butir soal. Pendekatan untuk menganalisis butir
soal yang berkembang saat ini terdiri dari dua pendekatan yaitu
pendekatan klasik dan pendekatan modern. Kedua pendekatan ini masing-
masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun keduanya masih
sering digunakan dalam analisis butir soal.
Telah disinggung di depan bahwa analisis soal antara lain bertujuan
untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang lebih atau
sedang dan soal
1

yang tidak baik. Dengan analisis butir soal dapat diperoleh informasi tentang
kekurangan sebuah soal tes dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Dalam tes
dan pengukuran dikenal beberapa karakteristik butir soal, yaitu: tingkat kesukaran,
daya beda, dan distribusi jawaban atau berfungsi tidaknya pilihan jawaban
(distraktor). Ketiga karakteristik butir soal ini secara bersama akan menentukan
mutu butir soal. Bila salah satu dari ketiga karakteristik ini tidak memenuhi
persyaratan maka mutu butir soal akan turun.
a. Tingkat kesukaran (difficulty level)
Tingkat kesukaran merupakan proporsi peserta tes menjawab benar terhadap
butir soal tersebut. Tingkat kesukaran butir soal biasanya dilambangkan dengan
(p), di mana semakin besar nilai (p) berarti semakin besar proporsi yang
menjawab benar terhadap butir soal tersebut sehingga butir soal tersebut bisa
dikatakan mudah, sedangkan makin rendah nilai (p) maka menandakan butir soal
tersebut semakin sukar.
Tabel X. Klasifikasi kesukaran butir soal (p).
TINGKAT KESUKARAN
>0,91 sangat mudah
0,7-0,9 mudah
0,31-0,69 agak sukar
<0,3 sukar

Butir soal yang baik merupakan butir soal yang tidak terlalu mudah atau
tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik
untuk memecahkan permasalahannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan kurang semangat untuk
menjawabnya.
b. Daya beda (d)
Daya beda merupakan indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir
soal untuk membedakan kelompok yang berprestasi tinggi (kelompok atas) dari
kelompok yang berprestasi rendah (kelompok bawah) di antara para peserta tes.
Daya beda butir soal yang sering digunakan dalam tes hasil belajar adalah dengan
menggunakan indeks korelasi antara skor butir dengan skor totalnya. Daya beda
dengan cara ini sering disebut validitas internal, karena nilai korelasi diperoleh
dari
1

dalam tes itu sendiri. Daya beda dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi
biserial maupun koefesien korelasi point biserial.
Tabel X. Klasifikasi daya beda (d)
DAYA BEDA
0,71-1,0 sangat baik
0,41-0,71 baik
0,21-0,4 cukup
0-0,2 jelek
NEGATIF kurang baik

c. Distribusi jawaban (distraktor) atau pengecoh


Butir soal terdiri dari dua bagian, yaitu pokok soal dan alternatif jawaban.
Alternatif jawaban juga terdiri dari dua bagian, yaitu kunci jawaban dan
pengecoh. Pengecoh dikatakan berfungsi apabila semakin rendah tingkat
kemampuan peserta tes semakin banyak memilih pengecoh, atau makin tinggi
tingkat kemampuan peserta tes akan semakin sedikit memilih pengecoh. Hal ini
dapat ditandai dengan adanya korelasi yang tinggi, rendah, atau negatif pada hasil
analisis. Apabila proporsi peserta tes yang menjawab dengan salah atau memilih
pengecoh kurang dari 0,025 maka pengecoh tersebut harus direvisi, sedangkan
jika proporsi pengecohnya 0,00 maka pengecohnya ditolak.
Tabel X. Klasifikasi distraktor
KATEGORI NILAI PROPORSI
DISTRAKTOR
BAIK ≥ 0,025
REVISI < 0,025
TOLAK 0,00

Selain memperhatikan fungsi daya tarik untuk dipilih oleh peserta tes,
pengecoh soal juga perlu memperhatikan daya beda (koefisien korelasi) yang
ditunjukkan oleh masing-masing alternatif jawaban. Setiap pengecoh diharapkan
memiliki daya beda negatif, artinya suatu pengecoh diharapkan lebih sedikit
dipilih oleh kelompok tinggi dibandingkan dengan kelompok bawah. Atau daya
beda pengecoh tidak lebih besar dari daya beda kunci jawaban setiap butir soal.
1

d. Reliabilitas butir soal


Reliabilitas merupakan tanda ketepatan butir soal dalam pengukurannya.
Reliabilitas juga bisa diartikan sebagai kestabilan skor (tingkat konsisten) yang
diperoleh peserta tes ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang
berbeda atau dari suatu pengukuran ke pengukuran lainnya.
Tabel X. Klasifikasi reliabilitas soal
KATEGORI KOEFISIEN
KORELASI
SANGAT TINGGI 0,80-1,00
TINGGI 0,60-0,79
CUKUP 0,40-0,59
RENDAH 0,20-0,39
SANGAT 0,00-0,19
RENDAH
BAB III
PENILAIAN DAN PENGUKURAN HASIL BELAJAR

3.1. Silabus Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan

Nama Sekolah : SMK Ma’arof NU1 Sumpiuh


Bidang Keahlian : Teknologi dan Rekayasa
Kompetensi Keahlian : Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO)
Mata Pelajaran : Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan (PKKR)

Durasi (Waktu) : 3 JP (@45 Menit)

K1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut.

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleransi, damai), santun,
K2 responsif, dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
K3 ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni , budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk
memecahkan
masalah
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
K4 dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif dan mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.

16
1

Alokasi
Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar Materi Pokok Waktu Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Kompetensi
(JP)
1 2 3 4 5 6 7
1.1. Lingkungan hidup dan
sumber daya alam sebagai
anugerah Tuhan yang maha
Esa harus dijaga kelestarian
dan kelangsungan hidupnya.
1.2. Pengembangan dan
penggunaan teknologi dalam
kegiatan belajar harus
selaras dan tidak merusak
dan mencemari lingkungan,
alam dan manusia

2.1 Menunjukkan sikap


cermat dan teliti dalam
menginterpretasikan dan
mengidentifikasi
pemeliharaan sistem
kelistrikan, sistem
pengapian, sistem
starter,
1

sistem pengisian, dan sistem


pengapian konvensional.

2.2 Menunjukkan sikap


cermat dan teliti dalam
memahami dan membaca
simbol-simbol sistem
kelistrikan, sistem
pengapian, sistem starter,
sistem pengisian.

2.3 Menunjukkan sikap


disiplin dan tanggung
jawab dalam mengikuti
langkah- langkah kerja
sesuai dengan SOP

2.4 Menunjukkan sikap


peduli terhadap lingkungan
melalui kegiatan yang
berhubungan dengan 3 jp
pemeriksaan, perawatan dan (@45)
perbaikan sistem
kelistrikan,
sistem pengapian, sistem
1

starter, sistem  Toyota News


pengisian kendaraan Step 1.
3.5.1 Peserta didik dapat 1. Prinsip kerja  Mengamati untuk Pengetahuan:
ringan  Teknik Sepeda
menyebutkan nama sistem pengapian memahami  Tes Motor Jilid 3
komponen beserta fungsi konvensional. komponen sistem Tertulis Kelas 12.
dari Sistem Pengapian pengapian beserta  Teknik Sepeda
3.5 Menerapkan Cara  Presentasi
Konvensional dengan fungsinya. Motor Jilid 2
Perawatan Sistem Pengapian Kelas 11.
benar.
Konvensional  Teknik Sepeda
Motor Jilid 1
3.5.2 Peserta didik dapat  Mengomunikasikan Kelas 10.
menjelaskan cara kerja 2. Cara kerja cara kerja dari  Video/ rekaman /
dari Sistem Pengapian sistem pengapian sistem pengapian teks
Konvensional dengan konvensional. konvensional.  Buku paket
benar.  Bahan bacaan
yang
relevan
3.5.3 Peserta didik dapat tentangsistem
mengidentifikasi rangkaian 3.
Menganalisis dan  Mengomunikasikan pengapian
Sistem Pengapian cara merawat sistem tentang arah arus kovensional.
Konvensional dengan baik. pengapian dari wiring  Gambar
konvensional sepeda diagram sistem (Wall Chart)
motor. pengapian  Trainer Sistem
konvensional. pengapian
konvensional.
 Sumber internet
yang relevan.
Keterampilan:
1. Prosedur dan teknik  Penilaian
4.5.1 Peserta didik dapat pemeriksaan dan melakukan
4.5. Merawat Secara Berkala mengetahui langkah dalam perbaikan gangguan praktik
perawatan Sistem
Sistem Pengapian
Konvensional.
2

Pengapian Konvensional sistem pengapian  Penilaian


dengan baik sesuai SOP. konvensional. hasil
praktik
2. Teknik perawatan
4.5.2 Peserta didik dapat Komponen
menerapkan Cara sistem pengapian
Perawatan Sistem konvensional.
Pengapian Konvensional
dengan benar. 3. Prosedur penyetelan
timming pengapian
konvensional.

Banyumas, 1 Juni 2023

Guru mata pelajaran

Arif Andriyanto
NIM. 22522251013
3.2. Kompetensi Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan
Kompetensi yang ada pada mata pelajaran Pemeliharaan Kelistrikan

Kendaraan Ringan (PKKR) untuk kelas XI dengan materi perawatan


pengapian konvensional kendaraan meliputi:

1) Peserta didik memahami pengertian dan cara kerja sistem


konvensional kendaraan ringan.

2) Peserta didik memahami komponen sistem pengapian


kendaraan beserta fungsinya.

3) Peserta didik memahami cara pemeriksaan komponen sistem dan


pemeriksaan sistem pengapian konvensional kendaraan ringan sesuai SOP.

4) Peserta didik dapat merawat secara berkala sistem pengapian


kendaraan ringan dengan benar sesuai SOP.

5) Peserta didik dapat mengevaluasi hasil perawatan sistem


konvensional kendaraan ringan dengan benar sesuai SOP.

3.3. Bentuk Penilaian Kompetensi Pemeliharaan Kelistrikan


Kendaraan Ringan
Penilaian pada kompetensi perawatan sistem pengapian konvensional dibagi
menjadi dua, yaitu penilaian pengetahuan dan penilaian praktikum. Penilaian
pengetahuan dilaksanakan melalui tugas harian, presentasi, dan tes tertulis.
Adapun penilaian kinerja dilakukan melalui praktikum terstruktur pada workshop
otomotif menggunakan engine stand atau kendaraan secara langsung.
Penilaian pengetahuan dilaksanakan dengan cara memberikan LKPD dan tes
evaluasi di akhir pertemuan materi perawatan sistem pengapian konvensional
kendaraan ringan. Sedangkan untuk penilaian kinerja, dilaksanakan ketika
praktikum berlangsung dengan waktu yang sudah ditentukan.

21
2

BAB IV

PENYUSUNAN BUTIR SOAL TES UJI KOMPETENSI

4.1. Kisi-kisi Ujian


No. KI/KD Indikator Materi Nomor Ranah
Butir Kognitif
1 Perawatan Menerangkan Peserta didik memahami urutan pengapian 1 C2
sistem komponen, fungsi,
2 Peserta didik memahami fungsi sistem pengapian 2 C2
pengapian dan jenis sistem konvensional
konvensional pengapian Peserta didik memahami fungsi komponen sistem
3 3 C2
konvensional pengapian konvensional
4 Peserta didik memahami fungsi komponen sistem 4 C2
pengapian konvensional
5 Peserta didik memahami fungsi komponen sistem 5 C2
pengapian konvensional
6 Peserta didik memahami fungsi komponen sistem 6 C2
pengapian konvensional
7 Menguraikan Peserta didik memahami kerusakan komponen 7 C3
kemungkinan sistem pengapian konvensional
8 kerusakan, penyebab Peserta didik memahami kerusakan komponen 8 C3
kerusakan komponen sistem pengapian konvensional
9 sistem pengapian Peserta didik memahami kerusakan komponen 9 C3
konvensional sistem pengapian konvensional
10 Peserta didik memahami kerusakan komponen 10 C3
sistem pengapian konvensional
11 Peserta didik memahami kerusakan komponen 11 C3
sistem pengapian konvensional
12 Peserta didik memahami kerusakan komponen 12 C3
sistem pengapian konvensional
13 Peserta didik memahami kerusakan komponen 13 C3
sistem pengapian konvensional
14 Menerangkan cara Peserta didik memahami cara perawatan sistem 14 C3
perawatan sistem pengapian konvensional
15 pengapian Peserta didik memahami cara perawatan sistem 15 C3
konvensional pengapian konvensional
16 Peserta didik memahami cara perawatan sistem 16 C3
pengapian konvensional
17 Peserta didik memahami cara perawatan sistem 17 C3
pengapian konvensional
18 Peserta didik memahami cara perawatan sistem 18 C3
pengapian konvensional
19 Peserta didik memahami cara perawatan sistem 19 C3
pengapian konvensional
20 Peserta didik memahami cara perawatan sistem 20 C3
pengapian konvensional
Catatan:
C1= Mengingat, C2=Memahami, C3=Mengaplikasikan, C4=Analisis,
C5=Evaluasi, C6=Kreasi
2

4.2. Penulisan Butir Soal


1. Secara umum, urutan pengapian untuk jenis 4 cylinder in line engine (mesin
4 silinder sebaris) yaitu?
a. 1-3-4-2
b. 1-3-2-4
c. 1-2-3-4
d. 2-3-4-1
e. 2-4-1-3
2. Komponen sistem pengapian konvensional kendaraan yang berfungsi untuk
membangkitkan induksi elektromagnetik sehingga arus yang mengalir
menjadi tegangan tinggi yaitu?
a. Koil pengapian
b. Platina
c. Rotor
d. Kabel tegangan tinggi
e. Busi
3. Fungsi dari kunci kontak pada sistem pengapian konvensional
yaitu? a. Sebagai saklar pemutus atau penyambung arus listrik
b. Sebagai penghubung antara distributor dengan busi
c. Untuk membangkitkan tegangan tinggi pada kumparan sekunder
d. Untuk menyimpan arus sementara
e. Untuk mengalirkan tegangan dari kabel busi ke busi
4. Distributor pada sistem pengapian konvensional kendaraan digunakan untuk?
a. Menyalurkan tegangan dari baterai menuju kunci kontak
b. Menyalurkan tegangan tinggi dari koil pengapian ke kabel busi
c. Berfungsi untuk pengaman rangkaian sistem pengapian
d. Untuk memutus dan menyambungkan arus yang mengalir
e. Untuk membakar bahan bakar
2

5. Fungsi dari kondensor pada sistem pengapian konvensional kendaraan


adalah?
a. Suplai utama arus listrik pada sistem pengapian
b. Mengubah arus AC menjadi arus DC
c. Menyimpan sementara arus dari platina agar tidak ada loncatan bunga
api di platina.
d. Mengubah arus menjadi tegangan tinggi sehingga terjadi percikan bunga
api pada busi.
e. Untuk mencegah terjadi korsleting pada rangkaian sistem pengapian
6. Pada sistem pengapian konvensional kendaraan, ada komponen yang
dinamakan fuse atau sekring. Fungsi komponen tersebut yaitu?
a. Penyedia utama arus listrik
b. Penyalur tegangan tinggi
c. Pembangkit tegangan tinggi
d. Pengaman rangkaian sistem pengapian
e. Pembagi tegangan tinggi sistem pengapian
7. Apa kemungkinan yang terjadi jika salah satu busi mati pada
kendaraan? a. Mesin akan pincang
b. Mesin tidak bisa hidup
c. Tegangan tinggi tidak terjadi
d. Koil pengapian cepat panas
e. Koil pengapian jadi mati
8. Penyebab kendaraan terasa tidak bertenaga atau suara berubah menjadi lebih
kasar ketika sudah masuk temperatur kerja mesin adalah?
a. Koil pengapian mati
b. Platina mati
c. Koil pengapian lemah atau panas
d. Busi mati
e. Kondensor mati
2

9. Kendaraan susah dihidupkan dan ketika diperiksa busi basah, kemungkinan


penyebabnya adalah?
a. Busi mati
b. Koil mati
c. Kondensor bocor
d. Rotor rusak
e. Penyetelan konsumsi bahan bakar tidak tepat
10. Kendaraan tidak bisa dihidupkan, setelah diperiksa ternyata tidak ada
percikan bunga api di busi, kemungkinan penyebabnya yaitu?
a. Koil pengapian mati
b. Waktu pengapian terlalu maju
c. Waktu pengapian terlalu mundur
d. Celah platina terlalu lebar
e. Celah elektroda busi tidak sesuai standar
11. Selain busi yang mati, mesin kendaraan terasa pincang juga bisa disebabkan
karena?
a. Salah satu kabel busi putus
b. Distributor mati
c. Koil pengapian mati
d. Kunci kontak mati
e. Tegangan baterai kurang
12. Kemungkinan penyebab terjadinya ledakan ketika pedal gas kendaraan tidak
ditekan (deselerasi) adalah?
a. Koil pengapian mati
b. Kerja vacuum advacer bermasalah
c. Busi mati
d. Kerja centrifugal advancer bermasalah
e. Kondensor mati
2

13. Ketika kendaraan dilakukan akselerasi (pedal gas diinjak) terjadi ledakan
pada knalpotnya, kemungkinan penyebabnya adalah?
a. Koil pengapian mati
b. Kerja vacuum advacer bermasalah
c. Busi mati
d. Kerja centrifugal advancer bermasalah
e. Kondensor mati
14. Salah satu contoh perawatan sistem pengapian konvensional yaitu?
a. Memeriksa kondisi dan celah busi
b. Memeriksa kondisi saringan udara
c. Memeriksa exhaust maniphold
d. Memeriksa intake maniphold
e. Memeriksa alternator
15. Pemeriksaan sudut dwell bdapat dilakukan menggunakan alat?
a. Feeler gauge
b. Tachometer
c. Tach & dwell tester
d. Timminglight
e. Multimeter
16. Jika sudut dwell terlalu besar, maka kemungkinan disebabkan
karena? a. Penyetelan celah platina terlalu sempit
b. Penyetelan celah platina terlalu lebar
c. Penyetelan celah busi terlalu lebar
d. Sudut pengapian terlalu maju
e. Sudut pengapian terlalu mundur
17. Alat yang bisa digunakan untuk memeriksa waktu pengapian adalah?
a. Multimeter
b. Tach & Dwell tester
c. Timmingliht
d. Feeler gauge
e. Compression tester
2

18. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur celah platina adalah?
a. Multimeter
b. Timminglight
c. Compression tester
d. Feeler gauge
e. Tach & Dwell tester
19. Alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur celah elektroda busi yaitu?
a. Multimeter
b. Timminglight
c. Compression tester
d. Feeler gauge
e. Tach & Dwell tester
20. Alat ukur yang dapat digunakan untuk memeriksa tahanan kabel tegangan
tinggi pada sistem pengapian konvensional yaitu?
a. Multimeter
b. Timminglight
c. Compression tester
d. Feeler gauge
e. Tach & Dwell tester

Kunci Jawaban kriteria penilaian


KUNCI JAWABAN
1. A 5. C 9. E 13. D 17. C
2. B 6. D 10. A 14. A 18. D
3. A 7. A 11. A 15. C 19. D
4. B 8. C 12. B 16. A 20. D

Keterangan bobot skor:


1. Jawaban benar = 1
2. Jawaban salah = 0
3. Skor total = 20
4. Nilai pilihan ganda = Total perolehan skor x 5 =
2

Hasil analisis butir soal yang sudah disusun dan diujikan sebagai berikut:
Tabel X. Tabel analisis Butir soal
Butir Nomor
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
n 28 20 28 25 22 23 16 18 14 23 21 2 8 25 16 17 26 25 24 9

p 0,9 0,65 0,9 0,81 0,71 0,74 0,52 0,58 0,45 0,74 0,68 0,06 0,26 0,81 0,52 0,55 0,84 0,81 0,77 0,29

q 0,1 0,35 0,1 0,19 0,29 0,26 0,48 0,42 0,55 0,26 0,32 0,94 0,74 0,19 0,48 0,45 0,16 0,19 0,23 0,71

pq 0,09 0,23 0,09 0,16 0,21 0,19 0,25 0,24 0,25 0,19 0,22 0,06 0,19 0,16 0,25 0,25 0,14 0,16 0,17 0,21

pA 1 0,73 1 1 0,87 0,87 0,8 0,93 0,53 0,8 0,73 0 0,2 1 0,93 0,87 1 1 1 0,47

pB 0,8 0,6 0,8 0,6 0,53 0,6 0,2 0,2 0,4 0,73 0,6 0,07 0,27 0,6 0,13 0,27 0,67 0,6 0,53 0,07

d 0,2 0,13 0,2 0,4 0,33 0,27 0,6 0,73 0,13 0,07 0,13 -0,07 -0,07 0,4 0,8 0,6 0,33 0,4 0,47 0,4

a) Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran menunjukkan seberapa sukar soal tersebut bagi peserta
didik. Tingkat kesukaran dilambangkan dengan (p). Hasil ujinya dilakukan
dengan tebal di berikut:
Tabel X. Tabel tingkat kesukaran
Nilai Tingkat kesukaran
>0,91 sangat mudah
0,7-0,9 Mudah
0,31-0,69 agak sukar
<0,3 Sukar

Dengan demikian, diketahui butir soal dengan tingkat kesukaran mudah ada
pada nomor 1,3,4,5,6,10,14,17,18, dan 19. Adapun butir soal yang agak sukar ada
pada nomor 2,7,8,9,11,15, dan 16.
b) Daya beda
Daya beda menunjukkan perbedaan antara peserta didik kelas atas dan kelas
bawah. Daya beda dilambangkan dengan (d), dari tabel di atas dapat dicocokn
dengan indeks berikut:
2

Tabel X. Indeks daya beda


Nilai Daya beda
0,71-1,0 sangat baik
0,41-0,71 baik
0,21-0,4 cukup
0-0,2 jelek
negatif kurang baik

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa butir soal nomor 8 dan 15 memiliki
daya beda yang sangat baik, sedangkan butir nomor 7,16, dan 19 memiliki daya
beda yang baik. Butir soal nomor 4,5,6,14,17,18, dan 20 memiliki daya beda yang
cukup, adapun butir soal nomor 1,2,3,9,10, dan 11 memiliki daya beda yang jelek.
Untuk buir soal nomor 12 dan 13 memiliki daya beda yang kurang baik karena
memiliki indeks negatif (-).
c) Validitas
Dengan ini, nomor butir soal yang tidak valid adalah nomor 12, 13, dan 20
karena memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi. Sebaiknya soal tersebut
dilakukan revisi agar dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan peserta didik
dengan baik.
d) Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa soal tersebut dapat digunakan secara
konsisten (ajeg) ketika digunakan ulang untuk menguji kemampuan peserta didik.
Reliabilitas dari soal tersebut sebagai berikut:
Uji secara manual menggunakan Kuder Richardson (KR-20):
𝑥2 2
𝑥 2 5402 390
St^2 = -| | = −| | = 174,25-158,27= 15,99
𝑁 𝑁 31 31

KR-20 = 𝑘
Ʃ𝑝𝑞
x (1 − )= 20
Ʃ3,686
𝑘−1 𝑆𝑡^2 20−1 x(1 − 15,99 )=
Perhitungan menggunakan Alpha Cronbach di
SPSS: Tabel X. Reliabilitas soal
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,810 20

Dengan demikian, reliabilitas soal tersebut tergolong sangat tinggi karena


0,81 mendekati 1,00. Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa soal tersebut dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik secara konsisten.
4.3. Penulisan Butir Non Tes
Lembar Penilaian Praktikum
Nama :
Kelas :
Materi :
Tanggal :

Petunjuk
1. Isikan identitas peserta didik yang akan dinilai!
2. Baca dan pahami pernyataan yang ada!
3. Berikan tanda cek (√) sesuai dengan kondisi yang ada!
No. Aspek yang diamati Skor
4 3 2 1
1. Persiapan alat dan bahan
2. Kemampuan analisis tugas
3. Langkah kerja
4. Sikap dan keselamatan kerja
5. Penggunaan alat
6. Penggunaan sumber informasi
7. Ketelitian
8. Kebersihan dan kerapian
9. Ketepatan waktu pengerjaan
10. Penarikan kesimpulan
Jumlah
Total perolehan
Kriteria: Banyumas,.........................2023
34-40 = A (Sangat baik) Instruktur,
28-33 = B (Baik)
22-27 = C (Cukup)
16-21 = D (Kurang)
10-15 = E (Sangat kurang) .....................................................

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉𝒂𝒏
Nilai akhir = 𝟒 𝒙 𝟏𝟎

30
31

Rubrik penilaian kinerja sebagai berikut:


Tabel X. Rubrik penilaian kinerja
Rubrik Penilaian Kinerja
Nilai Kriteria
4 Merumuskan gagasan dengan jelas
Sangat Mengumpulkan informasi dengan relevan
baik Memilih dan menyiapkan alat dan bahan dengan jelas
3 Merumuskan gagasan yang perlu diujikan
Baik Merencanakan suatu urutan pelaksanaan
Memilih dan menyiapkan alat dan bahan yang cocok
2 Dengan bimbingan instruktur dapat mengajukan gagasan secara jelas
Cukup Merencanakan pekerjaan dengan garis besar
Memilih dan menyiapkan alat dan bahan yang cocok
1 Dengan bimbingan instruktur dapat mengajukan gagasan sederhana
Kurang Terdapat kelemahan dalam melaksanakan pekerjaan
Memilih dan menyiapkan alat dan bahan kurang sesuai
BAB V

PENGOLAHAN SKOR HASIL TES UJI KOMPETENSI

5.1. Pengolahan Berdasarkan Acuan Norma (PAN)


Penilaian acuan norma (norm referend ecaluation) berasumsi bahwa
kemampuan setiap orang itu berbeda dan dapat digambarkan menurut distribusi
normal. Perbedaan ini harus ditunjukkan oleh hasil pengukuran, dan selanjutnya
akan dibandingkan dengan peserta didik lain dalam kelompoknya, sehingga dapat
diketahui posisi peserta didik tersebut. Hasil uji coba butir soal, didapatkan data
sebagai berikut:
Tabel X. Data perolehan nilai
No. Nama Skor Nilai Predikat
(x)
1 Agus Eko Daryanto 14 70
2 Ahnaf Munif 8 40
3 Alfan Faiz Iqbal Purwa 5 25
4 Aqila Fathir 14 70
5 Arjun Surya Saputra 18 90
6 Arkan Nasir 12 60
7 Danang Husaeni 14 70
8 Danda Nugroho 10 50
9 Fadil Cahya Ramadhan 10 50
10 Fredi Pratama 14 70
11 Fredo Pratama 11 55
12 Galang Septianto 7 35
13 Ismi Susanti 8 40
14 Iyan Catur Pangestu 13 65
15 Khairan Dzaky Al-Faridzi 17 85
16 Luthfi Dika Ramadan 15 75
17 Muhamad Robi Arya Kusuma 12 60
18 Muhammad Fadlurrahman Sidik 17 85
19 Nanjar Krisnanda 12 60
20 Nurul Umam 19 95
21 Oka Ardiyanto 9 45
22 Raka Agil Saputra 4 20
23 Rakhes Eky Pratama 13 65
24 Rendi Junianto 17 85
25 Rido 15 75
26 Sabdo Cahyo Aprilianto 18 90
27 Solihudin 14 70
28 Tito Mis Fuad 14 70

32
3

29 Tofil Rahman 14 70
30 Yusuf Cahyadi 17 85
31 Zainun Azhari 5 25
Jumlah (Σ) 390 1950
Rata-rata 12,6 62,9
Standar deviasi (Sd) 20,0

Dari tabel di atas, dilakukan perhitungan konversi skala lima dengan


Penilaian Acuan Norma (PAN) untuk mendapatkan perdikat dari peserta didik.
Tabel X. Kriteria KSL
Konversi Skala Lima
Kriteria KSL Nilai KSL Nilai Predikat
Mean+(1,5*Sd) ke atas A 93 93-100 A
Mean+(0,5*Sd) ke atas B 73 73-92 B
Mean-(0,5*Sd) ke atas C 53 53-72 C
Mean-(1,5*Sd) ke atas D 33 33-52 D
Mean-(1,5*Sd) ke bawah E 33 0-32 E
Selanjutnya, nilai peserta didik diurutkan dari predikat tertinggi ke predikat
terendah untuk memudahkan penyusunan rangking.
Tabel X. Urutan Rangking Peserta Didik
No. Nama Skor Nilai Predikat
(x)
1 Nurul Umam 19 95 A
2 Arjun Surya Saputra 18 90 B
3 Sabdo Cahyo Aprilianto 18 90 B
4 Khairan Dzaky Al-Faridzi 17 85 B
5 Muhammad Fadlurrahman Sidik 17 85 B
6 Rendi Junianto 17 85 B
7 Yusuf Cahyadi 17 85 B
8 Luthfi Dika Ramadan 15 75 B
9 Rido 15 75 C
10 Agus Eko Daryanto 14 70 C
11 Aqila Fathir 14 70 C
12 Danang Husaeni 14 70 C
13 Fredi Pratama 14 70 C
14 Solihudin 14 70 C
15 Tito Mis Fuad 14 70 C
16 Tofil Rahman 14 70 C
17 Iyan Catur Pangestu 13 65 C
18 Rakhes Eky Pratama 13 65 C
19 Arkan Nasir 12 60 C
20 Muhamad Robi Arya Kusuma 12 60 C
21 Nanjar Krisnanda 12 60 C
22 Fredo Pratama 11 55 C
3

23 Danda Nugroho 10 50 D
24 Fadil Cahya Ramadhan 10 50 D
25 Oka Ardiyanto 9 45 D
26 Ahnaf Munif 8 40 D
27 Ismi Susanti 8 40 D
28 Galang Septianto 7 35 D
29 Alfan Faiz Iqbal Purwa 5 25 E
30 Zainun Azhari 5 25 E
31 Raka Agil Saputra 4 20 E
Jumlah 390 1950
Rata-rata 12,6 62,9
Standar deviasi (Sd) 20,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa ada satu peserta didik dengan predikat A
dengan nilai 95 dan bisa diasumsikan sebagai peringkat tertinggi, sedangkan
predikat terendah peserta didik adalah peringkat E dengan jumlah tiga orang yang
memiliki nilai kurang dari 30.
5.2. Pengolahan Berdasarkan Acuan Patokan (PAP)
Penilaian acuan patokan (criterion referenced evaluation) menunjukkan
sampai batas mana kemampuan peserta didik mencapai kriteria kemampuan atau
keberhasilan yang telah ditentukan, dan skor yang demikian tidak tergantung dari
kemampuan peserta didik lain. Penilaian ini berasumsi bahwa hampir semua
peserta didik bisa belajar apa saja namun waktunya berbeda. Konsekuensi acuan
ini adalah adanya program remidial dan pengayaan. Dari hasil uji coba butir soal,
maka didapatkan data sebagai berikut:
Tabel X. Data perolehan nilai
No. Nama Skor Nilai (x) Predikat
1 Agus Eko Daryanto 14 70
2 Ahnaf Munif 8 40
3 Alfan Faiz Iqbal Purwa 5 25
4 Aqila Fathir 14 70
5 Arjun Surya Saputra 18 90
6 Arkan Nasir 12 60
7 Danang Husaeni 14 70
8 Danda Nugroho 10 50
9 Fadil Cahya Ramadhan 10 50
10 Fredi Pratama 14 70
11 Fredo Pratama 11 55
12 Galang Septianto 7 35
13 Ismi Susanti 8 40
3

14 Iyan Catur Pangestu 13 65


15 Khairan Dzaky Al-Faridzi 17 85
16 Luthfi Dika Ramadan 15 75
17 Muhamad Robi Arya Kusuma 12 60
18 Muhammad Fadlurrahman Sidik 17 85
19 Nanjar Krisnanda 12 60
20 Nurul Umam 19 95
21 Oka Ardiyanto 9 45
22 Raka Agil Saputra 4 20
23 Rakhes Eky Pratama 13 65
24 Rendi Junianto 17 85
25 Rido 15 75
26 Sabdo Cahyo Aprilianto 18 90
27 Solihudin 14 70
28 Tito Mis Fuad 14 70
29 Tofil Rahman 14 70
30 Yusuf Cahyadi 17 85
31 Zainun Azhari 5 25
Jumlah 390 1950
Rata-rata 12,6 62,9
Standar deviasi (Sd) 20,0

Berikutnya dilakukan perhitungan nilai ideal untuk tabel patokan predikat.


Tabel tersebut sebagai berikut:
Tabel X. Tabel patokan
Tabel Konversi
Skor ideal Mean Standar deviasi (Sd)
100 50 17
Skor ideal = skor total jika peserta didik menjawab seluruhnya
1
benar Mean = x skor ideal
2
1
Standar deviasi (Sd) = x mean
3

Hitung dengan konversi skala lima menggunakan Penilaian Acuan Patokan


(PAP). Didapatkan tabel sebagai berikut:
Tabel X. Tabel konversi skala lima
Kriteria KSL Nilai KSL Nilai Predikat
Mean+(1,5*Sd) ke atas A 75 75-100 A
Mean+(0,5*Sd) ke atas B 58 58-74 B
Mean-(0,5*Sd) ke atas C 42 42-57 C
Mean-(1,5*Sd) ke atas D 25 25-41 D
Mean-(1,5*Sd) ke bawah E 25 0-24 E
3

Selanjutnya, nilai peserta didik diurutkan dari predikat tertinggi ke predikat


terendah untuk memudahkan penyusunan rangking.
Tabel X. Daftar predikat peserta didik.
No. Nama Skor Nilai (x) Predikat
1 Nurul Umam 19 95 A
2 Arjun Surya Saputra 18 90 A
3 Sabdo Cahyo Aprilianto 18 90 A
4 Khairan Dzaky Al-Faridzi 17 85 A
5 Muhammad Fadlurrahman Sidik 17 85 A
6 Rendi Junianto 17 85 A
7 Yusuf Cahyadi 17 85 A
8 Luthfi Dika Ramadan 15 75 A
9 Rido 15 75 A
10 Agus Eko Daryanto 14 70 B
11 Aqila Fathir 14 70 B
12 Danang Husaeni 14 70 B
13 Fredi Pratama 14 70 B
14 Solihudin 14 70 B
15 Tito Mis Fuad 14 70 B
16 Tofil Rahman 14 70 B
17 Iyan Catur Pangestu 13 65 B
18 Rakhes Eky Pratama 13 65 B
19 Arkan Nasir 12 60 B
20 Muhamad Robi Arya Kusuma 12 60 B
21 Nanjar Krisnanda 12 60 B
22 Fredo Pratama 11 55 C
23 Danda Nugroho 10 50 C
24 Fadil Cahya Ramadhan 10 50 C
25 Oka Ardiyanto 9 45 C
26 Ahnaf Munif 8 40 D
27 Ismi Susanti 8 40 D
28 Galang Septianto 7 35 D
29 Alfan Faiz Iqbal Purwa 5 25 D
30 Zainun Azhari 5 25 D
31 Raka Agil Saputra 4 20 E
Jumlah 390 1950
rata-rata 12,6 62,9
Standar deviasi (Sd) 20,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa kelas tersebut didominasi oleh peserta


didik predikat B dan ada sembilan peserta didik dengan predikat A, sedangkan
untuk predikat paling bawah ada satu peserta didik dengan predikat E.
3

5.3. Penentuan Nilai Akhir Hasil Belajar


Penentuan nilai akhir dilakukan dengan cara gabungan nilai tugas, nilai uji
kompetensi, dan nilai praktikum. Masing-masing nilai memiliki bobot yang
berbeda untuk mendapatkan nilai akhir. Berikut ini adalah bobot penilaian untuk
nilai akhir:
Tabel X. Bobot nilai akhir
No. Penilaian Bobot
1 Tugas 1 10%
2 Tugas 2 20%
3 Tes Uji Kompetensi 30%
4 Praktikum 40%
Nilai akhir 100%

Dengan demikian, maka didapatkan nilai akhir sebagai berikut:


Tabel X. Nilai akhir peserta didik
No. Nama Tugas Tugas Tes Praktikum Nilai Kriteria Hasil
1 2 UK Akhir ketuntasan
10% 20% 30% 40% 100%
1 Agus Eko 87 83 70 86 81 75 Tuntas
Daryanto
2 Ahnaf Munif 81 87 40 81 70 75 Tidak
3 Alfan Faiz Iqbal 78 89 25 85 67 75 Tidak
Purwa
4 Aqila Fathir 83 86 70 85 81 75 Tuntas
5 Arjun Surya 92 86 90 82 86 75 Tuntas
Saputra
6 Arkan Nasir 82 88 60 86 78 75 Tuntas
7 Danang Husaeni 81 88 70 81 79 75 Tuntas
8 Danda Nugroho 84 83 50 83 73 75 Tidak
9 Fadil Cahya 81 86 50 85 74 75 Tidak
Ramadhan
10 Fredi Pratama 95 88 70 83 81 75 Tuntas
11 Fredo Pratama 70 82 55 85 74 75 Tidak
12 Galang Septianto 93 89 35 87 72 75 Tidak
13 Ismi Susanti 90 89 40 89 74 75 Tidak
14 Iyan Catur 87 82 65 88 80 75 Tuntas
Pangestu
15 Khairan Dzaky Al- 87 81 85 85 84 75 Tuntas
Faridzi
16 Luthfi Dika 84 89 75 88 84 75 Tuntas
Ramadan
17 Muhamad Robi 93 82 60 84 77 75 Tuntas
Arya Kusuma
3

18 Muhammad 86 80 85 81 83 75 Tuntas
Fadlurrahman
Sidik
19 Nanjar Krisnanda 86 88 60 82 77 75 Tuntas
20 Nurul Umam 83 82 95 88 88 75 Tuntas
21 Oka Ardiyanto 74 85 45 81 70 75 Tidak
22 Raka Agil Saputra 87 86 20 87 67 75 Tidak
23 Rakhes Eky 86 80 65 88 79 75 Tuntas
Pratama
24 Rendi Junianto 92 86 85 86 86 75 Tuntas
25 Rido 83 88 75 85 82 75 Tuntas
26 Sabdo Cahyo 77 84 90 81 84 75 Tuntas
Aprilianto
27 Solihudin 78 90 70 83 80 75 Tuntas
28 Tito Mis Fuad 71 85 70 85 79 75 Tuntas
29 Tofil Rahman 83 83 70 89 82 75 Tuntas
30 Yusuf Cahyadi 78 87 85 88 86 75 Tuntas
31 Zainun Azhari 73 80 25 89 66 75 Tidak
Rata-rata 78
Standar deviasi (Sd) 6

Selanjutnya diurutkan dari predikat tertinggi hingga predikat terendah agar


lebih mudah mengetahui peserta didik yang membutuhkan remidial atau tindakan
khusus selama pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik.
Tabel X. Predikat peserta didik
No. Nama Tugas Tugas Tes Praktikum Nilai Kriteria Hasil Predikat
1 2 UK Akhir ketuntasan
10% 20% 30% 40% 100%
1 Nurul Umam 83 82 95 88 88 75 Tuntas 1
2 Rendi Junianto 92 86 85 86 86 75 Tuntas 2
3 Arjun Surya Saputra 92 86 90 82 86 75 Tuntas 3
4 Yusuf Cahyadi 78 87 85 88 86 75 Tuntas 4
5 Khairan Dzaky Al- 87 81 85 85 84 75 Tuntas 5
Faridzi
6 Luthfi Dika Ramadan 84 89 75 88 84 75 Tuntas 6
7 Sabdo Cahyo Aprilianto 77 84 90 81 84 75 Tuntas 7
8 Muhammad 86 80 85 81 83 75 Tuntas 8
Fadlurrahman Sidik
9 Rido 83 88 75 85 82 75 Tuntas 9
10 Tofil Rahman 83 83 70 89 82 75 Tuntas 10
11 Fredi Pratama 95 88 70 83 81 75 Tuntas 11
12 Agus Eko Daryanto 87 83 70 86 81 75 Tuntas 12
13 Aqila Fathir 83 86 70 85 81 75 Tuntas 13
14 Solihudin 78 90 70 83 80 75 Tuntas 14
15 Iyan Catur Pangestu 87 82 65 88 80 75 Tuntas 15
3

16 Rakhes Eky Pratama 86 80 65 88 79 75 Tuntas 16


17 Danang Husaeni 81 88 70 81 79 75 Tuntas 17
18 Tito Mis Fuad 71 85 70 85 79 75 Tuntas 18
19 Arkan Nasir 82 88 60 86 78 75 Tuntas 19
20 Muhamad Robi Arya 93 82 60 84 77 75 Tuntas 20
Kusuma
21 Nanjar Krisnanda 86 88 60 82 77 75 Tuntas 21
22 Ismi Susanti 90 89 40 89 74 75 Tidak 22
23 Fadil Cahya Ramadhan 81 86 50 85 74 75 Tidak 23
24 Fredo Pratama 70 82 55 85 74 75 Tidak 24
25 Danda Nugroho 84 83 50 83 73 75 Tidak 25
26 Galang Septianto 93 89 35 87 72 75 Tidak 26
27 Oka Ardiyanto 74 85 45 81 70 75 Tidak 27
28 Ahnaf Munif 81 87 40 81 70 75 Tidak 28
29 Alfan Faiz Iqbal Purwa 78 89 25 85 67 75 Tidak 29
30 Raka Agil Saputra 87 86 20 87 67 75 Tidak 30
31 Zainun Azhari 73 80 25 89 66 75 Tidak 31
Rata-rata 78
Standar deviasi (Sd) 6

Berdasarkan tabel nilai akhir di atas, dapat disimpulkan bawah peserta didik
dengan predikat 1 memiliki skor nilai akhir sebesar 88, sedangkan peserta didik
predikat terendah memiliki skor 66. Dari total 31 peserta didik di kelas tersebut,
sebanyak 10 peserta didik tidak tuntas karena ada salah satu atau lebih nilai yang
tidak masuk kriteria ketuntasan.
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis butir yang sudah dilaksanakan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa soal tersebut reliabel. Hal ini karena nilai reliabilitasnya
mencapai 0,81, dengan hal ini maka sudah masuk kategori reliabilitas yang sangat
tinggi karena mendekati 1,00. Artinya butir soal tersebut dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik secara konsisten (ajeg) ketika digunakan
secara berulang. Adapun validitas soal tersebut juga baik, hanya saja perlu
dilakukan revisi untuk butir soal yang terlalu sukar bagi peserta didik.
Berdasarkan pengolahan Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP), hasil belajar peserta didik kelas XI TKRO SMK Ma’arif NU1
Sumpiuh pada materi perawatan sistem pengapian konvensional cukup baik, hal
ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata yang didapatkan lebih tinggi dari
KKM. Meskipun ada beberapa peserta didik yang belum tuntas dalam materi
tersebut.
6.2. Saran

40
DAFTAR PUSTAKA

Rahman, A., dkk. 2022. Pengertian Pendidikan, Ilmu Pendidikan, dan Unsur-unsur
Pendidikan. Al Urwatul Wutsqa 2(1): 1-8.
Nurjaman, dan Syarifan. 2016. Psikologi Belajar. Ponorogo: Wade
Group. Purwanto. 2016. Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Febriana, Rina. 2019. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Zainal. 2017. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana. 2017. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

41
LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi
Dokumentasi asesmen sumatif

Praktikum

42
43
Lampiran 2
Lembar Kerja Peserta Didik
LKPD

Instansi SMK Ma’arif NU1 Sumpiuh


Kelas XI TKRO
Mata pelajaran Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan (PKKR)
Kompetensi dasar 3.5. Menerapkan cara perawatan sistem pengapian konvensional
4.5 Merawat Secara Berkala Sistem Pengapian Konvensional.
Waktu Pertemuan ke-3
Materi Pokok Menerapkan cara perawatan sistem pengapian konvensional dan Merawat secara
berkala sistem pengapian konvensional
Tujuan a. Setelah mendapat materi pembelajaran dari Guru, peserta didik dapat
Pembelajaran menyebutkan nama komponen beserta fungsi dari Sistem Pengapian
Konvensional dengan benar.
b. Setelah mendapat materi pembelajaran dari Guru, peserta didik dapat
menjelaskan cara kerja dari Sistem Pengapian Konvensional dengan
benar.
c. Setelah mendapat materi pembelajaran dari Guru, peserta didik dapat
mengidentifikasi rangkaian Sistem Pengapian Konvensional dengan baik.
d. Setelah mendapat materi pembelajaran dari Guru, peserta didik dapat
mengetahui langkah dalam perawatan Sistem Pengapian Konvensional
dengan baik sesuai SOP.
e. Setelah mendapat materi pembelajaran dari Guru, peserta didik dapat
menerapkan Cara Perawatan Sistem Pengapian Konvensional dengan
benar.

SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

A. Kerjakan soal-soal berikut dengan teliti !

1. Jelaskan fungsi dari sistem pengapian !


…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................

44
4

2. Rangkailah kembali sistem pengapian berikut !

3. Jelaskan fungsi dari komponen sistem pengapian konvensional berikut:


a. Baterai
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................
b. Kunci kontak
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................
c. Koil pengapian
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................
4

d. Platina
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................
e. Kondensor
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................
f. Distributor
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................
g. Busi
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................

4. Jelaskan cara kerja sistem pengapian konvensional


…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
4

B. Diskusi

Diskusikan dengan teman satu kelompok dari permasalahan berikut ini.

Ada sebuah mobil kijang dengan sistem pengapian konvensional tiba-tiba mogok
di jalan. Setelah diperiksa oleh pengemudi, ternyata busi tidak mau mengeluarkan api.
Jika Anda adalah seorang mekanik bengkel, bagaimana langka-langkah memeriksa sistem
pengapian tersebut?

Sertakan alat dan bahan yang diperlukan!

Catatan
No. Nama Kelompok Nomor Presensi Anggota

1. Kelompok 1 1 s.d. 4
2. Kelompok 2 5 s.d. 8

3. Kelompok 3 9 s.d. 12
4. Kelompok 4 13 s.d. 16
5. Kelompok 5 17 s.d. 20
6. Kelompok 6 21 s.d. 24
7. Kelompok 7 25 s.d. 28
8. Kelompok 8 29 s.d. 32

Kunci jawaban
1. Sistem pengapian konvensional memiliki beberapa fungsi utama yaitu :
a. Menyediakan loncatan bunga api pada busi dalam waktu yang tepat untuk
membakar campuran udara dan bahan bakar.
b. Agar terjadi loncatan bunga api, maka tegangan harus tinggi. Sehingga sistem
pengapian juga berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai menjadi tegangan
tinggi pada koil pengapian melalui hubung singkat arus primer oleh breaker
point (platina).
4

2. Rangkaian sistem pengapian

3. Fungsi dari :
a. Baterai
berfungsi untuk menyuplai energi listrik pada sistem pengapian
b. Kunci kontak
berfungsi untuk memutus dan menghubungkan energi listrik dari baterai ke sistem
pengapian
c. Koil pengapian
menaikkan tegangan baterai (12) menjadi tegangan tinggi (10KV atau lebih) yang
dibutuhkan untuk pengapian (meloncatkan bunga api pada busi)
d. Platina
memutus dan menghubungkan listrik dari primer koil ke massa.
e. Kondensor
menyerap loncatan listrik ketika platina membuka, menyimpan energi listrik
sementara
f. Distributor
membagi atau mendistribusikan tegangan tinggi ke busi sesuai urutan pengapian
(FO/Firring Order)
4

g. Busi
menghasilkan lompatan listrik atau loncatan bunga api sehingga dapat
dimanfaatkan untuk proses pembakaran dalam ruang bakar
4. Cara kerja sistem pengapian konvensional
1. Pada saat kontak platina menutup.
Pada saat ini aliran arus dari baterai akan mengalir ke kunci kontak,
kumparan primer koil, menuju ke platina dan ke massa. Lihat aliran arus pada
garis berwarna merah. Karena kumparan primer pada koil pengapian dialiri
arus, maka akan terjadi kemagnetan pada kumparan tersebut.
2. Pada saat kontak platina membuka.
Arus primer (arus yang mengalir pada kumparan primer koil) akan
terputus secara tiba-tiba. Pemutusan arus ini akan mengakibatkan induksi
elektromagnetik pada kumparan sekunder koil. Tegangan akan dibangkitkan
menjadi 10k volt atau lebih. Arus yang telah dibangkitkan di kumparan sekunder
koil ini akan dialirkan ke rotor dan di distribusikan ke masing-masing busi. Busi
yang dialiri arus tegangan tinggi akan terjadi loncatan bunga api untuk
membakar campuran udara dan bahan bakar.
Lampiran 3
Lembar kerja praktikum

50
51
52
53

Anda mungkin juga menyukai