BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi dalam dunia Pendidikan merupakan suatu komponen yang
penting selain proeses pembelajaran itu sendiri. Maka sebuah proses
pembalajaran dikatakan berhasil dilihat dari hasil evaluasi
pembelajarannya. Menurut pendapat dari Grondlund serta Linn (1990),
evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses menganalisa,
mengumpulkan serta menginterpretasi suatu informasi secara runtut untuk
menetapkan sudah sampai sejauh mana tujuan pembelajaran tersebut
membuahkan hasil. Sehingga setiap proses pembelajaran pada akhir
pembelajaran selalu diakhiri dengan evaluasi pembelajaran untuk
mengukur tingkat pemahaman seorang peserta didik. Pada Peraturan
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2022 Tentang Standar Penilaian Pendidikan
Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang
Pendidikan Menengah, evaluasi pembelajaran juga dapat diartiakn dengan
istilah penilaian hasil belajar. Dalam peraturan diatas juga memuat tentang
bentuk prosedur penilaian, bahwa prosedur penilaian dapat berbentuk
penilain formatif dan penilain sumatif. Di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) evaluasi pembelajaran dilakukan sesuai dengan bentuk mata
pelajaran yang dilakukan pada proses pembelajaran. Pada mata pelajaran
Adaptif dan normatif evaluasi pembelajaran yang berupa tes dilakukan
dengan tes tertulis. Sedangkan untuk mata pelajaran produktif tes yang
dilakukan menggunakan tes tertulis dan tes praktek. Hal ini dimaksudkan
agar peserta didik di SMK menguasai kompetensi yang dipelajari baik
secara pengetahuan ataupun secara praktek. Instrumen yang digunakan
untuk pebngambilan nilai juga berbeda. Maka setiap guru wajib dapat
merencanakan dan membuat instrumen penilaian untuk mengukur
kompetensi peserta didik.
B. Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang, maka tujuan dari laporan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui kualitas butir mata pelajaran produktif teknik
pemesinan, kompetensi keahlian teknik pemesinan di SMK
Muhammadiyah Mungkid .
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Pembelajaran
didik tidak dapat berhasil tanpa adanya orang yang membantu, orang ini
yang sekarang kita sebut Guru, pengajar atau pendidik. Menurut Dimyati
interaksi yang sadar akan tujuan yang ingin dicapai berupa ketercapaian
4
pembelajaran.
2. Belajar
peserta didik dengan sadar untuk menerima pelajaran dari tenaga pendidik.
diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan
dengan lingkunganya.
dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan
B. Evaluasi
evaluation dari akar kata value yang berarti nilai atau harga. Secara
menurut Wand and Brown, evaluasi adalah tindakan atau proses untuk
penilaian.
C. Penilaian
dengan kata lain bentuk penilain juga sudah diatur sebgaimana tercantum
6
D. Pengukuran
adalah suatu pross pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik
tertendu yang dimiliki oleh orang, hal atau objek tertentu menurut aturan
kuno yang berarti piting untuk menyisihkan logam logam mulia. Menurut
(Ismaryati, 2006) tes adalah instrumen atau alat yang digunakan untuk
7
informasi atau data dari suatu onjek yang akan diukur. Menurut Mardapi
Alat penilaian hasil belajar dibagi menjadi dua kategori yaitu tes dan non
tes:
1. Alat penilain tes digunakan untuk menilai hasil belajar dan proses
2. Alat penilaian non tes yang sering digunakan untuk penilaian antara
dengan kata lain tidak terlalu sulit ataupun tidak terlalu mudah. Untuk
mendapatkan soal yang berkualitas, dalam membuat soal harus di tinjau dari
pengecoh, sehingga nantinya dari hasil soal yang sudah dikerjakan dapat
digunakan guru sebagai refleksi. Berikut ini aspek aspek yang digunakan
1. Validitas
8
a. Validitas isi
yang berkompeten
9
5) Evaluasi item
b. Validitas konstruk
Azwar ,2000).
teori konstruk.
dengan teori.
1
c. Validitas kriteria
skor tes dan skor kriteria ditentukan pada waktu yang sama,
ƩS
Indek validitas Aiken V =
n (c − 1)
Keterangan :
V = Indeks validitas
Rentang S = r - Io indeks
r = Skor pilihan validator
validitas Io = Skor terendah/Instrumen Aiken = 0 -1
n = Jumlah rater/Validator
≤ c = banyaknya skala atau kriteria jawaban 0,40 =
kurang
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes adalah sejauh mana hasil suatu tes itu dapat
atribut yang diukur dari peserta dan tes yang sama (Gebotys,2003 ).
a) test-retest
Keteragan
r xy = koefisien korelasi Produsct Moment
n = Jumlah responden
xi = Skor setiap item percobaan pertama
yi = skor setiap item percobaan selanjutnya
Product Moment dikatakan signifikan jika nilai ri > rt
1
r √n − 2
t¿
√ 1− r 2
keterangan
t = nilai t hitung
r = koefisien korelasi
n = jumlah responden
b) Ekuivalen
c) Internal consistency
2 rb
r i=
1+r b
Keterangan
ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi Product Moment antara belahan ganjil dengan belahan genap
4)
3. Tingkat kesukaran
4. Daya pembeda
5. Efektivitas pengecoh.
yang tidak baik. Dengan analisis butir soal dapat diperoleh informasi tentang
kekurangan sebuah soal tes dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Dalam tes
dan pengukuran dikenal beberapa karakteristik butir soal, yaitu: tingkat kesukaran,
daya beda, dan distribusi jawaban atau berfungsi tidaknya pilihan jawaban
(distraktor). Ketiga karakteristik butir soal ini secara bersama akan menentukan
mutu butir soal. Bila salah satu dari ketiga karakteristik ini tidak memenuhi
persyaratan maka mutu butir soal akan turun.
a. Tingkat kesukaran (difficulty level)
Tingkat kesukaran merupakan proporsi peserta tes menjawab benar terhadap
butir soal tersebut. Tingkat kesukaran butir soal biasanya dilambangkan dengan
(p), di mana semakin besar nilai (p) berarti semakin besar proporsi yang
menjawab benar terhadap butir soal tersebut sehingga butir soal tersebut bisa
dikatakan mudah, sedangkan makin rendah nilai (p) maka menandakan butir soal
tersebut semakin sukar.
Tabel X. Klasifikasi kesukaran butir soal (p).
TINGKAT KESUKARAN
>0,91 sangat mudah
0,7-0,9 mudah
0,31-0,69 agak sukar
<0,3 sukar
Butir soal yang baik merupakan butir soal yang tidak terlalu mudah atau
tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik
untuk memecahkan permasalahannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan kurang semangat untuk
menjawabnya.
b. Daya beda (d)
Daya beda merupakan indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir
soal untuk membedakan kelompok yang berprestasi tinggi (kelompok atas) dari
kelompok yang berprestasi rendah (kelompok bawah) di antara para peserta tes.
Daya beda butir soal yang sering digunakan dalam tes hasil belajar adalah dengan
menggunakan indeks korelasi antara skor butir dengan skor totalnya. Daya beda
dengan cara ini sering disebut validitas internal, karena nilai korelasi diperoleh
dari
1
dalam tes itu sendiri. Daya beda dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi
biserial maupun koefesien korelasi point biserial.
Tabel X. Klasifikasi daya beda (d)
DAYA BEDA
0,71-1,0 sangat baik
0,41-0,71 baik
0,21-0,4 cukup
0-0,2 jelek
NEGATIF kurang baik
Selain memperhatikan fungsi daya tarik untuk dipilih oleh peserta tes,
pengecoh soal juga perlu memperhatikan daya beda (koefisien korelasi) yang
ditunjukkan oleh masing-masing alternatif jawaban. Setiap pengecoh diharapkan
memiliki daya beda negatif, artinya suatu pengecoh diharapkan lebih sedikit
dipilih oleh kelompok tinggi dibandingkan dengan kelompok bawah. Atau daya
beda pengecoh tidak lebih besar dari daya beda kunci jawaban setiap butir soal.
1
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleransi, damai), santun,
K2 responsif, dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
K3 ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni , budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk
memecahkan
masalah
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
K4 dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif dan mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
16
1
Alokasi
Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar Materi Pokok Waktu Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Kompetensi
(JP)
1 2 3 4 5 6 7
1.1. Lingkungan hidup dan
sumber daya alam sebagai
anugerah Tuhan yang maha
Esa harus dijaga kelestarian
dan kelangsungan hidupnya.
1.2. Pengembangan dan
penggunaan teknologi dalam
kegiatan belajar harus
selaras dan tidak merusak
dan mencemari lingkungan,
alam dan manusia
Arif Andriyanto
NIM. 22522251013
3.2. Kompetensi Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan
Kompetensi yang ada pada mata pelajaran Pemeliharaan Kelistrikan
21
2
BAB IV
13. Ketika kendaraan dilakukan akselerasi (pedal gas diinjak) terjadi ledakan
pada knalpotnya, kemungkinan penyebabnya adalah?
a. Koil pengapian mati
b. Kerja vacuum advacer bermasalah
c. Busi mati
d. Kerja centrifugal advancer bermasalah
e. Kondensor mati
14. Salah satu contoh perawatan sistem pengapian konvensional yaitu?
a. Memeriksa kondisi dan celah busi
b. Memeriksa kondisi saringan udara
c. Memeriksa exhaust maniphold
d. Memeriksa intake maniphold
e. Memeriksa alternator
15. Pemeriksaan sudut dwell bdapat dilakukan menggunakan alat?
a. Feeler gauge
b. Tachometer
c. Tach & dwell tester
d. Timminglight
e. Multimeter
16. Jika sudut dwell terlalu besar, maka kemungkinan disebabkan
karena? a. Penyetelan celah platina terlalu sempit
b. Penyetelan celah platina terlalu lebar
c. Penyetelan celah busi terlalu lebar
d. Sudut pengapian terlalu maju
e. Sudut pengapian terlalu mundur
17. Alat yang bisa digunakan untuk memeriksa waktu pengapian adalah?
a. Multimeter
b. Tach & Dwell tester
c. Timmingliht
d. Feeler gauge
e. Compression tester
2
18. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur celah platina adalah?
a. Multimeter
b. Timminglight
c. Compression tester
d. Feeler gauge
e. Tach & Dwell tester
19. Alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur celah elektroda busi yaitu?
a. Multimeter
b. Timminglight
c. Compression tester
d. Feeler gauge
e. Tach & Dwell tester
20. Alat ukur yang dapat digunakan untuk memeriksa tahanan kabel tegangan
tinggi pada sistem pengapian konvensional yaitu?
a. Multimeter
b. Timminglight
c. Compression tester
d. Feeler gauge
e. Tach & Dwell tester
Hasil analisis butir soal yang sudah disusun dan diujikan sebagai berikut:
Tabel X. Tabel analisis Butir soal
Butir Nomor
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
n 28 20 28 25 22 23 16 18 14 23 21 2 8 25 16 17 26 25 24 9
p 0,9 0,65 0,9 0,81 0,71 0,74 0,52 0,58 0,45 0,74 0,68 0,06 0,26 0,81 0,52 0,55 0,84 0,81 0,77 0,29
q 0,1 0,35 0,1 0,19 0,29 0,26 0,48 0,42 0,55 0,26 0,32 0,94 0,74 0,19 0,48 0,45 0,16 0,19 0,23 0,71
pq 0,09 0,23 0,09 0,16 0,21 0,19 0,25 0,24 0,25 0,19 0,22 0,06 0,19 0,16 0,25 0,25 0,14 0,16 0,17 0,21
pA 1 0,73 1 1 0,87 0,87 0,8 0,93 0,53 0,8 0,73 0 0,2 1 0,93 0,87 1 1 1 0,47
pB 0,8 0,6 0,8 0,6 0,53 0,6 0,2 0,2 0,4 0,73 0,6 0,07 0,27 0,6 0,13 0,27 0,67 0,6 0,53 0,07
d 0,2 0,13 0,2 0,4 0,33 0,27 0,6 0,73 0,13 0,07 0,13 -0,07 -0,07 0,4 0,8 0,6 0,33 0,4 0,47 0,4
a) Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran menunjukkan seberapa sukar soal tersebut bagi peserta
didik. Tingkat kesukaran dilambangkan dengan (p). Hasil ujinya dilakukan
dengan tebal di berikut:
Tabel X. Tabel tingkat kesukaran
Nilai Tingkat kesukaran
>0,91 sangat mudah
0,7-0,9 Mudah
0,31-0,69 agak sukar
<0,3 Sukar
Dengan demikian, diketahui butir soal dengan tingkat kesukaran mudah ada
pada nomor 1,3,4,5,6,10,14,17,18, dan 19. Adapun butir soal yang agak sukar ada
pada nomor 2,7,8,9,11,15, dan 16.
b) Daya beda
Daya beda menunjukkan perbedaan antara peserta didik kelas atas dan kelas
bawah. Daya beda dilambangkan dengan (d), dari tabel di atas dapat dicocokn
dengan indeks berikut:
2
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa butir soal nomor 8 dan 15 memiliki
daya beda yang sangat baik, sedangkan butir nomor 7,16, dan 19 memiliki daya
beda yang baik. Butir soal nomor 4,5,6,14,17,18, dan 20 memiliki daya beda yang
cukup, adapun butir soal nomor 1,2,3,9,10, dan 11 memiliki daya beda yang jelek.
Untuk buir soal nomor 12 dan 13 memiliki daya beda yang kurang baik karena
memiliki indeks negatif (-).
c) Validitas
Dengan ini, nomor butir soal yang tidak valid adalah nomor 12, 13, dan 20
karena memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi. Sebaiknya soal tersebut
dilakukan revisi agar dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan peserta didik
dengan baik.
d) Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa soal tersebut dapat digunakan secara
konsisten (ajeg) ketika digunakan ulang untuk menguji kemampuan peserta didik.
Reliabilitas dari soal tersebut sebagai berikut:
Uji secara manual menggunakan Kuder Richardson (KR-20):
𝑥2 2
𝑥 2 5402 390
St^2 = -| | = −| | = 174,25-158,27= 15,99
𝑁 𝑁 31 31
KR-20 = 𝑘
Ʃ𝑝𝑞
x (1 − )= 20
Ʃ3,686
𝑘−1 𝑆𝑡^2 20−1 x(1 − 15,99 )=
Perhitungan menggunakan Alpha Cronbach di
SPSS: Tabel X. Reliabilitas soal
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,810 20
Petunjuk
1. Isikan identitas peserta didik yang akan dinilai!
2. Baca dan pahami pernyataan yang ada!
3. Berikan tanda cek (√) sesuai dengan kondisi yang ada!
No. Aspek yang diamati Skor
4 3 2 1
1. Persiapan alat dan bahan
2. Kemampuan analisis tugas
3. Langkah kerja
4. Sikap dan keselamatan kerja
5. Penggunaan alat
6. Penggunaan sumber informasi
7. Ketelitian
8. Kebersihan dan kerapian
9. Ketepatan waktu pengerjaan
10. Penarikan kesimpulan
Jumlah
Total perolehan
Kriteria: Banyumas,.........................2023
34-40 = A (Sangat baik) Instruktur,
28-33 = B (Baik)
22-27 = C (Cukup)
16-21 = D (Kurang)
10-15 = E (Sangat kurang) .....................................................
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉𝒂𝒏
Nilai akhir = 𝟒 𝒙 𝟏𝟎
30
31
32
3
29 Tofil Rahman 14 70
30 Yusuf Cahyadi 17 85
31 Zainun Azhari 5 25
Jumlah (Σ) 390 1950
Rata-rata 12,6 62,9
Standar deviasi (Sd) 20,0
23 Danda Nugroho 10 50 D
24 Fadil Cahya Ramadhan 10 50 D
25 Oka Ardiyanto 9 45 D
26 Ahnaf Munif 8 40 D
27 Ismi Susanti 8 40 D
28 Galang Septianto 7 35 D
29 Alfan Faiz Iqbal Purwa 5 25 E
30 Zainun Azhari 5 25 E
31 Raka Agil Saputra 4 20 E
Jumlah 390 1950
Rata-rata 12,6 62,9
Standar deviasi (Sd) 20,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada satu peserta didik dengan predikat A
dengan nilai 95 dan bisa diasumsikan sebagai peringkat tertinggi, sedangkan
predikat terendah peserta didik adalah peringkat E dengan jumlah tiga orang yang
memiliki nilai kurang dari 30.
5.2. Pengolahan Berdasarkan Acuan Patokan (PAP)
Penilaian acuan patokan (criterion referenced evaluation) menunjukkan
sampai batas mana kemampuan peserta didik mencapai kriteria kemampuan atau
keberhasilan yang telah ditentukan, dan skor yang demikian tidak tergantung dari
kemampuan peserta didik lain. Penilaian ini berasumsi bahwa hampir semua
peserta didik bisa belajar apa saja namun waktunya berbeda. Konsekuensi acuan
ini adalah adanya program remidial dan pengayaan. Dari hasil uji coba butir soal,
maka didapatkan data sebagai berikut:
Tabel X. Data perolehan nilai
No. Nama Skor Nilai (x) Predikat
1 Agus Eko Daryanto 14 70
2 Ahnaf Munif 8 40
3 Alfan Faiz Iqbal Purwa 5 25
4 Aqila Fathir 14 70
5 Arjun Surya Saputra 18 90
6 Arkan Nasir 12 60
7 Danang Husaeni 14 70
8 Danda Nugroho 10 50
9 Fadil Cahya Ramadhan 10 50
10 Fredi Pratama 14 70
11 Fredo Pratama 11 55
12 Galang Septianto 7 35
13 Ismi Susanti 8 40
3
18 Muhammad 86 80 85 81 83 75 Tuntas
Fadlurrahman
Sidik
19 Nanjar Krisnanda 86 88 60 82 77 75 Tuntas
20 Nurul Umam 83 82 95 88 88 75 Tuntas
21 Oka Ardiyanto 74 85 45 81 70 75 Tidak
22 Raka Agil Saputra 87 86 20 87 67 75 Tidak
23 Rakhes Eky 86 80 65 88 79 75 Tuntas
Pratama
24 Rendi Junianto 92 86 85 86 86 75 Tuntas
25 Rido 83 88 75 85 82 75 Tuntas
26 Sabdo Cahyo 77 84 90 81 84 75 Tuntas
Aprilianto
27 Solihudin 78 90 70 83 80 75 Tuntas
28 Tito Mis Fuad 71 85 70 85 79 75 Tuntas
29 Tofil Rahman 83 83 70 89 82 75 Tuntas
30 Yusuf Cahyadi 78 87 85 88 86 75 Tuntas
31 Zainun Azhari 73 80 25 89 66 75 Tidak
Rata-rata 78
Standar deviasi (Sd) 6
Berdasarkan tabel nilai akhir di atas, dapat disimpulkan bawah peserta didik
dengan predikat 1 memiliki skor nilai akhir sebesar 88, sedangkan peserta didik
predikat terendah memiliki skor 66. Dari total 31 peserta didik di kelas tersebut,
sebanyak 10 peserta didik tidak tuntas karena ada salah satu atau lebih nilai yang
tidak masuk kriteria ketuntasan.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis butir yang sudah dilaksanakan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa soal tersebut reliabel. Hal ini karena nilai reliabilitasnya
mencapai 0,81, dengan hal ini maka sudah masuk kategori reliabilitas yang sangat
tinggi karena mendekati 1,00. Artinya butir soal tersebut dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik secara konsisten (ajeg) ketika digunakan
secara berulang. Adapun validitas soal tersebut juga baik, hanya saja perlu
dilakukan revisi untuk butir soal yang terlalu sukar bagi peserta didik.
Berdasarkan pengolahan Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP), hasil belajar peserta didik kelas XI TKRO SMK Ma’arif NU1
Sumpiuh pada materi perawatan sistem pengapian konvensional cukup baik, hal
ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata yang didapatkan lebih tinggi dari
KKM. Meskipun ada beberapa peserta didik yang belum tuntas dalam materi
tersebut.
6.2. Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, A., dkk. 2022. Pengertian Pendidikan, Ilmu Pendidikan, dan Unsur-unsur
Pendidikan. Al Urwatul Wutsqa 2(1): 1-8.
Nurjaman, dan Syarifan. 2016. Psikologi Belajar. Ponorogo: Wade
Group. Purwanto. 2016. Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Febriana, Rina. 2019. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Zainal. 2017. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana. 2017. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
41
LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi
Dokumentasi asesmen sumatif
Praktikum
42
43
Lampiran 2
Lembar Kerja Peserta Didik
LKPD
44
4
d. Platina
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................
e. Kondensor
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................
f. Distributor
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................
g. Busi
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………
……...............................................................................................................................
B. Diskusi
Ada sebuah mobil kijang dengan sistem pengapian konvensional tiba-tiba mogok
di jalan. Setelah diperiksa oleh pengemudi, ternyata busi tidak mau mengeluarkan api.
Jika Anda adalah seorang mekanik bengkel, bagaimana langka-langkah memeriksa sistem
pengapian tersebut?
Catatan
No. Nama Kelompok Nomor Presensi Anggota
1. Kelompok 1 1 s.d. 4
2. Kelompok 2 5 s.d. 8
3. Kelompok 3 9 s.d. 12
4. Kelompok 4 13 s.d. 16
5. Kelompok 5 17 s.d. 20
6. Kelompok 6 21 s.d. 24
7. Kelompok 7 25 s.d. 28
8. Kelompok 8 29 s.d. 32
Kunci jawaban
1. Sistem pengapian konvensional memiliki beberapa fungsi utama yaitu :
a. Menyediakan loncatan bunga api pada busi dalam waktu yang tepat untuk
membakar campuran udara dan bahan bakar.
b. Agar terjadi loncatan bunga api, maka tegangan harus tinggi. Sehingga sistem
pengapian juga berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai menjadi tegangan
tinggi pada koil pengapian melalui hubung singkat arus primer oleh breaker
point (platina).
4
3. Fungsi dari :
a. Baterai
berfungsi untuk menyuplai energi listrik pada sistem pengapian
b. Kunci kontak
berfungsi untuk memutus dan menghubungkan energi listrik dari baterai ke sistem
pengapian
c. Koil pengapian
menaikkan tegangan baterai (12) menjadi tegangan tinggi (10KV atau lebih) yang
dibutuhkan untuk pengapian (meloncatkan bunga api pada busi)
d. Platina
memutus dan menghubungkan listrik dari primer koil ke massa.
e. Kondensor
menyerap loncatan listrik ketika platina membuka, menyimpan energi listrik
sementara
f. Distributor
membagi atau mendistribusikan tegangan tinggi ke busi sesuai urutan pengapian
(FO/Firring Order)
4
g. Busi
menghasilkan lompatan listrik atau loncatan bunga api sehingga dapat
dimanfaatkan untuk proses pembakaran dalam ruang bakar
4. Cara kerja sistem pengapian konvensional
1. Pada saat kontak platina menutup.
Pada saat ini aliran arus dari baterai akan mengalir ke kunci kontak,
kumparan primer koil, menuju ke platina dan ke massa. Lihat aliran arus pada
garis berwarna merah. Karena kumparan primer pada koil pengapian dialiri
arus, maka akan terjadi kemagnetan pada kumparan tersebut.
2. Pada saat kontak platina membuka.
Arus primer (arus yang mengalir pada kumparan primer koil) akan
terputus secara tiba-tiba. Pemutusan arus ini akan mengakibatkan induksi
elektromagnetik pada kumparan sekunder koil. Tegangan akan dibangkitkan
menjadi 10k volt atau lebih. Arus yang telah dibangkitkan di kumparan sekunder
koil ini akan dialirkan ke rotor dan di distribusikan ke masing-masing busi. Busi
yang dialiri arus tegangan tinggi akan terjadi loncatan bunga api untuk
membakar campuran udara dan bahan bakar.
Lampiran 3
Lembar kerja praktikum
50
51
52
53