Anda di halaman 1dari 15

Peran Multilateral Investment Guarantee Agreement dalam Penanaman Modal di

Indonesia

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Penanaman Modal

Dosen Pengampu: Rizka Prawesti, M. H.

Disusun oleh:

Nurul Afia Marsya R 33020200004

Deasy Fitriani 33020200033

Anggraeny Saputri 33020200054

Nuriyah Azizah 33020200059

Nita Arini 33020200070

Mohamad Novan F. 33020200075

Qhotrun Nada 33020200077

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan segala nikmatnya kepada semua hambaNYA. Semoga keberkahan selalu
menghampiri para hambanya. Sholawat salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya menuju jalan yang yang diridhai
Allah.
Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Kepailitan yang diampu oleh Ibu Rizka Prawesti, M. H. serta sebagai sumber
pengetahuan bagi para pembacanya. Adapun isi dari makalah ini adalah diantaranya
membahas mengenai Teori Interaksionisme Simbolik Sebagai Alat Analisis Terhadap
Hukum. Kami sebagai penyusun makalah mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang terlibat didalamnya. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
bagi para pembacanya.

Kami sebagai penyusun makalah memohon maaf apabila banyak terjadi


kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk
menunjang penyusunan yang lebih baik kedepannya.

Salatiga, 22 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. Basis Aturan Mulltilateral Invesment Guarantee Agreement Di Indonesia ................... 3
B. Konsep Dasar Dari Mulltilateral Invesment Guarantee Agreement ............................... 4
C. Mulltilateral Invesment Guarantee Agreement ............................................................... 5
BAB III .................................................................................................................................... 11
PENUTUP................................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanaman modal baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun
penanaman modal asing (PMA) memiliki peran penting terhadap pembangunan ekonomi
suatu negara. Pembangunan ekonomi yang meliputi penciptaan lapangan kerja,
pembangunan infrastruktur, dan pembaharuan teknologi membutuhkan dana yang tidak
sedikit, hal tersebutlah yang mendasari kebijakan penanaman modal guna menopang
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Salah satu upaya untuk memperbaiki perekonomian nasional adalah dengan


mengundang masuknya penanaman modal asing ke Indonesia. PMA sebagai salah satu
komponen dari penanaman modal diangap memiliki aliran modal yang lebih stabil dari
pada sumber modal lain. Di samping faktor politik dan faktor ekonomi, yang dibutuhkan
untuk menarik modal yang besar masuk dalam suatu negara adalah, faktor hukum juga
menjadi salah satu faktor hadirnya investasi serta mempunyai peranan untuk
mendapatkan sumber modal yang sangat besar. Salah satu caranya dengan
mengedepankan kebijakan investasi yang mudah terhadap faktor usaha, serta sebagai
jaminan untuk kepastian hukum bagi para investor asing jika ingin menanamkan
modalnya

Maka dari itu untuk menarik minat investor asing pemerintah menerbitkan
kebijakan-kebijakan yang mengakomodir masuknya PMA ke Indonesia. Selain itu untuk
memberikan perlindungan jaminan investasi PMA pemerintah Indonesia mengadopsi
konvensi MIGA. Mulltilateral Invesment Guarantee Agreement atau biasanya disingkat
MIGA merupakan Badan Internasional Global dibawah naungan Bank Dunia yang
bergerak di bidang penjaminan atau asuransi kegiatan penanaman modal asing
khususnya di negara berkembang. 1 Berdasarkan MIGA sebagai lembaga penjamin
investasi internasional makalah ini akan membahas bagaimana penerapan MIGA dalam
hukum nasional Indonesia dan bagaimana Lembaga MIGA memberikan bentuk dan
jaminan investasi terhadap para Investor.

1
AF. Elly Erawati, “Meningkatkan Investasi Asing di Negara-Negara Berkembang”, (Bandung: Studi
Hukum Universitas Parahyangan, 1989), Hal 24

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana basis aturan Mulltilateral Invesment Guarantee Agreement di
Indonesia?
2. Bagaimana konsep dasar dari Mulltilateral Invesment Guarantee Agreement?
3. Apa yang dimaksud dari Mulltilateral Invesment Guarantee Agreement?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami basis aturan Mulltilateral Invesment Guarantee
Agreement di Indonesia?
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar dari Mulltilateral Invesment
Guarantee Agreement?
3. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud Mulltilateral Invesment
Guarantee Agreement?

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Basis Aturan Mulltilateral Invesment Guarantee Agreement Di Indonesia
Multilateral Investment Guarantee Agency adalah suatu organisasi internasional
di bawah payung Bank Dunia yang dibentuk pada sekitar tahun 1985. Aturan terhadap
Multilateral Investment Guarantee Agency terdapat pada Bab I (Pasal 1- Pasal 3) yang
secara khusus mengatur pembentukan, status, tujuan dan batasan. 2 Pada 27 Juni 1986
telah terbit Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1986 (Keppres No. 31/1986) tentang
Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA). Keppres ini menetapkan bahwa:

Pasal 1

Mengesahkan Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee


Agency, yang telah ditandatangani oleh Delegasi Pemerintah Republik Indonesia di
Washington DC, Amerika Serikat pada tanggal 27 Juni 1986 sebagai hasil Sidang
Tahunan 1985 Internasional Bank For Reconstruction and Development di Seoul, Korea
Selatan yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggris sebagaimana terlampir pada
Keputusan Presiden ini.

Pasal 1 yang ini menyatakan berdirinya Agency beserta pemberian status hukum
lembaga ini sebagai subyek hukum.

Pasal 2

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. 3

Pasal 2 menegaskan maksud dan tujuan pendirian Multilateral Investment


Guarantee Agency, yaitu memajukan (aliran) penanaman modal untuk tujuan-tujuan
produktif di negara berkembang. Untuk tujuan ini Multilateral Investment Guarantee
Agency akan memberikan aliran penanaman modal ke negara berkembang dan
melaksanakan kegiatan lainnya untuk melaksanakan tujuannya.

2
Antonio F. J. Karim, Penyelesaian Bisnis Melalui Multilateral Investment Guarantee Agency Terhadap
Perkembangan Investasi di Indonesia (Jurnal Lex Et Societatis Vol. VII/No. 2/Feb/2019) hal. 163-164
3
Prof. Dr. Rahmi Jened, S.H., M.H., Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Jakarta:Kencana,
2016) hal. 345

3
B. Konsep Dasar Dari Mulltilateral Invesment Guarantee Agreement
MIGA adalah anggota dari World Bank dengan misi untuk mendukung
penanaman modal asing secara langsung ke negara berkembang, untuk membantu
pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan standar kehidupan
rakyat. MIGA bertujuan untuk mendukung investasi asing secara langsung melalui
penyediaan asuransi risiko politik dan perluasan kredit bagi inventor dan pemberi
pinjaman terhadap kerugian yang disebabkan oleh risiko non-komersial.

Strategi operasional MIGA bermain sangat kuat pada pangsa pasar untuk menarik
investor dan penjamin swasta atas kesulitan mengoperasikan lingkungan. MIGA fokus
dalam area dimana MIGA tampil secara berbeda untuk membantu :

1. Negara-negara termiskin di dunia


2. Lingkungan yang terpengaruh konflik
3. Kompleksitas infrastruktur dan industri ekstraksi yang terkait dengan pertimbangan
sosial, lingkungan dan keuangan
4. Negara dengan tingkat pendapatan menengah di mana MIGA bisa berperan
5. Perlindungan investasi terhadap risiko non-komersial dan membantu investor untuk
memperoleh akses pada sumber daya keuntungan dengan meningkatkan persyaratan
dan kondisi keuangan.

Dalam dunia usaha dan juga dalam bidang hukum internasional dikenal dua
macam bentuk risiko yang tergolong dalam risiko politik, yaitu ekspropriasi dan
konfiskasi. Keduanya sering pula disebut dengan istilah nasionalisasi. Tindakan
nasionalisasi terhadap investasi asing sesungguhnya bukan hanya terjadi di negara-
negara berkembang saja melainkan sering kali juga terjadi di negara-negara industri
maju. Tindakan yang diambil oleh negara penerima modal, negara pengekspor modal,
dan investor asing sendiri untuk menghindari atau mengurangi political risk tersebut
sangat beragam.

Pemerintah negara penerima modal kerap kali merasa perlu untuk memberikan
jaminan perlindungan terhadap investasi asing dari kemungkinan terjadinya political risk
tersebut. Di pihak lain, negara pengekspor modal sebagai negara dimana investor asing
4
memiliki status kewarganegaraannya juga merasa berkepentingan untuk melindungi
kepentingan dan kekayaan yang dimiliki investor warga negaranya yang berinvestasi di
luar negeri. Tindakan perlindungan yang lazimnya dilakukan oleh negara pengekspor
modal meliputi dua bentuk, yaitu :

1. Melalui perundang-undangan nasionalnya


2. Melalui persetujuan multilateral

Bentuk perlindungan melalui peraturan perundang-undangan sesungguhnya


dapat disebut sebagai perlindungan secara tidak langsung. Sebab melihat isi ketentuan
perundang-undangan bukan objek investasi milik warga negaranya yang secara langsung
dilindungi, melainkan isi undang-undang tersebut justru menjatuhkan sanksi-sanksi
ekonomi kepada negara yang melakukan nasionalisasi.

Secara garis besar, isi perundang-undangan nasional negara pengekspor modal


tersebut mencakup :

1. Penghentian program bilateral asing di negara tersebut


2. Penolakan perlakuan istimewa perdagangan
3. Penutupan atau pembekuan aset dan rekening bank negara asing tersebut di negara
investor
4. Melakukan voting atas aplikasi pinjaman negara tersebut atau pembekuan tersebut di
lembaga keuangan multilateral atau lembaga keuangannya.

Sementara itu pihak investor asing sendiri juga tetap berupaya agar dapat
terhindar dari kerugian yang mungkin muncul akibat political risk tersebut. Cara yang
mereka lakukan adalah dengan mengasuransikan investasi mereka kepada perusahaan-
perusahaan swasta asuransi. Bahkan terkadang pihak pemerintah negara mereka
sendirilah yang bertindak menjadi penjamin atau ansurador melalui badan-badan
publiknya.4

C. Mulltilateral Invesment Guarantee Agreement


1. Pengaturan Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam Hukum
Nasional Indonesia

4 Rahmi Jened, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), (Jakarta : Kencana,

2016), hlm. 345-350.

5
Indonesia telah meratifikasi Konvensi MIGA melalui Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 31 Tahun 1986 tentang Pengesahan Convention Establishing The
Multilateral Investment Guarantee Agency. Konvensi ini berkaitan dengan risiko non
komersial atau disebut juga dengan risiko politik yang digagas oleh Bank Dunia,
Konvensi MIGA tersebut juga dikenal dengan Konvensi Seoul tahun 1985 yang
dilatarbelakangi agar meyakini bahwa MIGA dapat berperan penting untuk mendorong
Penanaman Modal Asing (PMA) melalui program penjaminan penanaman modal baik
yang sifatnya regional maupun nasional, serta program penjaminan risikonon-
komersial yang mungkin akan dihadapi oleh pihak investor.5

Mengenai bentuk investasi asing tidak ada perbedaan mendasar antara


ketentuan dalam konvensi MIGA dengan ketentuan dalam UU Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal, bahkan MIGA akan menjamin bentuk investasi yang
berupa portfolio investment. Adapun terkait salah satu prinsip dalam Konvensi MIGA
menyatakan:6

“Considering the need to strengthen international cooperation for economic


development and to foster the contribution to such development of foreign investment
in general and private foreign investment in particular;Recognizing that the flow of
foreign investment to developing countries wouldbe facilitated and further encouraged
by alleviating concerns related to non commercial risks, desiring to enhance the flow
to developing countries of capital and technology for productive purposes under
conditions consistent with their development needs, policies and objectives, on the basis
of fair andstable standards for the treatment of foreign investment.”

Dari prinsip kovensi MIGA tersebut di atas, bahwa prinsipnya adalah untuk
meningkatkan kebutuhan dalam Negeri maka dibutuhkan arus perkembangan dalam
modal dengan cara peningkatan kerjasama dalam investasi asing dan swasta, khususnya
bagi negara berkembang seperti Indonesia. Terlebih dalam prinsip konvensi MIGA
tersebut berkaitan dengan pengaturan kebijakan dasar penanaman modal yang diatur
dalam Pasal 4 UU PM.

5
D. Sidik Suraputra, “ICSID dan MIGA”, Gagasan dan Pemikiran tentang Pembaharuan Hukum
Nasional (Jakarta: erlangga, 2002,) hlm.60
6
Convention Establishing The Multilateral Investment Guarantee Agency

6
Maka dari itu, prinsip MIGA dan ketentuan UU PM tersebut sangat
berhubungan dalam hal kepastian hukum bagi para investor berikut dengan adanya
peningkatan PMA tersebut maka para investor hendaknya selalu mementingkan dan
memperhatikan keadaan dari kepentingan nasional demi terciptanya perekonomian
negara berkembang sehingga Indonesia bisa lebih cepat bersaing dibandingkan Negara
lainnya.

2. Subjek Hukum yang Berhak Memperoleh Fasilitas Multilateral Investment


Guarantee Agency (MIGA)

Investor yang berhak untuk memperoleh dan mempergunakan fasilitas MIGA


diatur dalam Pasal 13 Konvensi MIGA, yaitu:

a. Individu yang berkewarganegaraan negara anggota selain negara tuan rumah


b. Badan Hukum yang dibentuk di Negara selain Negara tuan rumah dan yang
tempat utama kedudukan usahanya berada di Negara anggota atau yang
mayoritas sahamnya dimiliki oleh Negara dan atau Negara anggota MIGA.

Pasal 12 Konvensi MIGA mengatur bahwa MIGA memberikan jaminan


perlindungan bagi “Port-folio Investments, Equity Forms of Direct Investment”.
Sedangkan Production-sharing, Profit-Sharing, Management and Turnkey Contracts.
Franchising, Licensing dan Leasing Agreements tenggang waktu dari proyek-proyek
investasi tersebut minimal 3 tahun.Serta proyek-proyek investasi yang akan dimintakan
jaminan perlindungannya haruslah yang benar-benar memberikan manfaat bagi
pertumbuhan perekonomian negara Indonesia dan sesuai dengan tujuan pembangunan
nasional negara Indonesia. Selain itu diperlukan persetujuan dari pemerintah negara
Indonesia atas proyek-proyek atau jenis investasi yangakan diasuransikan kepada
MIGA.

3. Bentuk dan Jenis dalam Jaminan Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA)

Pasal 12 Konvensi MIGA menetapkan bahwa MIGA akan memberikan jaminan


perlindungan dalam bentuk asuransi terhadap jenis-jenis investasi, yaitu:

a. Port-folio Investment, termasuk investasi berdasarkan pinjaman jangka


menengah dan jangka panjang. MIGA memiliki pengalaman tumbuh porto folio
yang mencakup proyek proyek. Dalam banyak kasus, MIGA kemampuan untuk
menemukan cara-cara inovatif untuk mendukung kesepakatan yang rumit atau

7
tidak biasa struktur transaksi memungkinkan untuk terus maju yang lain tidak
akan mungkin, menguntungkan kedua investor dan negara-negara berkembang.
MIGA cakupan dapat mengurangi risiko pemberian peringkat atau membantu
meningkatkan kredit dan biaya proyek-seperti yang terjadi untuk transaksi pasar
modal Investasi finansial dapat berupa saham, surat berharga, obligasi dan
commercial papers.
b. Direct foreign investment memberikan pengarahan secara langsung kepada
investasi dalam melakukan investasinya. Direct foreign investemnt adalah
penanaman modal asing yang direpresentasikan di dalam asset riil seperti:
tanah, bangunan, peralatandan teknologi. Dengan Direct foreign investment,
banyak hal positif yang didapatbagi perekonomian negara bersangkutan seperti
pendapatan atas pajak bagi pemerintah, penyediaan lapangan kerja, alih
teknologi dan ilmu pengetahuan dan pendayagunaan lahan.
c. Bentuk-bentuk lain dari pengalihan dan penggunaan alat tukar asing untuk
tujuan moderenisasi, peluasan atau pengembangan suatu proyek investasi yang
sedang berjalan.7
4. Tindakan yang dapat ditempuh Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA)
ketika terjadi Sengketa

Kegiatan dari MIGA sebagai pembentuk hukum yang menghindari sengketa,


dalam prakteknya akan lebih penting dan berguna dari pada ketentuan konvensi yang
mengharuskan menyelesaikan sengketa dengan badan arbitrase. Dalam proses
penyelesaian sengketa mengenai penanaman modal yang dijamin oleh MIGA, investor
asing maupun pemerintah Indonsia akan lebih menginginkan penyelesaian sengketa
yang lebih cepat, dengan mengikutsertakan jasa-jasa baik dari MIGA sebagai mediator
atau wasit, untuk menghindari prosedur hukum yang resmi. Konvensi MIGA
menghendaki agar terlebih dahulu sebelum masuk dalam sidang arbitrase, MIGA
memberikan jasa-jasa baiknya untuk menyelesaikan sengketa di luarbadan arbitrase. 8

Bilamana terjadi sengketa antara investor asing dengan pemerintah Indonesia,


MIGA sebagai organisasi internasional dengan keputusan-keputusan untuk menengahi
sengketa, yang kemudian menjadi preseden dapat menciptakan dan mengembangkan
prinsip hukum ekonomi internasional. Meskipun telah membayar kompensasi pada

7
Pasal 12 Konvensi MIGA
8
Pasal 23 (b) Konvensi MIGA

8
investor dengan cara subrogasi mengambil alih kedudukan dari investor, MIGA tetap
akan mencoba menyelesaikan pembayaran kompensasi dengan cara damai dengan
pemerintah Indonesia. Kemudahan maupun fasilitas yang disediakan MIGA untuk
menyelesaikan sengketa adalah usaha dari MIGA untuk mendepolitisasi perlindungan
investasi internasional.

Setiap sengketa hukum yang terjadi dalam bidang penanaman modal asing pada
dasarnya dapat diselesaikan oleh lembaga-lembaga penyelesaian sengketa,misalnya
peradilan nasional atau lembaga arbitrase. Dunia perekonomian yang berkembang
secara universal dan global mulai mengenal bentuk-bentuk lembaga penyelesaian
sengketa yang memberikan rasa aman dan keadilan bagi para pihak yang bersengketa.

Secara khusus ada satu lembaga Arbitrase Internasional yang hanya


menyelesaikan sengketa penanaman modal asing, yaitu ICSID. Tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa sengketa yang terjadi dapat dibawa kepada lembaga-lembaga
penyelesaian sengketa yang ada, sesuai dengan klausula yang ada, sesuai dengan
klausula Arbitrase yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Setiap hubungan
perjanjian Internasional baik di bidang perdagangan dan penanaman modal asing atau
joint venture pihak asing selalu menuntut adanya klausula Arbitrase yang bercorak
Internasional. Misalnya dalam hubungan perjanjian penanaman modal kedua belah
pihak sepakat untuk membuat klausula Arbitrase yang tunduk pada ICSID.

Dengan demikian kedua belah pihak menginginkan agar penyelesaian yang


timbul dalam perjanjian penanaman modal melalui ICSID. Adapun keterikatan
Indonesia terhadap yurisdiksi ICSID adalah merupakan konsekuensi dari
diratifikasinya Convention on the Settlement of Investment Disputes between Statesand
National of other States. Adanya pengakuan hukum internasional tentang kewajiban
pihak asing untuk mengupayakan secara maksimal penyelesaian dengan ketentuan
hukum setempat (Local Remedies),9 hal itu juga disebabkan Indonesia dianggap
melepaskan yurisdiksinya untuk menerapkan ketentuan hukum nasional (Exhaustion of
Local Administrative or Judical Remedies) dalam penyelesaian persengketaan
penanaman modal asing.

9
Pasal 26 Konvensi ICSID

9
Berdasarkan kekuasaan yang ada, MIGA dapat mengeluarkan kebijaksanaan
mengenai ketentuan tentang syarat-syarat umum dan kondisi untuk perjanjian asuransi,
mengatur mengenai pembayaran kompensasi, dan membuat perjanjian dengan negara-
negara lain.

Dengan demikian MIGA akan dapat mengembangkan kegiatan pembentukan


normatif yang luas, menciptakan dan membentuk hukum ekonomi baru. Dilihat dari
keanggotaan MIGA yang terdiri dari sebagian besar negara-negara di dunia, dan
dengan tujuan di masa mendatang memperoleh keseimbangan kekuasaan dalam badan
MIGA antara negara-negara maju dan berkembang, maka dapat diharapkan, bentuk dari
perjanjian maupun ketentuan bagi penanaman modal di negara-negara berkembang
yang dibentuk oleh MIGA akan mendapat wibawa besar, sebagai preseden dan sebagai
tahapan untuk membangun prinsip hukum umum yang dapat diterima oleh semua
pihak.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
MIGA adalah anggota dari World Bank dengan misi untuk mendukung
penanaman modal asing secara langsung ke negara berkembang, untuk membantu
pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan standar kehidupan
rakyat. MIGA bertujuan untuk mendukung investasi asing secara langsung melalui
penyediaan asuransi risiko politik dan perluasan kredit bagi inventor dan pemberi
pinjaman terhadap kerugian yang disebabkan oleh risiko non-komersial.

Multilateral Investment Guarantee Agency adalah suatu organisasi internasional


di bawah payung Bank Dunia yang dibentuk pada sekitar tahun 1985. Aturan terhadap
Multilateral Investment Guarantee Agency terdapat pada Bab I (Pasal 1- Pasal 3) dan
Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1986 (Keppres No. 31/1986) tentang Multilateral
Investment Guarantee Agency (MIGA).

Investor yang berhak untuk memperoleh dan mempergunakan fasilitas MIGA


diatur dalam Pasal 13 Konvensi MIGA, yaitu: Pertama, Individu yang
berkewarganegaraan negara anggota selain negara tuan rumah. Kedua, Badan Hukum
yang dibentuk di Negara selain Negara tuan rumah dan yang tempat utama kedudukan
usahanya berada di Negara anggota atau yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Negara
dan atau Negara anggota MIGA.

Pasal 12 Konvensi MIGA mengatur bahwa MIGA memberikan jaminan


perlindungan bagi “Port-folio Investments, Equity Forms of Direct Investment dan
Bentuk-bentuk lain dari pengalihan dan penggunaan alat tukar asing untuk tujuan
moderenisasi, peluasan atau pengembangan suatu proyek investasi yang sedang
berjalan”.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masihjauh dari kata sempurna, baik dadi
segi isi maupun penyusunannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagipenulis khususnya dan para pembaca

11
DAFTAR PUSTAKA

Erawati, E. (1989). Meningkatkan Investasi Asing Di Negara Berkembang. Bandung: Studi


Hukum Universitas Parahyangan.

Janed, R. (2016). Teori Dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung . Jakarta: Kencana.

Karim, A. F. (2019). Penyelesaian Bisnis Melaui Multilateral Invesment Guarante Agency


Terhadap Perkembangan Investasi Di Indonesia. Jurnal Lex Et Societatis, 163-164.

Keputusan Presiden (KEPPRES) No. 31 Tahun 1986 tentang Convention Establishing The
Multilateral Investment Guarantee Agency
Pasal 12 Konvensi MIGA

Pasal 23 (B) Konvensi MIGA

Pasal 26 Konvensi ICSID

Suraputra, D. S. (2002). Icsid Dan Miga, Gagasan Dan Pemikiran Tentang Pembaharuan
Hukum Nasional. Jakarta: Erlangga.

12

Anda mungkin juga menyukai