Hingga akhirnya pada tahun 1915, tiga orang santri bersaudara yang berasal dari Dukuh
Sejiwan Desa Trirejo mengemas tari dan lagu tersebut menjadi sebuah tarian/kesenian. Ketiga
pemuda tersebut bernama Rejo Taruna, Duliyat, dan Renodimejo. Penamaan Dolalak diambil dari
dominannya notasi nada do – la – la yang dinyanyikan serdadu Belanda untuk tarian dansa mereka.
Ketika pertama kali tercipta, kesenian ini tidak diiringi dengan alat musik, namun diiringi
dengan nyanyian yang dilagukan oleh para pengiringnya. Lagu-lagu yang diciptakan biasanya
bernuansa romantis bahkan ada yang erotis. Nyanyian tersebut dinyanyikan silih berganti atau
terkadang secara koor bersama.
2. Dolalak Kemasan Padat Dolalak kemasan padat yaitu Kesenian Tari Dolalak hanya dimainkan
selama 15 menit – 25 menit atau sesuai dengan kebutuhan. Penyajian Kesenian Tari Dolalak
bentuk ini biasanya dilakukan pada acara-acara festival tari, penyambutan tamu pemerintahan
atau acara-acara lainnya yang tidak memiliki durasi panjang. Pada Dolalak kemasan padat ini
biasanya terdapat beberapa gerakan/tarian yang dikemas menjadi satu paket dalam sekali
pertunjukan.
- Gerakan Kaki: adeg, tanjak, hoyog, sered, jinjit, ngetol, pencik, angkat kaki, sempoh(kaki ditekuk),
jengkeng, nentrik, sampok, mancat, gejug, enklel, sing, kesutan, dan sepak.
- Gerak Gabungan/Kordinasai. Ini adalah gerakan gabungan antara tangan, kaki, leher dan badan.
Gerak gabungan: bandul (gabungan antara gerak kaki dan tangan), selut (gerak sambung), siak, selut,
kirig, lembeian, cakilan.
2. Musik Awlanya Kesenian Tari Dolalak ini tidak diiringi dengan alat musik, namun seiring dengan
perkembangan kesenian ini mulai diingiri dengan alat musik. Alat musik yang biasa digunakan
untuk mengiringi yaitu jidur, terbang, kendang, rebana dan saat ini mulai ditambah dengan
orgen, drum, serta kendang.
3. Tembang/Lagu Syair dalam tembang Dolalak ini bersifat keagamaan, pantun jenakan, dan
petuah-petuah. Judul dari tembang merupakan nama dari tarian yang dibawakan. Berikut
beberapa tembang Kesenian Tari Dolalak:
- Jalan-jalan
1. Pambukaning kidung minangka pambagya Katur sagung para rawuh kang minulya
2. Miwah asung pudyastawa basukyarjo Mugi antuk sihing Hyang Maha Kuwasa
3. Mila ing wardaya dahat kumacelu Sung sugata sepi kawruh sru balilu
4. Awit sedyaning nala sayekti amung Amemetri kabudayan adiluhung
5. Punika ta warni wewujudanira Kabudayan asli saking Purworejo
- Ikan Cucut
4. Tata Rias dan Tata Busana Dalam pementasannnya, Kesenian Tari Dolalak menggunakan tata rias
dan kostum. Tata rias dalam Kesenian Tari Dolalak tidak ada patokannya, karena tarian ini bukan
merupakan tarian karakter dan tidak ada penokohan. Penari dalam kesenian ini hanya menggunakan
make up sewajarnya yaitu yang laki-laki di rias agar terlihat segar dan penari perempuannya dirias
agar terlihat cantik.
Kostum dalam kesenian ini mencontoh bentuk pakaian yang digunakan oleh opsir Belanda.
Berikut adalah kostum yang biasa digunakan: - Baju dengan rumbai-rumbai, pangkat, dan motif untu
walang
- Celana pendek. Dalam perkembangannya celana yang digunakan tidak selalu pendek. Celana dapat
disesuaikan dengan penarinya.
Warna kostum yang digunakan biasanya berwarna hitam dengan kaos kaki kuning dan motif untu
walang berwarna merah putih, namun seiring dengan perkembangannya warna kostum mulai
menyesuaikan dengan pasarnya tanpa menghilangkan ciri khas dari kostun Kesenian Tari Dolalak itu
sendiri.
Versi Kesenian Tari Dolalak
Kesenian Tari Dolalak memiliki tiga versi, yaitu versi mlaranan, versi kaligesingan, dan versi
pesisir. Yang bedakan dari ketiganya ini adalah cengkok dan gerakannya. Dolalak versi mlaran
cenderung ditarikan oleh penari perempuan. Dolalak versi kaligesingan dikenal sebagai Dolalak yang
memiliki gerakan lincah.