1. Tari Soya-Soya
Sultan Baabullah adalah pencipta Tari Soya-soya ini. Ia menciptakannya dengan tujuan
sebagai penyemangat para pasukan Ternate pasca tewasnya Sultan Khairun.
Berdasarkan informasi yang didapat, Sultan Khairun adalah ayahanda dari Sultan
Baabullah yang tewas saat merebut Benteng Nostra Senora del Rosario (Benteng
Kastela) dari tangan Portugis pada 25 Februari 1570.
Singkatnya, tari Soya-soya dimaknai sebagai tarian perang pembebasan dari tangan
Portugis.
2. Tari Gumatere
Pada pertunjukkannya, tarian tradisional Maluku ini biasanya akan dibawakan oleh
sekitar 30 orang penari pria dan wanita. Penari pria memakai tombak dan pedang
sebagai propertinya, sedangkan penari perempuannya memakai Lenso.
Apa keunikan dari tari Gumatere? Hal yang unik pada tarian ini yaitu salah seorang
penari akan memakai kain berwarna hitam, nyiru, serta lilin untuk ritual meminta
petunjuk atas suatu kejadian. Seperti kenal nuansa mistis gitu ya.
3. Tari Dengedenge
Tidak jarang Tari Dengedenge ini diakhiri dengan sebuah kesepakatan untuk menikah
diantara si penari wanita dan pria. Nyanyian pengiring ini biasanya dibawakan dengan
cara saling berbalas-balasan.
Kapan tarian Tide Tide ini dipertontonkan? Tarian ini biasanya ditampilkan disaat pesta
adat atau acara yang bersifat hiburan lainnya. Bisa dilakukan sebulan sekali atau
sesuatu dengan jadwal acara yang ada.
Tari Tide Tide juga dapat dimaknai sebagai romantisme dan keharmonisan para
pemuda-pemudi di Halmahera Utara.
5. Tarian Saureka-Reka
Kelincahan kaki dan fokus dari pemainnya sangat dituntut pada tarian Saureka-reka.
Tidak banyak, jumlah penarinya biasa terdiri dari 8 orang penari, 4 laki-laki yang
bertugas menghentakkan gaba-gaba dan 4 perempuan yang menari di antara gaba-
gaba mengikuti irama Tifa dan Ukulele.
6. Tari Lenso