Anda di halaman 1dari 3

Nama : Gilbert Yosep Siagian

Nim : 1910211310160

Mata Kuliah : Sumber Daya Alam

UU KEHUTANAN 41 TAHUN 1999

Menelaah UU Kehutanan (UU 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan), resume identifikasi


pasal pokoknya dan apa saja pelanggaran hukum pada sector kehutanan dan sanksi
hukumannya

Dalam Pasal 46 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang "Kehutanan,


penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan menjaga hutan,
kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi
produksi tercapai secara optimal dan lestari". Kejahatan dan pelanggaran dalam UU No.
41/1999, diatur di dalam pasal 78 dan 79, dimana pasal 78 terdiri atas 15 ayat,
sedangkan pasal 79 terdiri atas 3 ayat. Perbuatan yang dikategorikan sebagai kejahatan
dirinci di dalam pasal 78 ayat (1) sampai dengan ayat (7) dan ayat (9) sampai dengan
ayat (11).

Terhadap kejahatan dan pelanggaran tersebut, UU No. 41/1999 mengancam dengan


sanksi pidana penjara sekaligus dengan sanksi pidana denda. Ancaman sanksi pidana
secara sekaligus antara penjara dan denda, tidak dikenal di dalam KUHP (Kitab Undang-
undang Hukum Pidana) kita. Pengancaman yang demikian muncul sebagai respon atas
keinginan masyarakat untuk memperberat sanksi pidana bagi pelaku kejahatan . Dalam
undang-undang kehutanan yang lama, yaitu UU No. 05/1967, semua perbuatan
sebagaimana diperinci di atas, tidak atau belum dikategorikan sebagai kejahatan atau
pelanggaran. Hal ini berarti bahwa semua perbuatan tersebut telah dikriminalisasi oleh
UU No. 41/1999 menjadi kejahatan atau pelanggaran. Dalam kaitannya dengan
kriminalisasi dalam UU No. 41/1999, kriminalisasi tersebut baru berada pada fase
pertama

mengetahui bagaimana bentuk-bentuk kejahatan kehutanan menurut undang-undang


nomor. 41 tahun 1999 dan bagaimana mekanisme penanggulangan kejahatan
kehutanan menurut Undang-Undang Nomor. 41 Tahun 1999. Dengan menggunakan
metode penelitian yuridis normatif, disimpulkan: Terdapat beberapa bentuk kejahatan
kehutanan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana dibidang kehutanan, yakni;
merusak sarana dan prasarana perlindungan hutan serta menimbulkan kerusakan hutan,
membakar hutan, menebang pohon dan memiliki hasil hutan secara illegal, melakukan
penambangan dan eksplorasi serta eksploitasi bahan tambang tanpa ijin. memiliki hasil
hutan tanpa surat keterangan, membawa satwa liar atau tumbuh-tumbuhan yang
dilindungi.

Adapun kejahatan kehutanan yang diancam hukuman penjara sebagai berikut :

1. Merusakan sarana dan prasarana perlindungan hutan serta menimbulkan


kerusakan hutan (Pasal 178 (1) UU No. 41 Tahun 1999).

2. Membakar hutan (Pasal 178 ayat 2 dan 3 UU No. 41 Tahun 1999)

3. Menebang pohon dan memiliki hasil hutan secara illegal (Pasal 78 (3) UU No.41
Tahun 1999)

4. Melakukan penambangan dan eksplorasi serta eksploitasi bahan tambang tanpa


ijin (Pasal 78 (5) jo Pasal 138 (4) UU No.41 Tahun 1999)

5. Memiliki hasil hutan tanpa surat keterangan (Pasal 178 (6) jo Pasal 50 (3) UU
No.41 Tahun 1999)

6. Membawa alat – alat berat tanpa ijin (Pasal 78 (8) UU No.41 Tahun 1999)

7. Membawa satwa liat atau tumbuh – tumbuhan yang dilindungi (Pasal 178 (12)
UU No.41 Tahun 1999)

Pelanggaran hukum dalam sector kehutanan adalah sengketa kehutanan. Dalam hal ini
adalah

1. Merusak prasana dan sarana perlindungan hutan.Diancam dengan pidana


penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. a. mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan


secara tidak sah;

b.merambah kawasan hutan;

c. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak
sampai dengan: 1.500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau; 2. 200 (dua
ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; 3. 100
(seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai; 4. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan
tepi anak sungai; 5. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang; 6. 130 (seratus
tiga puluh) kali selisih pasang terdiri dan pasang terendah dari tepi pantai.

d. membakar hutan;
e. menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan
tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang. -Diancam dengan
Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).

Anda mungkin juga menyukai