Anda di halaman 1dari 17

TEORI PERMINTAAAN UANG KLASIK, BOUMOL

& TOBIN, KEYNES, MILTON FRIEDMAN


Paper yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomika Moneter
semester genap 2022/2023

Oleh:

Muftiah Faraditza N 021002001006

Putri Jasmine C.N 021002001010

Prodi Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Trisakti Jakarta

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perekonomian uang diciptakan bertujuan untuk melancarkan
kegiatan transaksi dalam perdagangan. Setiap pembahasan mengenai
permintaan uang perlu dijelaskan mengenai definisi uang. Uang didefinisikan
sebagai alat tukar, yaitu suatu barang atau kekayaan riil yang secara umum
dapat diterima sebagai pembayaran. Uang juga dipergunakan sebagai
penyimpan nilai.
Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi
otoritas kebijakan moneter dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk
menjaga stabilitas ekonomi. Teori permintaan uang sangat dibutuhkan untuk
mendukung suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah di bidang moneter.
Pemerintah, dalam hal ini adalah Bank Indonesia dapat menempuh suatu
kebijakan moneter yang bertujuan untuk mencapai stabilitas moneter. Dilihat
dari sisi kebijakan moneter, tujuan pokok Bank Indonesia (BI) berdasarkan
Undang-Undang No. 3 tahun 2004, adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai uang.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Permintaan Uang


2.1.1 Teori Permintaan Uang Klasik
Beberapa ekonom memiliki cara pandang yang berbeda-beda
dalam menganalisa teori moneter dalam konteks ekonomi. J.B. Say
adalah ekonom yang terkebal dengan dalil “Supply creates its own
demand” yang menyebutkan bahwa penawaran akan selalu
menciptakan permintaan sendiri. Ini berarti bahwa suatu -
perekonomian tidak akan pernah mengalami under employment
(penurunan produksi dan kesempatan kerja) atau under consumption
(penurunan tingkat konsumsi). Kondisi meingkatnya pengeluaran total
masyarakat (demand) akan selalu dapat mencukupi untuk menunjang
produksi (supply) pada keadaan kesempatan kerja penuh (full
employment).
Penawaran (supply) akan menciptakan tenaga beli yaitu
pendapatan namun belum pasti sama menciptakan pengeluaran
konsumsi (demand) misalnya jika masyarakat menabung (saving)
terlalu banyak dari pendapatannya, melebihi keinginan perusahaan
untuk melakukan investasi dalam produksi maka ada sebagian
produksi yang tidak mampu terjual. Hal ini akan mengakibatkan
pengusaha akan mengurangi produksi dan akan terjadi
pengangguran tenaga kerja dan pendapatan juga mengalami
penurunan.
Ekonom klasik beranggapan bahwa adanya tabungan
masyarakat dalam proses ekonomi, uang dipinjam oleh pengusaha
(perusahaan) untuk membiayai investasi. Masyarakat penabung
memperoleh bunga atas tabungannya, sedangkan pihak perusahaan
bersedia membayar bunga selama harapan untuk memperoleh
keuntungan dari investasi lebih besar dari beban bunga tersebut. Hal
ini menimbulkan teori tingkat bunga oleh ekonom klasik.
2.1.1.1 Teori Kuantitas Sederhana (David Ricardo)
Bahwa perubahan harga komoditi akan
berbanding lurus dan proposional dengan perubahan
jumlah uang yang beredar (JUB). Jika JUB mengalami
kenaikan 2x maka harga komoditi juga akan mengalami
kenaikan sebanyak 2x.
P = f(M)
P: Price/Harga
M: Jumlah uang beredar/JUB
Jika mengalami kenaikan sebanyak 2x maka harga juga
akan mengalami kenaikan sebanyak 2x.
Teori kuantitas David Ricardo merupakan teori
yang sangat sederhana karena pada teori ini tidak
memasukkan faktor velocity of money atau perputaran
uang (Ambarani, 2015)
Asumsi yang mendasari teori kuantitas sederhana
ini adalah:
2.1.1.1.1 Uang digunakan oleh masyarakat hanya
untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga saja.
2.1.1.1.2 Velocity of money dianggap tetap.
2.1.1.1.3 Jumlah produksikomoditi (barang dan jasa)
dianggap tetap, sesuai asumsi perekonomian
berada pada kondisi full employment.

Kondisi full employment dilatar belakangi oleh


pemikiran ahli ekonomi klasik J.B. Say yang mengatakan
penawaran akan menciptakan demand sendiri. Pendapat
ini diperkuat lagi oleh ekonom lainnya yaitu Adam Smith
dengan Invisible handnya. Jika seseorang ingin bekerja
namun belum memperoleh pekerjaan maka ia akan
menurunkan “tarif”nya sampai akan ada perusahaan
yang mau memperkerjakannya. Begitu juga bila ada
perusahaan (pengusaha) yang tidak dapat menjual
seluruh hasil produksinya maka ia akan menurunkan
harga sampai habis sisa produknya.

2.1.1.2 Transaction Equation (Irving Fisher)


Teori ini merupakan penyempurna yang dilakukan
terhadap teori moneter yang dikemukakan oleh Irving
Fisher dengan konsup utamanya:
MV = PT
M: Jumlah uang
V: Velocity, Tingkat perputaran uang,
yakni beberapa kali suatu mata uang berpindah tangan
P: Harga barang
T: Volume/Jumlah barang yang menjadi objek transaksi
Persamaan MV = PT dapat diartikan bahwa
seluruh pembayaran masyarakat (MV) dikatakan sebagai
perkalian antara harga dengan kuantitasnya atau volume
perdagangan yang terjadi di masyarakat (PT), atau
dengan kata lain pembayaran yang terjadi di masyarakat
identik dengan penerimaan pengusaha. Pada teori
kuantitas ini dianggap bahwa motivasi masyarakat dalam
memegang uang dalam bentuk tunai adalah untuk tujuan
transaksi dan untuk berjaga-jaga.
Persamaan ini dapat diubah menjadi :
MV
v=
P
Ada tiga faktor yang mempengaruhi harga
komoditi (P), yaitu jumlah uang berdar (M), velocity of
money (V), dan jumlah komoditi yang diperdagangkan
(T).
Permintaan uang untuk tujuan transaksi akan
meningkat disebebkan oleh dua hal yaitu :
2.1.1.2.1 Perbedaan waktu antara penerimaan dan
pengeluaran semakin besar.
2.1.1.2.2 Ketidaksempurnaan dalam pasar kredit
karena jika pasar kredit baik maka masyarakat
tidak memerlukan uang kas untuk menjembatani
kekurangan “gap” anatar penerimaan dan
pengeluaran.
Pada tahap selanjutnya, kebutuhan uang untuk
transaksi ini berkembang secara proposional dengan
tingkat pendapatan nacional, seperti terlihat dalam model
persamaan yang dikembangkan Oleh Alfred Marshall:
Mt = k . Y
Mt: Kebutuhan uang untuk transaksi di suatu
waktu
Y: Pendapatan nasional
k: Besar kecilnya keinginan masyarakat untuk
memegang bagian dari pendapatan/kekayaannya dalam
bentuk kas.
Teori kuantitas yang lebih menitikberatkan pada
hubungan antara uang dan harga, maka Rumus Marshall
merupakan dasar dari Demand for Money. Pandangan
Marshall tentang “kY” merupakan cikal bakal Liquidity
Preference Theory dari Keynes.
Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa dalam Teori Kuantitas:
2.1.1.2.1 Tambahan Jumlah Uang yang Beredar
akan dibelanjakan seluruhnya tanpa terpikir
untuk ditabung sebagian.
2.1.1.2.2 Velocity of Money (V) dan volume transaksi
(T) dianggap tetap dan perubahannya
hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor non
moneter.
2.1.1.2.3 Jumlah Uang yang Beredar tidak akan
mempengaruhi sektor riil, sektor ini hanya
dipengaruhi oleh teknologi dan SDM.
2.1.1.2.4 Tingkat harga umum akan selalu berubah
secara proposional mengikuti perubahan
Jumlah Uang yang Beredar.

2.1.1.3 Cambridge Equation of Exchange (Cambridge)


Teori yang dikemukakan oleh Cambridge sama
halnya dengan yang dikemukakan oleh Irving Fisher dan
teori klasik lainnya, bahwa uang berfungsi sebagai alat
tukar umum. Teori-teori permintaan uang klasik
berpendapat bahwa permintaan uang di masyarakat
karena kebutuhan alat yang likuid sebagai tujuan untuk
transaksi. Perbedaan teori ini dengan teori yang
dikemukakan oleh Irving Fisher terutama pada perilaku
dari seorang yang akan mengalokasikan kekayaan yang
dimilikinya dalam berbagai bentuk, salah satunya yaitu
dalam bentuk uang. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh
pertimbangan antara untung dan rugi dari pemegang
uang.
Teori Cambridge lebih menkankan pada faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku dari seseorang
(mempertimbangkan untung dan rugi) yang dihubungkan
antara permintaan akan uang dengan volume transaksi
yang direncanakan. Selain dipengaruhi oleh volume
transaksi dan kelembagaan yang ada, teori Cambrige
mengatakan bahwa permintaan akan uang juga
dipengaruhi oleh tingkat bunga, besar kekayaan yang
dimiliki masyarakat, dan ramalan/harapan dari
masyarakat pada masa yang akan datang.
Dalam jangka pendek teori Cambridge memiliki
anggaran bahwa antara volume transaksi, jumlah
kekayaan dan pendapatan nasional mempunyai
hubungan yang proposional konstan satu sama lain.
Pada teori ini menganggap bahwa cateris paribus
permintaan akan uang masyarakat adalah proposional
dengan pendapatan nasional.
Md = k . PY
Y: Pendapatan nasional riil
Supply dari uang (Ms) dianggap pemerintah yang
menentukan. Pada Posisi keseimbangan dapat dibentuk
sebagai berikut:
Ms = Md
Sehingga:
1
Ms = k.PY atau p=
k . Ms. Y
Jadi cateris dari perubahan tingkat harga (P)
berubah secara proposional dengan perubahan yang
terjadi pada volumen transaksi. Teori ini tidak jauh
berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Fisher,
yang membedakan adalah ceteris paribus bahwa harga,
tinglat bunga, harga riil dan harapan adalah bersifat
konstan. Jika faktor-faktor semua faktor berubah maka k
juga akan berubah.
Teori Cambridge mengatakan bahwa jika tingkat
bunga naik masyarakat akan cenderung mengurangi
jumlah uang yang mereka pegang walaupun volume
transaksi yang mereka rencanakan tetap. Demikian juga
faktor ekspektasi yang ikut mempengaruhi tingkat bunga
masa yang akan datang, jika tingkat bunga naik (yang
berarti penurunan surat berharga atau obligasi) maka
orang akan cenderung mengurangi jumlah surat berharga
yang dipegangnya dan menambah jumlah uang tunai
yang dipegang, dan ini juga akan mempengaruhi “k”
dalam jangka pendek (Ambarani, 2015)
2.1.2 Teori Permintaan Uang Boumol & Tobin
Wiliam Baumol dan James Tobin melakukan
pengembangan teori permintaan uang Keynes untuk
menjelaskan lebih rinci tiga motif dalam memegang uang. Fokus
utama dari penelitian tersebut adalah lebih memahami peranan
suku bunga dalam permintaan uang.
Wiliam Baumol dan James Tobin mengembangkan teori
permintaan uang yang menunjukkan bahwa jumlah uang yang
dipegang untuk tujuan transaksi bersifat sensitif terhadap tingkat
suku bunga. Dalam mengembangkan modelnya, mereka
menganggap seseorang menerima pembayaran sekali dalam
satu periode dan menghabiskan dalam satu periode tersebut.
Uang dipegang hanya karena digunakan untuk transaksi.
Kesimpulan dari Baumol-Tobin dapat dinyatakan sebagai
berikut: Ketika tingkat suku bunga meningkat, jumlah dari uang
tunai yang dipegang untuk transaksi akan turun, yang berarti
percepatan akan naik seiring dengan kenaikan tingkat suku
bunga. Dengan kata lain, komponen transaksi dari permintaan
uang berhubungan negatif dengan tingkat suku bunga (Miskhin,
2008:198). Begitu pula dengan permintaan uang untuk berjaga-
jaga berhubungan negatif dengan tingkat suku bunga (Mishkin,
2008:199). Ketika tingkat suku 21 bunga meningkat, biaya
peluang untuk memegang uang untuk berjaga-jaga akan
meningkat sehingga saldo untuk memegang uang tunai akan
turun.
Tobin mengembangkan model permintaan uang untuk
spekulasi yang bertujuan untuk mengatasi kritik terhadap
analisis Keynes (Mishkin, 2008:199). Ide dasarnya bahwa
masyarakat tidak hanya peduli terhadap perkiraan tingkat
pengembalian sebuah aset terhadap aset lainya ketika
memustuskan apa yang harus dipegang dalam portofolionya,
tetapi masyarakat juga peduli terhadap resiko tingkat
pengembalian yang diperoleh dari masing-masing aset. Secara
khusus, Tobin mengasumsikan bahwa sebagian besar orang
adalah penghindar resiko (risk-averse) yang menunjukan bahwa
orang bersedia memegang aset dengan perkiraan tingkat
pengembalian yang lebih rendah jika resikonya lebih sedikit.
Salah satu karakteristik uang adalah tingkat pengembaliannya
pasti; Tobin mengasumsikan tingkat pengembalian atas uang
adalah nol. Sebaliknya, obligasi mempunyai fluktuasi harga
cukup besar, dan tingkat pengembaliannya dapat sangat
berisiko dan terkadang negatif. Jadi, meskipun perkiraan tingkat
pengembalian dari obligasi melebihi perkiraan tingkat
pengembalian dari uang, orang masih memegang uang sebagai
penyimpan kekayaan karena uang mempunyai resiko yang lebih
kecil terkait dengan tingkat pengembaliannya daripada resiko
obligasi (Mishkin, 2008:200). Analisis Tobin juga menunjukan
bahwa orang dapat mengurangi jumlah total resiko dalam suatu
portofolio dengan melakukan diversifikasi yaitu dengan
memegang obligasi maupun uang. Model tersebut menunjukan
individu akan memegang obligasi dan uang secara simultan
sebagai penyimpan kekayaan.
2.1.3 Teori Permintaan Uang Keynes
Dalam teorinya tentang permintaan uang, yang
disebutnya teori preferensi likuiditas, Keynes mengemukakan
tiga motif di balik permintaan uang: motif transaksi, motif
berjaga-jaga, dan motif spekulatif.
2.1.3.1 Motif Transaksi (Transactions Motive)
Dalam pendekatan teori kuantitas, individu
diasumsikan memegang uang karena merupakan
alat tukar yang dapat digunakan untuk melakukan
transaksi sehari-hari. Keynes awalnya menerima
pandangan teori kuantitas bahwa komponen
transaksi sebanding dengan pendapatan.
Kemudian, dia dan ekonom lainnya mengakui
bahwa metode pembayaran baru, disebut sebagai
teknologi pembayaran, juga dapat
mempengaruhi permintaan uang. Misalnya, kartu
kredit memungkinkan konsumen melakukan
pembelian yang sangat kecil sekalipun tanpa perlu
memegang uang. Pembayaran elektronik yang
dapat dilakukan dari rekening perantara investor
juga mengurangi permintaan uang. Dalam
pandangan Keynes, seiring kemajuan teknologi
pembayaran, permintaan uang akan cenderung
menurun relatif terhadap pendapatan.

2.1.3.2 Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)


Keynes juga menyadari bahwa orang
memegang uang sebagai bantalan terhadap
peluang tak terduga. Misalkan Anda telah berpikir
untuk membeli sistem hiburan Wii baru dan
sekarang melihat bahwa itu sedang dijual dengan
diskon 25%. Jika Anda memegang uang sebagai
tindakan pencegahan untuk kejadian seperti itu,
Anda dapat segera membelinya. Keynes
berpendapat bahwa saldo uang berjaga-jaga yang
ingin dimiliki orang juga akan sebanding dengan
pendapatan.
2.1.3.3 Motif Spekulatif (Speculative Motive)
Keynes juga percaya bahwa orang memilih
untuk menyimpan uang sebagai penyimpan
kekayaan, yang disebutnya motif spekulatif.
Karena definisi uang dalam analisis Keynes
mencakup mata uang (yang tidak menghasilkan
bunga) dan deposito rekening giro (yang biasanya
menghasilkan sedikit bunga), ia berasumsi bahwa
uang tidak menghasilkan bunga dan karenanya
biaya peluangnya relatif terhadap memegang aset
lain, seperti obligasi, adalah tingkat bunga nominal
obligasi, i. Ketika tingkat bunga i naik, biaya
peluang uang naik (menjadi lebih mahal untuk
menyimpan uang dibandingkan obligasi), dan
jumlah uang yang diminta turun.
2.1.3.4 Menyatukan Tiga Motif
Dalam menggabungkan tiga motif untuk
menahan keseimbangan uang ke dalam
persamaan permintaan uang, Keynes berhati-hati
dalam membedakan antara kuantitas nominal dan
kuantitas riil. Uang dinilai berdasarkan apa yang
dapat dibelinya. Jika, misalnya, semua harga
dalam perekonomian menjadi dua kali lipat (tingkat
harga menjadi dua kali lipat), jumlah nominal uang
yang sama hanya dapat membeli setengah dari
jumlah barang. Keynes dengan demikian
beralasan bahwa orang ingin memegang sejumlah
keseimbangan uang riil (jumlah uang dalam
istilah riil). Dengan menggabungkan ketiga motif
menahan keseimbangan uang menjadi
keseimbangan permintaan uang riil, Keynes
merumuskan apa yang disebut fungsi preferensi
likuiditas, yang ditulis sebagai berikut:
Md
=L ( i ,Y )
P
- +
Persamaan 8 menyatakan bahwa
permintaan keseimbangan uang riil berhubungan
negatif dengan tingkat bunga nominal dan
berhubungan positif dengan pendapatan riil.
Kemudian ekonom Keynesian, seperti
pemenang Hadiah Nobel James Tobin,
memperluas analisis dan menunjukkan bahwa
suku bunga memainkan peran yang lebih penting
dalam permintaan uang daripada yang
diperkirakan Keynes. Para ekonom ini
menunjukkan bahwa bahkan transaksi dan
permintaan uang untuk berjaga-jaga akan
berhubungan negatif dengan tingkat bunga.
Implikasi penting dari teori permintaan uang
Keynesian adalah bahwa kecepatan tidak konstan
tetapi akan berfluktuasi dengan perubahan tingkat
bunga. Untuk mengilustrasikannya, kita tulis fungsi
preferensi likuiditas sebagai berikut:
P 1
=
Md L(i , Y )
Kalikan kedua ruas persamaan ini dengan Y dan
mengakui bahwa kita dapat mengganti Md dengan
M (karena keduanya harus sama dalam
keseimbangan pasar uang) , kita dapat
memecahkan untuk kecepatan:
PY Y
V= =
M L ( i ,Y )
Kita tahu bahwa permintaan uang berhubungan
negatif dengan suku bunga; ketika saya naik, L
(i,Y) menurun, dan karena itu kecepatan naik.
Karena suku bunga mengalami fluktuasi yang
substansial, teori permintaan uang Keynesian
menunjukkan bahwa kecepatan juga mengalami
fluktuasi yang substansial. Jadi teori Keynesian
meragukan pandangan teori kuantitas klasik
bahwa pendapatan nominal ditentukan terutama
oleh pergerakan kuantitas uang.
2.1.4 Teori Permintaan Uang Milton Friedman
Perkembangan teori kuantitas uang dikembangkan oleh
Milton Friedman tahun 1956 dalam bukunya “The Quantity
Theory of Money- A Restatement” dimana dalam bukunya ia
mendefinisikan tentang Teori kuantitas sebagai teori permintaan
uang dan bukan sebagai teori pengeluaran (output) atau teori
pendapatan uang atau teori harga.
Milton Friedman mengatakan bahwa permintaan uang itu
sejalan dengan permintaan barang. Dimana prinsip dasar dari
teori permintaan uang ialah sama dengan teori permintaan
barang. Dalam teori ini membahas bagaimana perilaku individu
dalam memegang uang yang dipandang sebagai pemegangan
atas suatu barang. Ketika individu bersedia memegang uang
maka ia beranggapan bahwasanya uang itu merupakan
sebagian kekayaan dalam bentuk aktiva yang mampu memberi
manfaat bagi pemegangnya.
2.1.4.1 Implikasi dari teori Friadman sebagai berikut:
2.1.4.1.1 JUB merupakan variabel kunci yang
digunakan dalam menetukan kebijakan untuk
mengontrol tingkat harga dan pendapatan.
2.1.4.1.2 Inflasi atau deflasi dapat dicegah
apabila JUB per unit output dapat dijaga
kesetabilannya.
Dalam bukunya ia mengatakan bahwa permintaan uang
dibagi menjadi tiga faktor yaitu kekayaan total, harga, dan
perolehan dari berbagai bentuk kekayaan, selera, dan prefrensi
pemilik kekayaan. Friedman membagi kekayaan menjadi dua
yaitu kekayaan manusiawi (human wealth) dan kekayaan bukan
manusiawi (non-human wealth). Kekayaan manusiawi
merupakan kemampuan seseorang dimasa yang akan datang
yang berpotensi menghasilkan aliran pendapatan, sedangkan
kekayaan bukan manusiawi merupakan semua aktiva yang
dimiliki seseorang atau lebih yang dikenal dengan “kekayaan”.
Kedua macam kekayaan ini menentukan seberapa besar jumlah
uang yang dapat dipegang. Dalam analisisnya, Friedman lebih
menekankan kekayaan dari pada pendapatan, kemudian dari
pada itu Friedman menghadapi permasalahan dalam
menentukan ukuran dari kekayaan dalam permintaan uang.
Uang yang dimaksud sebagai kekayaan atas barang kapital
yang mana permintaan akan uang merupakan masalah dalam
teori kapital. Dalam analisinya Friedman menggunakan definisi
uang sebagai berikut:
𝑀2 = 𝐾𝑎𝑟𝑡𝑎𝑙 + 𝐷𝐷 + 𝑇𝐷
DD = Demand Deposit
TD = Time Deposit
Friedman menuliskan fungsi permintaan uang sebagai berikut :
𝑀 = 𝑓(𝑌𝑃, 𝑤, 𝑃, 𝑅𝑏,𝑅𝑒 , 1 𝑃 , 𝑑𝑝 𝑑𝑡 ,𝑈
M = ‘stock’ uang kas yang diminta (nominal)
𝑌𝑝 = Permanent Income (nominal)
W = Ratio antara Human Wealth dan non-human Wealth
𝑅𝑏 = Pengasilan dari Obligasi
𝑅𝑒 = Penghasilan dari saham
1 dp
. = The Expected rate of price inflation
p dt
(tingkat harapan akan kenaikan harga setiap waktu).
U = Suatu “portmanteau variabel’’
antara lain: pajak, teknologi (biaya), transportasi (sistem),
dan selera.
Fungsi diatas berdasarkan anggapan bahwa semua
rumah tangga memaksimumkan kepuasannya dalam arti “real”
dan diharapkan agar fungsi ini bebas oleh variabel-variabel
nomilal sehingga persamaanya berubah menjadi:
M Yp 1 dp
=𝑓( , 𝑤, 𝑅𝑏, . , 𝑢)
P P P dt
Dengan mentransformasikan persamaan diatas, kita bisa
menentukan besar kecilnya pendapatan:
1 dp
𝑀 = 𝑓 (𝑌𝑃, 𝑤, 𝑃, 𝑅𝑏, 𝑅𝑒, , ,𝑢)
P dt
1 dp
𝑀 𝑌𝑝 = 𝑓 (𝑤, 𝑝, 𝑅𝑏,𝑅𝑒 , , ,𝑢)
P dt

1 dp
𝑀 = 𝑓 (𝑤, 𝑝, 𝑅𝑏,𝑅𝑒 , , , 𝑢 ) 𝑌p
P dt

Persamaan dari Friedman ini mirip dengan persamaan


yang dikemukakan oleh salah satu teori klasik :
𝑀 = 𝑘 𝑌 = 1 𝑉 . 𝑌 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑌 = 1 𝑘 𝑀 = 𝑉 𝑀
Perbedaan antara persamaan Friedman dengan klasik
dimana pada persamaan Friedman Y merupakan Permanent
Income sedangkan Y menurut klasik ialah Current Income.
Perbedaan selanjutnya ialah M yang digunakan oleh Friedman
ialah 𝑀2 = 𝑀1 + 𝑇𝐷 sedangkan yang digunakan klasik ialah 𝑀1.
Kemudian V pada klasik dianggap tetap dan hanya berubah
karena adanya faktor-faktor kelembagaan. Akan tetapi dalam
teorinya Friedman V itu dipengaruhi oleh faktor-faktor: Ratio
antara “human wealth” dengan “non-human wealth” (w), Tingkat
harga umum (p), Penghasilan dari obligasi (𝑅𝑏), Penghasilan
1 dp
dari saham (𝑅𝑒), Tingkat perubahan harga (inflasi) . ,
P dt
Portamentou variabel (pajak, teknologi, transportasi, selera).
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Simpulan
Simpulan yang diambil dari pembahasan beberaapa teori keuangan
dari beberapa tokoh adalah teori permintaan uang klasik menyatakan
bahwa permintaan uang dimasyarakat karena kebutuhan alat yang likuid
sebagai tujuan untuk bertransaksi. Teori permintaan uang menurut Keynes
dikenal dengan teori Liquidity of Preference yang menjelaskan perilaku
masyarakat dalam memegang uang. Sedangkan Teori permintaan uang
Milton Friedman menyatakan bahwa permintaan atas uang harus dipengaruhi
oleh faktor yang sama yang juga mempengaruhi permintaan untuk aset
(Mishkin, 2008:201). Dan Teori permintaan uang Wiliam Baumol dan James
Tobin teori tersebut yaitu pengembangan lebih lanjut dari teori permintaan
uang Keynes. Wiliam Baumol dan James Tobin mengembangkan teori
permintaan uang yang menunjukkan bahwa jumlah uang yang dipegang
untuk tujuan transaksi bersifat sensitif terhadap tingkat suku bunga. Dalam
mengembangkan modelnya, mereka menganggap seseorang menerima
pembayaran sekali dalam satu periode dan menghabiskan dalam satu
periode tersebut. Uang dipegang hanya karena digunakan untuk transaksi.

Anda mungkin juga menyukai