Anda di halaman 1dari 20

TEORI PERMINTAAN UANG

Oleh:
Sitti Alisya Masrura 20160430149
Farel Ray Krisna 20160430158
Teori Permintaan Uang menurut
Klasik, Keynes dan Modern
1. Teori Klasik
teori ini sebenarnya adalah teori mengenai
permintaan dan penawaran akan uang, beserta
interaksi antara keduanya. Fokus dari teori ini
adalah pada hubungan antara penawaran uang
atau jumlah uang beredar dengan nilai uang atau
tingkat harga. Hubungan dua variable dijabarkan
lewat konsepsi teori mereka mengenai permintaan
akan uang. Perubahan akan jumlah uang beredar
atau penawaran uang berinteraksi dengan
permintaan akan uang dan selanjutnya
menentukan nilai uang.
1.1 Irving Fisher
MVt = PT.(1)
Nilai dari barang yang dijual sama dengan
volume transaksi (T) dikalikan harga rata-rata
dari barang tersebut (P). Dilain pihak nilai
dari barang yang ditransaksikan ini harus
sama dengan volume uang yang ada
dimasyarakat (M) dikalikan berapa kali rata-
rata uang bertukar dari tangan satu ke
tangan yang lain, atau rata perputaran
uang, dalam periode tersebut (Vt). MVt = PT
adalah suatu identitas, dan pada dirinnya
bukan merupakan suatu teori moneter.
Md = 1/Vt
PT.(2)
Permintaan atau kebutuhan akan uang
dari masyarakat adalah suatu proporsi
tertentu 1/Vt dari nilai transaksi (PT).
Persamaan 2, bersama dengan
persamaan yang menunjukkan posisi
equilibrium di sektor moneter
Md =
Ms.(3)
Dimana Ms = supply uang beredar (yang
dianggap ditentukan oleh pemerintah)
menghasilkan
Ms = 1/Vt PT..(4)
Persamaan (4) berbunyi: dalam jangka pendek
tingkat harga umum (P) berubah secara
proporsional dengan perubahan uang yang
diedarkan oleh pemerintah.
Dalam teori ini T ditentukan oleh tingkat output
equilibrium masyarakat, yang untuk Fisher dan
para ahli ekonomi Klasik, adalah selalu pada
posisi full employment (Hukum Say atau Says
Law). Vt atau transaction velocity of circulation,
Fisher mengatakan bahwa permintaan akan uang
timbul dari penggunaan uang dalam proses
transaksi. Besar-kecilnya Vt ditentukan oleh sifat
proses transaksi yang berlaku di masyarakat
dalam suatu periode (Boediono,2005 : 18).
1.2 Teori Cambridge (Marshall-Pigou)
Teori ini seperti halnya teori Fisher dan teori-
teori klasik lainnya, berpangkal pokok pada
fungsi uang sebagai alat tukar umum (means
of 25 exchange). Karena itu, teori-teori Klasik
melihat kebutuhan uang atau permintaan
akan uang dari masyarakat sebagai
kebutuhan akan alat tukar yang likuid untuk
tujuan transaksi. Perbedaan utama antara
teori ini dengan Fisher, terletak pada tekanan
dalam teori permintaan uang Cambridge
pada perilaku individu dalam mengalokasikan
kekayaannya antara berbagai kemungkinan
bentuk kekayaan, yang salah satunya
berbentuk uang.
Teori Cambridge lebih menekankan faktor-
faktor perilaku (pertimbangan untung-rugi)
yang menghubungkan antara permintaan
akan uang seseorang dengan volume
transaksi yang direncanakannya. Teoritisi
Cambridge mengatakan bahwa
permintaan akan uang selain dipengaruhi
oleh volume transaksi dan faktor
kelembagaan (Fisher), juga dipengaruhi
oleh tingkat bunga, besar kekayaan warga
masyarakat, dan ramalan/harapan dari
masyarakat mengenai masa mendatang.
Jadi dalam jangka pendek, teoritisi Cambridge
menganggap bahwa jumlah kekayaan, volume
transaksi dan pendapatan nasional mempunyai
hubungan yang proporsional-konstan satu sama
lainnya. Teori Cambridge menganggap bahwa, ceteris
paribus permintaan akan uang adalah proporsional
dengan tingkat pendapatan nasional.
Md = k PY(1)
dimana Y adalah pendapatan nasional riil.
Supply akan uang (Ms) dianggap ditentukan oleh
pemerintah. Dalam posisi keseimbangan maka :
Ms = Md...(2)
sehingga :
Ms = k PY(3)
atau :
P = 1/k Ms Y....(4)
Jadi ceteris paribus tingkat harga umum (P)
berubah secara proporsional dengan
perubahan volume uang yang beredar. Tidak
banyak berbeda dengan teori Fisher, kecuali
tambahan ceteris paribus (yang berarti
tingkat harga, pendapatan nasional riil,
tingkat bunga dan harapan adalah konstan).
Perbedaan ini cukup penting, karena teori
Cambridge tidak menutup kemungkinan
bahwa faktor-faktor seperti tingkat bunga dan
expectation berubah, walaupun dalam jangka
pendek. Dan kalau faktor-faktor berubah
maka k juga berubah.
Teori Cambridge mengatakan kalau tingkat
bunga naik, ada kecenderungan masyarakat
mengurangi uang yang ingin mereka pegang,
meskipun volume transaksi yang mereka
rencanakan tetap. Demikian juga faktor
expectation mempengaruhi: bila seandainya
masa datang tingkat bunga akan naik (yang
berarti penurunan surat berharga atau
obligasi) maka orang akan cenderung untuk
mengurangi jumlah surat berharga yang
dipegangnya dan menambah jumlah uang
tunai yang mereka pegang, dan ini pun bisa
mempengaruhi k dalam jangka pendek
(Boediono, 2005: 23).
2 . Teori Keynes
Meskipun bisa dikatakan bahwa teori uang
Keynes adalah teori yang bersumber dari
teori Cambridge, tetapi Keynes
mengemukakan sesuatu yang berbeda
dengan teori moneter tradisi klasik. Pada
hakekatnya perbedaan ini terletak pada
penekanan pada fungsi uang yang lain,
yaitu sebagai store of value dan bukan
hanya sebagai means of exchange. Teori
ini kemudian dikenal dengan nama teori
Liquidity Preference.
2.1 Motif Transaksi dan Berjaga-jaga
Orang memegang uang guna memenuhi dan
melancarkan transaksinya, dan permintaan
akan uang dari masyarakat untuk tujuan ini
sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
nasional dan tingkat bunga. Semakin tinggi
tingkat pendapatan semakin besar volume
transaksi dan semakin besar pula kebutuhan
uang untuk tujuan transaksi. Permintaan
uang untuk tujuan transaksi ini pun tidak
merupakan suatu proporsi yang selalu
konstan, tetapi dipengaruhi pula oleh tinggi
rendahnya tingkat bunga.
Motif berjaga-jaga (precautionary motive),
orang akan mendapat manfaat dari
memegang uang untuk menghadapi
keadaan-keadaan yang tidak terduga, karena
sifat uang yang liquid, yaitu mudah
ditukarkan dengan barang-barang lain.
Menurut Keynes permintaan uang untuk
tujuan berjaga-jaga ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang sama dengan faktor yang
mempengaruhi permintaan uang untuk
transaksi, yaitu terutama dipengaruhi pula
oleh tingkat penghasilan orang tersebut, dan
mungkin dipengaruhi pula oleh tingkat bunga
(meskipun tidak kuat pengaruhnya).
2.2 Motif Spekulasi
Sesuai dengan namanya , motif dari memegang uang
ini adalah terutama untuk tujuan memperoleh
keuntungan yang bisa diperoleh dari seandainya si
pemegang uang tersebut meramal apa yang akan
terjadi dengan benar. Pada teori Cambridge faktor
ketidaktentuan masa depan (uncertainly) dan faktor
harapan (expectations) dari pemilik kekayaan bisa
mempengaruhi permintaan akan uang dari pemilik
kekayaan tersebut. Namun sayangnya teori ini tidak
pernah membakukan faktor-faktor ini ke dalam
perumusan teori moneter mereka. (Kita lihat bahwa
bentuk permintaan dari teori Cambridge tidak berbeda
dengan Fisher, dan faktor-faktor ini hanya masuk
analisa secara kualitatif). Perumusan permintaan uang
untuk motif spekulasi dari Keynes merupakan langkah
formalisasi dari faktor-faktor ini ke dalam teori
moneter.
2.3 Teori Kuantitas Modern (Friedman)
Friedman tidak bertitik tolak dari pembahasan yang
mendalam mengenai motif-motif memegang uang.
Secara umum dianggap bahwa orang mau memegang
uang karena uang adalah salah satu bentuk aktiva
(asset) yang memberikan manfaat karena merupakan
sumber daya beli yang liquid (readily available source of
purchasing power). Teori permintaan uang Friedman
menganggap bahwa pemilik kekayaan memutuskan
aktiva-aktiva apa (termasuk uang tunai) dan berapa
yang akan ia pegang atas dasar perbandingan manfaat
(penghasilan dalam bentuk uang ataupun dalam bentuk
in natura ataupun utility), selera dan jumlah
kekayaannya.
Jadi, menurut pandangan Friedman permintaan
uang ditentukan oleh faktor seperti berikut :
tingkat harga, suku bunga obligasi, suku bunga
equities, modal fisik dan kekayaan mengenai
peranan harga dalam menentukan permintaan
uang, Friedman berpendapat dikarenakan
memegang uang adalah salah satu cara untuk
menyimpan kekayaan. Cara-cara yang lain
adalah menyimpan uang dalam bentuk harta
keuangan (financial asset) seperti obligasi,
deposito dan saham, menyimpan dalam bentuk
harta tetap (tanah dan rumah) dan kekayaan
manusiawi (Boediono, 2005 : 63).
3.Teori setelah Keynes
Perkemngan selanjutnya dari teori keynes didasarkan pada
motif transaksi (W.J Boumol 1952) dan motif spekulasi
(James Tobin)
- Pendekatan Inventori/penyediaaan Boumol :
Permintaan uang seperti permintaan terhadap persediaan
(Stock) yang setiap saat dipakai untuk memenuhi berbagai
keperluan yang muncul setiap saat, tetapi untuk mengelola
diperlukan biaya, maka diperlukan jumlah persediaan yang
optimum (Biaya minimun).
- Permintaan uang untuk transaksi, akan diperoleh manfaat
tetapi juga ada biata untuk memegang uang terdiri dari :
1. Biaya transaksi untuk menukar antara obligasi dengan
uang
2. Opportunity cost memegang uang berupa tingkat bunga
dari obligasi (r)
- Penentuan uang kas (persediaan) yang optimum, yang
menghaslkan biaya minimum dijelaskan sbb.
Biaya total untuk memegang uang kas (TC) terdiri dari
biaya perantasa (b. T/C) dan biaya bunga (r. C/2)
dengan rumus : TC - b. (T/C) + r. (C/2)
- Jumlah Uang Kas yang Optimal (C) :
(dTC/dC) = -b. T/C2 + r/2 = 0
maka :
C = (2b T/r)1/2
- Uang kas yang ditahan setiap saat sebesar C/2, maka :
Persamaan permintaan uang kas riil Md/P = C/2 = 1/2 (
2 bT/r)2 atau
Md = 1/2 (2bT/r)1/2. P
Implikasi dari teori Boumol :
- Tingkat bunga mempengaruhi permintaa uang untuk
transaksi karena adanya opportunity cost dalam memegann
uang.
- Adanya economies of scale dalam penggunaan uang,
artinya jika ada peningkatan pendapatan ( nilai transaksi, T)
maka persentase kenaikan uang kas yang diinginkan (Md)
lebih kecil daripada kenaikan nilai transaksinya.
- Permintaa uang kas untuk tujuan transaksi tergantung pada
tingkat bunga serta biaya perantara ( teori keynes :
permintaan uang untuk tujuan transaksi hanya tergantung dari
pendapatan).
- Perkembangan / kemajuan teknologi yang menyebabkan
turunya ongkos/ biaya transaksi akan mengakibatkan turunya
rata-rata kas yang dipegang oleh individu
- Motif berjaga-jaga dalam permintaan uang. muncul karena
adanya ketidakpastian dalam arus uang masuk dan keluar.
Mind mapping

Anda mungkin juga menyukai