Anda di halaman 1dari 57

Tugas Kelompok Mata Kuliah

PRAKTIK PERADILAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Judicial Review Undang -Undang RI Nomor 2 Tahun 20 20


Tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2020

Oleh:
KELOMPOK GENAP KELAS 3.6

Dosen pengampu :
ALSYAM, SH,MH.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERS ITAS ANDALAS
PADANG
2020
ANGGOTA KELOMPOK :

1. Fiona Septy Handy 1710112130


2. Arindra Purnama 1810111018
3. Dani Navia 1810111022
4. Ayu Ulan Sari 1810111080
5. Bayu Fadli Irmawan 1810111114
6. Dino Ferdinal 1810111130
7. Siti Yuli Yanti 1810111136
8. Nur Aisyah Putri 1810112012
9. Khairun Nisa 1810112014
10. Muhammad Juan Raihan Tetelepta 1810112028
11. Muhamad Rafi 1810112036
12. Sisi Yolanda Hayubi 1810112040
13. Annisa Indra 1810112048
14. Satya Adhi Wicaksama 1810112062
15. Fayat Krisma Arsalan 1810112066
16. Anisa Salsabila 1810112082
17. Mirna Desrita 1810112110
18. Waldi Syahputra 1810112152
19. Gusri Anggun 1810112178
20. Fawwazry Aulia 1810112180
21. Khairul Hidayat 1810112194
22. Ainita Putri 1810112196
23. Yuni Rahmawati Nengsih 1810112208
24. Sinta Caniago 1810112234
25. Fadhil Alzaki 1810112238
26. Afif Hazza Fathin 1810113001
27. Beryl Zharif Dastrian 1810113034
28. Fatur Rahman Rinaldi 1810113040
29. Hafizha Leona Setiawan 1810113046
30. Ismawati 1810113068
31. Mawaddah Putri 1810113076
MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLK INDONESIA

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 38/PUU -XVIII/2020

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG -UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG PENETAPAN


PERPU NOMOR 1 TAHUN 2020 TERHADAP UNDANG -UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

PEMERIKSAAN BERKAS JUDICIAL REVIEW

OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI

JAKARTA

KAMIS, 5 NOVEMBER 2020


MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

--------------

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 38/PUU-XVIII/2020

PERIHAL
Pengujian Undang-Undang Pasal 27 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan Menjadi Undang-Undang Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

PEMOHON
1. Khairun Nisa
2. Dani Navia
3. Ismawati
4. Anisa Salsabila

ACARA
Pemeriksaan Berkas Judicial Review Oleh Mahkamah Konstitusi

Kamis, 5 November 2020 2020, Pukul 09.20 – 14.45 WIB


Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI,
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat
SUSUNAN PERSIDANGAN
1) Waldi Syahputra (Ketua)

2) Ainita Putri (Anggota)

3) Arindra Purnama (Anggota)

4) Fayat Krisma Arsalan (Anggota)

5) M. Rafi (Anggota)

6) Mirna Desrita (Anggota)

7) Sinta Caniago (Anggota)

8) Siti Yuli Yuliyanti (Anggota)

9) Yuni Rahmawati Nengsih (Anggota)


Gusri Anggun Panitera Pengganti

Pihak yang Hadir:

A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Nur Aisyah Putri


2. Satya Adhi Wicaksana
3. M. Juan Raihan
4. Ayu Ulan Sari

B. DPR:
1. Bayu Irmawan

C. Pemerintah:
1. Khairul Hidayat
2. Hafizha Leona Setiawan
3. Sisi Yolanda Hayubi

SIDANG DIBUKA 09.20 WIB


Acara Sidang: Pemeriksaan Pendahuluan
1.
PANITERA: GUSRI ANGGUN
SETIAP PEMBUKAAN SIDANG:
Yang mulia majelis hakim konstitusi memasuki ruang persidangan (Hadirin berdiri),, hadirin
disilahkan duduk kembali.

SETIAP PENUTUPAN SIDANG:


Hadirin dimohon berdiri, majelis hakim konstitusi meninggalkan ruangan persidangan

2.
KETUA: WALDI SYAHPUTRA
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Sidang dalam Perkara Nomor 38/PUU-XVIII/2020 dibuka dan terbuka untuk umum.
KETUK PALU 3X

Assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi. Salam sejahtera untuk kita semua. Agenda kita pada
hari ini adalah Pemeriksaan Pendahuluan untuk Perkara Nomor 38/PUUXVIII/2020. Kami
persilakan kepada Para Pihak untuk memperkenalkan diri.

3. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 38/PUU-XVIII/2020: NUR AISYAH


PUTRI
Terima kasih, Yang Mulia. Nama saya Nur Aisyah Putri sebagai Kuasa Hukum Perkara
Nomor 38/PUU-XVIII/2020. Di samping kanan saya, Advokat Satya Adhi Wicaksana,
Samping kanannya, Advokat Ayu Ulan Sari. Di belakang kami, Advokat M. Juan Raihan.
Kemudian, di sampingnya, Prinsipal Pemohon atas nama Ibu Khairun Nisa, Dani Novia,
Ismawati dan Annisa Salsabila. Terima kasih, Yang Mulia.
4.

KETUA: WALDI SYAHPUTRA


Ya. Baik, kepada kuasa hukum untuk menyampaikan pokok-pokok Permohonannya, jadi
ini pokok-pokoknya saja, ya, Bu Aisyah. Saya kira sudah lazim berperkara di MK karena
yang tertulis sudah kami terima, sehingga sampaikan yang pokok-pokoknya saja. Kami
persilakan.

5. KUASA HUKUM PEMOHON: NUR AISYAH PUTRI


Baik, Assalamualaikum wr. wb. Yang Mulia.
(Di lanjutkan Pembacaan Pokok-pokok permohonan, legal standing, dan petitum)
,,,,,,,,,,,,
,,,,,,,,,,,, ,,,,,,,,,
,,
6. KETUA: WALDI SYAHPUTRA
Waalaikumsalam wr. wb. Baik. Terima kasih. Jadi, Para Pemohon dan Kuasanya dari Perkara
Nomor 38/PUU-XVIII/2020, sidang selesai dan dinyatakan ditutup.
KETUK PALU 3X

SIDANG DITUTUP PUKUL 10.45 WIB

Jakarta, 5 November 2020


Panitera,

ttd.
GUSRI ANGGUN

SIDANG DIBUKA PUKUL 11.15 WIB


Acara Sidang: Perbaikan Permohonan

1.
PANITERA: GUSRI ANGGUN
Yang mulia majelis hakim konstitusi memasuki ruang persidangan (Hadirin berdiri),, hadirin
disilahkan duduk kembali.
2.
KETUA: WALDI SYAHPUTRA
Bismillahirrahmaanirrahiim. Sidang dalam Perkara Nomor 38/PUU-XVIII/2020 dibuka dan
dinyatakan terbuka untuk umum.
KETUK PALU 3X

Agenda kita pada hari ini adalah Perbaikan Permohonan untuk Perkara Nomor
38/PUUXVIII/2020. Sidang kita ini dilakukan secara daring dan nama yang kami terima
sebagai para pihak untuk menghadiri sidang kali ini adalah Nur Aisyah Putri. Kemudian
Satya Andika Wicaksana, Bapak M. Juan Raihan, Ayu Ulan Sari, dan untuk masyarakat yang
ingin mengikuti boleh melalui Youtube atau live streaming. Silakan, Pemohon untuk
memperkenalkan siapa sekalipun tadi saya sudah sampaikan. Silakan untuk
menyampaikan siapa yang ... siapa saja yang hadir pada kesempatan ini

3.
KUASA HUKUM PEMOHON: NUR AISYAH PUTRI / KUASA HUKUM LAINNYA
Baik. Bismillahirrahmaanirrahiim. Majelis Hakim Yang Terhormat,pada Perkara Nomor
51/PUU-XVIII/2020 yang hadir pada sidang kali ini adalah saya sendiri Nur Aisyah Putri
kemudia saudara Satya Adhi Wicaksana, saudariAyu Ulan Sari dan M. Juan Raihan.

4. KETUA: WALDI SYAHPUTRA


Baik. Terima kasih. Yang lain di luar para pihak,sekali lagi bisa diikuti melalui live stream di
youtube.
Agenda kita pada sidang ini adalah Perbaikan. Naskah Perbaikan sudah kami terima dan
sudah kita baca. Tetapi Pemohon diberi kesempatan,tetap kita beri kesempatan untuk
menyampaikan pokok-pokok Permohonan yang mengalami perbaikan dari Permohonan
semula yang sudah diperiksa pada Sidang Pendahuluan pertama dalam waktu yang tidak
terlalu lama. Sekali lagi, tidak perlu dibacakan secara keseluruhan, cukup bagian-bagian
yang mengalami perubahan saja dari Permohonan awal. Silakan, siapa yang akan
menyampaikan?

5.
KUASA HUKUM PEMOHON: NUR AISYAH PUTRI / KUASA HUKUM LAINNYA
Baik, Majelis Hakim yang terhormat. Perkenankan saya untuk menyampaikan pokok-pokok
perbaikan dari Permohonan Perkara Nomor 38/PUU-XVIII/2020 ini.
(Dilanjutkan dengan pembacaan perobahan permohonan dan pengesahan alat bukti)
,,,,,, ,,,,
,,
6. KETUA: WALDI SYAHPUTRA
Baik, sekali lagi terima kasih kepada Para Pihak, termasuk yang menyaksikan
persidangan kita pada hari ini. karena sidang kita ... sidang kita adalah terbuka untuk
umum, ada yang melalui Youtube dan mungkin ada yang melalui live streaming. Sekali
lagi terima kasih. Sidang selesai dan ditutup.
KETUK PALU 3X

SIDANG DITUTUP PUKUL 12.15 WIB

Jakarta, 5 November 2020


Panitera,

ttd.
GUSRI ANGGUN

SIDANG DIBUKA PUKUL 10.15 WIB


Acara Sidang: Mendengarkan keterangna DPR dan Presiden

1.
PANITERA: GUSRI ANGGUN
Yang mulia majelis hakim konstitusi memasuki ruang persidangan (Hadirin berdiri),, hadirin
disilahkan duduk kembali.
2.
KETUA: (Disarankan berganti dengan yang lain sebagai Hakim ketua)
Sidang dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
KETUK PALU 3X

Assalamualaikum wr. wb.

3. KUASA HUKUM PEMOHON


Waalaikumsalam wr. wb.

4. KETUA: (Disarankan berganti dengan yang lain sebagai Hakim ketua)


Selamat siang. Salam sejahtera untuk kita semua. Hari ini Sidang Pleno pertama untuk Perkara
Nomor 38/PUU-XVIII/2020, Dipersilakan untuk Pemohon untuk
memperkenalkan diri, siapa yang hadir.

5. KUASA HUKUM PEMOHON: NUR AISYAH PUTRI / KUASA HUKUM LAINNYA


Baik, terima kasih, Majelis Hakim Yang Mulia. Selamat siang. Semoga kita semua dalam
keadaan sehat. Pemohon yang hadir ada 4 orang, 4 orang Kuasa Hukum. Saya sendiri
Nur Aisyah Putri bersama rekan saya Satya Adhi Wicaksana, Ayu Ulan Sari. M. Juan
Raihan. Serta Prinsipal Pemohon atas nama Ibu Khairun Nisa, Dani Novia, Ismawati dan
Annisa Salsabila. terima kasih, Yang Mulia.

6.

KETUA: (Disarankan berganti dengan yang lain sebagai Hakim ketua)


Ya, baik. Dari DPR berhalangan ada surat pemberitahuan. Selanjutnya, Kuasa Presiden,
dipersilakan siapa yang hadir?
7. PEMERINTAH: KHAIRUL HIDAYAT/ HAFIZHA LEONA SETIAWAN/ SISI
YOLANDA HAYUBI
(catatan: baca ringkas saja sesuai dengan berkas)
Baik. Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Salam sejahtera untuk kita
semua. Yang kami hormati Majelis Hakim, DPR atau yang mewakili, dan Para Pemohon.
Pada persidangan online hari ini , Pihak Pemerintah yang hadir pertama, Ibu Sri Mulyani
Indrawati (Menteri Keuangan), yang nanti juga akan membacakan Keterangan Pendahuluan,
Opening Statement Presiden. Yang kedua, Bapak Suahasil Nazara, Wakil Menteri Keuangan.
Didampingi oleh Penerima Kuasa Substitusi Menteri Keuangan, saya sendiri Hadiyanto (selaku
Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan), Saudara Askolani
(Dirjen Anggaran), Saudara Febrio Nathan Kacaribu (Kepala Badan Kebijakan Fiskal),
Saudari Tio Serepina Siahaan (Kepala Biro Advokasi), serta para Pejabat Eselon I dari
Kementerian Keuangan. Turut hadir Para Pejabat dari Kementerian Hukum dan HAM,
yaitu Saudara Ardiansyah (Direktur Litigasi Peraturan Perundang-Undangan). Serta dari
Kejaksaan Agung, Saudari Bernadetta Maria Erna Estiyani(Koordinator pada Jamdatun),
serta Saudara Asnawi (Koordinator pada Jamdatun). Turut hadir juga para pejabat lainnya
dari Kementerian Keuangan, kemudian Hukum dan HAM, dan Kejaksaan Agung.
Demikian, Yang Mulia, terima kasih.

8. KETUA: (Disarankan berganti dengan yang lain sebagai Hakim ketua)


Ya, baik. Terima kasih, Pak Sekjen. Agenda persidangan hari ini adalah untuk Mendengar
Keterangan DPR dan Kuasa Presiden. Karena DPR berhalangan, silakan, Ibu
Menteri yang akan membacakan, seperti yang telah disampaikan Pak Sekjen tadi.
Silakan, Ibu Menteri. 18.PEMERINTAH: SRI MULYANI Terima kasih, Yang Mulia
Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi.
(Dilanjutkan dengan Penyampian secara lisan pokok-pokok atau ringkasan
Keterangan Presiden)
SIDANG DIBUKA PUKUL 11.15 WIB
Acara Sidang: mendengarkan keterangan dpr dan ahli pemohon

1.
PANITERA: GUSRI ANGGUN
Yang mulia majelis hakim konstitusi memasuki ruang persidangan (Hadirin berdiri),, hadirin
disilahkan duduk kembali.

2.
KETUA: (Disarankan berganti dengan yang lain sebagai Hakim ketua)
Sidang dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
KETUK PALU 3X

Assalamualaikum wr. wb.

3. KUASA HUKUM PEMOHON


Waalaikumsalam wr. wb.

4. KETUA: (Disarankan berganti dengan yang lain sebagai Hakim ketua)


Selamat siang. Salam sejahtera untuk kita semua. Hari ini Sidang Pleno pertama untuk Perkara
Nomor 38/PUU-XVIII/2020, Dipersilakan untuk Pemohon untuk
memperkenalkan diri, siapa yang hadir.
5. KUASA HUKUM PEMOHON: NUR AISYAH PUTRI / KUASA HUKUM
LAINNYA
Baik, terima kasih, Majelis Hakim Yang Mulia. Selamat siang. Semoga kita semua dalam
keadaan sehat. Pemohon yang hadir ada 4 orang, 4 orang Kuasa Hukum. Saya sendiri
Nur Aisyah Putri bersama rekan saya Satya Adhi Wicaksana, Ayu Ulan Sari. M. Juan
Raihan. Serta Prinsipal Pemohon atas nama Ibu Khairun Nisa, Dani Novia, Ismawati dan
Annisa Salsabila. terima kasih, Yang Mulia. Kami juga menghadirkan Ahli Beryl Zharif
Dastian, Fatur Rahman Rinaldi, Fawwazry Aulia, dan Fadhil Alzaki.

6.

KETUA: (Disarankan berganti dengan yang lain sebagai Hakim ketua)


Ya, baik. ada surat permohonan dari pemohon, menginginkan atau meminta untuk hadir
langsung di Ruang Sidang Mahkamah Konstitusi. Kami sudah musyawarahkan, ya tetap
seperti yang lain juga, artinya melalui vicon atau melalui Zoom. Selanjutnya dari DPR,
silakan siapa yang hadir?

7. DPR: BAYU IRMAWAN


Yang Mulia,yang hadir Bayu Irawan dari Komisi XI mewakili DPR.

8. KETUA: (Disarankan berganti dengan yang lain sebagai Hakim ketua)


Ya, baik. Dari Kuasa Presiden?
9. PEMERINTAH: KHAIRUL HIDAYAT/ HAFIZHA LEONA SETIAWAN/ SISI
YOLANDA HAYUBI
(Catatan: Baca dengan ringakas sesuai berkas)
Terima kasih, Yang Mulia. Dari Pemerintah hadir. Dari Kementerian Keuangan, hadir
Ibu Tio Serepina Siahaan,Kepala Biro Advokasi Kementerian keuangan. Kemudian
Bapak Ubaidi Socheh Hamidi, Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara BKF. Kemudian, Bapak Arif Yanuar, Direktur Peraturan Perpajakan I
Dirjen Pajak. Kemudian, Bapak Yunirwansyah, Direktur Peraturan Perpajakan II Dirjen
Pajak. Kemudian, Bapak Poltak Maruli John L.Hutagaol,Direktur Perpajakan
Internasional Dirjen Pajak. Kemudian, Bapak Hestu Yoga Saksama, Direktur Penyuluhan
Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Dirjen Pajak. Kemudian, Bapak Didik Kusnaini,
Direktur Harmonisasi Peraturan Penganggaran Dirjen Anggaran. Kemudian,Bapak Deni
Ridwan,Plt. Direktur Surat Utang Negara. Kemudian,Bapak Pangihutan Siagian,Kepala
Bagian Advokasi III. Kemudian,Bapak Haryadi,Pusat Kebijakan Sektor Keuangan BKF.
Kemudian,Bapak Fathul Kamil Tumbriyantoro, Kepala Bidang Tata Kelola dan
Pengelolaan Kinerja BKF. Kemudian, Ibu Dewi Sulaksminijati, Kasubdit Advokasi
Dirjen Pajak. Kemudian,Bapak Agus Kuswantoro,Kasubdit HPP KL.Kemudian dari
Kejaksaan Agung. Kemudian dari Kementerian Hukum dan HAM, hadir Bapak
Ardiansyah, Direktur Litigasi Peraturan Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan
HAM. Kemudian, saya sendiri, Erwin Fauzi.Terima kasih, Yang Mulia.

10. KETUA: (Disarankan berganti dengan yang lain sebagai Hakim ketua)
Ya, baik. Sebelum masuk ke agenda, yaitu meminta keterangan dari DPR dan mendengar
keterangan Ahli dari Pemohon. Baik. Sebelum DPR menyampaikan keterangan, para
Ahli dari Pemohon. Mohon maaf sebumnya bapak ibu? Silakan diambil sumpah terlebih
dahulu.Yang Mulia Bapak Fayat Krisma Arsalan, mohon untuk menuntun.

11. HAKIM ANGGOTA: FAYAT KRISMA ARSALAN


Siap ... juru sumpahnya, sudah siap bapak ibuk?

12. PARA AHLI PEMOHON


Siap yang mulia hakim

13. HAKIM ANGGOTA: FAYAT KRISMA ARSALAN


Dan pada posisi berdiri, ya bapak ibu. Ya. Ikuti lafal yang saya tuntunkan.
“Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah, saya bersumpah sebagai Ahli akan
memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan keahlian saya.”

14. PARA AHLI PEMOHON


Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah, saya bersumpah sebagai Ahli akan memberikan
keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian saya.

15. HAKIM ANGGOTA: FAYAT KRISMA ARSALAN


Baik, terima kasih. Silakan, duduk kembali.

16. KETUA: (Disarankan berganti dengan yang lain sebagai Hakim ketua)
Ya, baik. Terima kasih. Kita dengar dulu keterangan dari DPR, baru nanti Ahli Pemohon.
Silakan, Pak Bayu Irmawan.
SIDANG DIBUKA PUKUL09.20WIB
Acara Sidang: mendengarkan keterangan ahli dan pemohon saksi pemohon

1.
PANITERA: GUSRI ANGGUN
Yang mulia majelis hakim konstitusi memasuki ruang persidangan (Hadirin berdiri),, hadirin
disilahkan duduk kembali.

2.
KETUA: (Disarankan berganti dengan yang lain sebagai Hakim ketua)
Bismillahirrahmaanirrahiim. Sidang dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
KETUK PALU 3X

Assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi. Salam sejahtera untuk kita semua. Sidang pagi
ini, lanjutan untuk Perkara Nomor 38/PUU-XVIII/2020. Untuk Pemohon silakan, siapa
yang hadir?

3.
KUASA HUKUM PEMOHON: NUR AISYAH PUTRI / KUASA HUKUM LAINNYA
Baik, terima kasih, Majelis Hakim Yang Mulia. Selamat pagi. Semoga kita semua dalam
keadaan sehat. Pemohon yang hadir ada 4 orang, 4 orang Kuasa Hukum. Saya sendiri
Nur Aisyah Putri bersama rekan saya Satya Adhi Wicaksana, Ayu Ulan Sari. M. Juan
Raihan. Serta Prinsipal Pemohon atas nama Ibu Khairun Nisa, Dani Novia, Ismawati dan
Annisa Salsabila. terima kasih, Yang Mulia. Kami juga menghadirkan 4 orang saksi yaitu
Dino, Fiona, Mawa, Annisa Indra.
4. KETUA: (Disarankan berganti dengan yang lain sebagai Hakim ketua)
Ya, baik. Dari DPR tidak hadir, ada surat pemberitahuan. Dari Kuasa Presiden? Silakan, Kuasa
Presiden.
Terima kasih, Yang Mulia. Dari Pemerintah hadir dari Kementerian Keuangan, Ibu Tio
Serepina Siahaan, Kepala Biro Advokasi. Kemudian,Bapak Yunirwansyah, Direktur
Perundang-undangan I Dirjen Pajak. Kemudian, Bapak Pangihutan Siagian dari Biro
Advokasi. Kemudian, Ibu Dewi Sulaksminijati dari Dirjen Pajak. Kemudian saya sendiri,
Erwin Fauzi, dari Kementerian Hukum dan HAM. Terima kasih, Yang Mulia.

5. PEMERINTAH: KHAIRUL HIDAYAT/ HAFIZHA LEONA SETIAWAN/ SISI


YOLANDA HAYUBI
(Catatan: Baca dengan ringakas sesuai berkas)
Ya, baik, terima kasih. Agenda persidangan untuk hari ini mendengar keterangan Ahli
dan keterangan Saksi dari Pemohon.
Baik. Untuk para saksi, silakan berdiri! Diambil sumpahnya dahulu. Silakan, Yang Mulia
Muhammad Rafi, bisa untuk menuntun.

6. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD RAFI


Baik, terima kasih, Pak Ketua. Untuk Saksi, sudah siap?

7. PARA SAKSI
Siap!

8. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD RAFI


Juru sumpahnya sudah ada?

9. PARA SAKSI
Ada, ada yang mulia hakim.

10. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD RAFI


Ya, silakan untuk berdiri, ya! Ikuti lafal yang saya tuntunkan.

11. PARA SAKSI


Baik yang mulia hakim
12. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD RAFI
"Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah, saya bersumpah sebagai Saksi akan
memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya."

13. PARA SAKSI


Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah, saya bersumpah sebagai Saksi akan
memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya.

14. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD RAFI


Terima kasih, silakan duduk kembali.
Ya, baik. Saksi Pak Dino, silakan langsung memberi keterangan, kira-kira 10 atau 15
menit waktunya, nanti dilanjutkan dengan pendalaman atau tanya-jawab sekiranya ada.
Silakan, Saksi!

(Begitu Seterusnya)
SIDANG DIBUKA PUKUL 10.15 WIB
Acara Sidang: Pengucapan Ketetapan Dan Keputusan

1.
PANITERA: GUSRI ANGGUN
Yang mulia majelis hakim konstitusi memasuki ruang persidangan (Hadirin berdiri),, hadirin
disilahkan duduk kembali.

2.
KETUA: (Disarankan berganti dengan yang lain sebagai Hakim ketua)
Sidang dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
KETUK PALU 3X

Assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Sidang pagi
ini adalah untuk pengucapan beberapa putusan. Pemohon Nomor 51/PUU-XVIII/2020,
siapa yang hadir?

3.
KUASA HUKUM PEMOHON: NUR AISYAH PUTRI / KUASA HUKUM LAINNYA
izin, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. yang hadir pada hari ini adalah Kuasa
Hukum pemohon yaitu saya sendiri Nur Aisyah Putri kemudia saudara Satya Adhi
Wicaksana, saudari Ayu Ulan Sari dan M. Juan Raihan. Demikian, Yang Mulia. Terima
kasih. Assalamualaikum wr. wb.

4. KETUA: (Disarankan berganti dengan yang lain sebagai Hakim ketua)


Baik lah bagaimana adakah tambahan pertanyaan yang ingin diajukan oleh penggugat
5. KUASA HUKUM PENGUGAT: NUR AISYAH PUTRI

Baik terimakasih yang mulia menurut kami sudah cukup dengan yang ingin kami
sampaikan,cukup yang mulia.

6. KETUA :WALDI SYAHPUTRA

Baiklah, bagaimana dari pihak yang mulia DPR?,Cukup, pak?, Dari Pemerintah?.

7. DPR : BAYU IRMAWAN

Cukup, yang mulia.

8. PEMERINTAH :KHAIRUL HIDAYAT

Cukup yang mulia.


9. KETUA: WALDI SYAHPUTRA

Baik. Dengan pertimbagan dari bukti bukti baik yang tertulis dan tidak tertulis yang
berdasarkan keyakinan hati nurani maka kami memberikan putusan atas pengujian
terhadap Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun Tentang Penetapan Perpu
Nomor 1 Tahun 2000 maka diputuskan” Menyatakan Permohonan Nomor 51/PUU-
XVIII/2020 mengenai Permohonan Pengujian Materiil Pasal 2 ayat (1) huruf a angka 1,
angka 2, dan angka 3, Pasal 27 dan Pasal 28 dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam
Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6516) terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
ditarik kembali;

Menyatakan para Pemohon tidak dapat mengajukan kembali permohonan a quo;

Memerintahkan Panitera Mahkamah Konstitusi untuk mencatat perihal penarikan


kembali permohonan Nomor 51/PUU-XVIII/2020 dalam Buku Registrasi Perkara
Konstitusi dan mengembalikan Salinan berkas permohonan kepada para Pemohon;“.
Maka saya menyatakan persidangan ditutup.
KETUK PALU 3X
SIDANG DITUTUP PUKUL ;14.45

Jakarta, Kepala Sub Bagian

Risalah,

t.t.d

Gusri Anggun

NIP :197306012006041004

Risalah Persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidanga di Makamah
Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan darirekaman suara aslinya
KETETAPAN
Nomor 38/PUU-XVIII/2020

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

[1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan
putusan dalam perkara Pengujian pasal 27 Ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2020 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020
tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disaese 2019 (Covid-19) dan/atau dalam rangka menghadapi ancaman
yang membahayakan perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan menjadi
Undang-Undang Terhadap Undang-Undang Dasar 1945, yang diajukan oleh:
I. Nama : Khairun Nisa
Tempat/Tanggal lahir : Cirebon, 13 Oktober 1985
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jalan Kemang Golf Blok DB/46 Kemang Pratama
RT. 004 RW. 024 Kelurahan Bojong Rawalumbu
Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi
Sebagai --------------------------------------------------------------- Pemohon I;

II. Nama : Dani Navia


Tempat/Tanggal lahir : Bekasi, 25 November 1990
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jalan Puskopad, Bekasi Barat
Sebagai -------------------------------------------------------------- Pemohon II;

III. Nama : Ismawati

Tempat/Tanggal : Ujung Pandang, 30 Oktober


Lahir 1991

Warga Negara : Indonesia

Alamat : Perumahan Grya Mulya Asri


Blok F Nomor 5Jalan

Daeng Ramang, Kelurahan Pai Kecamatan


Biringkanaya, Kota Makassar
Sebagai ------------------------------------------------------------- Pemohon III;

IV. Nama : Anisa Salsabila


Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 30 Oktober 1991
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Perumahan Grya Mulya Asri Blok F Nomor
5
Jalan Daeng Ramang, Kelurahan Pai
Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar
Sebagai ------------------------------------------------------------- Pemohon IV;

Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa masing-masing bertanggal 1 Oktober 2020,
memberi kuasa kepada Nur Aisyah Putri, S.H., M.H., M.M., Satya Adhi Wicaksana, S.H., M.H.,
M. Juan Raihan, S.H., M.H., dan Ayu Ulan Sari, S.H., M.H. Advocat dan Advocat Magang yang
bergabung dalam “TIM Penasihat Hukum PJI”, berkantor di H&P Law Office Gedung 88,
Kasablanka Office Tower, Tower A, Lantai 9 Unit E, Kota Kasablanka, Jalan Casalanka Kavling
88, Kuningan, Jakarta, baik bersama-sama atau sendiri-sendiri bertindak untuk dan atas nama
pemberi kuasa

Selanjutnya disebut sebagai -------------------------------------- para Pemohon;

[1.2] Membaca permohonan para Pemohon;


Mendengar keterangan para Pemohon;
Memeriksa bukti-bukti para Pemohon.

DUDUK PERKARA
[2.1] Menimbang bahwa para Pemohon telah mengajukan permohonan bertanggal 30 Agustus
2020 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut
Kepaniteraan Mahkamah) pada tanggal 3 September 2020 dan telah dicatat dalam Buku
Registrasi Perkara Konstitusi dengan Nomor 3/PUU – XIII/2015 pada tanggal 7
September 2020, yang telah diterima Kepaniteraan Mahkamah pada pokoknya sebagai
berikut:
A Kewenangan Mahkamah Konstitusi
.
1. Bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226,
selanjutnya disebut UU MK), dan Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076, selanjutnya disebut UU
48/2009), salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji
UndangUndang terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

2. Bahwa hubungan norma undang-undang dengan penjelasan undang-undang adalah


satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena saling memberikan pengertian
dan penjelasan antara satu sama lain;

3. Bahwa permohonan para Pemohon adalah pengujian konstitusionalitas norma


undang-undang Pasal 27 Ayat (1),(2) dan (3) Undang – Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keungan

Negara dan Stabilitas Sistem Keungan Untuk Penangganan Pandemi Corona Virus
Disease (Covid 19) dan/ atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/ atau Stabilitas Sisitem Keuangan
Menjadi Undang – Undang Terhadap Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

4. Pemohon memohon agar Mahkamah Konstitusi (MK) melakukan pengujian


terhadap Pasal 27 ayat (1), (2) dan (3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor
2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi UndangUndang;

5. Selain itu, Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan, mengatur bahwa secara hierarkis kedudukan UUD
1945 lebih tinggi dari undang-undang. Oleh karena itu, setiap ketentuan
undangundang tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Jika terdapat ketentuan
dalam undang-undang yang bertentangan dengan UUD 1945, maka ketentuan
tersebut dapat dimohonkan untuk diuji melalui mekanisme pengujian undang-undang.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk


memeriksa dan memutus permohonan pengujian Undang-Undang ini.

Argumentasi Tambahan

1.Bahwa hukum hadir untuk para pencari keadilan dengan paradigm tersebut maka
apabila para pencari keadilan menghadapi suatu persoalan hukum, maka bukan “para
pencari keadilan yang disalahkan” maka para penegak hukumlah yang harus berbuat
sesuatu terhadap hukum yang ada, termasuk meninjau asas/norma, doktrin, substansi
serta prosedur yang berlaku.

2.Bahwa hukum hadir di tengah-tengah masyarakat dijalankan tidak sekedar menurut kata-
kata hitam-putih dari peraturan (according to the letter), melainkan menurut
semangat dan makna yang lebih dalam (to the very meaning) dari Undang-Undang atau
Hukum. Hukum tidak hanya dijalankan dengan kecerdasan spiritual. Menjalankan hukum
harus dengan determinasi, empati, dedikasi, komitmen terhadap penderitaan bangsa
untuk berani mencari jalan lain guna kebenaran, keadilan, dan kepastian hukum para
pencari keadilan.

3.Ketetapan MPR RI Nomor III Tahun 2000 telah menetapkan sumber hukum dan tata
urutan peraturan perundang- undangan sebagai sumber tertib hukum yang berlaku di
indonesia yaitu:
1) UUD 1945
2) Ketetapan MPR.
3) Undang- Undang.
4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang ( PERPU) 5) Peraturan Pemerintah.
6) Keputusan Presiden yang bersifat mengatur
7) Peraturan Daerah
4. Qur’an Surat Annisa’ ayat 135

“Hai orang- orang yang beriman, jadilah kamu orang- orang yang benar- benar
penegak keadilan dimuka bumi, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap
dirimu sendiri, ibu bapak dan kaum kerabatmu, jika ia kaya atau miskin, maka
Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpang dari kebenaran, jika kamu membalikkan ( kata-kata)
atau enggan menjadi saksi demi keadilan maka sesungguhnya Allah adalah maha
mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”
B. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon
1. Bahwa Pasal 51 ayat (1) UU MK mengatur bahwa :
a. Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu:
Perorangan warga negara Indonesia;
b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

diatur dalam undang-undang;


c. Badan hukum publik atau privat; atau
d. Lembaga negara.

Selanjutnya penjelasan Pasal 51 ayat (1) menyatakan :


Yang dimaksud dengan “hak konstitusional” adalah hak-hak yang diatur dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Bahwa Pemohon adalah perorangan Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud
Pasal 52 ayat (1) huruf a UU MK yang hak-hak konstitusionalnya telah dirugikan
dengan berlakunya Pasal 27 ayat (1), (2) dan (3) Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undangundang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas
Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi UndangUndang.
3. Bahwa merujuk kepada Putusan Mahkamah sejak Putusan Nomor 006/PUU-III/ 2005
tanggal 31 Mei 2005 dan Putusan Nomor 11/PUU-V/2007 tanggal 20 September 2007
dan putusan-putusan selanjutnya, berpendirian bahwa kerugian hak dan/atau
kewenangan konstitusional sebagaimana dimaksud Pasal 51 ayat (1) UU MK harus
memenuhi 5 (lima) syarat, yaitu:
a. Adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon yang diberikan oleh
UUD 1945.
b. Hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut oleh Pemohon dianggap
dirugikan oleh berlakunya undang-undang yang dimohonkan pengujian.
c. Kerugian konstitusional tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau
setidak-tidaknya potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan
akan terjadi.
d. Adanya hubungan sebab-akibat (causal verband) antara kerugian dimaksud dan
berlakunya undang-undang yang dimohonkan pengujian.
e. Adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan, maka
kerugian konstitusional seperti yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi.
Dengan demikian maka ada 5 (lima) syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menguji
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Syarat pertama adalah kualifikasi
Pemohon sebagai Warga Negara Republik Indonesia, untuk bertindak sebagai pemohon
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 51 ayat(1) UU MK. Syarat kedua dengan
berlakunya suatu undang-undang hak dan/atau kewenangan konstitusional
pemohon dirugikan. Syarat ketiga, kerugian konstitusional tersebut bersifat
spesifik. Syarat keempat kerugian tersebut timbul akibat berlakunya undang-undang yang
dimohon. Syarat kelima, kerugian konstitusional tersebut tidak akan terjadi lagi kalau
permohonan ini dikabulkan
4. Bahwa uraian di atas membuktikan bahwa Pemohon (Perseorangan Warga Negara
Indonesia) memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk bertindak sebagai
Pemohon dalam permohonan pengujian undang-undang ini.

Berdasarkan kualifikasi dan syarat tersebut di atas, maka Pemohon sebagai Warga
Negara Indonesia, benar-benar telah dirugikan hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya akibat berlakunya Pasal 27 ayat (1), (2) dan (3) Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2020 karena hal tersebut dapat menimbulkan
kerugian bagi pemohon. Akhirnya, apabila permohonan pengujian terhadap ketentuan
Pasal 27 ayat (1), (2) dan (3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2020
dikabulkan, maka hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon tidak lagi
dirugikan. Dengan demikian, syarat kedudukan hukum (legal standing) Pemohon telah
sesuai dan memenuhi ketentuan yang berlaku.
C. Pokok Perkara
Dalam pengajuan permohonan ini, para Pemohon tidak menyampaikan dalil-dalil hukum
yang rumit atau teori-teori hukum yang canggih, karena menurut hemat para Pemohon, apa
yang menjadi alasan permohonan ini sudah sangat jelas dan kuat serta sulit dibantah bahwa
Pasal 27 ayat (1), (2) dan (3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun


2020 secara nyata telah bertentangan dengan Pasal 28D Ayat (1) UUD 1945. Berikut
alasan-alasan permohonan ini :
Bahwa pasal 28D ayat (1) UUD 1945 menyatakan setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang
sama dihadapan hukum. Adanya ketentuan tersebut dalam Undang-undang Dasar 1945
menyebabkan Pasal 27 ayat (1), (2) dan (3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2020 ini bertentangan dengan UUD 1945 karena memberikan ketidakpastian hukum
kepada warganegaranya. Sebab pada Pasal 27 ayat (1), (2) dan (3) Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tersebut menyebutkan bahwa :
1. Pasal 27 ayat (1) UU 2/2020 menyatakan bahwa “biaya yang telah dikeluarkan
Pemerintah dan/atau lembaga anggota KSSK dalam rangka pelaksanaan
kebijakan pendapatan negara termasuk kebijakan di bidang perpajakan,
kebijakan belanja negara termasuk kebijakan di bidang keuangan daerah,
kebijakan pembiayaan, kebijakan stabilitas sistem keuangan, dan program
pemulihan ekonomi nasional, merupakan bagian dari biaya ekonomi untuk
penyelamatan perekonomian dari krisis dan bukan merupakan kerugian
negara.” Pasal ini memunculkan potensi terjadinya tindak pidana korupsi
karena
menetapkan bahwa biaya yang telah dikeluarkan Pemerintah dan/atau lembaga
anggota KSSK dalam rangka pelaksanaan kebijakan pendapatan negara
dianggap sebagai biaya ekonomi nasional dan bukan merupakan kerugian
Negara. Maka dengan tetap berlakunya pasal ini, maka pemohon sebagai warga
Negara Indonesia akan dirugikan karena tidak adanya jaminan hokum
sebagaimana dijamin dalam pasal 28D Ayat (1) UUD 1945 karena aparat
pemerintah tersebut dikhawatirkan dapat melakukan tindak pidana korupsi.
2. Pasal 27 ayat (2) UU 2/2020 menyatakan bahwa “Anggota KSSK, Sekretaris
KSSK, anggota secretariat KSSK, dan pejabat atau pegawai Kementerian
Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, serta Lembaga Penjamin
Simpanan, dan pejabat lainnya, yang berkaitan dengan pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini, tidak dapat dituntut baik secara
perdata maupun pidana jika dalam melaksanakan tugas didasarkan pada iktikad

baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”


3. Pasal 27 ayat (3) UU 2/2020 menyatakan bahwa “Segala tindakan termasuk keputusan
yang diambil berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
D Petitum
. Bahwa dari seluruh dalil-dalil yang diuraikan di atas dan bukti-bukti terlampir, dengan ini
Pemohon mohon kepada para Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk
kiranya berkenan memberikan putusan sebagai berikut:
A. Menerima dan mengabulkan permohonan Pasal 27 ayat (1), (2) dan (3) Undangundang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi
Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan Menjadi Undang-Undang. terhadap Undang – Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
B. Menyatakan Menerima dan mengabulkan permohonan Pasal 27 ayat (1), (2) dan (3)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2020.
C. Menyatakan Menerima dan mengabulkan permohonan Pasal 27 ayat (1), (2) dan (3)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2020 tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya.
D. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia
sebagaimana mestinya.
E. Apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono)

[2.2] Menimbang bahwa untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini, segala sesuatu
yang terjadi di persidangan merujuk berita acara persidangan, yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan putusan ini.
PERTIMBANGAN HUKUM

Kewenangan Mahkamah
[3.1] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), Pasal 10 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5226, selanjutnya disebut UU MK), dan Pasal 29 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Nomor
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076),
Mahkamah berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945;

[3.2] Menimbang bahwa oleh karena permohonan para Pemohon adalah pengujian
konstitusionalitas Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020
tentang Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi
Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem
Keuangan (selanjutnya disebut Perpu 1/2020) terhadap UUD 1945 maka Mahkamah perlu
mengutip kembali Putusan Nomor 138/PUU-VII/2009, bertanggal 8 Februari 2010,
sebagaimana telah dipertimbangkan pula dalam Putusan Nomor 1-2/PUU-XII/2014,
bertanggal 13 Februari 2014. Mahkamah dalam Putusan Nomor 138/PUU-VII/2009 yang
dalam pertimbangannya, antara lain, pada Paragraf [3.13] menyatakan, “...Perpu
melahirkan norma hukum dan sebagai norma hukum baru akan dapat menimbulkan: (a)
status hukum baru, (b) hubungan hukum baru, dan (c) akibat hukum baru. Norma hukum
tersebut lahir sejak Perpu disahkan dan nasib dari norma hukum tersebut tergantung
kepada persetujuan DPR untuk menerima atau menolak norma hukum Perpu, namun
demikian sebelum adanya pendapat DPR 52 untuk menolak atau menyetujui Perpu, norma
hukum tersebut adalah sah dan berlaku seperti Undang-Undang. Oleh karena dapat
menimbulkan norma hukum yang kekuatan mengikatnya sama dengan Undang-Undang
maka terhadap norma yang terdapat dalam Perpu tersebut Mahkamah dapat menguji
apakah bertentangan secara materiil dengan UUD 1945. Dengan demikian Mahkamah
berwenang untuk menguji Perpu terhadap UUD 1945 sebelum adanya penolakan atau
persetujuan oleh DPR, dan setelah adanya persetujuan DPR karena Perpu tersebut telah
menjadi Undang-Undang”.

[3.3] Menimbang bahwa oleh karena permohonan yang diajukan dalam permohonan a quo
adalah pengujian konstitusionalitas Perpu 1/2020 yang pada saat pengajuan permohonan
dan pada sidang pertama Mahkamah dengan agenda pemeriksaan pendahuluan, Perpu
1/2020 belum disetujui atau tidak disetujui oleh DPR maka Mahkamah berwenang untuk
menguji Perpu 1/2020.

Kedudukan Hukum para Pemohon


[3.4] Menimbang bahwa berkenaan dengan pengujian konstitusionalitas Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu), oleh karena Mahkamah telah berpendapat bahwa
Mahkamah berwenang menguji konstitusionalitas Perpu maka ketentuan tentang
kedudukan hukum para Pemohon dalam pengujian konstitusionalitas undang-undang juga
berlaku dalam pengujian konstitusionalitas Perpu;

[3.5] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU MK beserta Penjelasannya, yang
dapat mengajukan permohonan pengujian Undang-Undang terhadap UUD 1945 adalah
mereka yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya yang diberikan oleh
UUD 1945 dirugikan oleh berlakunya suatu Undang-Undang, yaitu:
a. perorangan warga negara Indonesia (termasuk kelompok orang yang
mempunyaikepentingan sama);
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diatur dalam Undang-Undang;
c. badan hukum publik atau privat;
d. lembaga negara;
Dengan demikian, Pemohon dalam pengujian Undang-Undang, in casu Perpu,
terhadap UUD 1945 harus menjelaskan terlebih dahulu:
a. kedudukannya sebagai Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) UU
MK;
b. kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional yang diberikan oleh UUD 1945 yang
diakibatkan oleh berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan pengujian;

[3.6] Menimbang pula bahwa Mahkamah sejak Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
006/PUUIII/2005 bertanggal 31 Mei 2005 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
11/PUUV/2007 bertanggal 20 September 2007, serta putusanputusan selanjutnya
berpendirian bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) UU MK harus memenuhi lima syarat, yaitu:
a. adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon yang diberikan oleh
UUD 1945;
b. hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut oleh Pemohon dianggap
dirugikan oleh berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan pengujian;
c. kerugian konstitusional tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau
setidak-tidaknya potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan
akan terjadi;
d. adanya hubungan sebab-akibat (causal verband) antara kerugian dimaksud dan
berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan pengujian;
e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka kerugian
konstitusional seperti yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi;

[3.7] Menimbang bahwa berdasarkan uraian ketentuan Pasal 51 ayat (1) UU MK dan syaratsyarat
kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional sebagaimana diuraikan di atas,
selanjutnya Mahkamah akan mempertimbangkan kedudukan hukum para Pemohon sebagai
berikut:
1. Bahwa norma Perpu 1/2020 yang dimohonkan pengujian konstitusionalitasnya oleh
para Pemohon dalam permohonan a quo adalah Pasal 2 ayat (1) huruf a angka 1, angka
2, dan angka 3; Pasal 27; dan Pasal 28 yang menyatakan:
Pasal 2 ayat (1) huruf a angka 1, angka 2, dan angka 3
Dalam rangka pelaksanaan kebijakan keuangan negara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 ayat (4), Pemerintah berwenang untuk:
a. menetapkan batasan defisit anggaran, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. melampaui 3% (tiga persen) dari Produk Domestik Bruto (PDB) selama masa
penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau untuk menghadapi
ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem
keuangan paling lama sampai dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2022;
2. sejak Tahun Anggaran 2023 besaran defisit akan kembali menjadi paling tinggi sebesar
3% (tiga persen) dari Produk Domestik Bruto (PDB); dan
3. penyesuaian besaran defisit sebagaimana dimaksud pada angka 1 menjadi sebagaimana
dimaksud pada angka 2 dilakukan secara bertahap.
Pasal 27
(1) Biaya yang telah dikeluarkan Pemerintah dan/atau lembaga anggota KSSK dalam
rangka pelaksanaan kebijakan pendapatan negara termasuk kebijakan di bidang
perpajakan, kebijakan belanja negara termasuk 61 kebijakan di bidang keuangan
daerah, kebijakan pembiayaan, kebijakan stabilitas sistem keuangan, dan program
pemulihan ekonomi nasional, merupakan bagian dari biaya ekonomi untuk
penyelamatan perekonomian dari krisis dan bukan merupakan kerugian negara.
(2) Anggota KSSK, Sekretaris KSSK, anggota sekretariat KSSK, dan pejabat atau
pegawai Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, serta
Lembaga Penjamin Simpanan, dan pejabat lainnya, yang berkaitan dengan
pelaksanaan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang ini, tidak dapat
dituntut baik secara perdata maupun pidana jika dalam melaksanakan tugas
didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(3) Segala tindakan termasuk keputusan yang diambil berdasarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini bukan merupakan objek gugatan yang
dapat diajukan kepada peradilan tata usaha negara.

Pasal 28
Pada saat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mulai berlaku:
1.) Ketentuan jangka waktu yang diatur dalam Pasal 11 ayat (2), Pasal 17B ayat (1),
Pasal 25 ayat (3), Pasal 26 ayat (1), dan Pasal 36 ayat (1c) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008
tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4999);
2.) Pasal 55 ayat (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843), sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4962);
3.) Pasal 12 ayat (3) beserta penjelasannya, Pasal 15 ayat (5), Pasal 22 ayat (3), Pasal
23 ayat (1), Pasal 27 ayat (3), dan Pasal 28 ayat (3) dalam Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
4.) Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5.) Pasal 22 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4420)
sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 7 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga
Penjamin Simpanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4963);

6.) Pasal 27 ayat (1) beserta penjelasannya, Pasal 36, Pasal 83, dan Pasal 107 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);

7.) Pasal 171 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);

8.) Pasal 72 ayat (2) beserta penjelasannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
9.) Pasal 316 dan Pasal 317 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
10.) Pasal 177 huruf c angka 2, Pasal 180 ayat (6), dan Pasal 182 UndangUndang
Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 13 Tahun 2019
tentang Perubahan Ketiga atas UndangUndang Nomor 17 Tahun 2014 tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6396);
11.) Pasal 20 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5872); dan
12.) Pasal 11 ayat (22), Pasal 40, Pasal 42, dan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2019 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran
2020 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 198, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6410), dinyatakan tidak berlaku
sepanjang berkaitan dengan kebijakan keuangan negara untuk penanganan
penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam rangka
menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau
stabilitas sistem keuangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
UndangUndang ini.
2. Bahwa para Pemohon mendalilkan sebagai perorangan Warga Negara Indonesia (WNI)
pembayar pajak yang mempunyai hak konstitusional sebagaimana diatur dalam, dan
dilindungi oleh, Pasal 28D ayat (1) UUD 1945; Hak konstitusional tersebut secara
potensial dirugikan oleh terbitnya Perpu 1/2020. Potensi kerugian demikian terjadi
karena Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3) Perpu 1/2020 memberikan hak imunitas dan
produk hukumnya tidak dapat diuji di pengadilan. Hal demikian menurut para

Pemohon bertentangan dengan prinsip persamaan di hadapan hukum dan pemerintahan


serta bertentangan dengan hak untuk tidak diperlakuan secara diskriminatif.

3.
Bahwa terhadap dalil mengenai kedudukan hukum para Pemohon, Mahkamah menilai
para Pemohon, yaitu Pemohon I sampai dengan Pemohon IV benar merupakan WNI,
yang dibuktikan dengan alat bukti berupa fotokopi kartu tanda penduduk (KTP)
masing-masing Pemohon (vide bukti P-1 sampai dengan bukti P-4);

4. Bahwa dalam kaitannya dengan pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah menilai


Pemohon I sampai dengan Pemohon IV, mempunyai kedudukan hukum untuk
mengajukan permohonan a quo dengan diwakili oleh kuasa hukum sebagaimana
dinyatakan dalam Surat Kuasa Khusus bertanggal 13 April 2020;

5. Bahwa untuk selanjutnya sebutan para Pemohon dalam Putusan ini merujuk pada
Pemohon I sampai dengan Pemohon IV;
6. Bahwa potensi kerugian konstitusional yang didalilkan para Pemohon, yaitu perbedaan
perlakuan di hadapan hukum, menurut Mahkamah memang dapat terjadi karena
ketentuan yang dimohonkan para Pemohon memberikan imunitas 65 bagi pihak-pihak
atau lembaga tertentu. Potensi pembedaan perlakuan di hadapan hukum demikian tidak
akan terjadi manakala ketentuan dalam Perpu 1/2020 yang dimohonkan pengujian
dibatalkan oleh Mahkamah atau dimaknai secara berbeda. Hal ini bagi Mahkamah
menunjukkan adanya hubungan sebabakibat antara kerugian konstitusional yang
didalilkan para Pemohon dengan ketentuan yang dimohonkan pengujian; Namun
potensi terjadinya kerugian demikian tidak berarti bahwa ketentuan yang dimohonkan
pengujian selalu dalam posisi bertentangan dengan konstitusi. Hal demikian karena
penilaian atau derajat kerugian itu sendiri seringkali subjektif serta dipengaruhi
berbagai faktor non-konstitusi. Apalagi perlu diingat bahwa pengujian undang-undang
oleh Mahkamah dilakukan menggunakan parameter berupa norma UUD 1945,
sehingga penilaian “rugi atau tidak rugi” tidak dapat disandarkan begitu saja pada
parameter kerugian yang dikenal sehari-hari. Penilaian kerugian

konstitusional harus disandarkan pada parameter berupa konstitusi, sehingga pada


akhirnya kesimpulan apakah para Pemohon dirugikan atau tidak oleh suatu norma
undang-undang harus ditangguhkan hingga norma undang-undang/peraturan
pemerintah pengganti undang-undang dimaksud tuntas diuji konstitusionalitasnya.
Dalam fase menunggu hasil pengujian konstitusionalitas demikian, Mahkamah
berpendapat cukup apabila para Pemohon dalam pembuktian kedudukan hukum ini
dinilai mempunyai potensi dirugikan hak konstitusionalnya oleh norma Perpu 1/2020
yang dimohonkan pengujian;

7. Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum demikian, Mahkamah menilai para Pemohon


mempunyai kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo;

[3.8] Menimbang bahwa meskipun para Pemohon mempunyai kedudukan


hukum untuk mengajukan permohonan a quo, namun sebelum
mempertimbangkan pokok permohonan para Pemohon, Mahkamah
terlebih dahulu akan mempertimbangkan fakta hukum baru terkait
permohonan pengujian Pasal 27 Perpu 1/2020 a quo. Fakta hukum baru
demikian berupa adanya perubahan status hukum Perpu 1/2020;

[3.9] Menimbang bahwa dalam persidangan pemeriksaan pada tanggal 20 Mei


2020 Mahkamah mengagendakan untuk meminta keterangan kepada
Presiden dan DPR perihal persetujuan Perpu 1/2020 menjadi undang-
undang. Dalam sidang pemeriksaan tersebut kuasa hukum Presiden
menerangkan Perpu 1/2020 telah disetujui oleh DPR menjadi undang-
undang.
Bahwa, menurut kuasa hukum Presiden, Perpu 1/2020 yang mendapat persetujuan
DPR untuk menjadi undang-undang dan kemudian telah disahkan oleh Presiden pada
tanggal 16 Mei 2020. Selanjutnya, diundangkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia pada tanggal 18 Mei 2020 menjadi UndangUndang Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman
Yang Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan
Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6516, selanjutnya disebut UU
2/2020). Untuk mendukung keterangan tersebut, kuasa hukum Presiden telah menyerahkan
dokumen berupa surat dari Kementerian 58 Sekretariat Negara Republik Indonesia Nomor

B-184/Kemensetneg/D1/HK.00.02/05/2020, bertanggal 18 Mei 2020, perihal “Permohonan


Pengundangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia”, yang ditujukan kepada
Menteri Hukum dan HAM up Direktur Jenderal Peraturan Perundangundangan
Kementerian Hukum dan HAM. Oleh karena itu, berdasarkan fakta hukum tersebut di atas
Mahkamah meyakini bahwa Perpu 1/2020 telah menjadi UU 2/2020;

[3.10] Menimbang bahwa dengan diundangkannya UU 2/2020 maka Perpu 1/2020 sudah tidak
lagi ada secara hukum. Hal demikian berakibat permohonan para Pemohon yang diajukan
untuk pengujian konstitusionalitas Perpu 1/2020 telah kehilangan objek;

[3.11] Menimbang bahwa meskipun Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo dan
para Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo, namun
disebabkan permohonan para Pemohon telah kehilangan objek, maka Mahkamah tidak
akan mempertimbangkan pokok permohonan para Pemohon dan hal-hal lain yang terkait
dengan permohonan tidak pula dipertimbangkan.

KONKLUSI

Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas,


Mahkamah berkesimpulan:

[4.1] Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo;

[4.2] Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a
quo;

[4.3] Permohonan diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan;

[4.4] Pokok permohonan tidak dipertimbangkan;


Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5226), dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076).

AMAR PUTUSAN
Mengadili :

1. Mengabulkan penarikan kembali permohonan para Pemohon;

2.Menyatakan Permohonan Nomor 51/PUU-XVIII/2020 mengenai Permohonan Pengujian


Formil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 134, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6516) terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 ditarik kembali;

3.Menyatakan Permohonan Nomor 51/PUU-XVIII/2020 mengenai Permohonan Pengujian


Materiil Pasal 2 ayat (1) huruf a angka 1, angka 2, dan angka 3, Pasal 27 dan Pasal 28
dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6516) terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ditarik kembali;

4.Menyatakan para Pemohon tidak dapat mengajukan kembali permohonan a quo;

5.Memerintahkan Panitera Mahkamah Konstitusi untuk mencatat perihal penarikan kembali


permohonan Nomor 51/PUU-XVIII/2020 dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi dan
mengembalikan Salinan berkas permohonan kepada para Pemohon ;

Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh Sembilan Hakim


Konstitusi yaitu Waldi Syahputra, Ainita Putri, Arindra Purnama, Fayat Krisma Arsalan, M.
Rafi, Mirna Desrita, Sinta Caniago, Siti Yuli Yuliyanti, dan Yuni Rahmawati Nengsih, pada
hari Senin, tanggal Sembilan, bulan November, tahun Dua Ribu Dua Puluh, yang
diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari
Selasa, tanggal Sepuluh, bulan Mei, tahun Dua Ribu Dua Puluh, selesai diucapkan pukul
13.22 WIB, oleh enam Hakim Konstitusi yaitu Waldi Syahputra, Ainita Putri, Arindra
Purnama, Fayat Krisma Arsalan, M. Rafi, Mirna Desrita dengan dibantu oleh Gusri Anggun
sebagai Panitera, serta dihadiri oleh para Pemohon, Dewan Perwakilan Rakyat atau yang
mewakili, dan Presiden atau yang mewakili.

ttd.

Waldi Syahputra Ainita Putri


Arindra Purnama Fayat Krisma

M. Rafi Mirna Desrita

PANITERA
ttd.

Gusri Anggun

Anda mungkin juga menyukai