Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebidanan merupakan salah satu profesi tertua di dunia. Seorang bidan
bertugas menjadi pendamping bagi wanita yang akan bersalin. Karena tugas,
peran dan posisi seorang bidan yang berperan penting untuk kesehatan ibu dan
bayinya sehingga mengakibatkan profesi ini sangat di hormati dan disegani
dikalangan masyarakat. Di samping itu dengan setia mendampingi dan menolong
ibu-ibu dalam melahirkan sampai sang ibu dapat merawat bayinya dengan baik.
Pelayanan kebidanan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan. Selama ini
pelayanan kebidanan tergantung pada sikap sosial masyarakat dan keadaan
lingkungan dimana bidan bekerja. Kemajuan sosial ekonomi merupakan
parameter yang amat penting dalam pelayanan kebidanan.
Kehidupan sosisal masyarakat saat ini dipengaruhi oleh derasnya arus
globalisasi yang tak bisa di bendung yang mempengaruhi munculnya
masalah/penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan teknologi/ilmu pengetahuan
yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus globalisasi yang saat ini sulit
dibendung akan mempengaruhi dalam hal pelayanan kebidanan sehingga . Dalam
hal ini bidang yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas Mengontrol
dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan
terjadinya penyimpangan moral.
Moral merupakan nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sesuai dengan
fungsinya seorang bidan memiliki tanggung jawab untuk menolong persalinan
sehingga di katakan seorang bidan professional itu jika dia berperan sesuai
fungsinya. Dalam melakukan tugasnya bidan memiliki haknya, namun disamping
dengan haknya bidan harus mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus
selalu memperbaharui ilmunya dan mengerti tentang etika yang berhubungan
dengan ibu dan bayi. Diderasnya arus globalisasi saat ini yang mempengaruhi
kehidupan social masyarakat sangat berperan dalam memunculkan permasalahan
etik. Disisi lain faktor yang memicu lahirnya permasalahan etik yang baru adalah

1
akibat kemajuan teknologi/ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap
nilai.Arus kesejahteraan yang sulit di bendung akan mempengaruhi dalam
pelayanan di kebidanan. Sehingga penyimpangan etik mungkin akan sulit di
hindari dan terjadi dalam praktek kebidanan seperti praktek mandiri, tidak seperti
bidan yang bekerja di RS, RB atau institusi Kesehatan lainnya,
mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan. Di dalam praktek mandiri,
seorang bidan bebas untuk mengontrol dirinya sendiri dan sangat besar dan rawan
terjadinya penyimpangan moral.
Dalam hal ini terkadang seorang bidan di hadapkan dalam keputusan yang
sulit. Sehingga berdasarkan masalah diatas kami tertarik untuk mengetahui issue
moral pelayanan kebidanan.
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Sebagai pembelajaran bagi mahasiswa untuk lebih mengetahui isu moral
yang kami angkat dengan beberapa teori berdasarkan fenomena kasus
yang terjadi.
b. Tujuan Khusus
Memaparkan bagaimana cara pengambilan keputusan yang baik dalam
praktik kebidanan yang dihadapkan pada dilema moral.
1.3 Manfaat Penulisan
(1) Sebagai bahan kajian bagi kalangan akademisi dalam upaya menambah
wawasan ilmu pengetahuan kebijakan kriminal dalam menanggulangi
kejahatan perdagangan anak.
(2) Mengetahui isu moral dari beberapa teori berdasarkan fenomena kasus
yang terjadi.
(3) Mengetahui cara pengambilan keputusan yang baik.

2
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Konsep moral


1. Moral
Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga berarti mengenai
apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam suatu kurun waktu
tertentu sesuai dengan perkembangan atau perubahan norma atau nilai
(Wahyuningsih, 2006). Moral adalah ajaran tentang baik atau buruknya yang
diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dll; akhlak, budi
pekerti, susila (Soepardan, 2007).

2.1.1 Prinsip etika dan moralitas


Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issu utama diberbagai tempat,
dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan
kebidanan terhadap etika. Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin
pelayanan yang profesional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan
kebidanan. Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan
praktek berdasarkan evidence based. Sehingga di sini berbagai dimensi etik dan
bagaimana pendekatan tentang etika merupakan hal yang penting untuk digali dan
dipahami. Moralitas merupakan suatu gambaran manusiawi yang menyeluruh,
moralitas hanya terdapat pada manusia serta tidak terdapat pada makhluk lain
selain manusia. Moralitas adalah sifat moral atau seluruh asas dan nilai yang
menyangkut baik buruk. Kaitan antara etika dan moralitas adalah, bahwa etika
merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan moral atau ilmu yang
membahas tentang moralitas. Moral adalah mengenai apa yang dinilai seharus
oleh masyarakat.
2.1.2 Isu Moral Dalam Pelayanan Kebidanan
Kesadaran moral erat kaitannya dengan nilai-nilai, keyakinan seseorang dan
pada prinsipnya semua manusia dewasa tahu akan hal yang baik dan yang buruk,
inilah yang disebut suara hati. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3
berdampak pada perubahan pola pikir manusia. Masyarakat semakin kritis
sehingga terjadi penguatan tuntutan terhadap mutu pelayanan kebidanan yang baik
perlu dilandasan komitmen yang kuat dengan basis etik dan moral yang baik.
Dalam praktik kebidanan seringkali bidan dihadapkan pada beberapa
permasalahan yang dilematis, artinya pengambilan keputusan yang sulit yang
berkaitan dengan etik. Dilema muncul karena terbentur konflik moral,
pertentangan batin atau pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dengan
kenyataan yang ada.
Beberapa contoh isu moral dalam kehidupan sehari-hari:
1. Kasus abortus.
2. Euthanansia.
3. Keputusan untuk terminasi kehamilan.
4. Isu moral juga berhubungan dengan kejadian luar biasa dalam kehidupan
sehari-hari, seperti yang menyangkut konflik dan perang.
Bila dilihat dari sumber dan sifatnya, ada moral keagamaan dan moral sekuler :
a. Moral keagamaan kiranya telah jelas bagi semua orang, sebab untuk hal
ini orang tiggal mempelajari ajaran-ajaran agama yang dikehendaki di
bidang moral
b. Moral sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama
dan hanya bersifat duniawi semata-mata.
Bagi kita umat beragama, tentu moral keagamaan yang harus dianut dan bukannya
moral sekuler, karena etik berkaitan dengan filsafat moral maka sebagai filsafat
moral, etik mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara
tradisional teori yang berlaku tentang apa yang benar atau salah, baik atau buruk,
yang secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang
menjadi pedoman bagi tidakan manusia, dan moral diartikan menganai apa yang
dinilainya seharusnya oleh masyarakat dan etik dapat diartikan pula sebagai moral
yang ditunjukan kepada profesi, oleh karena itu etik profesi sebaiknya juga
berbentuk normatif.
2.1.3 Dilema Moral
Dilema moral menuruta Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan
pada dua alternatif pilihan, yang kelihatanya sama atau hampir sama dan

4
membutuhkan pemecahan masalah. Ketika mencari solusi atau pemecahan
masalah harus mengigat akan tanggung jawab profesional yaitu :
1. Tindakan selalu ditunjukan untuk peningkatan kenyamanan, kesejahteraan
pasien atau klien.
2. Menjamin bahwa tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian(omission),
disertai rasa tanggung jawab, memperhatikan kondisi dan keaamanan
pasien atau klien.
2.2 Konsep Kasus
2.2.1 Definisi Perdagangan Orang
Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan
ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,
penipuan, penyalagunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau
pemberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di negara atau
antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau menyebabkan orang tereksploitasi,
2.2.2 Unsur Perdagangan Anak
Perbedaan perdagangan (trafficking) anak dengan penjualan anak ( selling)
Jenis jenis pekerjaan terburuk untuk anak mliputi :
1. Anak yang di lancurkan
2. Anak yang bekerja di pertambangan
3. Anak yang bekerja sebagai penyelam mutiara
4. Dll
2.2.3 Faktor-faktor penyebab perdagaangan anak
Dalam kasus erdgangan anak penyebab terjadinya adalah :
1. Kemiskinan (permasalahan ekonomi)
Perekonomian semkin sulit , semakin banyak rakyat yang tidak mampu
untuk membiayai keluarganya khususnya anaknya. Dari himptan
perekonomian tersebut khususnya orang tua semakin mudah terbujuk
rayu oleh pelaku perdagangan anak.
2. Kurangnya pendidikan dan informasi

5
Kurangnya informasi mengenai prdagangan anak membuat orang
orang lebih mudah terjebak menjadi korban perdagangan anak
3. Terjerat hutang
Penjeratan hutang terkadang dijadikan sebagai senjata untuk membuat
orang menjadi penghambaan. Hal ini membuat rang tua yang memiliki
hutang memberikan anaknya di pekerja, diperistri atau lainya untuk
membayar hutang tersbut.
4. Kehancuran keluarga
Hal ini mengakibatkan anak tidak betah dirumah dan merasa tidak
nyaman sehinggga anak dapat terlibat dalam perdagangan.
5. Terbatasnya kesempatan kerja
Ketidk jelasaan pekerjaan membuat orang menjadi pasrah dalam
menerima pekerjaaan. Hal ini membuat para pelaku menargetkan anak
sebagai korban.
6. Akibat peperangan
Hal ini mengakibatkan melemahnya jiwa masyarakat sehingga
terkadang membuat anak lebih mudah di perdagangkan
7. Budaya
Nilai yang berkembang mengakibatkan seorang anak harus membayar
kebaikan yang di lakukan orang tuanya. Hal ini membuat orang tua
dan anak terjebak menjadi korban.

6
BAB III

TINJAUAN KASUS

7
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengambilan Keputusan dalam Pelayanan Kebidanan


Menurut George R. Terry, pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif
yang ada. Terdapat lima hal pokok dalam pengambilan hal keputusan, yaitu :
1. Instuisi, berdasarkan perasaan, lebih subjektif dan mudah terpengaruh.
2. Pengalaman, mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu
kasus meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap suatu
kasus.
3. Fakta, keputusan lebih riil, valid dan baik.
4. Wewenang, lebih bersifat rutinitas.
5. Rasional, keputusan bersifat objektif, transparan konsisten
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :
1. Posisi atau kedudukan.
2. masalah : terstruktur, tidak terstruktur, rutin, insidentil.
3. Situasi : faktor konstan, faktor tidak konstan.
4. Kondisi, faktor-faktor yang menentukan daya gerak.
5. Tujuan, antara atau objektif.
Kerangka pengambilan keputusan dalam asuhan kebidanan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
1. Bidan harus mempunyai responsbility dan accountability.
2. Bidan harus menghargai wanita sebagai individu dan melayani dengan
rasa hormat.
3. Pusat perhatian pelayanan  bidan adalah safety and wellbeing mother.
4. Bidan berusaha menyokong pemahaman ibu tentang kesejahteraan dan
menyatakan pilihanya pada pengalaman situasi yang aman.
5. Sumber proses pengambilan keputusan dalam kebidanan adalah :
knowledge, ajaran intrinsik, kemampuan berfikir kritis, kemampuan
membuat membuat keputusan klinis yang logis.

8
B. Pengambilan Keputusan yang etis
1. Ciri keputusan yang etis, meliputi ;
            a. Mempunyai pertimbangan benar salah.
            b. sering menyangkut pilihan yang sukar.
            c. tidak mungkin dielakan.
            d. dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, lingkungan sosial.
2. Situasi
a. Mengapa kita perlu mengerti situasi :
1. Untuk menerapkan norma-norma terhadap situasi.
2. Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna.
3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu diperhatikan.
b. Kesulitan-kesuliatan dalam mengerti situasi :
1. Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita.
2. Pengertian kita terhadap situasi sering dipengaruhi oleh kepentingan,
prasangka dan faktor-faktor subjektif lain.
c. Bagaimana kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi :
1. Melakukan penyelidikan yang memadai.
2. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli.
3. Memperluas pandangan tentang situasi.
Salah satu permasalahan dalam keluarga adalah pengangkatan anak namun
terkadang permasalahan ini menjelma menjadi problematika dalam masyarakat
sehingga akan mengundang permasalahan lainnya, misalnya kasus penculikan dan
jual beli anak. Permasalahan lainnya yang berhubungan dengan hal ini adalah
perdagangan anak. Pada umumnya anak-anak diperdagangkan untuk kepentingan
prostitusi, pengemis, pembantu rumah tangga, dan narkoba. Berbagai modus telah
membuat anak menjadi korban perdagangan dan tidak hanya sedikit korban dari
kasus ini, walaupun belum diketahui jumlahnya secara pasti.
Pada proses pengangkatan anak, anak tidak dapat membuat persetujuan
karena tidak mempunyai kedudukan yang sah, dan anak dijadikan sebagai objek
persetujuan yang dipersoalkan dan dipilih sebagai selera pengangkat. Dan selalu
terjadi tawar menawar seperti dalam perdagangan, untuk melancarkan bisnis
pengangkatan anak mereka mengadakan penyerahan uang sebagai imbalan kepada

9
yang memiliki anak dan mereka yang berjasa dalam melancarkan perdagangan
tersebut. Sehubungan dengan ini maka pengangkatan anak harus dicega karena
telah dijadikan bisnis jasa komersial, karena pengangkatan anak sudah
bertentangan dengan asas dan tujuan hukum. Dalam asas pengangkatan anak telah
ditetapkan bahwa berhak atas perlindungan oleh orang tuanya dan orangtuanya
wajib memberikan perlindungan meskipun harus melakukan berbagai cara.
Pengadopsian illegal dapat menjadi trafficking apabila dapat memenuhi tiga
unsur, yaitu : proses, cara perekrutan, dan tujuan. Hendaknya kita harus waspada
apabila ada seseorang yang memberikan perhatian penuh dan sangat berlebihan
pada kita dan calon bayi kita mulai dari sejak kehamilan sampai persalinan. Para
pelaku trafficking biasanya mengincar para ibu hamil yang memiliki masalah
social ataupun ekonomi rendah karena dengan kesulitan tersebut biasanya orang
tua calon bayi akan lebih mudah terpengaruh dan bisa menyerahkan anaknya
untuk dirawat oleh orang lain yang dianggapnya lebih mampu dari dirinya, dan
berfikir mereka itu orang baik. Sebagian besar pelaku trafficking memberi
imbalan sejumlah uang yang besar kepada orang tua bayi sebagai pengganti biaya
persalinan dan tambahan biaya hidup orang tua bayi. Selanjutnya, pelaku
trafficking melakukan serah terima bayi tanpa proses jalur hukum yang jelas.
Undang-undang No 23 Tahun 2012 menjelaskan tentang perlindangan anak
dan larangan untuk melakukan perdagangan anak sementara undang-undang No
21 Tahun 2007 menjelaskan tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan
orang dan memberikan saksi tegas terhadap pelaku yang melakukan tindakan
pidana perdagangan anak. Sesuai yang ada pada pasal 17 Undang-undang ini,
misalnya ancaman tindak pidana perdagangan anak, serta mendapatkan hukuman
yang ditambah sepertiga, yaitu dipidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling
lama 20 tahun dengan denda paling sedikit Rp 160 juta-800 juta. Tetapi,
penegakan hukum kasus ini sampai sekarang masih kurang tegas. Banyak sekali
pelaku yang terlibat dalam kasus melakukan perdagangan anak dan tidak
mendapatkan sangsi hukuman berat di pengadilan.

10
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan
Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dalam praktik kebidanan
seringkali bidan dihadapkan pada beberapa permasalahan yang dilematis, artinya
pengambilan keputusan yang sulit yang berkaitan dengan etik. Dilema muncul
karena terbentur konflik moral, pertentangan batin atau pertentangan antara nilai-
nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada. Isu moral merupakan topic
yang penting yang berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam pelayanan kebidanan isu moral merupakan topic yang penting yang
berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan pelayanan kebidanan. Beberapa contoh isu moral dalam bidang kesehatan
antara lain: kasus aborsi, euthanansia, sewa Rahim, bank sperma, donor ASI, tes
keperawanan dan jual beli bayi. Jual beli bayi (trafficking) merupakan tindak
penyelewengan yang tidak sesuai dengan UU No 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak dan UU No 21 Than 2007 tentang pemberantasan tindak
pidana perdagangan orang.
5.2 Saran
Saran untuk institusi agar mempertahankan pembelajaran yang berbasis
afeksi demi terciptanya output bidan yang bermoral dan beretika baik.
Saran untuk mata kuliah etikolegal agar lebih membuat mahasiswa lebih
bermoral dan berkualitas.
Saran untuk masyarakat agar mempertahankan moral-moral yang ada di
lingkungan masyarakat.

11
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

http://bambang-rustanto.blogspot.co.id/2011/08/perdagangan-anak.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5163/1/09E01949.pdf

Nurjasmi Emi, Lestari Herna. 2015. Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan.
Jakarta: Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan.
Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta, 2001.
Sumaryono E. 1995. Etika Profesi Hukum. Yogyakarta: Kanisius

12

Anda mungkin juga menyukai