Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TUGAS MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL


CERITA

SI BONONG BEKELA

O
L
E
H

Kelompok 3
KETUA : JULIANA
ANGGOTA : (FEBRIANTI GERSELA PUTRI)
(HERI FIRMANSYAH)
(IRSAN RIFALDI DWI PUTRA)
(KHUSNUL KHOTIMAH)
(LEONY PUTRI MAHARANY)

KELAS : XI MIPA 5

Guru Mapel : KAHARUDDIN, DI., S.H

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 ALAS


Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini tentang SI BONONG . Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti
Dalam pembuatan tugas ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sumber-sumber info yang masih
terbilang terbatas. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak
akhirnya tugas ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan tugas ini, khususnya para rekan-rekan. Terimakasih juga tak lupa
kami haturkan kepada Bapak Guru Mata Pelajaran Muatan Lokal (Bapak
Kaharuddin, DI., S.H) yang telah memberikan kami tugas ini. Semoga tugas ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan tugas yang kami buat ini yang
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mohon maaf apabila ada
kekurangan ataupun kesalahan. Kritik dan saran sangat diharapkan agar tugas ini
menjadi lebih baik serta berguna dimasa yang akan datang.

Alas, 22 Agustus 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................1
BAB II....................................................................................................................2
PEMBAHASAAN.................................................................................................2
A. Cerita “si bonong bakela”...........................................................................2
BAB III...................................................................................................................7
PENUTUP..............................................................................................................7
Kesimpulan.........................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cerita rakyat indonesia adalah cerita yang berasal dari masyarakat


Indonesia yang telah diwarisi secara lisan.Cerita ini mejadi satu set dari sikap,
prilaku, dan nilai-nilai yang dimilik oleh masyarakat Indonesia yang terus
berlanjut ke generasi selanjutnya melalui tradisi tutur. Cerita tersebut umumnya
memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang berhubugan erat dengan terjadinya
suatu hal ( peristiwa, kejadian, dan sebagainya). Kearifan lokal tersebut
biasanya tercermin dari kesenian, mata pencaharian,Bahasa, kekerabatan, dan
teknologi serta pengetahuan alam. Cerita rakyat indonsia menyebar hampir di
setiap daerah/pulau di Indonesia. Beberapa cerita terkadang memiliki kesamaan
namun tetap memiliki sisi kekhasan warga setempat. Cerita rakyat Indonesia
menjadi salah satu tradisi tutur yang harus dijaga agar tidak punah.

B. Tujuan

Tujuan dari makalah muatan lokal ini ialah, untuk mengetahui bagaimana
isi cerita rakyat sumbawa melalui cerita "Si Bonong" dan juga untuk
mengetahui nilai nilai budaya dalam cerita rakyat Sumbawa
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Cerita “si bonong bakela”

Si Bonong Bakela
SEHARI-harian teman-teman si Bonong mencarinya, tapi belum juga
ketemu. Semenjak pagi ia meninggalkan rumah sampai lohor belum pulang.
Emaknya pun telah khawatir kalau-kalau anak lelaki satu-satunya itu
menemukan sesuatu alangan.
Setelah lama mencari, ditemukan juga oleh mereka si Bonong. Ia tertidur
di sebuah ladang jagung orang. Mereka membangunkannya. Kemudian Karim
mulai menyampaikan rencana mereka:
"Besok kami pergi bakela". Engkau pun kami ajak serta. Ke mana saja
engkau tak kami lupakan. Apa pula untuk pergi bersenang-senang."
Senang hati si Bonong mendengar kata-kata temannya.
"Bila tidak bersamamu kami merasa sepi," Ahımad menyam- bung.
"Engkaulah sahabat kami yang paling akrab selama ini."
"Dan engkaulah yang paling pandai di antara kami," sambung pula Udin.
"Banyak kesukaran kita yang dapat engkau selesaikan. Walhasil otakmu kami
akui."
Bertambah senang hati si Bonong mendengar pujian teman- temannya.
"Bakela ke mana kita?" tanya si Bonong penuh semangat.
"Ke sawah Kayo. Di sana ada pula jagung muda yang dapat kita bakar,"
jawab Udin.
Si Bonong mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju. "Kami sudah
merencanakan apa-apa yang akan kita bawa. Dan sudah pula kami atur dan
putuskan tugas masing- masing," kata Karim.
Kembali si Bohong mengangguk-anggukkan kepala.
"Aku akan menanggung nasi," kata Udin.
"Aku menanggung kuwe-kuwe," kata Ahmad.
"Dan aku menanggung air minum," sambung Karim.
"Aku menanggung apa?" tanya si Bonong.
"Dengan sendirinya engkau tentu menanggung ikan," jawab Karim.
Si Bonong mengangguk-angguk pula tanda setuju.
"Dan karena kita ada berempat, jadi empat ekor ayam juga yang harus
engkau sediakan," kata Karim. "Tak usah berpayah-payah masak macam-
macam. Cukup keempat ekor ayam itu kaupanggang saja. "
"Kiraku, empat ekor ayam sudah cukup bagi kita. Asal ayam itu besar-
besar dan gemuk-gemuk," kata Ahmad.
"Ya, jangan yang kecil-kecil kaubawa," Udin memberi ingat.
"Tapi aku tak mempunyai ayam yang besar." kata si Bonong. "Umur
ayamku baru seminggu."
"Ah, masakan engkau tak berakal?" sela Udin. "Induknya kan dapat."
"Induknya telah mati. Semalam kena penyakit"
"Ayam siapa pun dapat. Ambil saja ayam orang, yang besar dan gemuk,"
kata Karim.
Si Bonong ragu-ragu.
"Kalau mengambil ayam orang tak mengapa. Meskipun ketahuan oleh
yang empunya takkan marah ia. Kecuali kalau mengambil kuda atau kerbau,"
kata Karim mengajari si Bonong.
"Baiklah." jawab si Bonong.
Keempatnya kemudian balik ke dalam kampung.
"O, Ina," kata si Bonong kepada emakriya. "Besok kami akan pergi
bakela."
"Bakela apa dalam musim hujan begini, Bonong?" kata emaknya.
"Tapi aku diajak oleh teman-teman, Ina. Kalau tidak dengan aku, tak
puas hati mereka."
"Berhati-hatilah, Bonong. Jangan bakela di tepi sungai. Air bah selalu
datang tiba-tiba."
Senang hati si Bonong mendapat persetujuan emaknya. Sekarang yang
dipikirkannya ialah tugasnya. Tentu tak dapat sekarang dikerjakan. Menunggu
hari malam dan gelap dulu. Tapi, ayam siapakah yang akan diambilnya? Ayam
Ende Sebok? Ende Sebok banyak memiliki ayam, hanya tak ada yang besar-
besar. Masih kecil-kecil semuanya. Barangkali ayam Ende Oja. Ya, ayam Ende
Oja besar-besar dan gemuk-gemuk. Tapi kalau sampai ketahuan dan tertangkap?
Dibayangkannya, betapa ia kalau kelak harus berhadapan dengan Ende Oja yang
cerewet dan pemarah.
Ah, mengapa ia harus berpayah-payah mencari ayam? Temannya pun
punya ayam banyak. Di bawah kolong rumah Karim, banyak ayam. Besar-besar
pula. Ayam Karimlah yang baik menjadi sasarannya. Kalau tertangkap tak
mungkin Karim marah padanya. Bukankah Karim pula yang menganjurkan
mengambil ayam siapa saja?
Malam itu dinantikarviya sepi benar. Setelah itu berjalanlah la
mengendap-endap memasuki kolong rumah Karim Empat ekor ayam kepunyaan
Karim yang besar-besar dapat ditangkapnya dengan mudah. Tanpa sedikit pun
menimbulkan suara gaduh:
Malam itu juga sampai jauh malam digarapnya keempat ekor ayam itu.
Semua dipanggangnya. Tentu puas hati teman- temannya besok menghadapi
ayam-ayam panggang.
Keesokan paginya yang lebih dahulu ditanyakan oleh teman-temannya
ialah persiapan si Bonong.
"Tak usah khawatir," jawab si Bonong.
"Berapa ekor ayam yang kaupanggang?" tanya Udin.
"Empat ekor."
"Besar-besar?" tanya Karim.
"O, tentu," jawab si Bonong.
"Bagus," kata Karim pula. "Engkau memang seorang yang cerdik."
Mereka berjalan ke sawah Karim. Masing-masing menyandang
bungkusan. Belum lama berjalan Karim menyerahkan bungkusan yang
disandangnya kepada si Bonong.
"Tolong bawakan dulu, Bonong. Saya buang air kecil sebentar."
Belum beberapa jauh berjalan Ahnad menyerahkan bungkusannya pula
pada si Bonong. "Tolong pegang dulu, Bonong. Perut saya sakit."
Belum lagi berselang lama, Udin mendekati si Bonong dan memberikan
bungkusan yang dibawanya. "Tolong. Bonong. Tali celana saya putus. Bawakan
bungkusan ini."
Sementara si Bonong berpayah-payah membawa bungkusan-bungkusan
melenggang-lenggang meninggalkan si Bonong seorang diri di belakang Untuk
mencapai sawah Karim mereka harus berjalan agak jauh dan menyeberangi
sungai.
Ketiganya tiba di sawah. Karim lebih dahulu. Sambil menanti si Bonong.
mereka berbaring-baring di atas gubuk sawah.
"Kalau si Bonong tiba, kita Suruh ia memetik jagung dan membuat api,""
kata Udin pada Karim.
"Dan kita suruh ia yang membakar jagung itu," kata Ahmad pula.
"Memang demikian maksudku," jawab Karim. "Kita hanya menerima
beres dari dia dan hanya tahu makan saja."
"Kalau mungkin, sementara dia menyiapkan jagung bakar, kita sarapan
pagi," kata Udin.
"Mengapa tak mungkin?" balas Karim. "Semua itu kita yang
mengaturnya. Si Bonong hanya menurut saja."
Lama mereka menanti si Bonong tiba. Tapi sampai tinggi matahari, si
Bonong belum juga tampak.
"Aku khawatir sungai banjir. Si Bonong tak dapat menyusul kita," kata
Karim mulai cemas.
"Semalam gelap dan mungkin hujan lebat di hulu sungai," sambung
Ahmad. "Mungkin banjir datang tiba-tiba pagi ini."
"Kalau demikian pergilah kau Ude menengok sungai. Atau jumpai si
Bonong di tengah jalan, suruh ia cepat-cepat berjalan. Kita tengah lapar benar,"
kata Karim.
Udin bergegas pergi. Kembali ke jalan semula mereka lalui. Agak lama
juga mereka menanti Udin balik. Akhirnya tampak juga ia datang tergesa-gesa
seorang diri.
"Mana si Bonong?" berseru Karim tak sabar menanti Udin tiba dekat
mereka.
Udin tak menjawab. la lebih mempercepatkan langkahnya. Begitu tiba,
Udin pun berkata:
"Celaka. Sungai banjir. Air bah datang. Dan si Bonong belum sampai
keseberang sini."
Kesal hati Karim dan Ahmad mendengar itu.
"Seperti semut jalannya. Di mana engkau lihat dia?" tanya Karim.
"Di seberang sana. Dia melambai-lambaikan tangannya padaku. Tak
berani menyeberang."
"Sial," gerutu Ahmad.
"Apa yang harus kita perbuat?" tanya Udin. "Sampai sore baru banjir
surut."
Kedua temannya diam saja. Masing-masing mencoba menahan
kejengkelan hati. Akhimya Karim berkata:
"Petik jagung. Buat api. Kita terpaksa hanya makan jagung bakar saja."
Sehari-harian mereka berada di gubuk sawah itu. Rencana bersenang-
senang jadi gagal.
Ketika banjir surut, hari telah sore. Mereka bergegas-gegas ke rumah si
Bonong. Di rumahnya si Bonong tak ditemukan. "Dia belum pulang," kata
emaknya.
Mereka terpaksa kembali lagi ke luar kampung. Si Bonong tidak juga
dijumpai di jalan yang menuju ke sawah Karim.
"Ke mana ia?" pikir teman-temannya. Terbayang oleh mereka
bungkusan-bungkusan yang berada pada si Bonong.
"Coba-coba kita ke ladang jagung papin Saleh," usul Udin.
"Biasa di sana ia berbaring-baring."
Ketiganya menuju ke ladang papin Saleh. Dan benar juga. Si Bonong
tengah tidur mendengkur di atas gubuk. Tulang-tulang ayam berserakan di tanah.
Bungkusan-bungkusan kosong di sampingnya. Si Bonong tertidur karena
kekenyangan.
Mereka membangunkan si Bonong. Kepadanya ditanyakan apa masih ada
bersisa makanan yang dibawanya, disimpan untuk teman-temannya. Tapi
kemudian ternyata, tidak sebutir nasi pun yang tinggal. Juga kuwe-kuwe dan
daging ayam tak ada yang bersisa. Semua dihabiskan si Bonong.
Jengkel benar hati ketiga temannya. Lebih-lebih jengkel hati Karim,
ketika ia tiba di rumah. Sebagai disambar petir ia terkejut mendengar berita yang
disampaikan emaknya, Empat ekor ayam jantannya hilang semalam.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan makalah di atas dapat di simpulkan bahwa cerita “SI BONONG”


adalah cerita lucu, dalam Bahasa sumbawa-nya yaitu ‘tuter’ oleh Ratsu. Yang
merupakan cerita daerah sumbawa, yang kemudian di angkat menjadi buku dan
di dalam-nya di bagi menjadi beberapa versi yang berbeda, juga bercerita “SI
BONONG” ini tidak di jual belikan.

Anda mungkin juga menyukai