Anda di halaman 1dari 33

CONTOH

PENGORGANISASIAN
SATUAN KREDIT
KOMPETENSI
PADA KURIKULUM MERDEKA
PENDIDIKAN KESETARAAN
Hak Cipta © 2022 pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Dilindungi Undang-Undang

CONTOH PENGORGANISASIAN SATUAN KREDIT KOMPETENSI PADA


KURIKULUM MERDEKA PENDIDIKAN KESETARAAN

Pengarah:
Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus,
Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Samto

Penanggung Jawab:
Koordinator Fungsi Kesetaraan,
Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus
Fauzi Eko Pranyono

Penyusun:
Rain Adhistya (SKB Jepara)
Thohari (SKB Gudo Jombang)

Editor:
Thuarita Cahyawati

Diterbitkan oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus,


Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
KATA PENGANTAR

Kurikulum Merdeka dikembangkan pada masa dunia mengalami kondisi darurat karena
pandemi Covid 19. Kondisi pandemi mendorong dunia pendidikan mengadakan terobosan
sebagai upaya kreatif dalam mendorong pembelajaran yang fleksibel sesuai kebutuhan
peserta didik. Kehadiran kurikulum merdeka merupakan kebijakan kurikulum untuk
membantu pemulihan pembelajaran dan mendorong pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan peserta didik serta memberi ruang pada pengembangan karakter.
Karakteristik kurikulum merdeka yang utama adalah pembelajaran berbasis projek untuk
pengembangan karakter, fokus pada materi esensial sehingga tersedia waktu yang cukup
untuk pembelajaran yang mendalam dan untuk ketercapaian kompetensi dasar, yaitu literasi
dan numerasi, serta fleksibilitas dalam merancang kurikulum satuan Pendidikan dan
rancangan pembelajaran. Karakteristik utama inilah yang diharapkan merubah cara pandang
pendidik untuk mempercepat pemulihan pembelajaran agar kualitas anak bangsa segera
membaik.
Dalam rangka implementasi kurikulum merdeka terlaksana dengan baik dan tepat sasaran di
satuan pendidikan, maka regulasi dan panduan yang terkait implementasi kurikulum
merdeka telah disiapkan oleh Kemendikbudristek dan menjadi acuan utama. Khusus
pendidikan kesetaraan, regulasi dan panduan umum itu dijabarkan dalam contoh sesuai
dengan karakteristiknya dan penyusunannya dikembangkan oleh Direktorat Pendidikan
Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang bekerjasama dengan Badan Standar,
Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) sebagai unit utama yang memiliki tugas dan
fungsi terkait regulasi dan panduan untuk implementasi kurikulum merdeka. .
Naskah Contoh pemetaan Satuan Kredit Kompetensi (SKK) dan penjadwalan, Rancangan
Pembelajaran dan Asesmen, Pengembangan Bahan Ajar, dan Rancangan Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila diharapkan mampu mendampingi satuan pendidikan dalam
penyusunan kurikulum operasional yang fleksibel dan kontekstual sesuai dengan
karakteristik kurikulum merdeka.

Direktur PMPK,

Dr. Samto

iv
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………. iv


Daftar Isi …………………. v
A. Pengantar …………………. 1
B. Dokumen-Dokumen Terkait Dalam Pengorganisasian SKK …………………. 2
C. Langkah-Langkah Pengorganisasian SKK …………………. 4
1. Mempelajari Hasil Analisis Konteks …………………. 4
2. Mencermati Struktur Kurikulum …………………. 15
3. Menganalisis Capaian Pembelajaran Tiap Mapel …………………. 16
4. Tips Mengorganisasikan Skk …………………. 26
D. Penutup …………………. 27

v
A. Pengantar

Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar pada pendidikan kesetaraan dimulai dengan


kegiatan analisis konteks yang menjadi kunci utama satuan pendidikan untuk menyusun
kurikulum operasional satuan pendidikan. Salah satu hasil analisis konteks adalah pemetaan
kebutuhan belajar peserta didik disesuaikan dengan situasi dan kondisi satuan pendidikan.
Dengan adanya pemetaan kebutuhan belajar, satuan pendidikan bisa mendesain
pelaksanaan projek penguatan profil pelajar pancasila secara fleksibel, baik secara muatan
maupun secara waktu pelaksanaan di satuan pendidikan. Selain itu, satuan pendidikan juga
bisa merancang struktur kurikulum pendidikan kesetaraan secara fleksibel menyesuaikan
kebutuhan belajar berdasarkan capaian pembelajaran pada tiap fasenya. Struktur kurikulum
yang akan disusun di masing-masing fase membutuhkan pengorganisasian Satuan Kredit
Kompetensi (SKK), dimana pengorganisasian ini merupakan ciri khas dari pendidikan
kesetaraan.

Struktur kurikulum pendidikan kesetaraan terdiri mata pelajaran kelompok umum,


kelompok pemberdayaan dan keterampilan berbasis profil pelajar Pancasila. Kelompok
umum memuat mata pelajaran yang mengacu pada standar nasional pendidikan sesuai
jenjang pendidikan formal. Kelompok pemberdayaan dan keterampilan berbasis profil
Pelajar Pancasila mencakup keterampilan okupasional, fungsional, vokasional, sikap dan
kepribadian profesional, dan jiwa wirausaha mandiri yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik pendidikan kesetaraan serta berbasis profil pelajar Pancasila.
Alokasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila berdasarkan SKK pada program
Pemberdayaan dan Keterampilan. Dalam pelaksanaan serta pengorganisasian SKK pada
satuan pendidikan, sebagian besar satuan pendidikan belum memahami secara utuh
tentang struktur kurikulum serta menurunkan menjadi Jadwal pembelajaran. Contoh
pengorganisasian SKK ini diharapkan menjadi acuan dan menjadi panduan kepada satuan
pendidikan nonformal untuk memetakan, mengorganisasikan serta menyusun sebuah
Jadwal pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan. Contoh pengorganisasian SKK ini
bersifat fleksibel sehingga satuan pendidikan dapat mengadaptasi sesuai dengan kebutuhan
belajar serta analisis dari satuan pendidikan masing-masing.

1
DOKUMEN-DOKUMEN
B. TERKAIT DALAM
PENGORGANISASIAN SKK

1.
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia
Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah.

2.
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah.

3.
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia
Nomor 16 tahun 2022 Tentang Standar Proses pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah.

4.
Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka
Pemulihan Pembelajaran.

5.
Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 009/H/KR/2022 Tentang
Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka.

2
6.
Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 033/H/Kr/2022
Tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan
Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Nomor 008/H/KR/2022 Tentang Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia
Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah Pada
Kurikulum Merdeka.Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Satuan
Pendidikan,

Selain dokumen terkait regulasi yang wajib diketahui dan dipahami terkait
implementasi Kurikulum Merdeka Belajar, terdapat beberapa dokumen yang bisa
menjadi referensi. Dokumen-dokumen ini berupa pedoman yang merupakan turunan
dari regulasi terkait,

https://bit.ly/regulasiikmkesetaraan https://bit.ly/panduanikmkesetaraan

3
LANGKAH-LANGKAH
C. PENGORGANISASIAN SKK

Ada beberapa faktor yang harus dilakukan oleh satuan pendidikan dalam merancang
pengorganisasian pembelajarannya sehingga mendapatkan rancangan pembelajaran yang
ideal sesuai dengan kebutuhan belajar. Faktor-faktor yang perlu dicermati tim penyusun
kurikulum operasional sekolah pada satuan pendidikan diantaranya:

1. Mempelajari Hasil Analisis Konteks (contoh hasil salah satu analisis


konteks dikaitkan dengan jenis pemberdayaan dan keterampilan)

Beberapa cara yang dapat Bagi satuan pendidikan, menentukan beban SKK untuk
digunakan untuk menganalisis setiap mata pelajaran di struktur kurikulumnya sampai
karakteristik Satuan menentukan Jadwal pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan, diantaranya: merupakan hal yang krusial. Ada beberapa hal yang
1. Analisis SWOT; menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan beban
2. Analisis Pentagonal Asset; SKK untuk setiap mata pelajaran, antara lain
3. Root Cause;
kompleksitas capaian pembelajaran pada tiap mata
4. Fish Bone, dll
pelajaran, sarana dan prasarana yang tersedia,
Teknik yang dapat digunakan
karakteristik peserta didik, dan jumlah tutor di satuan
untuk menggali data dan pendidikan tersebut. Namun, yang paling terpenting
informasi, diantaranya: dalam menentukan beban SKK adalah rekomendasi dari
1. Kuesioner; hasil analisis konteks yang akan dikembangkan menjadi
2. Wawancara Mendalam; program-program unggulan.
3. Diskusi kelompok
terpumpun (FGD);
Ketika satuan pendidikan sudah menentukan program
4. Observasi; unggulan, langkah selanjutnya satuan pendidikan akan
5. Survey, dll melakukan identifikasi muatan materi yang terkait serta
melakukan pengorganisasian SKK. Dalam skema

4
pembagian SKK, mengingat jam tatap muka yang terbatas pada pendidikan kesetaraan, maka
pembelajaran tutorial dan mandiri menjadi keharusan dalam menutup keterbatasan jam
tatap muka ini. Inilah fleksibilitas pengaturan beban belajar dengan SKK, satuan pendidikan
dapat merancang strategi pembelajaran sesuai dengan ketersediaan sumber daya,
karakteristik peserta didik dan memberikan keleluasaan untuk mengalokasikan beban SKK ke
masing-masing mata pelajaran.
Semua satuan pendidikan dalam menyusun kurikulum operasionalnya, diawali dengan
melakukan analisis konteks. 4 (Empat) kunci utama dalam melaksanakan analisis konteks
ditunjukkan dalam infografis di bawah ini.

5
Secara garis besar, berbagai metode/cara/pendekatan yang digunakan dalam menganalisis
karakteristik satuan pendidikan secara umum membutuhkan pertanyaan pemantik yang
terlihat di bawah ini.

Analisis Kebutuhan
Analisis Lingkungan Belajar Visi-Misi-Tujuan
Satuan
Sumber daya alam, sosial dan ▪ Seperti apakah gambaran Peserta didik
budaya ideal tentang masa depan ▪ Siapa sajakah peserta
▪ Bagaimana dan ingin diwujudkan oleh didik yang ada di satuan
mendokumentasikan semua satuan pendidikan? pendidikan? Dari
informasi sistem, sumber ▪ Bagaimana satuan rentang usia berapa?
daya dan fasilitas mitra yang pendidikan tersebut bisa Berasal dari daerah
ada? mencapai gambaran ideal mana? Apakah peserta
▪ Apakah ada sumber daya tersebut? didik sudah bekerja apa
dari lingkungan sekitar yang belum? Mampukah
dapat dimanfaatkan oleh Review Visi Misi diklasifikasikan dari
satuan pendidikan dalam ▪ Bagian mana yang perlu masing-masing peserta
proses pembelajaran? ditajamkan dalam visi dan didik tersebut?
misi? ▪ Dari klasifikasi tersebut,
Sumber pendanaan ▪ Apakah perlu membuat apa saja kebutuhan dari
▪ Bagaimana proses visi dan misi baru yang peserta didik? Apakah
pendanaan satuan lebih sesuai dengan ada rombongan belajar
pendidikan? kondisi lingkungan dan tertentu yang
▪ Bagaimana sistem dan karakteristik peserta membutuhkan
penggunaan dana ini? didik? pendampingan lebih
▪ Apa saja yang menjadi banyak? Adakah yang
Sistem dan Kebijakan di prioritasnya? memerlukan strategi
daerah pembelajaran yang
▪ Apa saja visi, misi dan tujuan Review Tujuan berbeda?
didaerah? ▪ Apa yang menjadi
▪ Apa saja kebijakan satuan prioritas bagi satuan Pendidik dan Tenaga
pendidikan? pendidikan dalam Kependidikan
▪ Apa saja perubahan sistem mendukung kompetensi ▪ Mengklasifikasi
yang terjadi? peserta didik? kelompok pendidik dan
▪ Apakah ada potensi yang ▪ Apa yang mendasari tenaga kependidikan
bisa dikembangkan yang tujuan ini? sesuai dengan
selaras dengan kebijakan di ▪ Kompetensi apa saja yang kompetensinya .
daerah? perlu dimiliki oleh peserta ▪Bagaimana kualifikasi
didik? dan kompetensi PTK di
Kemitraan ▪ Mengapa kompetensi ini satuan pendidikan?
▪ Siapa saja pihak-pihak yang dianggap penting? ▪ Apa saja kebutuhan
dapat dilibatkan untuk ▪ Apa saja keterampilan yang diperlukan oleh
mendukung program satuan yang relevan yang perlu pendidik dan tenaga
pendidikan? (organisasi, dikuasai peserta didik? kependidikan untuk
komunitas, perusahaan, ▪ Apa karakteristik individu meningkatkan
tokoh masyarakat, dll) yang ingin dibangun? kompetensinya?
▪ Apakah ada guru dan

6
Analisis Kebutuhan
Analisis Lingkungan Belajar Visi-Misi-Tujuan
Satuan
tenaga kependidikan
yang membutuhkan
pendampingan lebih
banyak?

Sarana dan Prasarana


▪ Apa saja sarana dan
prasarana yang
dibutuhkan agar
pembelajarannya
optimal?
▪ Apakah satuan
pendidikan memiliki
perangkat yang
memaahi untuk
menyelenggarakan
pembelajaran yang
optimal?
▪ Apakah lingkungan
satuan pendidikan sudah
sehat dan aman serta
nyaman?

Dengan menjawab semua pertanyaan pemantik diatas, secara sederhana satuan pendidikan
mampu menemukan isu isu strategis di satuannya yang dapat menjadi dasar menentukan
pengorganisasian SKK.

CONTOH HASIL ANALISIS KONTEKS


Di bawah ini salah satu contoh hasil analisis konteks dengan
menggunakan pendekatan pentagonal asset, sehingga menjadi
acuan, pertimbangan dan menjadi dasar penyebaran beban SKK
di Satuan Pendidikan. Untuk lebih lengkapnya hasil analisis
konteks mulai dari kerentanan, peluang, analisis 5 aset utama
sehingga muncul isu-isu strategis bisa melihat secara utuh di
tautan bit.ly/contohankonkesetaraan

7
Secara ringkas, hasil dari data yang diperoleh dari analisis konteks diatas, diolah dengan
tahapan tahapan menemukan isu strategis sampai ke tahapan untuk menentukan beban
SKK.

1. Analisis Konteks
Karena menggunakan pendekatan pentagonal aset, maka dalam proses penggalian data
dan analisis sesuai dengan kondisi real yang ada disatuan pendidikan. Penggalian data
difokuskan untuk mencari kerentanan dan peluang, kebijakan serta fakta dari lima aset
utama di satuan pendidikan yang meliputi aset sumber daya alam, aset sumber daya
manusia, aset sosial, aset infrastuktur dan aset finansial. Hasil penggalian data secara
lengkap bisa di lihat di barcode atau tautan yang sudah disematkan diatas.

2. Isu Strategis
Isu – isu strategis yang muncul dari hasil analisis konteks yang diatas dikelompokkan
berdasarkan ruang lingkup:

a. Sosial
fakta bahwa pembangunan pabrik pabrik yang masif di Kabupaten Jepara selain
berdampak positif kepada perekonomian warga Jepara juga menimbulkan
masalah baru yang cukup unik. dimana jumlah kasus perceraian meningkat
tajam;

b. Budaya
1) Pengembangan Batik Jepara menjadi usaha yang produktif dan kreatif, serta
tidak menutup kemungkinan terciptanya motif-motif baru yang terinspirasi
dari potensi wilayah Jepara;
2) Seni ukir yang selama ini sudah menjadi ikon kota Jepara, Jawa Tengah
terancam punah dari Bumi Kartini. Hal ini seiring lambatnya regenerasi para
pengukir dimana generasi muda Jepara yang menekuni seni ukir cenderung
menunjukkan trend penurunan;

8
3) Adanya peluang dikarenakan kebijakan dari pemerintah kabupaten Jepara
tentang pemakaian batik khas jepara selama dua hari yaitu hari Rabu dan
Kamis disemua instansi pemerintahan.

c. Alam
1) Meningkatnya kebutuhan akan ekspor furniture mengakibatkan kepada
kerentanan akan adanya kebutuhan bahan baku yang semakin sulit
tersedia;
2) Kabupaten Jepara memiliki potensi limbah kayu sekitar 36 ton per hari. Jika
dikelola dan dikembangkan dengan baik akan mempunyai potensi
pengembangan ekonomi kreatif masyarakat;
3) Limbah kain dari perusahaan konveksi dan tekstil di Jepara juga menjadi isu
strategis untuk dikelola dan dikembangkan menjadi usaha kreatif lainnya;

d. Ekonomi
1) Paguyuban untuk batik Jepara dengan nama paguyuban Biyung Pralodo
yang diketuai oleh Suyanti Sudjatmiko dengan anggota aktif sebanyak 25
anggota saja. Meskipun dari tahun ke tahun jumlah pengrajin semakin
bertambah, tetapi masih mengalami kendala dalam pemasaran. Dari 25
anggota ini 25% kategori industri yang besar sedangkan 75% pengrajin batik
masih kategori industri rumahan dan industri menengah kebawah serta
keterbatasan modal;
2) Covid-19 juga mengakibatkan pergeseran jualan yang awalnya
menggunakan metode konvensional berubah menjadi penjualan online
melalui marketplace.

e. Pandemic Coronavirus Disease of 2019


Pandemic Coronavirus Disease of 2019 memberikan dampak yang besar
terhadap sistem belajar-mengajar di Kabupaten Jepara salah satunya
pembelajaran di lembaga SKB Jepara. Terjadi perubahan mendasar dari
pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring. Dalam
pelaksanaannya penggunaan pembelajaran jarak jauh dengan platform seTARA
Daring juga masih mengalami beberapa kendala terutama dalam memotivasi
peserta didik mengikuti pembelajaran terutama di Kesetaraan Paket B
sedangkan di PAUD pembelajaran daring juga masih mengalami kendala
dikarenakan orang tua bekerja jadi belum optimal;

f. Kebijakan Pemerintah
1) RPJPD Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025 menekankan pada peningkatan
kualitas SDM yang ditunjukkan pada Tahapan IV (2020-2024) didalamnya
berisi peningkatan mutu dan kualitas SDM dengan adanya diklat-diklat atau
pelatihan;
2) RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022 di tahun 2021 menekankan
pada penguatan industri Kreatif berbasis potensi unggulan serta
pengembangan sektor pertanian, perkebunan dan perikanan yang
memerhatikan kelestarian lingkungan;

9
3) Arahan dari Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Jepara untuk merekrut anak anak yang putus sekolah karena kemampuan
ekonomi untuk diarahkan belajar di pendidikan nonformal dengan
bekerjasama dengan penilik dan instansi terkait lainnya untuk
mendongkrak lama belajar Kabupaten Jepara yang masih 7,43 tahun;

3. Menentukan program
Dari isu-isu strategis kemudian dikerucutkan kedalam isu-isu prioritas sehingga muncul
rekomendasi program-program yang dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan


1. Pengadaan bimbingan teknis peningkatan kompetensi pendidik dalam
pembelajaran berbasis IT setahun dua kali;
2. Penguatan sarana prasarana untuk ketrampilan ukir, ketrampilan batik dan
ketrampilan handycraft pengolahan limbah kayu;
3. Pemagangan kepada instruktur batik dan instruktur ketrampilan Handycraft
di Galery Nailendra dan perusahaan handycraft di Jepara;

b. Program Teknis
1. Melaksanakan program ketrampilan ukir untuk mengatasi kerentanan
budaya dimana para pengrajin ukir didominasi oleh usia tua;
2. Melaksanakan program ketrampilan batik yang difokuskan dalam
menemukan motif batik khas jepara yang bervariatif dan berintegritas
sesuai jati diri Kabupaten Jepara;
3. Memunculkan industri kreatif berbasis potensi lingkungan melalui program-
program ketrampilan unggulan dengan memanfaatkan sumber daya alam
yang melimpah dimana produk olahan limbah kayu menjadi skala prioritas;
4. Penguatan project profil pelajar Pancasila yang terukur disemua civitas
akademika;
4) Melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, berkarakter dan menyenangkan
berbasis IT.

10
Program-program hasil rekomendasi dari analisis konteks terlihat dalam infografis dibawah:

4. Pengorganisasian SKK
Dari simpulan yang ada di infografis diatas terlihat program-program serta project
penguatan profil pelajar pancasila (P5). Jika dipetakan dalam pengorganisasian SKK di
masing-masing fase di seluruh program kesetaraan ditunjukkan dibawah ini:

a) Distribusi SKK pada program Paket A


Hasil dari rekomendasi analisis konteks, keterampilan unggulan ukir menjadi
unggulan pada program Paket A. Melihat tingkat keamanan dari keterampilan
yang dipilih ini karena menggunakan benda tajam, maka ketrampilan ini di
masukkan dalam struktur kurikulum untuk Fase B dan fase C. Selain
keterampilan ukir, dibelajarkan juga keterampilan kaligrafi. Project Penguatan
Profil Pelajar Pancasila (P5) difokuskan kepada SKK yang ada di muatan
pemberdayaan.

11
a)

Berdasarkan analisis konteks


Fase A Fase B Fase C
dimana Program Paket A
No Mata Pelajaran SKK SKK SKK
berbasis tahfiz alquran, maka
Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas beban SKK untuk PAIBP
I II III IV V VI dikurangi dan ditambahkan
A. Kelompok Mata Pelajaran Umum di mata pelajaran lainnya
1 PAIBP 3 2 2 2 2 2
2 Pendidikan Pancasila 4 4 4 4 4 4
3 Bahasa Indonesia 4 4 6 6 6 6
6 6 6 6 6 6 Pendistribusian SKK pada
4 Matematika
mata pelajaran Pendidikan
5 IPAS 4 4 4 4 6 6
Pancasila, Bahasa
6 PJOK 4 4 4 4 4 4 Indonesia, Matematika dan
7 Seni Budaya 4 4 4 4 4 4 IPAS mempertimbangkan
8 Bahasa Inggris**) kedalaman dan
9 Muatan Lokal**) kompleksitas capaian
Jumlah SKK 57 60 64 pembelajaran
B. Pemberdayaan dan Keterampilan Berbasis Profil Pelajar Pancasila
1 Pemberdayaan
Ketrampilan dipilih berdasarkan
a. Project Penguatan
hasil analisis konteks.
Profil Pelajar 2 2 2 2 4 4
Pendistribusian SKKdilakukan
Pancasila (P5)
secara proporsional
2 Keterampilan
a. Ketrampilan Ukir 2 2 3 3
b. Ketrampilan
2 2 2 2 2 2
Kaligrafi
Jumlah SKK 8 12 18

Catatan:
Jika kita cermati tabel pengorganisasian diatas, karena konsep Paket A di SKB
Jepara berbasis tahfidz alquran, maka:

• Beban belajar untuk PAIBP dikurangi dan ditambahkan kepada mata


pelajaran umum seperti matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan
Pancasila dan IPAS dengan mempertimbangkan capaian pembelajarannya.

• Untuk PJOK berisi kegiatan olahraga renang dan memanah yang


dilaksanakan setiap bulannya. Keterampilan unggulan yang dipilih dari
analisis konteks berupa ketrampilan ukir dan ketrampilan kaligrafi dengan
pembagian proporsional dari beban SKK, sedangkan

• Penguatan projek profil pelajar pancasila di muatan pemberdayaan dalam


bentuk pentas seni dan penambahan proporsi SKK di seni budaya untuk
menunjang kegiatan projek tersebut.

12
b) Distribusi SKK pada program Paket B
Hasil dari rekomendasi analisis konteks, dari infografis terlihat ketrampilan
unggulan untuk Fase D adalah ketrampilan membatik dan komputer
sedangkan untuk penguatan profil pelajar pancasila di muatan
pemberdayaannya dalam bentuk pameran hasil karya batik dan pentas seni
sehingga proporsional beban SKK untuk seni budayanya bertambah untuk
menunjang project tersebut.

Fase D
No Mata Pelajaran SKK
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
A. Kelompok Mata Pelajaran Umum
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 2 2 2
2. Pendidikan Pancasila 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. IPA 4 4 4
6. IPS 4 4 4
7. Bahasa Inggris 4 4 4
8. PJOK 2 2 2
9. Seni 4 4 2
Muatan Lokal**)
Jumlah SKK 88
B. Pemberdayaan dan Keterampilan Berbasis Profil Pelajar Pancasila
1. Pemberdayaan
a. Project Penguatan Profil Pelajar
4 4 4
Pancasila (P5)
2. Keterampilan
a. Ketrampilan Membatik 4 4 4
b. Ketrampilan Komputer 2 2 2
Jumlah SKK 30

Catatan:
Keterampilan membatik dan keterampilan komputer menjadi keterampilan yang
dipilih pada program Paket B. Keterampilan ini dipilih karena sumber daya yang ada
dilembaga yang mumpuni baik sarana prasarana yang dimiliki SKB seperti alat
maupun instruktur. Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di muatan
pemberdayaan dalam bentuk pameran hasil karya batik peserta didik dan pentas
seni. Untuk menunjang kegiatan pameran dan pentas seni tersebut ada penambahan
proporsi SKK di seni. Untuk mata pelajaran umum seperti Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA, IPS dan Bahasa Inggris mendapatkan proporsi beban SKK yang
lebih dibandingkan mata pelajaran lainnya dikarenakan pendidik yang dimiliki SKB
sesuai dengan kualifikasi dan tingkat keahliannya dari masing-masing mata
pelajaran.

13
c) Distribusi SKK pada program Paket C
Fase E Fase F
No Mata Pelajaran SKK SKK
Kelas X Kelas XI Kelas XII
A. Kelompok Mata Pelajaran Umum
1 Pendidikan Agama Islam dan Budi
2 2 1
Pekerti
2 Pendidikan Pancasila 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 2 2 2
4 Matematika 2 2 2
5 Bahasa Inggris 2 2 2
6 IPA (Fisika, Kimia, Biologi) 3
7 IPS (Sejarah, Ekonomi, Geografi,
3
Sosiologi)
8 PJOK 2 2 2
9 Seni 2 2 2
Jumlah SKK 20 27
Kelompok Mapel MIPA
1 Biologi
2 Kimia
3 Fisika
4 Informatika 4 3
5 Matematika Tingkat Lanjut
Kelompok Mapel IPS
1 Sosiologi 4 4
2 Ekonomi 4 4
-
3 Geografi 4 4
4 Antropologi
Kelompok Mapel Bahasa dan Budaya
1 Bahasa Indonesia tingkat lanjut
2 Bahasa Inggris tingkat lanjut 4 4
3 Bahasa Korea
4 Bahasa Arab
-
5 Bahasa Mandarin
6 Bahasa Jepang
7 Bahasa Jerman
8 Bahasa Perancis
Muatan Lokal**)
Jumlah SKK *) 39
B. Pemberdayaan dan Keterampilan Berbasis Profil Pelajar Pancasila
1. Pemberdayaan
Project Penguatan Profil Pelajar
8 4 4
Pancasila (p5)
2. Keterampilan
a. Komputer/Hantaran 4 2 2

14
Fase E Fase F
No Mata Pelajaran SKK SKK
Kelas X Kelas XI Kelas XII
b. Pengolahan Limbah Kayu
4
(handicraft)
c. Mendesain motif batik 4
d. Pembuatan Canting 4
Jumlah SKK 16 20
*) dianalogikan seorang peserta didik memilih mata pelajaran Informatika, sosiologi,
ekonomi, geografi dan bahasa inggris.

Catatan:
Melihat hasil analisis konteks, dari unsur ketersediaan pendidik di SKB Jepara serta
melihat kompleksitas capaian pembelajaran, maka pembagian SKK untuk mata
pelajaran umum dan kelompok mata pelajaran terlihat seperti pada tabel di atas. Hasil
dari rekomendasi analisis konteks, dari infografis terlihat ketrampilan unggulan untuk
Fase E dan fase F adalah ketrampilan pengolahan limbah kayu (handycraft)
dikarenakan banyaknya limbah kayu disekitar satuan pendidikan, ketrampilan
pembuatan motif batik khas jepara, ketrampilan pembuatan canting serta ketrampilan
pembuatan toko online (marketplace) yang dimasukkan dalam ketrampilan komputer.
Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di fokuskan pada muatan
pemberdayaan.

Mencermati struktur kurikulum (Kepmendikbudristek 56/M/2022 tentang


2.
Pedoman penerapan kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran)

Struktur kurikulum pendidikan kesetaraan terdiri mata pelajaran kelompok umum


dan pemberdayaan dan keterampilan berbasis profil pelajar Pancasila. Mata
Pelajaran Kelompok Umum merupakan Kelompok umum yang memuat mata
pelajaran yang disusun mengacu pada standar nasional pendidikan dan sesuai jenjang
pendidikan formal serta mata pelajaran yang wajib diberikan untuk semua peserta
didik.

Untuk muatan ketrampilan berdasarkan hasil analisis konteks sehingga sesuai


dengan karakteristik satuan. Bagi satuan yang menyelenggarakan ketrampilan yang
belum ada capaian pembelajarannya menyusun capaian pembelajaran sesuai dengan
kaidah penyusunan capaian pembelajaran.

15
3. Menganalisis Capaian Pembelajaran Tiap Mapel

Struktur kurikulum pendidikan kesetaraan terdiri mata pelajaran kelompok umum


dan pemberdayaan dan keterampilan berbasis profil pelajar Pancasila. Mata
Pelajaran Kelompok Umum merupakan Kelompok umum yang memuat mata
pelajaran yang disusun mengacu pada standar nasional pendidikan dan sesuai jenjang
pendidikan formal serta mata pelajaran yang wajib diberikan untuk semua peserta
didik.

Untuk muatan ketrampilan berdasarkan hasil analisis konteks sehingga sesuai


dengan karakteristik satuan. Bagi satuan yang menyelenggarakan ketrampilan yang
belum ada capaian pembelajarannya menyusun capaian pembelajaran sesuai dengan
kaidah penyusunan capaian pembelajaran.

Hasil Analisis
Jumlah Menjadi Butir
Jumlah SKK
No Mata Pelajaran Elemen Tujuan Kategori
Fase E (Kelas X)
Fase E Pembelajaran
(TP)
A. Kelompok Mata Pelajaran Umum
1 Pendidikan Agama
5 20 2 Sedang
Islam
2 Pendidikan Pancasila 4 20 2 Sedang
3 Bahasa Indonesia 4 25 3 Berat
4 Matematika 4 35 3 Berat
5 Bahasa Inggris 3 15 2 Sedang
6 IPA (Fisika, Kimia,
6 24 3 Berat
Biologi)
7 IPS (Sejarah,
Ekonomi, Geografi, 8 24 3 Berat
Sosiologi)
8 PJOK 4 12 1 Ringan
9 Seni 2 10 1 Ringan
Jumlah SKK 20 185 20

16
Contoh bagaimana menganalisis elemen dalam fase menjadi butir-butir tujuan
pembelajaran sehingga diketahui banyaknya butir tujuan pembelajaran di masing-masing
fase.
Capaian Pembelajaran Bahasa Indonesia Fase E Banyaknya
CP Elemen: Menyimak (listening) (A)
Pelajar mampu mengevaluasi dan mengkreasi informasi berupa
gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang
1 elemen
akurat dari menyimak berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi) dalam
bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara.
Tujuan Pembelajaran Elemen Menyimak;
A.1 Peserta didik mampu memahami, menganalisis dan mengevaluasi
(akurat, tepat, benar) informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan,
pandangan, arahan atau pesan yang akurat dari menyimak berbagai
tipe teks (nonfiksi dan fiksi)dalam bentuk monolog.
A.2 Peserta didik mampu mengkreasikan informasi, menyampaikan
pendapat dan saran terhadap informasi berupa gagasan, pikiran,
perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang akurat dari menyimak
berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi) dalam bentuk monolog.
A.3 Peserta didik mampu memahami, menganalisis serta mengevaluasi
(akurat, tepat, benar) informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan,
pandangan, arahan atau pesan yang akurat dari menyimak berbagai
tipe teks (nonfiksi dan fiksi)dalam bentuk dialog,. 6 butir tujuan
A.4 Peserta didik mampu mengkreasikan informasi, menyampaikan pembelajaran
pendapat dan saran terhadap informasi berupa gagasan, pikiran,
perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang akurat dari menyimak
berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi) dalam bentuk dialog,
A.5 Peserta didik mampu memahami, menganalisis serta mengevaluasi
(akurat, tepat, benar) informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan,
pandangan, arahan atau pesan yang akurat dari menyimak berbagai
tipe teks dalam bentuk gelar wicara.
A.6 Peserta didik mampu mengkreasikan informasi, berargumentasi
(berpendapat) dan saran terhadap informasi berupa gagasan, pikiran,
perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang akurat dari menyimak
berbagai tipe teks dalam bentuk gelar wicara.

Diasumsikan untuk 1 elemen diperoleh 6 butir tujuan pembelajaran, jika ada 4 elemen
maka diasumsikan diperoleh 24-25 butir tujuan pembelajaran dan untuk mata pelajaran
bahasa indonesia dikategorikan berat.

17
4. Mengorganisasian SKK
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar pada pendidikan kesetaraan belum bisa
dilaksanakan jika satuan pendidikan belum melakukan pengorganisasian Satuan
Kredit kompetensi (SKK) untuk menetapkan beban belajar setiap mata pelajaran
kelompok umum dan pemberdayaan dan keterampilan berbasis profil pelajar
Pancasila pada setiap fasenya sehingga belum tahu berapa beban belajar yang akan
diturunkan menjadi Jadwal pelajaran. Seperti yang sudah dijelaskan di awal, bahwa
tahapan pengorganisasian SKK harus memperhatikan beberapa faktor penting,
antara lain: Analisis konteks satuan pendidikan, mencermati struktur kurikulum,
menganalisis capaian pembelajaran tiap mata pelajaran, organisasi SKK, dan
penyusunan Jadwal sesuai dengan pendekatan yang dipilih.

5. Penyusunan Jadwal Pembelajaran


5.1. Pilihan Jadwal Untuk Mata Pelajaran Umum
Dalam proses penyusunan Jadwal, satuan pendidikan melalui tim perumus
kurikulum dapat merancang Jadwal sesuai dengan karakteristik dari peserta
didik, sumber daya satuan pendidikan baik pendidik mata pelajaran serta
ketersediaan waktu pembelajaran dari fase. Untuk mengorganisasi pembelajaran
(SKK) satuan pendidikan dapat menentukan serta mempertimbangkan
pendekatan apa yang tepat dan sesuai dengan karakteristik satuan. Dibawah ini
adalah beberapa pilihan dalam pengorganisasian Satuan Kredit Kompetensi
(SKK) berdasarkan beberapa skema pendekatan, yaitu
a. Skema Pengorganisasian dengan pendekatan mata pelajaran
Pengorganisasian pembelajaran dengan pendekatan mata pelajaran
bertujuan untuk mencapai capaian pembelajaran di masing-masing mata
pelajaran. Saat perencanaan pembelajaran tim penyusun kurikulum, pendidik
dan kepala satuan pendidikan memetakan tujuan pembelajaran dari masing
masing mata pelajaran untuk merancang dan mendesain jumlah SKK yang
tepat dan proposional.
Dalam mengorganisasikan SKK dengan pendekatan mata pelajaran,
langkah-langkah yang perlu dilakukan satuan pendidikan, yaitu:
• Pendidik menganalisis capaian pembelajaran setiap mata pelajaran,
menjadi tujuan pembelajaran sampai ke alur tujuan pembelajaran. Tim
penyusun kurikulum operasional beserta pendidik mendiskusikan dalam
rapat peninjauan kurikulum memetakan karakteristik dari masing-masing
mata pelajaran dan mengkategorikan menjadi ringan, sedang dan berat;
• Menentukan mata pelajaran mana yang akan dilaksanakan dengan tatap
muka, tutorial, serta mandiri disetiap minggunya;
• Beban SKK yang harus ditempuh peserta didik setiap minggunya harus
diperhatikan sedemikian rupa, sehingga peserta didik tidak merasa
terbebani dengan beban SKK yang sudah dipetakan;
• Waktu pembelajaran setiap mata pelajaran dilakukan terpisah antara satu
mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya;

18
Contoh pengorganisasian SKK dan diwujudkan dalam Jadwal pembelajaran

19
Contoh Jadwal pembelajaran yang dilaksanakan selama 6 hari

Contoh Jadwal pembelajaran yang dilaksanakan selama 6 hari

Keterangan:
Pemilihan waktu Jadwal pembelajaran sepenuhnya menjadi kewenangan satuan
pendidikan dengan mempertimbangkan kebutuhan belajar peserta didik.

20
b. Skema Pengorganisasian dengan Pendekatan Mata Pelajaran Bergantian
Alokasi waktu mata pelajaran pada Jadwal pembelajaran, mempertimbangkan
jumlah ketersediaan pendidik, jumlah peserta didik, kompleksitas dari capaian
pembelajaran dari masing-masing mata pelajaran serta pertimbangan
pemilihan moda pembelajaran secara tatap muka, tutorial dan mandiri.
Dengan pendekatan mata pelajaran bergantian setiap minggunya bisa terjadi
perubahan untuk Jadwal mata pelajaran yang akan dipelajari.
Langkah-langkah yang diperlukan untuk memilih pendekatan mata pelajaran
bergantian, satuan pendidikan harus:
1. Memetakan dan mengkategorikan masing-masing mata pelajaran dari
hasil analisis capaian pembelajaran menjadi tujuan pembelajaran;
2. Jadwal disusun per fase dengan membentuk blok-blok yang terdiri dari
beberapa mata pelajaran;
3. Penyusunan Jadwal mengatur periode kelas dengan melihat moda
pembelajaran yang dipilih, baik tatap muka, tutorial dan mandiri;
4. Pengorganisasian Jadwal pembelajaran menyesuaikan keterbatasan
waktu satuan pendidikan dalam menyelenggarakan pembelajaran,
misalnya satu minggu dilaksanakan selama 2 hari/3 hari efektif;
5. Pengaturan dalam satu fase tergantung dengan kesiapan satuan
pendidikan dan sumber daya yang ada.

Contoh penyusunan Jadwal dengan menggunakan pendekatan mata pelajaran


bergantian, diawali dengan melihat analisis capaian pembelajaran dan hasil dari
analisis konteks.

Hasil Analisis Jumlah


Jumlah
Menjadi Butir SKK
No Mata Pelajaran Elemen Kategori
Tujuan Fase E
Fase E
Pembelajaran (TP) (Kelas X)
A. Kelompok Mata Pelajaran Umum
1 Pendidikan Agama
5 20 2 Sedang
Islam dan Budi Pekerti
2 Pendidikan Pancasila 4 20 2 Sedang
3 Bahasa Indonesia 4 25 2 Berat
4 Matematika 4 35 3 Berat
5 Bahasa Inggris 3 15 2 Sedang
6 IPA (Fisika, Kimia,
6 24 3 Berat
Biologi)
7 IPS (Sejarah, Ekonomi,
8 24 4 Berat
Geografi, Sosiologi)
8 PJOK 4 12 1 Ringan
9 Seni 2 10 1 Ringan
Jumlah SKK 20 185 20

21
Setelah memetakan SKK, kemudian memetakan pemilihan moda pembelajaran
yang diambil sesuai dengan kesiapan satuan pendidikan dan sumber daya yang ada.

Jika ditotal maka jumlah Jam Pelajaran = 27+29+27+30=93 kemudian jika dikalikan
dengan minggu efektif diperoleh 93 x 9 = 837

Jika diturunkan menjadi Jadwal pembelajaran dengan pendekatan mata pelajaran


bergantian, diperoleh:

Keterangan:
Jadwal diatas hanya sekadar contoh jika waktu yang bisa dilaksanakan oleh satuan selama 3
hari dari jam 18.30 – 21.30. Desain Jadwal pembelajaran selama sehari atau dua hari bahkan
lebih disesuaikan dengan pola pembagian mata pelajaran sesuai proposionalnya. Pemilihan
waktu Jadwal pembelajaran sepenuhnya menjadi kewenangan satuan pendidikan dengan
mempertimbangkan kebutuhan belajar peserta didik.

22
Contoh Jadwal pembelajaran yang dilaksanakan selama 2 hari dengan pendekatan
pergantian mata pelajaran

Jika diturunkan menjadi jadwal pembelajaran selama 2 hari

5.2. Pilihan Pengaturan Jadwal untuk Ketrampilan dan Pemberdayaan


Beberapa pilihan untuk menentukan waktu Jadwal ketrampilan dan
pemberdayaan
a) Dilaksanakan setiap minggunya
Satuan pendidikan dapat menentukan satu hari dalam seminggu (misalnya
di hari sabtu) untuk melaksanakan secara bergantian program ketrampilan
dan pemberdayaan atau kombinasi keduanya. Seluruh jam pelajaran dihari
itu digunakan sepenuhnya.

23
Setiap hari sabtu digunakan secara bergantian untuk program
ketrampilan dan pemberdayaan atau kombinasi keduanya,

b) Dilaksanakan setiap bulan


Satuan pendidikan dapat menentukan satu minggu dalam sebulan (misalnya
minggu keempat setiap bulan). untuk melaksanakan. Seluruh jam pelajaran di
minggu tersebut dapat digunakan sepenuhnya untuk melaksanakan program
ketrampilan dan pemberdayaan atau kombinasi keduanya.

Minggu keempat setiap bulannya, seluruh jam pelajaran digunakan


secara bergantian untuk program ketrampilan dan pemberdayaan atau
kombinasi keduanya

24
c) Dilaksanakan di blok waktu di dua bulan terakhir
Satuan pendidikan memadatkan atau mengumpulkan jam pelaksanaan
ketrampilan dan pemberdayaan di satu periode waktu (misalnya 3 minggu atau
1 bulan terakhir tiap semester)

Semester 1, pelaksanaan program ketrampilan dan pemberdayaan atau


kombinasi keduanya dilaksanakan di 1 bulan terakhir tiap semester

Semester 2 Pelaksanaan ketrampilan dan pemberdayaan atau kombinasi


keduanya dilaksanakan di 1 bulan terakhir tiap semester

25
4. Tips mengorganisasikan SKK

1. Dalam melaksanakan analisis konteks, satuan pendidikan bisa menggunakan


berbagai pendekatan;
2. Membaca dan mempelajari berulang-ulang Panduan Pengembangan Kurikulum
Operasional Sekolah serta panduan-panduan lain yang relevan;
3. Hasil analisis konteks untuk menjadi pijakan dalam pengorganisasian SKK;
4. Menganalisis capaian pembelajaran masing-masing mata pelajaran menjadi
butir tujuan pembelajaran untuk mengetahui kategori berat, sedang dan ringan
mempengaruhi pada distribusi jumlah SKK;
5. Satuan pendidikan bebas memilih pengorganisasian SKK dengan skema
pendekatan berbasis mata pelajaran, integrasi dan mata pelajaran bergantian;
6. Hasil dari pengorganisasian SKK yang diturunkan menjadi Jadwal pembelajaran
akan menjadi bagian vital dari KOS;
7. Pemilihan hari dalam proses penyusunan Jadwal pembelajaran sesuai dengan
kesepakatan dari satuan pendidikan, tutor, dan peserta didik dengan
menyesuaikan kebutuhan belajar.

26
D. Penutup

Pada program pendidikan kesetaraan, ada beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan
dalam menentukan beban SKK, yakni dengan melihat hasil dari analisis konteks,
mencermati struktur kurikulum, menganalisis capaian pembelajaran mata pelajaran pada
tiap fasenya, melihat sarana dan prasarana yang tersedia, karakteristik peserta didik, dan
tutor sebagai fasilitator.
Setelah satuan pendidikan memetakan SKK untuk mata pelajaran, langkah selanjutnya yaitu
merancang penJadwalan pembelajaran. Meskipun pembelajaran berbasis SKK ini sangat
baik dalam melayani keberagaman peserta didik tetapi tidak mudah dalam merancang
Jadwal pembelajaran. Hal ini karena Jadwal pembelajaran harus disesuaikan dengan strategi
pembelajaran tatap muka (TM), pembelajaran tutorial (TT), dan pembelajaran Mandiri (M).
Bisa saja suatu mata pelajaran dimulai dengan Jadwal pembelajaran tutorial atau mandiri
sejauh peserta didik sudah dberikan pemahaman tentang strategi pembelajaran.
PenJadwalan perlu memperhatikan daya dukung satuan pendidikan (ruangan, ketersediaan
waktu, pendidik, sarana, peserta didik dan sebagainya) sehingga penJadwalan menjadi tidak
tetap setiap hari/setiap minggu. Namun demikian, penggorganisasian SKK sampai
perancangan Jadwal pembelajaran menjadi kewenangan penuh satuan pendidikan dalam
melaksanakan implementasi kurikulum merdeka.

27

Anda mungkin juga menyukai