Disusun oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
HALAMAN PENGESAHAN
OLEH :
203010601045
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum UPR
Segala puji dan syukur serta rasa terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, atas semua berkat, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Sehingga
pelaksanaan Kegiatan Magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan
Fakultas Hukum Universitas Hukum Palangka Raya pada tahun 2022 yang berlokasi di
Pengadilan Agama Palangka Raya Kelas 1A dapat terlaksana dengan baik dan lancar sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan dan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kelancaran Kegiatan Program Magang MBKM ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang tulus kepada pihak-pihak yang telah terlibat sehingga
terbentukknya laporan ini :
1. Orang Tua dan Saudara yang telah memberikan dukungan semangat dan
motivasi sehingga dapat menyelesaikan laporan magang ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Suriansyah Murhaini, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Palangka Raya.
7. Para pegawai Pengadilan Agama Palangka Raya Kelas 1A yang telah membantu
dan memberikan bimbingan selama Program Magang Merdeka Belajar Kampus
Merdeka ini dilaksanakan.
Penulis menyadari bahwa Laporan Akhir Kegiatan MBKM ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penulisan maupun susunannya. Oleh karenanya, penulis
membutuhkan kritik dan juga saran yang sifatnya membangun bagi penulis dan juga
pembacanya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan semoga kita
semua mendapatkan manfaat
PENDAHULUAN
Di sisi lain, tempat magang diharapkan dapat memperoleh calon tenaga kerja
dengan talenta yang cocok dan nantinya bisa langsung direkrut, sehingga mengurangi
biaya rekrutmen dan pelatihan awal/ induksi. Mahasiswa yang sudah mengenal tempat
kerja tersebut akan lebih mantap dalam memasuki dunia kerja dan karirnya. Melalui
kegiatan ini, permasalahan dunia kerja akan mengalir ke PT sehingga meng-update
bahan ajar dan materi pembelajaran serta topik- topik riset di Prodi S1 akan makin
relevan.
Program magang dalam kerangka MBKM FH UPR dirancang agar dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
a. Bagi Mahasiswa:
GAMBARAN UMUM
1. Pengadilan Agama.
2. Pengadilan Tinggi Agama.
3. Mahkamah Agung.
Pengadilan Agama Palangka Raya sebagai salah satu lembaga peradilan yang
menyelenggarakan kekuasaan kehakiman dengan tugas pokok, sebagaimana telah
disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang peradilan Agama yang
dirubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan terakhir diubah dengan
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, yakni : menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama islam di
Wilayah Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Sampai tahun 1967 Pengadilan Agama Palangka Raya belum terbentuk, masyarakat
muslim di Palangka Raya merasa perlu memohon Pemerintah Pusat melalui tokoh- tokoh
masyarakat untuk membentuk Pengadilan Agama di Palangka Raya karena Pengadilan
Negri sudah terbentuk, Menyikapi keinginan dari masyarakat Palangka Raya dalam rapat
kerja Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Beragama Islam yang di adakan pada
tanggal 2 s/d 4 April 1968 di Banjarmasin dalam putusan hasil rapat tersebut antara lain
menghendaki agar segera dibentuk Pengadilan Agama/ Mahkamah Syari’ah di Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Timur. Dan usulan tersebut ternyata di jadikan pertimbangan oleh
Menteri Agama dalam pembuatan surat Keputusan Nomor 195 tahun 1968 yang menjadi
dasar Pembentukan Pengadilan Agama Palangka Raya.
Selain tugas pokok dan fungsi tersebut, Pengadilan Agama Palangka Raya
juga mempunyai tugas lainnya sebagai berikut :
Jam Kerja
No. Hari Masuk Pulang
Jam Kerja
No. Hari Masuk Pulang
1. Hadir tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang disepakati bersama yaitu pada
hari senin sampai kamis dimulai pada pukul 08.00 - 16.00 WIB, sedangkan
pada hari jumat dimulai pada pukul 07.30-16.00 WIB.
2. Berpakaian rapi dan sopan yaitu mengenakan kemeja putih dan celana hitam
atau rok hitam kain serta menggunakan sepatu berwarna hitam dan
menggunakan Almameter pada hari senin, sedangkan pada hari kamis
mengenakan kemeja batik dan pada hari jumat mengenakan pakaian olahraga
saat pagi hari dan kemeja batik pada siang hari.
3. Mengisi daftar hadir pada saat masuk kerja atau pada saat selesai melaksanakan
kegiatan Program Magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
4. Menjaga profesionalitas dalam melaksanakan Program Magang Merdeka
Belajar Kampus Merdeka dan tidak menyebarkan informasi yang bersifat
rahasia.
5. Melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh instansi
Pengadilan Agama Palangka Raya kelas 1A.
6. Mengikuti dan mempelajari alur serta tata cara dalam pelaksanaan persidangan.
D. Uraian Kerja Rutin
Hasil yang dicapai oleh penulis selama melaksanakan program kegiatan Magang
Belajar Kampus Merdeka di Pengadilan Agama Palangka Raya kelas 1A adalah :
Dalam pelaksanaan kegiatan program magang ini yang dilaksanakan dari tanggal
02 Maret – 15 Mei 2023, penulis diberikan kesempatan untuk dapat turun langsung di
Pengadilan Agama Palangka Raya kelas 1A. Para pegawai serta hakim memberikan
banyak sekali ilmu serta pengetahuan baru mengenai pengadilan agama. Disini penulis
belajar bagaimana proses beracara di pengadila khususnya di pengadilan agama yang
bidang konsentrasinya mengenai perdata dan juga bagaimana menyelesaikan suatu
perkara–perkara ditingkat pertama antara orang – orang islam dibidang perkawinan,
kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum islam serta wakaf dan
shadaqah. Sebagaimana telah diatur dalam pasal 49 Undang – Undang Nomor 50 Tahun
2009 tentang Peradilan Agama.
Pada persidangan di pengadilan agama bersifat tertutup untuk umum dari awal
pemeriksaan sampai dengan pembacaan putusan. Namun, karena adanya kepentingan
dalam pembelajaran bagi mahasiswa maka sidang diperbolehkan khusus untuk
pembelajaran atau penelitian yang sedang berlangsung. Dan juga mahasiswa tidak boleh
membocorkan identitas para pihak yang sedang menjalani proses persidangan karena
sifatnya rahasia.
Penulis juga diberikan kesempatan untuk bisa melaksanakan praktik peradilan semu
mengenai cerai talak dan gugat yang dilaksanakan sebanyak 1 kali. Praktik ini didampingi
oleh Ibu Hj. Wilda Rahmana, S.H.I selaku hakim di Pengadilan Agama Palangka Raya dan
setelah praktik selesai maka akan dinilai serta diberikan arahan dan masukkan mengenai
kegiatan praktik peradilan semu ini.
Penulis juga diberikan banyak sekali ilmu serta pengetahuan yang sangat
bermanfaat seperti mengetahui bagaimana tata cara penulisan untuk surat keluar di
kesekretariatan, dalam membuat gugatan secara mandiri yang dibantu oleh posbakum,
mengetahui bagaimana cara menyelesaikan suatu perkara melalui mediasi, mengetahui
bagaimana cara scan berkas perkara yang telah putus lalu dilakukan minutasi dengan
berkas tersebut agar menghindari adanya penambahan atau pengurangan terhadap isi
putusan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab dan juga penulis mengetahui mengenai
bagaimana penggunaan aplikasi ASMSK terhadap surat masuk dan keluar yang kemudian
dicetak menjadi lembar disposisi.
Hasil yang dicapai penulis tidak lepas dari dukungan dan arahan dari para hakim
serta pegawai di Pengadilan Agama Palangka Raya Kelas 1A. Oleh karena itu, penulis
berharap dengan hasil yang dicapai dapat berguna di masa depan terutama di dunia kerja
PENELITIAN
A. Latar Belakang
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita yang di dalamnya diharapkan adanya rasa sakinah, mawaddah, dan rohmah.
Demi mencapai hal tersebut diperlukan adanya saling pengertian dan saling
memahami kepentingan kedua belah pihak, terutama terkait dengan hak dan
kewajiban. Perselisihan dan konflik atau dapat menimbulkan dampak pertengkaran
bahkan dapat menyebabkan terjadinya perceraian.
Perceraian boleh dilakukan apabila usaha perdamaian antara suami istri yang
berperkara tidak lagi menghasilkan kebaikan dan perceraian dianggap mengandung
kemudaratan. Salah satu perkara yang membutuhkan mediasi adalah perkara
perceraian. Bagi umat muslim, perceraian dilakukan di Pengadilan Agama.
Mediasi dalam hukum Islam atau perdamaian dikenal dengan Al-Islah yang
berarti memperbaiki, mendamaikan dan menghilangkan sengketa atau kerusakan.
Berusaha menciptakan perdamaian, membawa keharmonisan, menganjurkan orang
untuk berdamai antara satu dengan lainnya, melakukan perbuatan baik berperilaku
sebagai orang suci.
Mediasi menurut PERMA (Peraturan Mahkamah Agung) Nomor 1 Tahun
2016 adalah cara menyelesaikan perkara sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan antara pihak-pihak dengan bantuan mediator. Adapun
tujuan dari mediasi tersebut adalah untuk menyelesaikan sebuah perkara demi
tercapainya sebuah perdamaian bagi kedua belah pihak yang berperkara.
Seyogyanya mediasi dilakukan secara langsung dalam satu tempat yang sama
dan dihadiri oleh kedua belah pihak (Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon).
Namun di Pengandilan Agama Palangkaraya mencakup seluruh wilayah kota
Palangka Raya yang meliputi 5 (lima) Kecamatan dengan 29 Kelurahan, dan juga
Pengadilan Agama bisa saja menerima pihak berperkara dari luar Palangka Raya.
Hal ini dapat mempengaruhi kehadiran para pihak khususnya pihak Tergugat/
Termohon. Salah satu pihak dengan berat hati tidak dapat hadir dalam proses mediasi
tersebut dan diwakilkan oleh kuasanya, sehingga mediator tidak dapat bertemu
secara langsung atau berkomunikasi secara langsung dengan yang bersangkutan.
Akibatnya proses mediasi berjalan dengan tidak maksimal.
Dewasa ini semakin berkembangnya teknologi, seorang yang berjarak jauh
sudah bisa saling berbicara dan bertatap muka melalui media teknologi. Melalui
teknologi internet dan menggunakan media smartphone yang memiliki berbagai fitur
komunikasi, sehingga proses komunikasi antara manusia dengan manusia maupun
dengan sebuah lembaga menjadi lebih mudah.
Maka untuk mengatasi hambatan tersebut dan memudahkan pelaksanaan
proses mediasi, PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan memberikan keringanan bagi seseorang yang tidak dapat hadir dalam
proses tersebut. PERMA ini menjelaskan mengenai mediasi dapat dilaksanakan baik
secara langsung maupun secara audio visual/virtual. Ketentuan tersebut sangat
relevan dengan keadaan di masa pandemi seperti ini.
Mediasi pada umumnya dilaksanakan secara tatap muka dan hanya sebagian
kecil saja mediasi yang dilakukan dengan bantuan pemanfaatan teknologi.
Penggunaan atau pemanfatan teknologi ini utamanya dalam penerapan mediasi di
Pengadilan Agama menimbulkan beberapa dampak. Kemajuan dan kecanggihan
teknologi komunikasi yang bisa membantu para pihak melaksanakan perdamaian
semaksimal mungkin sangat membawa dampak baik. Selain terjamin terlaksananya
upaya perdamaian, dampak baik tersebut tidak hanya dirasakan oleh para pihak,
tetapi juga untuk mediator tersebut yaitu untuk menghindari kontak secara langsung.
B. PEMBAHASAN
Dasar hukum mediasi yang dilakukan secara daring telah diatur dalam Pasal 5
Ayat (3) PERMA No. 1 Tahun 2016 yakni tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan :
“Pertemuan mediasi dapat dilakukan melalui media komunikasi audio visual jarak
jauh yang memungkinkan semua pihak saling melihat dan mendengar secara
langsung serta berpartisipasi dalam pertemuan.”
Penyelesaian perkara secara damai dalam sistem peradilan (court annexed
mediation) atau lebih dikenal dengan court annexed dispute resolution, telah lama
dikenalkan di Indonesia. Pasal 130 HIR Jo. Pasal 154 menyatakan bahwa jika pada
hari yang ditentukan itu kedua belah pihak yang bersengketa datang, maka
Pengadilan Agama dalam hal ini hakim, akan mencoba memperdamaikan mereka.
Jika perdamaian terjadi, pada waktu sidang wajib dibuatkan sebuah akta perdamaian,
dimana kedua belah pihak diwajibkan untuk memenuhi perjanjian yang dibuat itu,
maka akta tersebut berkekuatan hukum dan akan dilakukan sebagai keputusan hakim.
Mediasi adalah alternatif penyelesaian sengketa dengan bantuan pihak ketiga
yang bersifat netral dan adil, yang bertugas mendorong para pihak untuk mencari
solusi yang menguntungkan para pihak (win-win solution). Kewajiban hakim
mendamaikan para pihak kemudian dioptimalkan dengan mengintegrasikan proses
mediasi ke dalam ketentuan berperkara di pengadilan.
Proses mediasi dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap pra mediasi, tahap
pelaksanaan mediasi, dan tahap akhir implementasi hasil mediasi. Adapun alur
proses mediasi di Pengadilan Agama sesuai Perma Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Mediasi di Pengadilan yakni sebelum memasuki tahap mediasi, gugatan cerai harus
terlebih dahulu didaftarkan ke Pengadilan Agama yang bersangkutan secara langsung
maupun melalui E-Court. Kemudian ketua pengadilan negeri membentuk majelis
hakim yang kemudian ketua majelis hakim tersebut akan menentukan hari sidang
pertama dan melakukan pemanggilan kepada kedua belah pihak oleh juru sita atau
juru sita pengganti untuk menghadiri sidang pada hari yang telah ditentukan.
Selanjutnya pra-mediasi merupakan tahap awal pelaksanaan mediasi. Tahapan
ini dimulai pada hari sidang pertama yang dihadiri oleh pihak termohon dan pemohon
dalam perkara cerai gugat yang terdaftar dalam perkara E-Court. Majelis hakim
pemeriksa perkara mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi sebagaimana
dalam Pasal 17 Ayat (1) Perma Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan. Untuk itu, majelis hakim menunda proses persidangan dalam rangka
memberikan kesempatan proses mediasi.
Ketika para pihak telah memilih mediator yang mereka sepakati maka tahap
selanjutnya masuklah pada proses mediasi, kepada para pihak, mediator harus
mempersiapkan jadwal pertemuan mediasi untuk disepakati. Atas kesepakatan
berasama para pihak dan mediator mediasi dilakukan via audio visual dengan
menggunakan aplikasi zoom meeting.
Hakim mediator di Pengadilan Agama melakukan mediasi elektronik dengan
para pihak yang bersengketa yang berada di luar Pengadilan Agama. Jika diperlukan
dan dianggap masih ada peluang besar untuk berdamai maka dapat disepakati antara
para pihak dan mediator proses mediasi dapat dijadwalkan lagi. Apabila dianggap
perlu dilakukan kaukus yaitu pertemuan antara mediator dengan salah satu pihak
tanpa dihadiri oleh pihak lainnya, mediator dapat menjadwalkannya. Kaukus
merupakan strategi yang digunakan mediator dalam mediasi.
Seperti yang dikatakan di awal proses mediasi secara online sama dengan
mediasi offline hanya saja yang bebeda adalah media yang digunakan. Dalam
mediasi online yang menggunakan media audio visual misalnya aplikasi Zoom
seorang mediator melakukan panggilan video call di smartphone ataupun laptop di
sebuah ruangan yang telah ditentukan di lingkungan Pengadilan Agama dengan para
pihak pengguna mediasi sedangkan para pihak yang dimediasi berada di luar dari
Pengadilan Agama, misalnya di rumah ataupun di kantor.
Mediasi yang dilakukan melalui media komunikasi audio visual jarak jauh
merupakan hal yang baru dilakukan di lingkungan Pengadilan Agama sehingga
sedapat mungkin apa yang dilakukan dalam mediasi offline dilakukan dalam mediasi
online tentu saja dengan berbagai penyesuain. Ketersediaan jaringan internet yang
baik akan mempengaruhi jalannya proses mediasi.
Selain itu penggunaan aplikasi media telekomunikasi sebagai ruang diskusi dan
fasilitas komunikasi privat serta ketersediaan peralatan teknologi yang dapat
mendukung komunikasi dengan cara-cara yang baik, karena ada pihak yang
bersengketa tidak memiliki smartphone ataupun laptop yang dapat digunakan sebagai
media mediasi online sehingga hal tersebut juga mempengaruhi berhasil atau
tidaknya mediasi secara online.
Sebenarnya mediasi secara elektronik memiliki prospek yang baik untuk
menyelesaikan sengketa, akan tetapi penerapan mediasi secara elektronika ini
mengalami hambatan antara lain faktor peraturan, karena di Indonesia sendiri masih
belum memiliki aturan Perundang-Undangan yang mengatur hal ini. Sehingga
diperlukan penyusunan peraturan yang baru yang mengatur tentang Mediasi secara
online yang dilengkapi insfratuktur telekomunikasi, sistem keamanan, dan lembaga
mediasi elektronik.
Selain itu dari segi keamanan, karena pada prinsipnya mediasi tertutup bagi
umum kecuali para pihak mengehendaki lain, sehingga hal ini masih menjadi
perhatian dalam melakukan proses mediasi secara elektronik, sebagaimana telah
diketahui bahwa internet merupakan suatu medium yang tidak aman. Selain itu faktor
lainnya yakni insfratuktur, budaya, kebiasaan dan institusi juga turut menjadi
hambatan.
Berdasarkan uraian diatas selama ini indikator keberhasilan mediasi hanya
diukur dari rujuknya kembali pasangan suami-isteri yang bersengketa yang melalui
proses mediasi. Namun kedepannya keberhasilan mediasi indikatornya tidak lagi
hanya kesepakatan untuk mencabut gugatan, tetapi mediasi dianggap berhasil apabila
terdapat kesepakatan mengenai perkara-perkara lain yang berkaitan dengan pokok
persengketaan, meskipun pasangan suami isteri yang bersengketa itu tetap bercerai.
Kesepakatan-kesepakan lain yang terjadi antara para pihak terkait dengan proses
perceraian, hubungan pasca perceraian dan pola pengasuhan anak seharusnya
menjadi indikator keberhasilan mediasi. Merupakan perubahan penting terkait
dengan mediasi perkara perkara perceraian di Peradilan Agama.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah menyelesaikan kegiatan Magang Belajar Kampus Merdeka di Pengadilan
Agama Palangka Raya Kelas 1A maka dapat disimpulkan :
1. Penulis dapat mengetahui bahwa Pengadilan Agama Palangka Raya Kelas 1A
merupakan sebuah instansi pemerintah yang bergerak di bidang hukum perdata
yang uang bukan hanya membantupersoalan perceraian saja tetapi juga ada ahli
waris, dispensasi nikah, isbat nikah.
2. Penulis dapat mengetahui bagaimana proses berjalannya persidangan di
Pengadilan Agama Palangka Raya Kelas 1A.
3. Penulis dapat mengetahui bagaimana sistem dalam penerimaan surat masuk
dan keluar melalui website.
B. SARAN
Selama pelaksanaan kegiatan Magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka di
Pengadilan Agama Palangka Raya Kelas 1A selama kurang lebih 3 bulan dari tanggal
02 Maret 2023 – 15 Mei 2023. Maka saran yang dapat penulis sampaikan sebagai
berikut :
1. Bagi pihak Pengadilan Agama Palangka Raya Kelas 1A diharapkan agar tetap
selalu menjaga hubungan dan menjalin kerja sama yang baik dengan pihak
Fakultas Hukum Universitas Palangka Raya. Sehingga pada kegiatan Magang
Merdeka Belajar Kampus Merdeka berikutnya dapat bekerja sama kembali.
2. Bagi pihak Fakultas Hukum Universitas Palangka Raya agar selalu menjaga
hubungan yang baik dengan pihak Pengadilan Agama Palangka Raya Kelas
1A. sehingga dapat membantu para mahasiswanya dalam memperoleh haknya
untuk ikut dan berpatisipasi dalam kegiatan Magang Merdeka Belajar Kampus
Merdeka dan agar lebih memaksimalkan dalam hal pembekalan dalam hal
bimbingan untuk melaksanakan Program Magang MBKM ini di semester
berikutnya dan dengan adanya program ini dapat meningkatkan kualitas
mahasiswa (i) dalam menambah pengalaman serta ilmu dalam dunia kerja.
BAB VI
REFLEKSI DIRI
Selama melaksanakan kegiatan Magang Magang Bersama Kampus Merdeka di
Pengadilan Agama Palangka Raya Kelas 1A, penulis dapat menerapkan pembelajaran
yang didapat di perkuliahan sebelumnya seperti halnya dalam mata kuliah hukum acara
perdata, hukum waris, hukum perkawinan di Pengadilan Agama Palangka Raya ini.
Penulis semakin mengetahui bagaimana proses berjalannya sidang dalam hukum perdata
seperti halnya dalam sidang cerai, hak asuh anak, dispensasi nikah, isbat nikah dan juga
mengenai hak waris.
Dalam pelaksanaan magang ini, banyak sekali manfaat yang penulis dapatkan
dalam hal untuk pengembangkan soft kills yang penulis miliki. Seperti halnya bagaimana
bersosialisasi dan berkomunikasi ketika melayani pihak yang berpekara dan dengan
menerapkan 5S yaitu Salam, Sapa, Senyum, Sopan dan Santun. Dalam mengerjakan suatu
pekerjaan penulis cenderung memliki keinginanuntuk selalu memeriksa ulang berkali-kali
setiap berkas yang akan disampaikan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengerjaannya.
Adanya kegiatan magang ini mempunyai banyak sekali manfaat yang penulis
dapatkan. Penulis memperoleh ilmu serta pengetahuan yang baru mengenai lingkungan
pengadilan agama yang khususnya menangani perkara perdata, mendapatkan pengalaman
dalam bekerja di pengadilan agama, serta mendapatkan semangat dan termotivasi untuk
dapat melanjutkan perkuliahan sampai selesai. Penulis juga termotivasi dalam
mewujudkan cita-citanya sebagai seorang hakim baik dibidang perdata maupun perdata.