Anda di halaman 1dari 2

Teori mengenai keadilan

Teori keadilan (equality theoty) adalah ketika individu merasa puas dengan keadilan yang
dirasakannya maka individu tersebut akan tetap bertahan dengan kondisinya saat ini. Teori
keadilan menjelaskan bahwa kepuasan seseorang tergantung apakah ia merasakan ada keadilan
(equity) atau tidak adil (unequity) atas suatu situasi yang dialaminya.
Teori dinamika perilaku damai
Perilaku damai merupakan proses mental yang dihasilkan oleh pikiran, perasaan, dan nurani
individu untuk menciptakan perdamaian. Bentuk-bentuk perilaku damai meliputi:
1. Kontrol diri
2. Kemampuan menyelesaikan konflik
3. Memiliki kompetensi sosial
4. Budi pekerti
5. Taat aturan dan tata tertib
6. Komunikatif
Aspek-aspek budaya damai menurut UNESCO dibagi menjadi 8 hal yaitu:
1. Penghargaan terhadap kehidupan
2. Anti kekerasan
3. Berbagi dengan yang lain
4. Mendengar untuk memahami
5. Mejaga kelestarian bumi
6. Solidaritas
7. Persamaan antara laki-laki dan perempuan
8. Demokratis
Teori pembentukan atau pengembangan perilaku damai
Peacebuilding, proses pembentukan yang tertutup pada implementasi praktis perubahan sosial secara
damai melalui rekonstruksi dan pembangunan politik, sosial, dan ekonomi.
 Mengubah struktural yang kontradiktif
 Meningkatkan hubungan antara pihak-pihak yang berkonflik
 Mengubah sikap dan perilaku individu.
Level konflik
 Interpersonal atau intrapsikis, Dapat dibantu oleh aktivis psikologi dalam mengatasi
masalahnya
 Interpersonal, sama seperti sebelumnya konflik ini dapat dibantu oleh psikolog
 Intragroup, konflik terjadi di dalam grup
 Antarkelompok, konflik terjadi antara satu kelompok dengan kelompok lainnya
 Antar negara, konflik terjadi pada satu negara dengan negara lainnya.
Cara mengatasi konflik tersebut dapat dilakukan dengan cara
1. Perundingan, dua atau lebih pihak yang sedang terlibat konflik melakukan perundingan untuk
meredakan atau menyelesaikan konflik tersebut.
2. Mediasi, adanya pihak ketiga yang membantu pihak-pihak yang berkonflik untuk
menyelesaikan konflik yang ada.
3. Arbitrasi, penyelesaian konflik dilakukan oleh pihak ketiga tanpa campur tangan pihak-pihak
yang berkonflik.
Bentuk respon terhadap konflik
1. Withdrawing (perilaku merusak pada diri sendiri), memutuskan untuk diam dan cenderung
menghindar dari konflik yang ada karena adanya ketakutan.
2. Dominating (agresi) hal ini cenderung menyerang orang lain dan merugikan orang lain
3. Submitting (menyerah-depresi) dimana individu atau kelompok yang berkonflik cenderung
sudha menyerah dan depresi dalam menghadapi konflik yang ada
4. Engaging (menarik) memilih untuk menghadapi masalah yang ada.
5. Vascillating (ragu-kecemasan) pihak pihak yang terlibat dalam konflik mulai ragu dengan
keputusan yang telah dipilihnya dan cemas akan efek dari konflik yang ada. Bertindak seolah-
olah tidak terjadi konflik apapun.
Sifat kekerasan yang muncul
- Kekerasan yang dimaksud adalah pengarahan kekuatan fisik atau psikologis yang merupakan
bentuk dari respon individu atau kelompok terhadap konflik yang akan merugikan dirinya
sendiri dan atau orang lain.
- Kekerasan langsung, dilakukan oleh pihak-pihak yang mana korban dari kekerasan tersebut
dapat langsung diidentifikasi oleh orang lain. Contohnya: kejahatan ambigu, penghapusan
etnis, memperkosa, pembunuhan, perang, kebrutalan polisi.
- Kekerasan struktural, merupakan kerugian struktural yang ebrasal dari tindakan yang halus,
bertahap sistematis, dan diterima secara normal dair lembaga-lembaga sosial tertentu domana
tanggung jawab menjadi kabur. Contohnya: kemiskinan, pengangguran, diskriminasi,
pelayanan umum yang buruk, profil rasial, sistem politik yang korup, penyalahgunaan
kekuasaan.
- Kekerasan langsung dan struktural bermanifestasi secara berbeda tetapi saling bergantung.
Pengecualian moral
Mengacu pada persepsi bahwa seseorang atau kelompok ada diluar ruang lingkup yang merupakan
batas psikologis cenderung dipandang sebagai target yang sah dari bahaya atau prasangka.
- Moral: norma, hak, kewajiban, tanggung jawab, dan yang membentuk rasa keadilan kita dan
membimbing perilaku kita dengan orang lain.
- Komunitas Moral- Mereka yang kita hargai di dalam "lingkup keadilan" kita, keluarga,
teman, rekan senegara dan seagama. "KITA"
- Morally Excludable- Orang asing di luar lingkup keadilan dan musuh kita. "MEREKA"
Dasar psikologis dalam pengecualian moral
Kecenderungan untuk mengecualikan dipupuk oleh kecenderungan persepsi:
 Kategorisasi sosial
 Penilaian evaluatif
 Fundamental attribution error (internal)
 Self serving bias (menyalahkan orang lain atas kegagalan diri sendiri )
 Pemikiran zero-sum (keuntungan satu pihak, kerugian pihak lain)
 Proyeksi atributif
Langkah yang dapat diambil untuk menumbuhkan keadilan sosial:
- Dialog dan kritik terbuka
- menetapkan prosedur yang menjaga saluran komunikasi tetap terbuka selama konflik
meningkat.
- Menghargai pluralisme dan mengukur penerimaan yang berbeda.
- Waspada terhadap gejala pengucilan moral.
- Tantang ketidakadilan secara konstruktif.

Anda mungkin juga menyukai