Anda di halaman 1dari 4

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan Patologi Anatomi merupakan pelayanan laboratorium


terhadap spesimen jaringan tubuh manusia maupun cairan tubuh manusia. 1
Pemeriksaan spesimen ini berguna untuk menegakkan diagnosis yang tepat
sehingga dapat memberikan hasil pengobatan yang terbaik bagi pasien. 2
Pelayanan Patologi Anatomi mencakup pemeriksaan histopatologi, sitologi,
histokimia, imunohistokimia, biopsi aspirasi jarum halus, papsmear, dan potong
beku.1
Diagnosis histopatologi merupakan interpretasi hasil pemeriksaan
histopatologi yang sampai saat ini masih merupakan baku emas bagi diagnosis
sebagian besar penyakit. Ketepatan diagnosis histopatologi sangat bergantung
kepada penanganan dan pengolahan spesimen jaringan yang baik dari tahap awal.
Spesimen yang baik adalah spesimen yang dapat diinterpretasi serta dapat
dikembangkan lebih lanjut untuk pemeriksaan molekuler dan genetik.2
Setiap tahapan dalam proses pembuatan sediaan histopatologi akan
berdampak terhadap kualitas sediaan yang dihasilkan. Tahapan tersebut mulai dari
fiksasi jaringan, dehidrasi, embedding, mikrotom, pewarnaan, dan mounting.
Mutu hasil proses jaringan sangat erat hubungannya dengan penanganan bahan
pemeriksaan yang benar sejak awal jaringan/ sel dan cairan dipisahkan dari tubuh
yang disebut tahap pra-analitik sampai tahap post-analitik setelah hasil sediaan
dibaca dan diinterpretasikan oleh Dokter Spesialis Patologi Anatomi.2,3
Salah satu tahapan yang harus dilewati untuk membuat sediaan
histopatologi adalah pemotongan mikrotom. Teknik pemotongan mikrotom
merupakan suatu tahapan dari pembuatan sediaan histopatologi dengan
melakukan pemotongan jaringan dari blok parafin dengan suatu alat yang disebut
mikrotom.1 Teknik pemotongan mikrotom ini merupakan hal yang sangat penting
dari tahapan teknik pada histopatologi karena pada hakikatnya diagnostik
histopatologi merupakan penilaian terhadap gambar yang terdapat pada preparat
histopatologi. Untuk melihat jaringan dibawah mikroskop, ketebalan jaringan
(dalam mikron) harus diperhatikan dan sangat berpengaruh. Apakah jaringan
3

cukup tebal atau cukup tipis sehingga dapat dilihat dibawah mikroskop atau tidak
dapat dilihat dibawah mikroskop. Oleh karena itu pembelajaran dan pemahaman
tentang Teknik Pemotongan dengan suatu alat khusus yang sangat tipis (dalam
mikron) sangat penting.4,5
Masing-masing jaringan mempunyai karakteristik sendiri dalam
ketebalan pemotongan ini, dan ternyata masih banyak hal lainnya yang
mempengaruhi hasil dari pemotongan ini. Karena kualitas hasil pemotongan yang
baik sangat berpengaruh terhadap hasil kualitas sediaan. Blok parafin yang jelek
jika dipotong dengan baik akan mengasilkan sediaan yang baik, akan tetapi jika
pemotongan jelek maka hasil sediaan akan jelek bahkan dengan blok parafin yang
bagus sekalipun.6
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis tertarik untuk membahas
mengenai Teknik pemotongan mikrotom dalam pemeriksaan histopatologi
sebagai bagian dari proses diagnosis yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah dalam penulisan ini adalah
bagaimana prinsip dasar dan prosedur teknik pemotongan dengan mikrotom
dalam pemeriksaan histopatologi?.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami prinsip dasar dan prosedur teknik
pemotongan dengan mikrotom dalam pemeriksaan histopatologi
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Sejarah Pemotongan Mikrotom
2. Mengetahui Definisi Pemotongan Mikrotom
3. Mengetahui Prinsip Dasar Pemotongan Mikrotom
4. Mengetahui Cara Kerja/ Prosedur Teknik Pemotongan Mikrotom pada
Pemeriksaan Histopatologi
5. Mengetahui Kontrol Kualitas Pemotongan Mikrotom
6. Mengetahui Troubleshooting and Solution dalam Teknik pemotongan
Mikrotom
3

7. Mengetahui Perbedaan dan Keunggulan masing-masing antara Manual


Microtome dan Automated Microtome

1.4 Manfaat Penulisan Referat


1. Meningkatkan pemahaman penulis prinsip dasar prinsip dasar dan
prosedur teknik pemotongan mikrotom dalam pemeriksaan
histopatologi.
2. Menjadi masukan untuk sesama PPDS bagian patologi anatomik
dalam memahami tentang prinsip dasar dan prosedur teknik
pemotongan mikrotom dalam pemeriksaan histopatologi.
3. Meningkatkan pemahaman penulis dalam kontrol kualitas pemotongan
mikrotom
4. Menambah pengetahuan tentang troubleshooting and solution dalam
Teknik Pemotongan Mikrotom
5. Menambah pengetahuan tentang Manual microtome vs Automated
microtome
3

Anda mungkin juga menyukai