OLEH :
RAFIKA ANDELLA
GELOMBANG 2
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
A. Identitas Peserta Didik ......................................................................................................... 3
B. Perencanaan Observasi ........................................................................................................ 4
BAB II HASIL ANALISIS DATA................................................................................................ 5
A. Uraian Mengenai Hasil Observasi ....................................................................................... 5
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14
LAMPIRAN……………………………………………………………………………………..15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Identitas Peserta Didik
Pada tahan PPL PPG Ekonomi Gelombang 2 UNP, dalam melaksanakan PPL dan
beberapa observasi awal, penulis mendapatkan penempatan di SMA N 6 Padang yang
beralamat di Jl. Koto Kaciak, Mata Air, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera
Barat 25112, dan penulis mendapatkan kepercayaan untuk melaksanakan observasi pada
salah satu kelas, namun walaupun SMA tersebut tidak menggunakan kurikulum merdeka
namun, secara pelaksanaan dari segi projek dan pembelajaran berdasarkan profil projek
pancasila yang dilaksanakan dalam kurikulum merdeka sudah dilaksanakan dengan baik
termasuk pembelajaran berbasis projek. Peserta didik yang dijadikan sebagai objek dalam
observasi ini yaitu peserta didik kelas XI MIPA 1. Jumlah peserta didik pada kelas tersebut
adalah 36 orang peserta didik, dan pengambilan data dapat terlaksana secara keseluruhan.
Aspek dalam observasi berikut merupakan karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta
didik tersebut berupa nama, jenis kelamin, dan perkembangan peserta didik.
16 Ibnu al fatori L
18 Intan salsabila P
B. Perencanaan Observasi
Menurut Sit (2012), selama masa remaja perubahan tubuh akan semakin
mencapai keseimbangan yang sifatnya individual. Di akhir masa remaja, ukuran tubuh
remaja sudah mencapai bentuk akhirnya dan sistem reproduksi sudah mencapai
kematangan secara fisiologis. Sebagai akibat proses kematangan kematangan sistem
reproduksi ini, seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya
sudah dapat menhasilkan keturunan. Pada hasil observasi perkembangan peserta didik
yang dilakukan terlihat bahwa semua peserta didik (80-90%) tersebut sudah mengalami
menstruasi atau mimpi basah. Sehingga semua peserta didik bisa dikategorikan tahap
remaja menuju dewasa.
Aspek fisiologis juga mendata penyakit yang diderita oleh peserta didik. Data
hasil observasi dapat dilihat bahwa ada 10% peserta didik mempunyai masalah dan
gangguan pada mata. Gangguan pada mata yang biasa yang dialami oleh peserta didik ini
adalah rabun jauh. Gangguan mata pada remaja ini bisa disebabkan karena remaja saat ini
lebih sering menatap layar handphone. Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian Sofiani
dan Santik (2015), yang mendapatkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan
gadget terhadap miopi (rabun jauh) pada remaja. Hasil tersebut membuktikan bahwa
peserta didik yang menatap layar gadget dalam waktu ynag lama dapat menyebabkan
rabun jauh. Hasil observasi juga memperlihatkan bahwa ada 20% peserta didik yang
mempunyai riwayat penyakit dan 0% peserta didik yang mempunyai penyakit kronis.
Namun ada peserta didik yang memiliki riwayat penyakit dan alergi. Riwayat penyakit
yang pernah dialami peserta didik ini adalah magh dan asma. Masalah kesehatan kronis
tidak banyak dialami oleh remaja. Permasalahan yang banyak dialami adalah kurang
tidur, gangguan makan dan penggunaaan obat-obatan terlarang. (Sit, 2012)
2. Aspek Kognitif
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pembelajaran yang dapat
membuat perkembangan kognitif dapat berkembang. Misalnya dengan membuat
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan menuntun peserta didik untuk mampu
menemukan pegetahuan sendiri dan menggunakan informasi tersebut untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya. Contohnya dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning, problem based learning dan project based learning. Data hasil
obeservasi memperlihatkan bahwa 85% peserta didik memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Melihat hasil ini membuktikan bahwa guru sudah mampu
mengembangkan pengetahuan peserta didik lebih dari separuh peserta didik. Namun
dalam hasil observasi juga ditemukan bahwa 60% peserta didik yang mengalami masalah
dalam belajar. Masalah yang dialami oleh peserta didik karena pembelajaran yang masih
menggunakan metode yang monoton sehingga peserta didik banyak yang merasa bosan
dengan proses pembelajaran yang hanya penjelasan dari guru, dan tugas serta latihan dari
lembar kerja siswa.
Dari data ditemukan bahwa peserta didik di kelas XI MIPA 1 aktif dalam
pembelajaran dikelas. Hal tersebut terlihat dari 65% peserta didik selalu aktif dalam kelas
dan hanya 21% yang memilih diam dan mendengarkan penjelasan guru. Melihat
karakteristik ini peserta didik dalam kelas tersebut aktif dalam pembelajran dan mampu
memecahkan masalah yang ditemukannya. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Jean
Piaget dalam Sit (2012) yang menuliskan bahwa remaja dalam tahapa operasional formal
akan mampu berpikir secara sistematis dan mampu memecahkan masalah. Remaja ini
juga memiliki kemampuan berpikir alternative sehingga pemecahan masalah akan
beragam. Dengan pemikiran ini peserta didik aktif dalam kelas karena sudah memiliki
catatan yang sudah diejakan pada setiap pembelajaran dilaksanakan. Peserta didik yang
menjadi objek observasi sudah memiliki cita cita dimasa depan dan sudah mulai
merencanakan langkah untuk mencapai cita-cita tersebut. Dari data terlihat bahwa peserta
didik yang sudah menentukan cita-cita mencapai 97% dan sudah menentukan langkah
untuk mencapainya sebanyak 85%. Melihat data tersebut terbukti bahwa peserta didik di
kelas XI MIPA 1 sudah berorientasi pada masa depan dan berpikir secara sistematis
untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
3. Aspek Sosio-Emosional
Dari hasil observasi ditemukan bahwa peserta didik memiliki hubungan yang baik
ndengan keluarga. Peserta didik yang mempunyai komunikasi yang baik dengan orang
tua mencapai 91%, orang tua peduli dengan kegiatan disekolah 76%, terlibat dalam
pengambilan keputusan 65% dan memfasilitasi peserta didik 88%. Dari hasil ini
membuktikan bahwa sebagian besar peserta didik mempunyai hubungan yangt baik
dengan keluarganya. Keadaan lingkungan sekolah (pendidikan) juga berperan aktif dalam
mengembnagkan sosio emosional peserta didik. pada lingkungan ini yang berpengaruh
adalah hubungan dengan teman sebaya dan hasil belajar. Hubungan peserta didik dengan
teman sebayanya sangat berpengaruh pada sosio emosional peserta didik. Abdullah
(2019) menemukan bahwa persahabatan menjadi sangat penting pada masa remaja dan
bahwa popularitas diantara teman sebaya merupakan motivasi yang kuat bagi peserta
didik remaja.
Hasil observasi menunjukkan bahwa peserta didik memiliki hubungan yang baik
di kelas. Hal tersebut terbukti dari data hubungan baik sebesar 97% dan peserta didik
tersebut saling membantu saat ada yang kesulitan serta mau melerai apabila ada yang
berselisih paham di kelas tersebut. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dikatakan
bahwa perkembangan sosio emosional peserta didik tersebut. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Assingkily dan Hardiyati (2019), yang mengatakan bahwa perkembangan sosio
emosional peserta didik diluar pembelajaran yang tercapai, yaitu peserta didik
menunjukkan sikap empati, peduli, membantu teman, tidak menunjukkan sikap keakuan
serta mampu mengontrol emosi saat berintekrasi maupun sedang bermain. Perkembangan
sosio emosional juga tentang jati diri peserta didik. Menurut perkembnagn sosial Erik
Erikson dalam Desiningrum (2012), tahap perkembnagan anak usia 12 sampai 19 tahun
merupakan tahap identitas vs kebingungan identitas. Pada tahap ini individu melakukan
pencarian atas jati dirinya (identitasnya). Jika gagal pada tahapan ini maka anak akan
merasa tidak utuh. Hasil observasi menunjukkan bahwa 70% peserta didik masik
kebingungan terhadap jati dirinya. Menurut Hidayah dan Huriati (2016), krisis identitas
sering kali disebabkan oleh:
a. Merasa hidupnya selalu diatur Sering kali kita merasa bahwa hidup kita ini selalu
berada pada aturan-aturan yang dibuat oleh orang lain. Hal ini menimbulkan
penolakan untuk mematuhinya dengan alas an mencari jati diri. Kita beranggapan
bahwa jati diri kita mengatakan tidak pada semua aturan tersebut.
b. Mengejar penghargaan dari lingkungan Lingkungan menawarkan serangkaian pola
pikir yang sering hadir dalam kehidupan seseorang. Pola pikir ini dapat
mempengaruhi pola pikir seseorang. Saat jati diri seseeorang itu menerima tau
menolak pola pikir tersebut.
c. Memiliki pandangan yang sempit dan terbatas terhadap kehidupan Hal ini adalah
penyebab krisis yang tidak mudah dihilangkan. Tidak jarang kita hanya menerima
kehidupan dalam tiga golongan, yaitu hidup enak, tidak enak dan biasa-biasa saja.
Walaupun penggolongan tersebut tidak sepenuhnya salah, akan tetapi yang biasa
digunakan sebagai tolak ukur dalam hal ini adalah harta bukan kebahagiaan.
4. Aspek Moral
Peserta didik kelas XI MIPA 1 dengan rentang usia 15 sampai 17 tahun masih
dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja. Pada usia remaja ini merupakan masa
perubahan tingkah laku dan moral sehingga terkadang perilaku anak tersebut kurang
sejalan dengan pemikiran orang dewasa. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Besari,
(2021), yang mengemukakan bahwa pada peserta didik usia remaja akan terjadi
perubahan kontrol tingkah laku moral: dari luar menjadi dari dalam. Pada masa ini terjadi
perubahan dari konsep moralk khusus menjadi prinsip moral umum pada usia remaja.
Karena itu pada masa ini seorang sudah dapat diharapkan untuk mempunyai nilai- nilai
moral yang dapat melandasi tingkah laku moralnya. Walaupun demikian, pada masa ini
peserta didik juga akan mengalami kegoyahan tingkah laku moral sebagaimana yang
dialami pada usia sebayanya. Hal ini dapat dikatakan wajar, sejauh kegoyahan ini tidak
terlalu menyimpang dari moralitas yang berlaku, tidak terlalu merugikan masyarakat,
serta tidak berkelanjutan setelah masa remaja berakhir.
Menurut Coles (2000) kecerdasan moral dihidupkan oleh imajinasi moral, yaitu
kemampuan seseorang yang tumbuh perlahan-lahan untuk merenungkan mana yang
benar dan mana yang salah dengan menggunakan sumber emosional maupun intelektual
pikiran manusia. Imajinasi moral yang dimiliki dapat menjadi landasan lagi seorang
individu untuk membedakan antara perbuatan baik dan perbuatan dan perbuatan tidak
baik yang dapat diamati melalui perilaku manusia di sekitar individu tersebut.
Kecerdasan moral tidak dapat dicapai hanya dengan sekedar membaca dan mengingat
segala bentuk peraturan yang ada dilingkungan sekitar atau mendiskusikan secara abstrak
saat di sekolah atau masyarakat. Penelitian Sit (2012) tentang kompetensi moral anak
usia dini menujukkan bahwa pengembangan moral anak harus dilakukan dengan
beberapa tahapan yaitu:
Hasil observasi yang telah dilakuakn didapatkna bahwa peserta didik di kelas XI
MIPA 1 sudah memiliki moral yang baik. Hal ini terlihat dari 85% peserta didik tidak
membantah pada orang tua dan orang tua peserta didik juga memberikan contoh yang
baik pada anaknya. Moral yang baik juga dapat dilihat dari perilaku peserta didik yang
langsung meminta maaf apabila melakuakn kesalahan dan mau menyapa guru dari
sekolahnya. Untuk perilaku peserta didik terhadap teman sebaya terlihat kurang baik, hal
ini dikarenakan ada 24% peserta didik menjadi korban bullying. Perilaku bullying ini
sebaiknya diatasi secepat mungkin agar tindakan tersebut tidak terjadi lebih parah lagi.
Untuk mengatasi masalah ini diperlukan partisipasi orang tua, guru dan teman sebaya.
Peranan orang tua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan altrernatif jawaban
dari hal yang dipertanyakan anak. Orang tua yang bijak akan memberikan lebih dari satu
jawaban yang dipertanyakan anaknya, agar bisa berpikir jauh dan memilih yang terbaik.
Orang tua yang tidak mampu memberikan jawaban atas pertanyaan anak akan membuat
anak mencari jawaban diluar lingkaran orang tua dan nilai yang dianutnya. Jawaban
lingkungan luar dapat bertentangan dengan nilai norma yang ada sehingga peserta didik
tersebut akan salah arah. (Sir, 2012)
5. Aspek Motivasi
Motivasi adalah perubahan tenaga didalam diri seseorang yang ditandai dengan
dorongan yang bersal dari diri seseorang untuk mencapai tujuan. Dorongan dan
reaksireaksi usaha yang disebabkan karena adanya kebutuhan untuk dapat berprestasi
dalam hidup. Hal tersebut menjadikan individu memiliki usaha, keinginan dan dorongan
untuk mencapai hasil belajar yang tinggi. (Muhammad, 2016) Motivasi dan belajar
merupakan hal tidak dapat dipisahkan. Motivasi akan membuat akan mempengaruhi
proses belajar peserta didik. Winkel (1991) menjelaskan bahwa motivasi adalah
keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri peserta diidk yang menimbulakn
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Muhammad (2016) bahwa guru harus memiliki
kemampuan untuk mendorong timbulnya motivasi belajar, mengarahkan motivasi belajar
guna mencapai tujuan dalam meraih hasil belajar suatumata pelajaran serta memantapkan
motivasi belajar agar dapat menjamin konsistensi perbuatan belajar siswanya. Dari hasil
observasi dapat dilihat bahwa peserta didik mendapatkan motivasi dari orang tua
sebanyak 86% dan dari guru sebesar 100%. Hasil ini membuktikan bahwa hampir seluruh
peserta didik mendapatkan motivasi dari kelaurga dan sekolah. Sedangkan untuk
motivasi internal peserta didik terlihat saat merekan berusaha untuk menyelesaikan
tuganya sebaik mungkin dan mau bertanya apabila menemukan kesulitan dalam belajar.
Secara keseluruhan peserta didik di kelas XI MIPA 1 mempunyai motivasi yang beragam
ada yang memiliki motivasi tinggi dan sedang dalam belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari aspek fisiologi semua peserta didik secara garis besar sudah mengalami masa pubertas
dan mensyukuri kondisi fisiknya saat ini. Dari segi penyakit terdapat beberapa peserta didik yang
mengkonsumsi obat jangka panjang karena beberapa penyakit.
2. Dari aspek kognitif, semua peserta didik sudah berada pada tahapan operasional formal.
Peserta didik telah mampu berpikir secara abstrak dan juga sudah mampu memahami bentuk
argumen, serta peserta didik tersebut sudah menentukan citacitanya.
3. Dari aspek sosio emosional Peserta didik yang mempunyai komunikasi yang baik dengan
orang tua, orang tua peduli dengan kegiatan disekolah, terlibat dalam pengambilan keputusan,
dan memfasilitasi peserta didik. Dari hasil ini membuktikan bahwa sebagian besar peserta didik
mempunyai hubungan yangt baik dengan keluarganya.
4. Dari aspek moral Hasil observasi yang telah dilakuakn didapatkna bahwa peserta didik di
kelas XI MIPA 1 sudah memiliki moral yang baik. Hal ini terlihat dari 70-80% peserta didik
tidak membantah pada orang tua dan orang tua peserta didik juga memberikan contoh yang baik
pada anaknya
5. Dari aspek motivasi Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa peserta didik mendapatkan
motivasi dari orang tua dan guru Hasil ini membuktikan bahwa hampir seluruh peserta didik
mendapatkan motivasi dari kelaurga dan sekolah.
6. Sebagai seorang guru kita harus mengetahui tahap perkembangan peserta didik yang akan
dididik agar tujuan pendidikan yang sesungguhnya dapat tercapai semaksimal mungkin. Serta
pengembangan metode dalam melaksanakan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ahmad. 2019. Perkembangan Sosio Emosional pada Masa Remaja. Vol. VIII, No.2:
417-429.
Assingkily, Muhammad Shaleh dan Mikyal Hardiyanti. 2019. Analisis Perkembangan Sosio
Emosional Tercapai dan Tidak Tercapai Siswa Usia Dasar. Al-Aulad: Journal of
Islamic Primary Education. Vol. 2, No. 2: 19-31.
Besari, Anam. 2021. Perkembangan Sikap Dan Moral Peserta Didik Usia Remaja. Jurnal
Paradigma. Vol. 11, No. 1: 25-43
Coles, Robert. 2000. Menumbuhkan Kecerdasan Moral pada Anak. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Desiningrum, Dinie Ratri. 2012. Psikologi Perkembangan I. Semarang. Universitas Diponogoro.
Fakhurrazi. 2019. Karakteristik Anak Usia Murahiqah (Perkembangan Kognitif, Afektif dan
Psikomotorik). Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol. 6, No.1: 573-579.
Farizal, Muhamad dan Maemonah. 2021. Perkembangan Sosio Emosional pada Pembelajaran
Daring di Ma’Arif Darussalam Plaosan Klaten. Jurnal Program Studi PGMI. Vol. 8,
No. 1: 1-17.
Hidayah, Nur dan Huriati. 2016. Krisis Identitas Diri pada Remaja (Identity Crisis of
Adolescences). Jurnal Sulesana 2016. Vol.10, No.1: 49-62.
Indra, Kasih. 2010. Pertumbuhan Gerak dan Karakteristik Perkembangan Anak. Generasi
Kampus. Vol. 3, No.1: 217-236.
Marisa, Cindy dan Evi Fitriyani. 2019. Peningkatan Kemampuan Kognitif pada Remaja Melalui
Layanan Informasi. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol. 3, No. 2: 64-70.
Muhammad, Maryam. 2016. Pengaruh Motivasi Dalam Pembelajaran. Lantanida Journal. Vol.
4, No. 2 :87-97.
Sit, Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing.
Sofiani, Anisa dan Yunita Dyah Puspita Santik. 2015. Faktor faktor yang Mempengaruhi Derajat
Miopia pada Remaja (Studi di SMA Negeri 2 Temanggung Kabupaten Temanggung).
Unnes Journal of Public Health. ISSN 2252-6781.
Winkel. W.S. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.