Anda di halaman 1dari 9

Mata Kuliah : Kapita Selekta

Dosen : Dr.Drs.Asep Sumaryana, M.Si

ARTIKEL ILMIAH

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN KAMPUS 2 POLMAN


BANDUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA

Disusun oleh :

Haikal Aulia Rahman


NPM : 170230220503

Program Studi Doktor Ilmu Administrasi Publik


Pascasarjana
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2023
COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN KAMPUS 2 POLMAN
BANDUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA

Oleh :
Haikal Aulia Rahman

ABSTRAK
Pendidikan vokasi yang selama ini dikenal dengan pendidikan teknik & kejuruan mestinya
menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten untuk bekerja, menghasilkan barang dan jasa
yang memiliki added value yang tinggi. Rencana Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam membentuk
“Super KEK” Metropolitan Rebana merupakan tantangan tersendiri, baik untuk Pemerintah Provinsi
Jawa Barat sendiri maupun untuk masyarakat Jawa Barat secara keseluruhan. Metropolitan Rebana
yang terdiri dari 7 wilayah yang termini dari Kabupaten Sumedang, Majalengka, Subang, Indramayu,
Kuningan, Cirebon dan Kota Cirebon. Metropolitan Rebana yang diproyeksikan akan menyerap 4,3
juta tenaga kerja tentunya diharapkan dapat menurunkan angka pengangguran di Provinsi Jawa Barat.
Sejatinya, 4,3 juta lapangan kerja tersebut haruslah diperuntukan untuk pemuda-pemudi Jawa Barat
yang memiliki kompetensi mumpuni yang mencakup pada tiga aspek yaitu pengetahuan (knowledge),
keahlian (Skill), dan sikap (Attitude). Karya tulis ilmiah ini akan mengkaji bagaimana proses
kolaborasi pemerintah, sektor industri dan akademisi serta kemungkinan terlibatnya sektor lain diluar
pemerintah dalam menciptakan link and match kebutuhan industri dengan sumber daya manusia yang
dihasilkan dalam era vokasi baru yang merujuk pada industry 4.0. Kesesuaian antara supply and
demand tenaga kerja akan menjadi pondasi dasar yang kuat dalam menghasilkan sumber daya
manusia industri yang bersaing dan unggul demi meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat.

Katra Kunci : Vokasi, collaborative governance , Metropolitan Rebana, kesejahteraan masyarakat,


industri 4.0

PENDAHULUAN logistic, zona industri, zona pengembangan


Untuk meningkatkan perekonomian teknologi, zona pariwisata, zona energi dan
negara, pemerintah secara terus menerus zona ekonomi lain.
memunculkan berbagai inovasi pembangunan, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
salah satunya membentuk Kawasan Ekonomi Barat memperkenalkan Kawasan Industri dan
Khusus (KEK). Menurut Undang-Undang Perkotaan baru di Jawa Barat bernama Rebana
Republik Indonesia No.39 Tahun 2009 tentang Metropolitan. Rebana Metropolitan ini
Kawasan Ekonomi Khusus diartikan sebagai merupakan wilayah utara/timur laut Provinsi
kawasan dalam batas tertentu dalam wilayah Jawa Barat yang meliputi 7 daerah, yakni
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia Kabupaten Sumedang, Majalengka, Cirebon,
yang ditetapkan untuk melaksanakan atau Subang, Indramayu dan Kuningan serta Kota
menyediakan fungsi perekonomian dan Cirebon. Kawasan ini digadang-gadang akan
memperoleh fasilitas tertentu. Penetapan suatu menjadi “harta karun” Jawa Barat di masa
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) harus mendatang, diproyeksi dapat meningkatkan
memenuhi kriteria sesuai dengan rencana tata laju pertumbuhan ekonomi hingga 10 persen,
Rrang wilayah, tidak berpotensi menganggu pertumbuhan nilai investasi hingga 17 persen
kawasan lindung, adanya dukungan dari dan menciptakan kurang lebih 4,3 juta
pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam lapangan kerja baru di 2030 mendatang
pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang (Bappeda Jabar).
strategis atau memiliki potensi sumber daya Sebuah peluang selalu menciptakan
unggulan pada bidang kelautan dan perikanan, tantangan, begitu pula dengan hadirnya
perkebunan, pertambangan, pariwisata, dan Rebana Metropolitan, sebuah kawasan yang
memiliki batasan wilayah yang jelas baik batas diproyeksikan menjadi motor penggerak
alam maupun batas buatan. Kawasan Ekonomi pertumbuhan ekonomi Jawa Barat di masa
Khusus terbagi menjadi beberapa zona yang depan melalui pengembangan kawasan
meliputi : zona pengolahan ekspor, zona industri yang terintegrasi, inovatif, kolaboratif,
berdaya saing tinggi serta berkelanjutan. Cirebon, Pelabuhan Patimban dan Bandara
Integrasi, yakni mewujudkan sinergi Internasional Jawa Barat (BIJB). Selain itu,
pengembangan kawasan melalui integrasi Kawasan Rebana diapit jalan bebas hambatan
rantai logistic industri besar – menengah - yang menghubungkan Sebagian besar
kecil dan peningkatan konektivitas kawasan Kawasan Jawa Barat, Ibu Kota DKI Jakarta
untuk integrasi hub logistic – kawasan industri dan didukung infrastruktur non-tol sebagai
– kawasan perkotaan – kawasan perdesaan. konektivitas dengan kawasan-kawasan industri
Inovatif, yakni mampu mewujudkan yang akan dikembangkan. Sumber daya alam
pengambangan Kawasan yang bertumpu pada yang identik dan melimpah, terdiri atas hasil
inovasi teknologi, ekonomi kreatif, serta pertambangan, bahan galian non logam,
kewirausahaan dan Sumber daya Manusia komoditas hasil hutan, komoditas pertanian
(SDM) unggul untuk menyongsong industri dan perkebunan, dan komoditas hasil laut.
masa depan. Kolaborasi yaitu meningkatkan Potensi pengembangan tenaga kerja
kolaborasi antara pemangku kepentingan tinggi, jumlah angkatan kerja dan bonus
mulai dari pemerintah, pebisnis, akademisi, demografi yang tinggi mengharuskan adanya
hingga masyarakat/komunitas melalui pusat Pendidikan tinggi vokasi, sekolah
pengembangan wadah kerja sama kawasan. kejuruan, teaching factory yang saat ini sudah
Berdaya saing tinggi, yaitu membentuk ada dalam rencana pengembangan Kawasan
“Super KEK (Kawasan Ekonomi Khusus)” Metropolitan Rebana, ketersediaan SDM yang
melalui berbagai kemudahan fiskal maupun sesuai dengan kebutuhan industri akan
non-fiskal untuk meningkatkan daya saing menciptakan link and match , sehingga
investasi di kawasan yang didukung kesiapan masyarakat Kawasan Rebana dapat menjadi
infrastruktur penunjang. Berkelanjutan, dalam “tuan rumah” di kampungnya sendiri.
hal mengembangkan kawasan industri yang Pendidikan vokasi yang selama ini
berwawasan lingkungan untuk meminimalisir dikenal dengan pendidikan teknik & kejuruan
emisi karbon serta mempertahankan kawasan mestinya menghasilkan lulusan yang
pertanian pangan berkelanjutan (Bappeda kompeten untuk bekerja, menghasilkan barang
Jabar). dan jasa yang memiliki added value yang
Keseriusan Pemerintah Provinsi Jawa tinggi. Di negara-negara maju, Pendidikan
Barat dibuktikan dengan dikeluarkannya vokasi diselenggarakan oleh institusi
Peraturan Gubernur No. 84 tahun 2020 tentang pendidikan lanjut hingga pendidikan tinggi
Rencana Aksi Pengembangan Kawasan professional. Di negara-negara tersebut,
Metropolitan Cirebon – Patimban -Kertajati pendidikan vokasi diselenggarakan sesudah
Tahun 2020-2030. Selang setahun kemudian, pendidikan menengah oleh institusi
cita-cita mewujudkan “Super KEK” ini mulai pendidikan teknik, di Amerika Serikat dikenal
menuai hasil dengan dijawab oleh terbitnya dengan nama community colleges, lalu
Peraturan Presiden (PERPRES) No.87 tahun technical and further education (TAFE) di
2021 tentang Percepatan Pembangunan Inggris dan Australia, sedangkan di Indonesia
Kawasan Rebana dan Jawa Barat Bagian sudah dikenal nama Politeknik sejak tahun
Selatan. 1976 dengan Politeknik Mekanik Swiss-ITB
Peraturan Presiden No.87 Tahun 2021 atau sekarang dikenal Politeknik Manufaktur
menjadi Langkah awal kebijakan Pemerintah Bandung sebagai Politeknik pertama yang
Pusat untuk mendongkrak Kawasan didirikan di Indonesia. Pendidikan vokasi
Metropolitan Rebana menjadi Kawasan yang bersifat interaktif, langsung pada pokok
sangat siap untuk bersaing di era global. permasalahan dan diintegrasikan dengan
Banyak sekali keunggulan komparatif yang system magang (apprenticeship system) dan
dimiliki Kawasan Metropolitan Rebana, pendidikan berbasis produksi (Production
diantaranya: Upah Mimimum Kabupaten Based Education) dengan kolaborasi antara
(UMK) yang kompetitif dengan rata-rata praktik dan teori.
UMK sebesar Rp. 2.623.653 sehingga cukup Indonesia menjadikan pendidikan
menarik untuk ditawarkan kepada para vokasi menjadi pendidikan yang menempati
penanam modal, baik PMA maupun PMDN; posisi penting dalam pengembangan SDM
Konektivitas kawasan tinggi, Rebana dibangun unggul menuju Indonesia Emas 2045. Hal ini
dengan poros pertumbuhan berupa tertuang dalam RPJMN 2020-2024. Puncak
infrastruktur perhubungan, yaitu Pelabuhan bonus demografi dengan angka usia produktif
haruslah menjadi peluang besar menghasilkan TKKSD-MJL/III/2021 yang ditanda tangani
SDM unggul yang berdaya saing global. oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim,
Pengembangan SDM bidang vokasional Gubernur Jawa Barat Moch. Ridwan Kamil
merupakan salah satu cara kita untuk keluar dan Bupati Majalengka Karna Sobahi yang
dari middle income trap, jebakan negara didalamnya diatur tentang penyediaan lahan,
berpendapatan menengah dan bisa membawa pembangunan dan penyelenggaraan tridharma
kita menjadi negara maju. perguruan tinggi Kampus II Polman Bandung
Dalam Peraturan Presiden No.87 di Kabupaten Majalengka. Selain itu ditambah
Tahun 2021, akan dibangun Pusat Pendidikan juga dengan di keluarkannya Peraturan
Tinggi Vokasi yaitu Kampus Politeknik Presiden Republik Indonesia No.87 Tahun
Manufaktur Bandung Kampus II di Kawasan 2021 tentang Percepatan Pembangunan
Metropolitan Rebana, tepatnya di Kabupaten Kawasan Rebana dan Jawa Barat Bagian
Majalengka. Hal ini didukung oleh Selatan menambah lengkap collaborative
permasalahan utama bidang perindustrian governance yang terjadi dalam kasus
Kabupaten Majalengka yang salah satunya Pembangunan Kampus II Polman Bandung di
adalah masih relative rendahnya kualitas Kabupaten Majalengka. Hadirnya
Sumber Daya Manusia (SDM). Selain itu, Kementerian Koordinator Bidang
pembangunan lembaga pendidikan tinggi Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves)
vokasi di Majalengka sesuai dengan visi dan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Kabupaten Majalengka yaitu “Meningkatkan Perumahan Rakyat (PUPR) haruslah
kualitas layanan public terutama sector memberikan peran yang efektif, terukur dan
pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pertanian, nyata dalam proses collaborative governance.
pariwisata, perizinan, penanaman modal dan Collaborative governance harus fokus pada
sector-sektor unggulan, dengan didukug oleh jejaring kebijakan (Policy network) agar
sumberdaya aparatur yang berintegritas, tujuan-tujuan pembangunan dapat dicapai
professional, humanis dan melayani. secara efektif dan efisien.
Mewujudkan pembangunan
pendidikan tinggi vokasi yaitu Polman METODOLOGI
Bandung Kampus II di Kabupaten Metode penelitian yang dilakukan
Majalengka, akan menjadi mustahil tanpa pada penelitian tentang collaborative
adanya kerjAsama yang baik, terarah, dan governance pada pembangunan Kampus II
sinergi antar pemerintah. Maka dari itu, Polman bandung di Majalengka adalah metode
diperlukan collaborative governance yang kualitatif dengan pendekatan indepth interview
efektif dan memiliki visi dan tujuan yang pada beberapa informan terpercaya dari
sama. Selain itu, diperlukan juga policy berbagai pihak diantaranya
network untuk mengakselerasi seluruh rencana Kemendikbudristek, Kemenkomarves,
baik tersebut, sehingga dapat dicapai secara Kementerian PUPR, Pemerintah Provinsi Jawa
efektif dan efisien. Barat, Pemerintah Kabupaten Majalengka
Collaborative governance adalah seerta pihak dari Polman Bandung sendiri.
proses pembentukan, dan pengaturan
organisasi yang lintas sektoral untuk
mengatasi masalah publik melalui jejaring
kebijakan (Policy network) yang tidak dapat
ditangani oleh sektor publik saja” (Ansell dan
Gash, 2007). Dalam studi kasus pembangunan
Kampus II Polman Bandung di Majalengka,
sudah terjadi collaborative governance antara
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi, Pemerintah Provinsi Jawa
Barat serta Pemerintah Kabupaten Majalengka
tentang sinergi perencanaan dan pembangunan
Kampus II Polman Bandung di Kabupaten
Majalengka yang diarsipkan oleh masing
masing pihak dengan No. 06/III/NK/2021,
No. 513/LB.06.01/BP2D, No. MoU/04/
yang menjadi pengganjal mulusnya proses
kolaborasi.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Dalam dimensi facilitative leadership,
hadirnya Kemenkomarves menjadi pembeda
dalam collaborative governance pembangunan
FENOMENA DAN PEMBAHASAN Kampus II Polman Bandung di Majalengka
ini. Kemenkomarves melalui Deputi
Infrastruktur dan Transportasi menjadi leading
Collaborative governance adalah
sector sebagai penghimpun dan pengarah
sebuah proses kolaborasi multi aktor/multi langkah dalam tahapan-tahapan pembangunan
sektor yang berbentuk pastisipasi, saling guna merealisasikan amanat Peraturan
mendukung, memiliki visi dan tujuan yang Presiden No.87 tahun 2021. Namun, perlu
sama, saling mengisi sumber daya dan disadari bahwa didalam realisasinya,
kemanfaatan, bersama-sama mengambil Kemenkomarves tidak hanya melakukan
sebuah kebijakan yang bertujuan untuk facilitative leadership dalam pembangunan
melayani publik dan menyelesaikan Polman saja, namun juga ke semua
masalah-masalah publik yang terjadi. pembangunan didalam PERPRES 87 tahun
2021.
Dalam dimensi institutional design,
Penelitian mengenai collaborative
sudah terjadi proses keterbukaan,
governance dalam pembangunan Kampus II
keikutsertaan yang terbuka dalam
Polman Bandung menggunakan basis analisis
mengaktualiasasi berbagai sektor publik.
teori collaborative governance yang
Namun, dalam pelaksanannya tidak semua
dikemukakan oleh Ansell dan Gash (2007),
pihak konsisten untuk menghadiri pertemuan,
yang terdiri dari empat dimensi yaitu dimensi
komitmen dengan hasil-hasil keputusan.
starting condition, dimensi facilitative
Semua tahapan didiskusikan secara terbuka
leadership, dimensi institutional design dan
dan mewadahi seluruh kepentingan.
dimensi collaborative process.
Inkonsistensi ini menjadi pertanyaan besar
apakah pada saat terjadi proses kolaboratif
semua akan berjalan sesuai harapan atau tidak.
Dimensi collaborative process terdiri
dari lima aspek diantaranya : (1) aspek face to
face dialogue, (2) aspek trust building, (3)
aspek commitment ti process, (4) aspek share
understanding dan (5) aspek intermediate
outcomes. Pada aspek face to face dialogue,
Polman Bandung dengan berbagai upaya
melakukan dialog dengan beberapa
stakeholder terkait diantaranya Pemprov Jawa
Barat, Pemkab Majalengka,
Kemendikbudristek, Kemenkomarves dan
Gambar 2. Model Collaborative Governance Ansell and Gash
Kementerian PUPR guna mem-follow up apa
yang telah diisepakati didalam Mou antara
Dalam dimensi starting condition,
Kemendikbudristek, Pemprov Jabar dan
dapat dilihat bahwa Pemerintah Provinsi Jawa
Pemkab Majalengka. Namun dalam
Barat, Pemerintah Kabupaten Majalengka, dan
pelaksanaannya seringkali beberapa pertemuan
Kemendikbudristek yang diwakili oleh
yang diinisiasi tidak menghasilkan hasil yang
Polman Bandung memiliki visi yang sama
diharapkan. Seperti komitmen terhadap
yaitu meningkatkankan kualitas SDM di
pengadaan tanah yang menjadi komitmen
kawasan Metropolitan Rebana. Adanya
Pemprov Jabar seluas 35 (Ha) sampai pada
ketidakseimbangan kekuatan, sumber daya dan
tulisan ini dibuat belum juga nampak solusi
pengetahuan menimbulkan kerjasama untuk
untuk penyelesaiannya. Dari proposal yang
saling menguatkan dan saling percaya untuk
diajukan sebesar 123 Milyar, Pemprov Jabar
mewujudkan visi bersama, namun pada
pada tahun 2023 hanya menganggarkan 4
pelaksanaannya masih banyak ego sektoral
Milyar saja. Itu tentunya sangat jauh dari regulasi nya masing-masing, sehingga semua
target dan harapan pada proses collaborative sektor masih berpegang teguh pada regulasi
ini, mengingat pembangunan Kampus II yang biasa dilakukan, sehingga ketika
Polman Bandung di Majalengka didasari salah collaborative governance ini dilakukan
satunya oleh rencana besar Pemprov Jabar masing-masing sektor publik perlu melakukan
dalam membangun “Super KEK” adaptasi dan penyamaan persepsi. Hal ini
Metropolitan Rebana. Idealnya, semua pihak membuat akselerasi sedikit sulit dilakukan
punya kepentingan yang sama dan punya mengingat masing-masing pihak masih
tingkat perhatian yang sama, namun pada memegang teguh kebiasaan yang biasa
kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. dilakukan di masing-masing sektor publik,
Kemdikbudristekdikti melalui Polman walaupun pembangunan Kampus II Polman
Bandung melaksanakan tugas dan tanggung Bandung ini merupakan amanat Peraturan
jawabnya untuk meng-operasionalisasi Presiden N0.87 tahun 2021.
pembangunan ini dengan menyiapkan Tentunya proses collaborative
dokumen perencanaan pembangunan dan governance ini mesti menghasilkan sebiuah
dokumen-dokumen pendukung lainnya yang intermediate outcome, sebuah hasil sementara
diperlukan dalam proses ini. Polman Bandung yang saat ini menunjukan sebuah keberhasilan
sebagai lembaga yang menjadi objek utama di masa mendatang. Proses intermediate
dalam proses collaborative ini, mestinya lebih outcome ini tidak dapat dinyatakan sebagai
proaktif dalam pelaksanannya, menyiapkan hasil akhir, tetapi hanyalah penanda bahwa
SDM yang cukup untuk menjadi bagian dari sebuah konsensus terlah tercapai dengan tetap
proses kolaborasi ini, dan memiliki peta serta berorientasi pada hasil akhir dalam jangka
rencana yang matang baik dalam perencanaan panjang. Intermediate outcome yang terjadi
pembangunan maupun perencanaan akademik. ditandai dengan proses rencana pembangunan
Sementara di sisi Pemkab Majalengka, hal-hal gedung pertama yang akan didanai oleh
yang berkaitan dengan MoU sudah dipenuhi, anggaran DIPA Kementerian PUPR,
seperti penyediaan lahan / hibah lahan dari pengerasan jalan akses oleh Pemkab
Pemkab Majalengka ke Majalengka yang bersumber dari bantuan
Kemendikbudristekdikti serta pembebasan keuangan Pemprov Jabar, perluasan lahan
lahan untuk askses jalan masuk ke area kampus oleh Polman bandung yang bersumber
Polman Bandung Kampus II. Hal-hal utama dari Hibah Pemprov Jabar, serta disetujuinya
dalam perjanjian kerjasama haruslah di ajuan Polman Bandung untuk pendanaan dari
laksanakan dengan baik dan sesuai, karena hal SBSN ( Surat Berharga Syariah Negara) yang
tersebut akan berdampak pada aspek trust dialokasikan untuk membangun gedung kedua
building. Kurang optimalnya pelaksanaan dan pada tahun 2024 mendatang.
implementasi MoU ini akan berdampak pada Hal-hal yang tertulis diatas barulah
rendahnya komitmen dari pihak lain sehingga membahas tentang collaborative governance
kerjasama akan terasa bias dan akan di wilayah sektor publik semata, diperlukan
mempengaruhi semangat dari masing-masing terobosan-terobosan baru untuk
pihak. Hadirnya Kemenkomarves menjadi mengakselerasi pembangunan Kampus II
leading sector untuk mengawal proses Polman Bandung ini kedepan, bukan hanya
pembangunan Kampus II Polman Bandung berkaitan dengan pembangunan infrasturktur,
memberikan suasana lain dan harapannya tetapi yang lebih penting lagi adalah
dapat meningkatkan komitmen para aktor bagaimana menciptakan SDM unggul
terhadap proses (commitment to process). berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan
Collaborative governance dilakukan lapangan kerja sehingga kedepan tidak akan
oleh beberapa sektor dengan latar belakang terjadi missmatch antara supply and demand
yang berbeda dan pendangan yang berbeda. sumber daya manusia.
Setiap sektor publik memiliki aktor yang Diawal dikatakan bahwa collaborative
memiliki karakter yang berbeda dan etika yang governance haruslah berfokus pada jejaring
berbeda, maka diperlukan sikap saling kebijakan (Policy network), banyak hal yang
memahami (shared understanding). Realita di bisa didapatkan jika policy network ini dapat
lapangan masih terjadi perbedaan tujuan, dirancang dan diimplementasikan dengan baik.
karena masing-masing sektor publik memiliki Dalam amanat PERPRES no.87 tahun 2021
tertulis bahwa sumber dana untuk pelaksanaan tenaga kerja akan semakin tinggi. Selain dari
ini terdiri atas dana APBN, APBD, BUMN, kerjasama dalam penyiapan SDM unggul,
BUMD, Swasta/KPBU. Hal ini menunjukan bisa saja terjadi kerjasama pembangunan
bahwa policy network haruslah dilakukan infrastruktur pendukung seperti laboratorium
sebagai cara mengakselerasi pembangunan. khusus dan juga kerjasama-kerjasam
Peran sektor lain diluar pemerintah akan penelitian untuk mendukung berkembangnya
menjadi pembeda dalam terobosan Super KEK Metropolitan Rebana.
membangun sebuah lembaga pendidikan Yang terakhir, keterlibatan media
tinggi vokasi di tengah ‘Super KEK” sangat dibutuhkan untuk menjamin
Metropolitan Rebana. transparansi pembangunan. Hadirnya media
Jika kita berpikir dari sudut pandang akan menjadi balancing untuk menghindari
policy network, pada kasus pembangunan konflik kepentingan antara stakeholder. Media
Kampus II Polman Bandung di Majalengka tempat masyarakat menyampaikan saran,
yang terlibat baru hanya dari sektor kritik serta aspirasi. Media dalam dewasa ini
pemerintahan serta akademisi yang di tidak hanya dikenal dengan media cetak dan
representasikan oleh Polman Bandung sendiri. elektronik. Kini kita kenal dengan nama media
Sementara, peran aktor lain seperti civil sosial, media sosial menjadi sangat inklusif
society (masyarakat sipil), pengusaha karena dapat diakses oleh semua lapisan
(swasta/industri) dan media belum terlihat. masyarakat untuk menyampaikan saran dan
Penulis berpikir bahwa keterlibatan kritiknya secara terbuka.
masyarakat sipil menjadi penting, rakyat Kondisi latar belakang permasalahan
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi di diatas digunakan untuk menganalisis proses
NKRI mestilah terlibat dalam sebuah proses collaborative governance dan merumuskan
pembangunan, apalagi jika kita kaitkan dengan policy network yang tepat dalam pembangunan
prinsip-prinsip pembangunan inklusif. Kampus II Polman Bandung di Majalengka.
Keterlibatan masyarakat sipil biasanya Aktor-aktor yang telah terlibat dalam proses
diwakili oleh organisasi masyarakat diluar collaborative governance saat ini adalah
pemerintahan atau Non Government Kemdikbudristekdikti, Kemenkomarves,
Organization (NGO) yang merupakan Kementerian PUPR, Pemerintah Provinsi Jawa
lembaga/organisasi non profit atau kita lebih Barat, Pemerintah Kabupaten Majalengka dan
kenal dengan nama Lembaga Swadaya Polman Bandung. Keterlibatan baru dari
Masyarakat (LSM). sektor pemerintahan dan akademisi saja,
Hadirnya pihak swasta/ pebisnis akan sementara dari elemen yang lain seperti civil
menjadi salah satu kolaborasi yang baik, salah society, pebisnis dan media belum terlibat.
satunya adalah peranannya dalam ikut serta
memberikan informasi/kualifikasi/kebutuhan KESIMPULAN
tenaga kerja sehingga SDM unggul yang
dicetak oleh Polman Bandung kedepan Pelaksanaan collaborative governance
merupakan SDM yang sudah sesuai dengan dalam pembangunan Kampus II Polman
kebutuhan lapangan kerja di industri. Apalagi Bandung di Kabupaten Majalengka sudah
sesuai dengan latar belakang hadirnya Polman mulai terlihat namun belum dapat dikatakan
Bandung Kampus II di Majalengka adalah maksimal. Dari sisi starting condition, sudah
adanya rencana Pemerintah Provinsi Jawa terlihat adanya kesamaan visi dan tujuan dari
Barat dalam membangun “Super KEK” beberapa sektor pemerintah sehingga proses
Metropolitan Rebana yang terdiri 13 Kota ini dapat berlanjut dengan baik, namun masih
Industri baru diantaranya : Kertajati terganjal adanya ego sektoral yang dapat
Aerotropolis, Jatiwangi, Cirebon, Patimban, memperlambat proses kolaborasi ini.
Cipali-Subang Barat, Cipali-Subang Timur, Selanjutnya apabila kita kaji dari sisi
Tukdana, Balongan, Cipali-Indramayu, facilitative leadership, pada awal proses
Krangkeng, Patrol danm Butom yang masuk kolaborasi terlihat masih adanya saling lempar
dalam 7 wilayah Kabupaten/Kota. Tentunya tanggung jawab, namun hal tersebut mulai
link and match SDM yang dicetak haruslah terkikis semenjak hadirnya Kemenkomarves
terjadi, tanpa ada kolaborasi efektif dari sebagai leading sector dalam Perpres 87 Tahun
industri/swasta rasanya probabilitas missmacth 2021. Dalam dimensi institutional design,
sudah terjadi proses keterbukaan, Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung :
keikutsertaan yang terbuka dalam CV. Alfabeta.
mengaktualiasasi berbagai sektor publik.
Wasistiono, Sadu & Simangusong, Fernandes.
Namun, dalam pelaksanannya tidak semua
2009. Metodelogi Ilmu Pemerintahan. Jakarta.
pihak konsisten untuk menghadiri pertemuan
Penerbit Universitas Terbuka.
dan komitmen dengan hasil-hasil keputusan.
Semua tahapan didiskusikan secara terbuka World Bank. 1997. World Development
dan mewadahi seluruh kepentingan. Report: The State In a Changing World.,New
Inkonsistensi ini menjadi pertanyaan besar York: World Bank.
apakah pada saat terjadi proses kolaboratif Ansell, C., & Gash, A. 2007.Collaborative
semua akan berjalan sesuai harapan atau tidak, Governance in Theory and Practice. Journal
hal-hal tersebut diperkirakan timbul karena of Public Administration Research and
adanya pembatasan wewenang dalam proses Theory.,hlm 543-571.
birokrasi yang ada. Dalam dimensi
collaborative process, ternyata masih ada Balogh, Stephen, dkk. 2011. An Integrative
komitmen-komitmen yang tidak dijalankan Framework for Collaborative Governance.
sesuai dengan kesepakatan, sehingga Jurnal of Public Administration Research and
menimbulkan menurunnya trust dari satu Theory, Published by Oxford University Press.
pihak kepada pihak lain. Namun hal-hal p. 1-30.
tersebut masih dapat diimbangi oleh shared Lindeke, L., Sieckert, A. M. 2005. Nurse-
understanding sehingga sampai tulisan ini Physician Workplace Collaboration, Online
ditulis proses kolaborasi masih dapat Journal of Issues in Nursing.
dikatakan berjalan dan dapat menhasilkan
intermediate outcome yang baik. Emerson, Kirk., Tina Nabatchi & Stephen
Balogh (2012) Integrative Framework for
DAFTAR PUSTAKA Collabborative Governance’, Journal of
Administration Reasearch and Theory, Vol. 22
Abidin, dkk., 2013. Komunikasi no. 1, hal. 1-29.
Pemerintahan: Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Affandi M Nur, dkk., 2021, A Penta Helix
Bandung: Pustaka setia. Approach to Collaborative Governance of
Creswell, John W. 2015. Research Design Stunting Intervention in West Java, Indonesia.
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Politeknik STIA LAN Bandung.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. KQ Ain, dkk.,2021. Collaborative
Fosler, R.Scott. 2012. Working Better Governance in managing Plastic Waste in
Together: How Government, Business and Bali. Published by IOP, The 8th International
Non Profit Organiizations Can Achieve Public Conference on Sustainable Agriculture and
Purpose through Cross Sector Collaboration, Environment.
Aliance and Partnership. Wanshington DC: Luqito Dimas. 2016. Collaborative
Independent Sector. Governance: Studi tentang Kolaborasi antar
Keban, Jeremias T. 2008. Enam Dimensi Stakeholders dalam Pengembangan Kawasan
Strategis Administrasi Publik: Konsep, Teori Minapolitan di Kabupaten Sidoarjo.
dan Isu. Yogyakarta: Penerbit Gava Media. Universitas Airlangga
hlm 38. Febrian, Rangga Ade. 2016. Collaborative
Purwanti, Nurul D. 2016. Collaborative Governance dalam Pengembangan Kawasan
Governance (Kebijakan Publik dan Perdesaan ( Tinjauan Konsep dan Regulasi ).
Pemerintahan Kolaboratif, Isu-isu Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi Vol
Kontemporer). Yogyakarta : Center for Policy II Nomor 1 Oktober 2016
& Management Studies FISIPOL Universitas Sitompul & Athairah. 2022. Collaborative
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Governance in Education Corporate Social
Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. 2008. Responsibility (CSR) Programs in Pahae Julu,
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan North Tapanuli Regency, North Sumatera
Province. Jurnal Politik Pemerintah Dharma
Praja Vol 15 No. 1

Anda mungkin juga menyukai