Hadirnya teknologi informasi di segala aspek kehidupan manusia dapat memberikan
banyak kemudahan dan manfaat. Hampir semua sektor di era society 5.0 ini sudah melakukan digitalisasi. Yaitu dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Hal itu juga yang dilakukan di sektor pendidikan. Digitalisasi sendiri memiliki pengertian yaitu sebuah proses perubahan sifat dari yang semula dalam bentuk fisik dan analog berubah menjadi bentuk virtual dan digital Siregar (2019). Kecanggihan teknologi informasi yang semakin berkembang pesat, memunculkan adanya konsep baru bernama e-learning. E-learning yang merupakan hasil integrasi teknologi dan pendidikan yang muncul sebagai media untuk pembelajaran yang menggunakan teknologi internet. E-learning telah berkembang pesat dengan berbagai teknologi dan perangkat untuk mengakses sumber belajar, seperti laptop, komputer, smartphone, dan tablet. Teknologi telah mempengaruhi pendidikan, pembelajaran, dan metode pengajaran. E-learning sebagai sistem informasi yang dapat mengintegrasikan berbagai bahan ajar (melalui audio, video, dan media teks) yang disampaikan melalui e-mail, sesi obrolan langsung, diskusi online, forum, kuis, dan tugas. Sayangnya untuk memasuki era digital pada sektor pendidikan di Indonesia, terutama dalam mengusung konsep e-learning masih mengalami permasalahan dalam pengimplementasiannya seperti adanya kesenjangan infrastruktur dan perangkat sebagai penyanggah akses digital. Belum lagi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini yang mengharuskan semua kegiatan pembelajaran mengadopsi konsep e-learning karena tidak diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka sehingga dialihkan dengan cara virtual/pembelajaran jarak jauh. Akibat dari ketidaksiapan pendidikan di Indonesia tersebut menimbulkan permasalahan baru, seperti dana yang dikeluarkan untuk membeli kuota cukup besar untuk melakukan e-learning, hal tersebut juga membebani siswa-siswi maupun tenaga pendidik yang berasal dari kalangan menengah kebawah serta masalah kurangnya literasi digital di tengah masyarakat Indonesia. Literasi digital tidak hanya diartikan sebagai kemampuan membaca saja, namun di era society 5.0 literasi digital diartikan sebagai kemampuan kompetensi pemanfaatan teknologi, memaknai dan memahami konten digital serta menilai kredibilitasnya, meneliti dan mengkomunikasikan dengan alat yang tepat. Semua permasalahan tersebut, sudah menghambat Indonesia untuk segera masuk sepenuhnya ke dalam era pendidikan yang terdigitalisasi. Kesenjangan dalam literasi dan penguasaan teknologi menjadi tantangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada masa pandemi. Pembelajaran e-learning saat pandemi Covid-19 menunjukkan jurang pemisah antara si miskin dan si kaya dalam dunia pendidikan. Kesenjangan ekonomi di dalam masyarakat semakin kentara. Di sisi lain, pembelajaran daring juga menunjukkan kesenjangan digital yang cukup parah di Indonesia. Kesenjangan tersebut kemudian berdampak pada kompetisi pendidikan yang tidak adil ketika pembelajaran daring dilaksanakan. Orang miskin kesulitan mendapatkan pembelajaran yang memadai karena tak memiliki oleh sarana teknologi seperti komputer dan gawai (gadget) untuk terlaksananya pembelajaran daring: kesenjangan digital sudah mulai nampak. Jika pun peserta didik memiliki sarana teknologi, namun lagi-lagi terkendala oleh jaringan internet akibat dari salah satu bentuk kesenjangan digital di Indonesia. Peserta didik di pedesaan dan di daerah terluar, misalnya kesulitan mengakses internet untuk memulai pembelajaran daring karena infrastruktur internet yang belum memadai. Akibatnya, orang miskin dan peserta didik di daerah pedalaman dan terluar tak bisa bersaing dengan mereka yang kaya dan berada di daerah dengan akses internet yang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia pada kondisi pandemi covid-19 melalui kebijakan pembelajaran jarak jauh yang menerapkan konsep e-learning belum sepenuhnya berjalan optimal. Hal itu dapat dibuktikan adanya kesenjangan kemampuan literasi digital masyarakat serta infrastruktur yang kurang merata diberbagai wilayah. Lalu bagaimana solusi yang tepat bagi pendidikan Indonesia agar kesenjangan pendidikan di era digital dapat terminimalisir?