Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Minat Belanja Online di Masyarakat

Lusiana Dwi Rahmawati

e-mail: lusiana02rahmawati@students.unnes.ac.id

Pengaruh Pandemi Covid-19 dan Minat Belanja Online Masyarakat

Pandemi covid-19 sekarang ini menjadi hal yang tidak asing lagi di telinga
masyarakat Indonesia. Selama 1 tahun lebih Indonesia menjadi salah satu Negara yang
menjadi korban keganasan covid-19. Bahkan, hingga di tahun 2021 ini korban covid-19 di
berbagai daerah mengalami peningkatan yang tajam. Padahal pemerintah telah melakukan
upaya pencegahan dengan cara social distancing dan Work From Home (WFH).
Masyarakat diwajibkan memakai masker, menjaga jarak, dilarang berkerumun dengan
banyak orang, dan sering mencuci tangan. Masyarakt pun diharuskan melakukan semua
kegiatan di rumah saja, seperti bekerja, sekolah, berolahraga, dan berbelanja.

Awalnya kebijakan ini dirasa kurang nyaman untuk dilakukan dan memang sudah
kita rasakan kegiatan yang hanya dilakukan didalam rumah memang tidak efektif. Namun,
apabila hak tersebut tidak dilakukan maka akan menimbulkan dampak yang lebih parah
lagi. Dampak yang selanjutnya dirasakan masyarakat yaitu di segi perekonomian, banyak
para pengusaha yang tiba-tiba bangkrut, pegawai pabrik yang di PHK, dan masyarakat
yang kurang mampu semakin terputuk. Dampak tersebut memuat masyarakat harus
memutar otak untuk memenuhi kebutuhan yang kian bertambah. Masyarakat harus
memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk makan, minum, pakaian dan lain sebagainya.
Selain penghambat karena kondisi keuangan, penghambat lainya adalah cara mendapatkan
kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya aturan dari pemerintah untuk melakukan kegiatan di
rumah, membuat masyarakat terutama pedagang menutup tokonya karena pandemic.
Masyarakat pun mengatasi hal tersebut dengan melakukan pembelian secara online.

Pembelian seraca online ini dilakukan masyarat untuk menghindari kerumunan dan
dirasa lebih efektif tanpa harus keluar rumah. Dibarengi dengan teknologi yang semakin
canggih membuat masyarakat terutama generasi milenial merasakan kemudahan
melakukan pembelanjaan secara online. Pembelian secara online ini lebih banyak
dilakukan oleh generasi milenial yang tergolong lebih aktif dengan dunia internet. mereka
bukan hanya memenuhi kebutuhan rumah tetapi kebutuhan pendidikan pun banyak
dilakukan melalui pembelanjaan online, diantara market place yang baisanya dikunjungi
generasi milenial adalah shopee, tokopedia, bukalapak, blibi, lazada, dan msih banyak
lainnya.

Belanja Online

Belanja online bisa diartikan sebagai kegiatan berbelanja melalui smartphone tanpa
harus melalui toko dan dapat dilakukan dimanapun dan kapan pun. Biasanya orang yang
melakukan belanja secara online hanya membutuhkan smartphone dan jaringan internet
untuk mengakses aplikasi belanja online. Sekarang ini aplikasi belanja online sudah
banyak macamnya, hal ini karena didukung dengan kemajuan teknologi yang semakin
canggih. Kecanggihan teknologi ini sangat memudahkan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari walau hanya di rumah saja.

Para konsumen hanya perlu mendownload aplikasi belanja online di smartphone


mereka lalu menadaftarkan akun. Setelah itu mereka bisa memilih produk mana yang
mereka butuhkan dengan harga yang beragam. Pemesannya pun sangat mudah konsumen
disuguhi dengan gambar ataupun video dari produk yang dijual atau ditawarkan dari
penjual toko tersebut, lalu konsumen memilih mana produk yang akan dibeli tingggal
memasukkan ke keranjang lalu tekan buat pesanan lalu pesanan siap dikirim dari toko
tersebut. Pembayarannya pun sangat mudah bisa melalui rekening bank, minimarket,
bahkan bisa melalui COD yang pembayarannya setelah barang sampai dirumah. Aplikasi
belanja online juga menyediakan return (pengembalian) barang apabila barang yang
diperoleh mengalami kerusakan. Konsumen bisa melakukan komplen melalui kolom pesan
ke toko yang bersangkutan untuk mengirimkan bukti bahwa barang yang dikirim rusak.

Dari kemudahan-kemudahan yang didapat dengan belanja online, masyarakat harus


tetap waspada dan selalu berhati-hati dalam melakukan belanja online. Karena dapat
dipungkiri barang dari berbelanja online tidak sesuai dengan gambar produk yang dijual.
Misalnya dari warnanya, biasanya warna produk di gambar akan jauh berbeda dengan
aslinya, karena di gambar warna dari produk terlihst lebih cerah dan bagus dibandingkan
dengan yang asli. Selain itu, sering terjadi barang yang sampai ke rumah terdapat cacat
entah karena kelalaian penjualnya atau entah karena apa. Selain itu, biasanya merek dari
produk yang di jual di toko online tidak jelas. Banyak produk yang menamainya dengan
merek produk terkenal padahal itu hanya abal-abal belaka yang dilakukan oleh si penjual
dengan harga yang relative murah. Sehingga menambah daya tarik calon pembeli untuk
membeli produk tersebut. Dan yang terakhir banyaknya penipuan. Barang yang tidak
sampai-sampai, ini yang harus menjadi kewaspadaan masyarkat untuk berbelanja online.
Masyarakat harus mengecek terlebih dahulu sebelum memesan produk di toko online.
Melihat dari jumlah pembeli yang pernah membeli produk di toko terbebut, melihat di
kolom komentar dari setiap pembeli, dan melihat rating dari toko tersebut. Semakin tinggi
rating semakin bagus toko tersebut.

Covid-19

Covid-19 menjadi ancaman serius di setiap Negara. Pertama kali di temukan di


Wuhan, Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019 yang akhirnya merambah ke setiap
Negara termasuk Indonesia. Wabah ini bukan hanya wabah biasa, karena keganasan wabah
ini setiap Negara di dunia mengalami perubahan total. Dari segi pendidikan,
perekonomian, pariwisata, dan masih banyak lainnya. Negara maju seperti Amerika dan
Jepan pun tidak bisa lari dari wabah ini. Seluruh Negara mengalami kemiskinan tiba-tiba
akibat virus tersebut. Setiap masyarakat pun hanya bisa berdiam diri dirumah untuk
mengahambat penularan virus tersebut. Banyak masyarakat yang merasa terganggu
aktifitasnya akibat wabah ini. Hal ini menjadi tanaggungjawab yang besar bagi pemerintah
untuk menanggunangi wabah ini. Banyak upaya dari pememrintah untuk mencengah
penularan virus tersebut. Mulai dari kebijakan 3M (memakai masker, mencuci tangan dan
menjaga jarak) selain itu kebijakan lain yaitu Work From Home pun menjadi kewajiban
bagi setiap masyarakat. Kebijakan tersebut pun banyak dilanggar masyarakat karena
masyarakat masih merasa tidak nyaman dan merasa kurang terbiasa dengan kebijakan
tersebut.

Dampaknya pun bukan hanya demam atau flu biasa, tetapi bisa menyebabkan
kematian. Ratusan orang meninggal akibat virus tersebut. Sekarang pun sudah banyak
varian terbaru dari wabah ini dan semakin banyak varian semakin cepat penularan dari
wabah corona. Dampak lain yang telah ditimbulkan oleh wabah ini. Dari segi pendidikan,
para sisswa dan mahasiswa dilakukan untuk melakukan pembelajaran secara langsung
mereka diharuskan melakukan pembelajaran secara online atau yang disebut dengan
luring, kegiatan pembelajaran ini pun sebenarnya kurang efektif untuk dilakukan karena
banyak gangguan akibat pembelajaran secara online. Contohnya ganggaun sinyal yang di
alami sebagian siswa yang rumahnya berada di pelosok desa, sedangkan mereka harus
melakukan pembelajaran dan pengirirman tugas secara online. Di bidang olahraga,
masayarakat harus melakukan olahraga di dalam rumah untuk menjaga penyebaran wabah
corona. Yang dulunya masyarakat melakukan olahraga di luar rumah kini haru didalam
rumah. Seperti bersepeda, kegiatan ini sangat menyenangkan apabila dilakukan di luar
rumah dengan keluarga atau teman bahkan bisa dengan memperhatikann alam sekitar ini
juga baik untuk refresing akibat kesibukan kerja. Tetapi hal tersbut sudah tidak bisa
dilakukan di luar rumah. Dari segi keagamaan, masyarakat yang beragama islam sebelum
ada wabah corona melakukan kegiatan ibadah di luar rumah seperti solat berjamaah,
mengaji, meghadiri ceramah dan lain sesbagainya. Tetapi sekarang harus dilakukan di
dalam rumah, jika ada yang melakukan berjamaah pun harus dengan menjaga jarak dan
memakai masker.tak berbeda dengan agama lain yang biasanya beribadah secara bersama
sekarang harus dilakukan dengan pembatasan orang. Dari segi ekonomi, sangat besar
dampaknya dari segi ekonomi mulai dari banyak para pengusaha yang mendadak bangkrut
akibat wabah. Kebangkrutan tersebut menyebabkan para karyawan yang bekerja harus di
PHK dikarenakan keberatan dalam pembayaran gaji karyawa. Akhirnya banyak karyawan
yang kehilangan pekerjaan dan akhirnya menganggur sedangkan mereka harus tetap
memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka sehari hari. Hal ini pun menambah angka
pengangguran setiap Negara. Banyak pula investor yang menjual sahamnya karena wabah
corona, mereka merasa takut jika harga saham semakin mengecil dan para investor tidak
bisa mendapatkan sesuai yang mereka inginkan. Banyak para UMKM yang harus
memutar otak untuk bida menjualkan dagangannya agar laku seperti sebelum adanya
wabah.

Aplikasi Belanja Online

Aplikasi belanja online adalah media yang digunakan untuk melakukan belanja
secara online. Karena kecanggihan teknologi sekarang ini aplikasi belanja online sangat
banyak jenisnya, sekarang masyarakat sudah banyak mengenal dengan aplikasi belanja
online. Yang sering dikunjungai masyarakat untuk melakukan belanja online yaitu: Shope,
Tokopedia, Lazada, Bukalapak, dan Blibi. Aplikasi tersebut merupakan jenis aplikasi yang
termasuk kategori aplikasi belanja online. Aplikasi tersebut memiliki kriteria sendiri untuk
menarik minat masyarakat berkunjung untuk berbelanja secara online. Dalam aplikasi
tersebut terdapat banyak toko dan penjual yang berbeda yang menjual beragam produk
mulai dari kosmetik, pakaian, peralatan rumah tangga, olahraga, sepatu, kebutuhan
pendidikan, obat-obatan dan masih banyak lagi lainnya. Setiap aplikasi juga memiliki
keunggulan tersendiri untuk menarik minat konsumen seperti melalkukan promo secara
besar-besaran, vocer gratis ongkir ke setiap pengiriman tiap daerah, cashback bagi
pelanggan setia dan masih banyak lainnya. Ada pula aplikasi beli online yang memberikan
banyak hadiah kepda para konsumen karena ada event-event penting seperti hari ulang
tahun, hari kemerdekaan, akhir bulan, tahun baru dan masih banyak lainnya. Selain itu, ada
juga aplikasi beli online yang bisa digunakan untuk menabung emas, hal itu pun didukung
dengan telnolohi yang semakin canggih dehingga memudahkan masyarakat.

Belanja online bukan hanya bisa dilakukan melalui aplikasi yang dikhususkan
untuk belanja online, tetapi bisa melalui Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Namun
biasanya produk yang dijual tidak banyak atau tidak beragam dan penjual hanya satu/
terbatas. Namun keterbatasan tersebut tidak mencegah kemudahan dalam pembayaran dan
pengiriman. Pembelian melalui aplikasi tersebut pun tidak dikenai batas maksimal dalam
pembelian bahkan pembeli bisa mengecer untuk membeli barang. Ini menjadi keunggulan
membeli melalui aplikasi tersebut. Konsumen pun bisa mendapatkan barang sesua
kebutuhan dengan harga yang murah. Kualitas dari produk pun sama seperti pembelian
melalui aplikasi beli online, karena biasanya yang menjual melalui apliaksi selain apliksi
beli online juga membeli dari aplikasi beli online.

Tujuan Masyarakat Terhadap Belanja

Setiap masyarakat pasti memiliki sifat, keinginan, dan tujuan masig-masig apalagi
untuk berbelanja. Sama halnya dengan anak kembar, walaupun anak kembar pasti
memiliki kenginan, sifat, perilaku, dan tujuan yang berbeda- berbeda. Setiap masyarakat
dibagi menjadi dua tujuan untuk berbelanja. Yaitu tujuan berbelanja untuk memenuhi
kebutuhan dan tujuan berbelanja untuk kesenangan.

Tujuan masyarakat berbelanja untuk memenuhi kebutuhan. Didalam suatu


masyarakat pasti memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, perbedaan kebutuhan juga dapat
dibagi menjadi dua yaitu kebutuhan sekarang (kebutuhan jangka pendek) dan kebutuhan
yang akan datang (kebutuhan jangka panjang). kebutuhan sekarang (kebutuhan jangka
pendek) yaitu kebutuhan yang diperlukan sekarang atau bisa saja disebut dengan
kebutuhan mendadak. Contohnya peristiwa covid-19 yang ada di Indonesia, sebelum
adanya wabah ini masyarakat jarang untuk membeli dan memakai masker setiap hari
karena memang dulu sebelum adanya wabah corona penggunaan masker hanya untuk
pegawai medis saja seperti dokter, perawat, dan para medis lainnya. Namun setelah adanya
covid masyarakat pun diharuskan membeli masker dan pada saat itu stok masker habis
akibat kebutuhan masyarakat yang sangat mendadak bahkan sekarang masker duka
menjadi kebutuhan pokok kita untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Sayur atau makanan
pun menjadi kebutuhan sekarang apalagi ketika merasakan lapar. Ketika lapar pasti
membeli makan atau memasak makan agar mengisi perut kita yang kosong dan jika lapar
tetapi tidak makan maka perut akan sakit, sehingga kebutuhan ini adalah kebutuhan
sekarang yang wajib dipenuhi. Beda halnya apabila tidak lapar tetapi membeli makan
maka makanan tersebut pasti akan dimakan besok atau sesuai keinginan. Hal itu bisa
disebut dengan kebutuhan yang akan datang. Dan biasanya masyarakat yang memenuhi
kebutuhan sekarang akan berbelanja sesuai kebutuhan mereka.

Kebutuhan yang akan datang (kebutuhan jangka panjang) adalah suatu kebutuhan
yang biasa juga disebut dengan kebutuhan pokok atau kebutuhan yang sering diperlukan
sekarang hingga masa yang akan datang. Contohnya beras, beras bagi Indonesia adalah
makanan pokok sehari-hari. Bahkan masyarakat Indonesia kalo makan tanpa nasi rasanya
kuarang lengkap. Sehingga beras menjadi kebutuhan yang akan datang, beras pun bisa
disebut sebagai kebutuhan sekarang. Beras akan tetap dibutuhkan oleh masyarakat
Indonesia entah masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Contoh lain yaitu tanah,
tanah memang bukan sebuah kebutuhan penting sekarang tetapi ketika memikirkan masa
depan tanah adalah kebutuhan masa yang akan datang. Banyak orang yang ingin berencana
dimasa depan untuk mrmbuat rumah pasti memerlukan tanah, dan di zaman sekarang
harga tanah sangat mahal. Apabila memiliki tanah dan dijual di masa depan pasti akan
terjual mahal karena kebutuhan tanah yang semakin sempit dimasa yang akan datang.

Tujuan berbelanja untuk kesenangan. Tujuan berbelanja untuk kesenangan


biasanya berbelanja yang dilakukan bukan untuk memenuhi kebutuhan sekarang tetapi
memenuhi keinginan nafsu saja. Seperti contohnya membeli banyak skincare dengan
merek berbeda-beda itu hanya untuk memenuhi kesenangan saja. Padahal sebenarnya
masih punya banyak skincare yang bahkan ada yang belum dipakai. Semakin banyak
masyarakat yang berbelanja tanpa melihat kebutuhan atau hanya memikirkan kesenangan
saja, hal itu disebut dengan perilaku konsumtif. Sekarang sudah banyak perilaku konsumtif
dan dimiki masyarakat apalagi karena dukungan dari teknologi yang semakin canggih yang
banyak memberikan kemudahan msyarakat untuk membeli barang atau untuk memenuhi
kebutuhan. Perilaku ini harus diwaspadai masyarakat karena dapat merugikan diri sendiri.
Dampak yang dapat ditimbukan dari perilaku konsumtif yaitu masyarakat akan susah
untuk mengatur keuangan karena uangnya hanya digunakan untuk memenuhi kesenangan
sedangkan kebutuhan yang seharusnya wajib dipenuhi menjadi terbengkalai.dampak
selanjutnya sulit manabung, karena nafsu yang tinggi untuk berbelanja barang untuk
kesenangan saja. Dan yang terakhir tidak memiliki rencana keuangan di masa depan

Pengaruh Faktor Minat beli Masyarakat

Belanja online adalah kegiatan yang saat ini sangat diminati masyarakat di
Indonesia. Didukung dengan teknologi yang semakin canggih membuat belanja online
semakin memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi selama
pandemi ini masyarakat mulai banyak menggunakan aplikasi belanja online untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa harus keluar rumah. Sebenarnya sebelum adanya
pandemi, belanja online pun sudah banyak menjadi alternatif masyarakat untuk berbelanja.
Banyak market place yang ssering digunakan masyarakat untuk berbelanja ini dibuktikan
dari data (cantika Putri, Tiara ; Gunawan, 2020) yang menyebutkan bahwa pengunjung
bulanan di aplikasi Shope quartil IV tahun 2019 yaitu 72.973.300, quartil I tahun 2020
yaitu 71.533.700, dan quartil II tahun 2020 yaitu 93.440.300; Tokopedia quartil IV tahun
2019 yaitu 67.900.000, quartil I tahun 2020 yaitu 69.800.000, dan quartil II tahun 2020
yaitu 86.103.300; Bukalapak quatil IV tahun 2019 yaitu 39.263.300, quartil I tahun 2020
yaitu 37.633.300, dan quartil II tahun 2020 yaitu 35.288.100; dan Lazada quartil IV tahun
2019 yaitu 28.383.300, quartil I tahun 2020 yaitu 24.400.000, dan quartil II tahun 2020
yaitu 22.021.800.

Selain karena adanya pandemi, factor lain dari minat masyarakat untuk berbelanja
online menurut (cantika Putri, Tiara ; Gunawan, 2020) yaitu: harga, tingkat kepercayaan,
keleluasaan waktu, dan tingkat produk yang bervariasi/ beragam. Kepercayaan menjadi hal
utama yang harus dimiliki oleh masyarakat ketika membeli secara online. Karena produk
yang dijual dan ditawarkan oleh penjual hanya produk bayangan maksudnya hanya
berbentuk foto atau vidio yang bahkan bisa di edit oleh kecanggihan teknologi. Kejujuran
dari penjual sangat berpengaruh kuat terhadap kepercayaan masyarakat untuk membeli
secara online. Tingkat produk yang bervariasi/ beragam menjadi daya tarik masyarakat
untuk membeli online. Ketika berbelanja di online masyarakat akan disuguhi dengan
beragam produk yang dijual. Dimulai dari beragam bentuk, warna, merek, dan masih
banyak lainnya. Tempat dijualnya produk online pun dari berbagai daerah bahkan berbagai
Negara. Selain keragaman produk, harga pun menjadi pendorong minat masyarakat untuk
berbelanja online. Karena biasanya harga produk di online jauh berbeda atau lebih murah
dari harga produk offline. Ketika berbelanja online, pembeli bisa memilih produk yang
sama dengan harga yang beragam. Keuntungan lain berbelanja online dilihat dari harga
yaitu pembeli bisa mendapatkan potongan harga, cashback, dan gratis ongkir yang
disediakan di market place tersebut. Dan yang terakhir yaitu keleluasaan waktu. Ketika
pembeli membeli secara online, pembeli akan diuntungkan dengan keleluasaan waktu
untuk memiliih produk yang akan dibeli. Pembeli tidak akan khawatir toko akan tutup atau
diawasi oleh karyawan toko. Pembeli pun tidak harus datang ke toko untuk memilih
produk yang akan dibeli, karena pembeli bisa memilih produk kapan saja dan dimana saja
sesuai harga yang diinginkan. Pembeli juga bisa menyimpan barang yang akan dibeli
terlebih dahulu di keranjang pembelian untuk menentukan barang mana yang akan dibeli.

Penelitian Ketertarikan Minat Beli Masyarakat

Penelitian oleh (Pratama Afrianto & Irwansyah, 2021) dalam penelitiannya tentang
ketertarikan msayarakat berbelanja online terutama di masa pandemi. Narasumber pertama
adalah pelajar SMA (perempuan), 18 tahun yang kerap berbelanja secara online
dibandingkan berbelanja ke pasar maupun toko swalayan. Dikarenakan agar tetap berada di
rumah dan tidak menemui keramaian apalagi saat pandemic. Selalin itu dia merasa harga di
toko online tidak jauh berbeda denngan harga di pasaran dan juga kualitasnya. Selain itu,
dia merasa senang karena belanja di online banyak pilihan, mudah dicari, dan banyak
promo. Produk yang sering dibeli yaitu kosmetik. Narasumber kedua adalah mahasiswi
(perempuan), 22 tahun. Dia sebenarnya lebih sering berbelanja ke toko tapi karena
pandemic covid-19 dia memilih untuk berbelanja secara online. Dengan alasan karena
PSBB sehingga dia dilarang untuk keluar rumah. Selama berbelanja online dia lebih sering
berbelanja kosmetik, pakaian dan makanan. Narasumber ke tiga adalah karyawan swasta
(perempuan) menikah, 25 tahun. Dia lebih sering berbelanja online karena harga lebih
murah, beragam produk yang lengkap, respon penjual sangat cepat dan responsive, dan
pembayaran yang mudah. Hal tersebut juga didukung karena adanya pandemi yang
dilarang keluar rumah. Produk yang biasa dia beli yaitu kosmetik, pakaian, atau barang-
barang yang dibutuhkan oleh wanita. Narasumber ke 4 adalah karyawan swasta
(perempuan) menikah, 30 tahun. Dia lebih sering berbelanja online ketika pandemic covid-
19 karena dia menjaga keluarganya dari keramaian di tempat public. Dia suka berbelanja
online dimulai dari ketertarikannya dengan iklan-iklan yang ditampilkan selain itu juga
promo-promo menarik yang ditawarkan. Dia biasa membeli barang-barang kebutuhan
rumah tangga untuk keperluar sang anak. Narasumber kelima adalah ibu rumah tangga.
Sebelum adanya pandemic dia juga berbelanja online apalagi ketika adannya pandemic
karena adanya banyak promo seperti gratis ongkos kirim (ongkir) dan juga cashback.

Dibuktikan lagi dengan penelitian oleh (Adhani et al., 2020) bahwa intensitas
konsumen untuk berbelanja online dapat disebabkan oleh waktu yang diluangkan masing-
masing individu pada gadget yang dimiliki. Semakin lama waktu waktu konsumen
menggunakan smartphone nyatanya dapat meningkatkan lebih dari 2 kali (55,84%) untuk
belanja online selama satu bulan. Selama satu hari konsumen bisa menggantungkan waktu
4sampai 6 jam (38,3%) untuk membuka aplikasi belanja online. Konsumen yang
meluangkan waktu tersebut sudah memiliki pengalaman belanja online selama 1 sampai 2
tahun (68,8%) dan sedikit yang tidak tertarik belanja online (1,92%) kurang dari 1 tahun
(6,08%). Konsumen telah menghabiskan rata-rata Rp 100.000 sampai Rp 500.000
(58,24%) selama mencukupi keinginan dan kebutuhannya akan suatu produk yang di beli
online. Intensitas konsumen dalam belanja produk juga dapat ditimbulkan karena
preferensi dan spesifkasi produk tertentu yang diinginkan konsumen. Pencarian produk
paling besar dari kondumrn adalah produk apparel (73,92%) seperti baju, celana, dress, dan
lainnya dan juga produk hobi (65,76%). Bagi produk kesehatan bagi konsumen sedikitnya
tertarik untuk belaja produk masker kesehatan (7,04%) daripada produk alcohol (2,24%),
sanitizer (1,92%), alat kesehatan (1,92%), farmasi (1,76%), sarung tangan dan disinfektan
(0,96%).

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aprillita & Hikmah Perkasa,
2021) kesimpulan dari hasil penelitiannya adalah (1) terdapat pengaruh krmudahan layanan
serta harga produk yang ditawarkan oleh retail online terhadap keputusan belanja online,
(2) tidak ada ppengaruh produk belanja online terhadap keputusan belanja online, dan (3)
kemudahan layanan dalam berbelanja online sangat dimanfaatkan oleh konsumen selama
masa pandemic masih berlangsung terlebih melihat harga produk ysng bervariasi serta
lebih murah membuat konsumen lebih mengoptimalkannya selama masa bekerja dari
rumah (WFH).
SIMPULAN

Pandemi covid-19 yang mengharuskan Work From Home (WFH), dan menghindari
keramaian menjadi factor utama masyarakat lebih memilih untuk berbelanja online. Selain
hal itu factor lain masyarakat melakukan belanja online karena kepercayaan dari para
konsumen untuk berbelanja online, harga yang relative lebih murah, memiliki beragam
produk yang dijual dan ditawarkan, dan keleluasaan waktu dalam pemilihan produk.
Penelitian lain pun menyebutkan bahwa promo dan pelayanan yang ditawarkan pun
menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen untuk membeli secara online dan yang
terakhir yaitu intensitas masyarakat dalam meluangkan waktu untuk menggunakan
smartphone. Belanja online bukan hanya dilakukan masyarakat melalui aplikasi khusus
untuk belanja online, tetapi aplikasi yang biasanya digunakan untuk bersosial media pun
bisa dilakukan untuk belanja online. Belanja yang dilakukan masyarakat bukan hanya
karena belanja untuk memenuhi kebutuhan tetapi juga belanja untuk memenuhi
kesenangan. Belanja untuk memenuhi kebutuhan dibagi menjadi dua yaitu kebutuhan
sekarang (kebutuhan jangka pendek) dan kebutuhan yang akan datang (kebutuhan jangka
panjang). tujuan masyarakat yang berbelanja hanya untuk kesenangan akan melahirkan
perilaku komsumtif di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Adhani, L. K., Dharmastiti, R., & Trapsilawati, F. (2020). Pengaruh Waktu Sebelum Dan
Selama Pandemi Covid-19 Terhadap Perilaku Konsumen Belanja Online. Perspektif
Keilmuan Teknik Industri Pada Era New Normal, 50–55.

Aprillita, D., & Hikmah Perkasa, D. (2021). Pengaruh Pandemik Covid-19 Terhadap Daya
Beli Masyarakat Untuk Sektor Online Retail. Jurnal Bisnis, Ekonomi, Manajemen,
Dan Kewirausahaan, 1(1), 14–19. https://doi.org/10.52909/jbemk.v1i1.23

cantika Putri, Tiara ; Gunawan, C. (2020). Pengaruh Keragaman Produk Dan Kepercayaan
Terhadap Minat Beli Online Saat Pandemi Covid-19. Jurnal Ekonomi, Manajemen,
Bisnis Dan Sosial, 1(46), 56–65.

Pratama Afrianto, A., & Irwansyah, I. (2021). Eksplorasi Kondisi Masyarakat Dalam
Memilih Belanja Online Melalui Shopee Selama Masa Pandemi Covid-19 Di
Indonesia. Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi Bisnis, 3(1), 10–29.
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.181
Biodata Diri
Penulis memiliki nama lengkap Lusiana Dwi Rahmawati dan bisa
dipanggil Lusi yang memiliki hobi menonton drama korea dan
mendengarkan music, lahir di Purbalingga pada tanggal 1 November
2001 dan kini bertempat tinggal di Dusun Sumingkir Rt01/Rw08.
Penulis kini tengah menempuh pendidikan di Program Studi Akuntansi
Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai