Anda di halaman 1dari 5

UAS EKONOMI MIKRO

KELOMPOK 3

Inosius Gabriel Seran (32120046)

Stefania Maria Isabela Fallo (32120047)

Maria Barek Maran (32120063)

Margareta Ome (32120066)

Yohanista Indryany (32120067)

Rosadalima Perdona Hayon (32120072)

Maria Emanuela Andriani Jogo (32120074)

Wilhelmus A.J. Keraf (32120078)

Marcelinda Bengan Tokan (32120082)

Kelas/Semester : B/II

Prodi : Manajemen

Fakultas Ekonomi & Bisnis

Materi Bab 6 : Teori Perilaku Konsumen

Pandemi Covid-19 Memicu Empat Perubahan Besar Perilaku Konsumen

Pandemi Covid-19 menimbulkan beberapa perubahan pada perilaku konsumen. Hal ini
disebabkan karena terbatasnya mobilitas masyarakat untuk melakukan kegiatan yang biasa
dilakukan sebelum pandemi. Marketing Expert Inventure Consulting , Youswohady
memaparkan empat perubahan besar perilaku konsumen atau Megashift Consumer Behaviour
yang terjadi selama pandemi Covid-19. Menurutnya
perubahan perilaku konsumen adalah sebuah keniscayaan.

Covid-19 telah memaksa terjadinya Consumer Megashifts 10X10, di mana perubahan


perilaku konsumen menjadi 10 kali lebih besar dan dengan laju 10 kali lebih cepat. Dengan
demikian, setiap perusahaan menghadapi a whole new world," ujarnya dalam acara IDE
Katadata 2021 kerja sama dengan East Ventures, Selasa (23/3). Hal ini seiring dengan adanya
gaya hidup, preferensi, prioritas, dan pola pengambilan keputusan pembelian konsumen yang
sama sekali baru; dan akhirnya memaksa perusahaan melahirkan pola baru pula dalam
memasarkan produk-produknya.

Perubahan pertama, stay at home lifestyle. Sejak pandemi satu tahun lalu, muncul gaya hidup
baru di masyarakat, dimana mereka melakukan segala aktivitasnya dari rumah, mulai dari
bekerja, belajar, sampai beribadah. “Jadi kalau biasanya orang tua dan anak baru akan
bertemu pada malam hari setelah menyelesaikan kegiatan masing-masing di luar rumah, di
masa pandemi ini setiap saat orang tua dan anak bisa ketemu,”

Kebiasaan baru ini memunculkan dampak positif berupa semakin eratnya jalinan
antaranggota keluarga. Setelah beradaptasi dengan stay at home lifestyle, antaranggota
keluarga mulai membangun rasa kebersamaan. Kedua, back to the bottom of the pyramid.
Perubahan ini mengacu kepada piramida Maslow di mana kebutuhan konsumen bergeser dari
“puncak piramida” yaitu aktualisasi diri ke “dasar piramida” yaitu kebutuhan fisiologis
seperti makan dan kesehatan. “Kebutuhan masyarakat saat ini kembali menjadi kebutuhan
dasar, makan-minum, kesehatan menjadi penting sekali karena risiko kematian menjadi
sangat tinggi. Lalu kebutuhan terhadap koneksi internet, karena kita tidak bisa melakukan
kegiatan tanpa internet,” kata Yuswohady. Dia menambahkan, salah satu tren yang akan
tumbuh dari kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan dam keselamatan adalah asuransi
kesehatan dan asuransi jiwa karena kesehatan dan keselamatan menjadi prioritas penting di
masa pandemi.

Ketiga, go virtual. Dengan adanya pandemi Covid-19, konsumen menghindari terjadinya


kontak fisik dan beralih untuk melakukan berbagai aktivitasnya secara virtual atau online.
Perubahan ini juga membuat belanja online menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi
kebutuhan. Pembelian konsumen bergeser dari produk yang sifatnya keinginan (wants) ke
produk yang sifatnya kebutuhan (needs).

“Ini saya sebut sebagai online shop deepening atau pendalaman. Jadi bukan hanya berbelanja
kebutuhan yang sifatnya wants tetapi juga kebutuhan yang sifatnya needs atau berulang,
termasuk grocery,” kata Yuswohady. Perubahan besar yang keempat yaitu terbentuknya
emphatic society. Banyak musibah yang terjadi selama pandemi. “Indonesia ini bangsa
tolong menolong, ketika saudaranya susah karena resesi, banyak yang meninggal (karena
Covid-19), banyak layoff, banyak orang yang khawatir sehingga menimbulkan empati.
Jumlah donasipun meningkat,” ujarnya.

Pola Konsumsi di Masa Pandemi


Sementara itu menurut hasil survei Katadata Insight Center (KIC) bersama Cash Pop terjadi
perubahan pola konsumsi di masyarakat pada masa pandemi Covid-19. Salah satunya yaitu
pengeluaran yang membengkak lebih besar dibandingkan pendapatan. Hal ini disebabkan
oleh kondisi keuangan yang memburuk karena beberapa faktor, di antaranya pemotongan
gaji, pendapatan usaha yang menurun, dan pemutusan hubungan kerja (PHK). Sementara itu
di saat yang sama pengeluaran meningkat karena berbagai kebutuhan, salah satunya biaya
kesehatan, kebutuhan kuota internet atau pulsa, kebutuhan sehari-hari, dan biaya listrik.

Selain itu pandemi juga mengubah kebutuhan konsumen yang terkait dengan keuangan.
Persoalan finansial menjadi salah satu isu utama yang dihadapi. Oleh karena itu prioritas
utama konsumen di masa sulit ini yaitu melunasi tagihan atau utang.

Kebutuhan konsumen selanjutnya terkait persoalan finansial adalah belajar mengelola


keuangan, belajar cara berinvestasi, dan pengelolaan keuangan dalam jaringan (daring).

Adapun KIC bersama Cash Pop melakukan survei guna mengetahui perilaku keuangan
konsumen selama pandemi Covid-19. Survei tersebut dilakukan secara daring terhadap 2.491
responden di 34 provinsi Indonesia pada 26 Februari-1 Maret 2021.

Inovasi Pelaku Usaha

Pelaku usaha pun merespons perubahan besar yang terjadi pada konsumen. Salah satunya
yaitu Unilever yang bergerak pada industri fast moving consumer goods (FMCG). Direktur
Utama Unilever Indonesia, Ira Noviarti, mengatakan bahwa setidaknya ada delapan
perubahan perilaku konsumen yang terjadi di masa pandemi. "Perubahan perilaku konsumen
akan terus bertahan bahkan setelah pandemi berakhir. Hal tersebut menunjukkan urgensi dari
pelaku industri FMCG seperti Unilever untuk terus gesit merespons perubahan dan
memanfaatkan momentum yang tidak hanya membawa tantangan tetapi juga membuka
banyak peluang baru,” ujarnya. Beberapa perubahan tersebut antara lain gaya hidup bersih
dan sehat, konsumen semakin teliti akan konsumsi dan pembelian yang mereka lakukan, serta
gaya hidup yang serba digital.

Merespons perubahan tersebut, Ira menyebutkan Unilever setidaknya melahirkan 40 inovasi


produk baru, terutama dalam hal permintaan dan pola belanja. Unilever melihat dan
menjawab peningkatan permintaan yang signifikan untuk produk-produk yang terkait dengan
kebersihan dan kesehatan. Sedangkan untuk mengantisipasi melemahnya daya beli
konsumen, produk-produk dalam ukuran kemasan dan harga yang lebih ekonomis. Dalam
mengantisipasi perubahan pola belanja yang kini serba online, Unilever telah melahirkan
banyak inovasi seperti layanan Home Delivery, dan peluncuran aplikasi Sahabat Warung
untuk membantu para mitra pedagang warung agar tetap sehat selamat dan dapat tetap
berjualan.

PERTANYAAN
1. Mengapa Covid-19 bisa membuat perubahan besar terhadap perilaku konsumen ?
Jawab : Karena, terbatasnya mobilitas masyarakat untuk melakukan kegiatan yang
biasa di lakukan sebelum pandemi.
2. Apa perubahan besar yang terjadi di masa pandemi ?
Jawab:
 Pertama, stay at home lifestyle. Sejak pandemi satu tahun lalu, muncul gaya
hidup baru di masyarakat, dimana mereka melakukan segala aktivitasnya dari
rumah, mulai dari bekerja, belajar, sampai beribadah. “Jadi kalau biasanya
orang tua dan anak baru akan bertemu pada malam hari setelah menyelesaikan
kegiatan masing-masing di luar rumah, di masa pandemi ini setiap saat orang
tua dan anak bisa ketemu,” Kebiasaan baru ini memunculkan dampak positif
berupa semakin eratnya jalinan antaranggota keluarga. Setelah beradaptasi
dengan stay at home lifestyle, antaranggota keluarga mulai membangun rasa
kebersamaan.
 Kedua, back to the bottom of the pyramid. Perubahan ini mengacu kepada
piramida Maslow di mana kebutuhan konsumen bergeser dari “puncak
piramida” yaitu aktualisasi diri ke “dasar piramida” yaitu kebutuhan fisiologis
seperti makan dan kesehatan. “Kebutuhan masyarakat saat ini kembali
menjadi kebutuhan dasar, makan-minum, kesehatan menjadi penting sekali
karena risiko kematian menjadi sangat tinggi. Lalu kebutuhan terhadap
koneksi internet, karena kita tidak bisa melakukan kegiatan tanpa internet,”
kata Yuswohady. Dia menambahkan, salah satu tren yang akan tumbuh dari
kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan dam keselamatan adalah asuransi
kesehatan dan asuransi jiwa karena kesehatan dan keselamatan menjadi
prioritas penting di masa pandemi.
 Ketiga, go virtual. Dengan adanya pandemi Covid-19, konsumen menghindari
terjadinya kontak fisik dan beralih untuk melakukan berbagai aktivitasnya
secara virtual atau online. Perubahan ini juga membuat belanja online menjadi
salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan. Pembelian konsumen
bergeser dari produk yang sifatnya keinginan (wants) ke produk yang sifatnya
kebutuhan (needs).
3. Kapan KIC & Cash pop melakukan survei untuk mengetahui perilaku keuangan
konsumen selama Pandemi ?
Jawab : KIC bersama Cash Pop melakukan survei guna mengetahui perilaku
keuangan konsumen selama pandemi Covid-19. Survei tersebut dilakukan secara
daring terhadap 2.491 responden di 34 provinsi Indonesia pada 26 Februari-1 Maret
2021.
4. Dimana saja dampak negatif akibat pengaruh Covid-19 ?
Jawab: Dampak negatif akibat pengaruh Covid-19 adalah diseluruh Indonesia,
terutama di kota-kota besar sehingga mengakibatkan kondisi keuangan yang
memburuk akibat beberapa faktor diantaranya pemotongan gaji, pendapatan usaha
yang menurun, dan pemutusan hubungan kerja ( PHK).
5. Siapa yang mengalami dampak positif dari adanya pandemi covid-19 ?
Jawab : salah satu yang mengalami dampak positif yaitu keluarga akibat terbentuknya
kebiasaan baru stay at home lifestyle. Sejak pandemi satu tahun lalu, muncul gaya
hidup baru di masyarakat, dimana mereka melakukan segala aktivitasnya dari rumah,
mulai dari bekerja, belajar, sampai beribadah. Berangkat dari hal tersebut, semakin
eratnya jalinan antar anggota keluarga. Setelah beradaptasi dengan stay at home
lifestyle, antar anggota keluarga mulai membangun rasa kebersamaan. “Jadi kalau
biasanya orang tua dan anak baru akan bertemu pada malam hari setelah
menyelesaikan kegiatan masing-masing di luar rumah, di masa pandemi ini setiap saat
orang tua dan anak bisa saling bertemu kapan pun”.
6. Bagaimana cara masyarakat menghadapi perubahan pola konsumsi yang di sebabkan
oleh covid-19?
Jawab :
 Mengutamakan aspek manfaat dari barang yang dibeli
Masyarakat harus menomorduakan harga dan mengutamakan manfaat dari
sebuah barang yang dibelinya di masa pandemi sekarang ini. Hal itu bertujuan
agar masyarakat dapat merasakan kelebihan atau keuntungan dari barang yang
dibelinya di kemudian hari. Dalam hal ini, masyarakat dapat membeli produk-
produk kesehatan seperti makanan sehat, suplemen, minuman kaya gizi seperti
susu dan yoghurt, serta produk kesehatan lainnya.
 Lebih jeli dalam memperhatikan dan memahami produk yang ditawarkan
penjual
Maksud lebih jeli disini adalah masyarakat harus tepat dalam memilih barang
yang akan dibelinya, seperti kesalahan dalam membeli produk yang
seharusnya membeli produk kesehatan, tetapi justru membeli produk
kecantikan. Hal ini dapat dihindari dengan mengatur kategori pada kolom
pencarian yang sudah dibuatkan oleh beberapa e-commerce. Konsumen juga
dapat membuat pengaduan apabila terdapat pelaku usaha yang diduga
melakukan penipuan. Pengaduan ini dapat dibuat langsung ke beberapa
lembaga perlindungan konsumen, seperti Yasasan Lembaga Konsummen
Indonesia (YLKI), Badan Penyelesaian Konsumen, Badan Perlindungan
Konsumen Nasional dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat.
 Lebih berhati - hati dalam mengambil keputusan akan membeli barang
Jangan tergiur dengan harga barang yang lebih murah, hal ini bertujuan agar
barang tersebut mungkin saja adalah barang duplikasi atau bahkan barang
yang tidak original. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih berhati-hati dalam
memilih barang yang akan dibelinya. Lebih baik mengeluarkan uang yang
agak banyak, tetapi mendapatkan barang yang asli daripada membeli barang
dengan harga yang lebih murah, namun barang tersebut tidak terjamin
keasliannya.

Anda mungkin juga menyukai