Anda di halaman 1dari 2

Urgensi Rasa Bahagia dalam Merdeka Belajar

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu
bersyukur.”(Q.S.An-Nahl:78)
Berdasarkan ayat diatas, pada fitrahnya setiap anak dilahirkan dengan memiliki potensi
(pendengaran, penglihatan, dan hati) karena dengan potensi itulah ia dapat belajar dari
lingkungan, alam, dan masyarakat tempat ia tinggal dengan harapan agar menjadi manusia
dewasa yang paripurna. Tiga potensi yang telah dianugerahkan tersebut perlu ditumbuh
kembangkan secara optimal dan terpadu.
Pendidikan anak usia dini berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara didasarkan pada
pola pengasuhan yang berasal dari kata “asuh” artinya memimpin, mengelola, membimbing.
Pendidikan dilaksanakan dengan memberi contoh teladan, memberi semangat dan mendorong
anak untuk berkembang (Sujiono, 2009). Maksud Pendidikan itu adalah menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak – anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Bahagia menjadi kata kunci dalam sebuah tujuan Pendidikan. Agar proses belajar anak
berjalan optimal harus dilakukan dengan bahagia. Bahagia adalah kunci untuk tumbuh kembang
anak yang optimal di masa depannya. Kondisi yang menyenangkan, aman, dan nyaman akan
mengaktifkan bagian neo-cortex (otak berpikir) dan mengoptimalkan proses belajar mengajar
serta meningkatkan kepercayaan diri anak. Metode dan cara belajar-mengajar menjadi sangat
penting untuk memastikan kebahagiaan anak dalam belajar dan berkembang sesuai minat
bakatnya, sehingga proses pembelajaran menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Salah satu pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang terkenal adalah sistem among. Sistem
among adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara menjaga, membina dan
mendidik anak dengan kasih sayang. Sistem ini bertujuan untuk mengingatkan para guru maupun
orang tua agar memberikan tuntunan kepada anak dalam pertumbuhan dan perkembanganya atas
dasar kodratnya sendiri dan lebih mendekatkan anak-anak kepada alam dan masyarakat.
Jika dianalogikan, pendidik ibarat petani dan anak didik adalah padi. Baik buruknya
pertumbuhan padi tergantung cara petani memelihara tanaman padi mereka, memberinya pupuk
adalah salah satu cara padi tersebut dapat tumbuh dengan baik. Begitu juga dengan anak didik,
baik buruknya tumbuh kembang mereka tergantung cara pendidik menuntunnya. Kita tidak bisa
membuat padi menjadi jagung, seperti halnya anak didik, si A tidak akan bisa menjadi seperti si
B, sehingga kita hanya bisa menuntun mereka sesuai kodrat mereka dengan cara berbeda
tentunya sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan
Merdeka belajar  adalah  suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan
pencapaian skor atau nilai tertentu. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nadiem Makarim adalah pencetus program merdeka belajar. Merdeka belajar bertujuan agar para
guru, peserta didik, serta orang tua bisa mendapat suasana yang bahagia saat belajar. Merdeka
belajar adalah proses pendidikan  yang harus menciptakan suasana-suasana yang
membahagiakan. Setiap anak yang dilahirkan pasti memiliki keistimewaan yang berbeda-beda
satu dengan yang lainnya.
Sebagai Pendidik dan orang tua sudahkah kita memahami apa yang anak kita butuhkan?
Sudahkah kita memahami bahwa setiap anak memiliki keunikan, potensi, bakat dan minat, serta
karakter yang berbeda. Bahkan, tidak jarang dari kita bangga kepada anak – anak kita hanya
ketika mereka mendapatkan sebuah prestasi, seringkali kita juga lupa memahami kondisi
kebahagiaan batiniah anak – anak kita. Selain itu, berapa banyak orang tua yang memberikan
kebebasan kepada anaknya untuk menentukan pilihan, hal ataupun kegiatan apa yang mereka
sukai.
Pertanyaan pemantik diatas menjadi renungan kita bersama untuk melihat kondisi
Pendidikan dan masa depan Indonesia. Hal ini sejalan dengan konsep merdeka belajar yang
dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara. Sebuah konsep Pendidikan
yang mengembalikan manusia pada kodratnya sebagai makhluk yang memiliki kehendak bebas
atau merdeka. Pendidikan seharusnya memberi kemerdekaan bagi siswa untuk bekembang seluas
– luasnya, memberi ruang untuk siswa berani menentukan keputusan sendiri, berkreasi dan
mengambil resiko.
Sudah saatnya orang tua paham tentang prinsip merdeka belajar bagi anak – anak
mereka, memberikan kemerdekaan bagi anak – anak untuk tumbuh dengan Bahagia. Sudah
saatnya guru dan siswa memerdekakan dirinya dalam belajar dan mengembangkan diri seluas –
luasnya. Guru sebagai pendorong dan penggerak bagi siswa untuk belajar dan berkarya. Siswa
harus merdeka untuk mencapai tujuannya, mereka mengembangkan diri, belajar dengan Bahagia,
mandiri, inovatif dan kolaboratif di era digital. Sudah saatnya kita membuat sebuah perubahan
bagi pendidikan Indonesia dengan Pendidikan yang memerdekakan.
Usia emas anak menjadi kesempatan untuk membangun kecakapan dasar yang holistik.
Karena itu, pendidikan anak usia dini hingga kelas awal SD perlu berkesinambungan untuk
mendorong anak belajar dengan rasa bahagia.

Anda mungkin juga menyukai