Kelompok 1
Uud Maghfiroh
Milda Fitria
TAHUN 2023
Definisi Jual Beli
Jual beli menurut bahasa adalah mempertukarkan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Mempertukarkan sesuatu maksudnya harta mempertukarkan benda dengan harta benda,
termasuk mempertukarkan harta benda dengan mata uang, yang dapat disebut jual beli.
Sebagian fuqaha mengatakan bahwa jual beli ialah pertukaran harta benda dengan harta
benda.
Pengertian jual beli menurut Wahbah az-Zuhaili adalah :
ُمبَ َد لَةُ م ٍل بِم ٍل عَلئ َوجْ ٍه َم ْخصٌوْ ص
Artinya : Pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang di
perbolehkan)
Jual beli dalam pengertian umum adalah perikatan (transaksi tukar-menukar) suatu
yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan. Ikatan tukar menukar itu maksudnya ikatan
yang mengandung pertukaran daari kedua belah pihak (penjual dan pembeli), yakni
salah satu pihak menyerahkan ganti penukaran atas sesuatu yang ditukarkan oleh pihak
lain.
Jual beli dalam arti khusus adalah ikatan tukar menukar sesuatu yang bukan manfaat
dan kelezatan yang mempunyai daya penarik, salah satu pertukaranya bukan berupa
emas dan perak yang dapat direalisasikan bendanya, bukan ditangguhkannya. Istilah
daya penarik adalah perikatan itu mempunyai kekuatan, sebab salah satu yang
mengadakan perikatan itu bermaksud mengalahkan lawanya.
ۗ اَلَّ ِذي َْن يَْأ ُكلُ ْو َن الرِّ ٰبوا اَل يَقُ ْو ُم ْو َن اِاَّل َكما يَقُ ْو ُم الَّ ِذيْ يَتَ َخبَّطُهُ ال َّشي ْٰط ُن ِم َن ْالم
ِّس َ َ
ۤ ۗ ْ هّٰللا
وا َواَ َح َّل ُ البَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰبوا فَ َم ْن َجا َء ٗه ۘ ك بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّر ٰب
َ ِٰذل
ٰۤ ُ
mُ ك اَصْ ٰح
ب َ ول ِٕى ف َواَ ْمر ٗ ُٓه اِلَى هّٰللا ِ ۗ َو َم ْن َعا َد فَا
َ ۗ ََم ْو ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنتَ ٰهى فَلَهٗ َما َسل
ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُد ْو َن
ِ َّالن
Artinya : “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya."
Tafsir Al-Mukhtashar (Markaz Tafsir Riyadh), di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih
bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram :
Allah memperingatkan dari akibat buruk di dunia dan di akhirat dari memakan harta
riba -yakni bunga dari hutang piutang atau jual beli-. Allah mengabarkan bahwa orang-
orang yang berinteraksi dengan riba akan bangkit dari kubur mereka di akhirat seperti
orang yang kerasukan setan; hal ini akibat perkataan mereka bahwa jual beli sama
dengan riba, keduanya halal. Maka Allah membantah mereka dengan menjelaskan
perbedaan antara keduanya, Dia menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, sebab
dalam jual beli terdapat manfaat bagi manusia sedangkan riba mengandung kezaliman
dan kebangkrutan. Barangsiapa yang mematuhi larangan riba maka tidak ada dosa
baginya, dan urusannya yang telah lalu kembali kepada kehendak Allah. Dan
barangsiapa yang kembali berinteraksi dengan riba karena menganggapnya halal maka
dia sungguh telah jauh dari kebenaran dan akan kekal di neraka selamanya.
Kelengkapan Unsur Akad Jual Beli Online Barang Elektronik Sistem Cash On
Delivery
Harus terpenuhi rukun dan syarat jual beli agar jual beli tersebut dikatakan sah
menurut syariah tanpa ada kedua belah pihak yang harus dirugikan apalagi ini jual beli
online yang penjual dan pembelinya tidak bertemu secara langsung hanya menunjukan
berbagai gambar disertai deskripsi produknya maka harus saling percaya antara
keduannya dan mempunyai itikad baik dalam transaksi jual beli supaya tidak terjadi
kasus penipuan yang dapat merugikan seorang penjual maupun seorang pembeli.
Ada beberapa unsur yang harus terpenuhi dalam akad jual beli online secara syariat,
karena ini sangat penting dalam transaksi untuk megetahui bagaimana baik buruknya
transaksi tersebut. Harus adanya seorang penjual, seorang penjual itu ketika menjual
barang dagangnya harus sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam perjanjian,
harus adanya seorang pembeli juga itu penting karena adanya pembeli akan
meningkatkan produksi barang dan roda perekonomian dapat berputar, barang yang
diperjualbelikan itu juga memiliki peran karena seseorang tersebut bangga dapat
memiliki barang yang diinginkan, selanjutnya yaitu perlu adanya ijab dan kabul karena
sebagai tanda kerelaan seorang penjual serta perpindahan hak milik dan pembeli untuk
memberikan suatu barang yang mereka miliki sesuai dengan kesepakatan oleh duabelah
pihak yang bertransaksi. Tidak melanggar ketentuan syari’at agama, seperti transaksi
bisnis yang diharamkan, terjadinya kecurangan, penipuan dan menopoli, adanya
kesepakatan perjanjian diantara dua belah pihak (penjual dan pembeli) jika terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan antara sepakat (Al-Imdha’) atau pembatalan (Fasakh),
harus adanya kontrol, seperti sanksi dan aturan hukum yang tegas dan jelas dari
pemerintah (lembaga yang berkompeten) untuk menjamin bolehnya berbisnis yang
dilakukan transaksinya melalui online.
Unsur akad yang ada dalam transaksi jual beli online menurut undang-undang
nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik belum bisa dijadikan
pedoman atau dasar untuk menangani kasus jual beli online ini di internet. Pada pasal 1
poin 1 dan 2 UUITE, bahwa informasi elektronik adalah satu sekumpulan data
elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (elektronic mail),
telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol,
atauperforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang
mampu memahaminya. Kemudian transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, media elektronik
lainnya. Selain itu, yang dijadikan dasar hukum atas jual beli online ini adalah pasal 1
Ayat 24 UU tentang perdagangan, bahwa perdagangan melalui sistem elektronik adalah
perdagangan yang transaksinya dilakukan melalui serangkaian perangkat dan prosedur
elektronik.Dalam pasal 1320 KUHP Perdata yang menentukan bahwa unsur yang ada
dalam jual beli online harus memiliki kesepakatan antara duabelah pihak agar tidak ada
unsur penipuan, serta harus ada kecakapan dalam bertransaksi, dan juga sesuatu hal
yang baik supaya tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Problematika Akad Jual Beli Online Barang Elektronik Sistem Cash On Delivery
Problem-problem tersebut sangat menghantui mahasiswa untuk melakukan transaksi
online seperti berupa barang yang dipesan tidak sesuai dengan gambar maupun apa
yang dideskripsikan oleh penjual, terjadi kerusakan ketika dalam proses pengiriman,
kualitas barang yang kurang baik, waktu pengiriman yang terlalu lama, biaya ongkos
kirim yang terlalu mahal, adapula uang sudah di transfer tetapi barang tidak sampai ke
tempat tujuan.
Bisnis online sama seperti bisnis offline. Ada yang halal ada yang haram, ada yang
legal ada yang ilegal. Hukum dasar bisnis online sama seperti akad jual beli dan akad
as-Salam, ini diperbolehkan dalam Islam. Adapun keharaman bisnis online karena
beberapa sebab : Pertama, Sistemnya haram, seperti money gambling. Judi itu haram
baik di darat maupun di udara (online). Kedua, Barang atau jasa yang menjadi objek
transaksi adalah barang yang diharamkan, seperti narkoba, video porno, online sex,
pelanggaran hak cipta, situs-situs yang bisa membawa pengunjung ke dalam perzinaan.
Ketiga, Karena melanggar perjanjian (TOS) atau mengandung unsur penipuan.
Keempat, lainnya yang tidak membawa kemanfaatan tapi justru mengakibatkan
kemudharatan
Secara syariat, problem yang ada dalam jual beli online kurangnya rasa saling
percaya antara penjual dengan pembeli sehingga menimbulkan ketidak nyamanan dalam
bertransaksi dan merasa takut untuk membeli barang tersebut. Dalam pandangan
mazhab Syafi’i, barang yang diperjual belikan disyaratkan dapat dilihat secara langsung
oleh kedua belah pihak, hal ini merupakan bentuk kehati-hatian agar tidak terjadi
penipuan. Karena pada dasarnya Islam sangat menekankan kepuasan diantara pihak
penjual maupun pembeli disamping juga mengantisipasi terjadinya penipuan dalam
transaksi jual beli online. Apabila seorang penjual dalam memasarkannya tidak
mendeskripsikan produknya dengan baik, seperti apakah barang ini memliki kualitas
nomor satu atau dua, barang tersebut kualitas nomor satu tetapi yang dikirimkan
kualitas barang nomor dua, dibilangnya barang sudah dikirimkan akan tetapi barang
tersebut belum sampai juga kepada pembeli kemudian bukti chat dan nomor kontak
pembeli langsung diblokir karena sudah mendapatkan untung dari situ. Maka penjualan
ini sangat dilarang karena tidak sesuai dengan syariat Islam dan hukumnya diharamkan
jika suatu jual beli online mengandung unsur penipuan serta ketidak jelasan.
Dalam hukum positif yang dipakai di Indonesia, permasalahan yang berkaitan
dengan jual beli online dapat disandarkan pada dua dasar hukum yang menjadi acuan
dalam menentukan keabsahan transaksi tersebut, dasar yang dimaksud adalah undang-
undang yang berkaitan dengan perlindungan konsumen dalam jual beli, dan undang
undang yang mengatur tentang penggunaan teknologisebagai sarana untuk menjalankan
transaksi jual beli atau yang lebih dikenal dengan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE).
Terkait dengan aspek hukum yang berlaku dalam transaksi online terutama dalam
upaya untuk melindungi konsumen, Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik setidaknya mengatur tentang ketentuan-ketentuan
yang mengakomodasi tentang perdagangan elektronik yang merupakan salah satu
ornamen dalam bisnis. Maka, secara otomatis perjanjian-perjanjian di internet tersebut
tunduk pada Undang Undang ITE dan hukumperjanjian yang berlaku.
Adapun pidana bagi seseorang yang melakukan penipuan dalam media elektronik
seperti dalam jual beli online dijelaskan dalam pasal 45 ayat 2 yang menyatakan: Setiap
orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat(1) atau ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun atau denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Pengawasan pemerintah terhadap
suatu tindakan kriminal khususnya penipuan yang dilakukan dalam jual beli online
harus segera ditindak lanjuti, mengingat banyak konsumen seperti sudah tidak percaya
terhadap jual beli yang berlebel online padahal ini sangat membantu banyak kalangan
selain meringankan penjual dalam memasarkan produknya, dalam jual beli online juga
dapat mengurangi penggaguran di Indonesia karena mereka tidak harus mengeluarkan
banyak modal untuk dapat berwirausaha.
Banyaknya kasus yang merugikan konsumen dalam transaksi jual beli antara pelaku
usaha sebagai penyelenggara usaha barang atau jasa, dan konsumen sebagai pengguna
barang atau jasa maka dibentuklah UU Nomor 8 Tahun 1999tentang perlindungan
konsumen yang di dalamnya diatur secara spesifik pasal-pasal yang mengatur mulai dari
definisi konsumen, pelaku usaha, sampai ketentuan penutup. Bilamana kita kaitkan
dengan permasalahan penegakan hukum dalam transaksi e-commerce di Indonesia,
berdasarkan Penjelasan umum atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
1999 disebutkan bahwa faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen dalam
perdagangan adalah tingkat kesadaran konsumen masih amat rendah yang selanjutnya
diketahui terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen. Hal ini diperlukan
suatu upaya serius dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia mengenaisosialisasi peraturan hukum dan pengetahuan dalam transaksi e-
commerce yang sebagaimana untuk mencegah terjadinya perkembangan pidana dalam
transaksi ecommerce yang berlangsung di dunia maya tersebut.
Studi Kasus ke 2
Jual Beli Pupuk Kandang
sekarang sudah banyak orang-orang yang menternak ayam, kambing ataupum
sapi. Dan mereka tidak hanya menjual hewan ternaknya saja, tetapi mereka juga
mengambil keuntungan dengan menjual kotoran-kotaran dari hewan ternak tersebut
untuk dikelola menjadi sebuah pupuk. Akan tetapi mereka tidak tau pupuk yang terbuat
dari kotoran tersebut diperbolehkan atau tidak, karena pupuk tersebut terbuat dari bahan
yang najis.
Tetapi meskipun syafi’iyah melarang jual beli barang najis, namun mereka
membolehkan untuk memberikannya kepada orang lain dengan mengambil upah,
mereka menyebut dengan “isqath al-haq” atau menggugurkan hak. Dan hadisnya yaitu
sebagai berikut:
Unsur-unsur akad yang ada dalam transaksi online harus terpenuhi adanya penjual
dan pembeli, adanya barang yang dijual dalam bentuk gambar dan deskripsi, harga
barang, alat transaksi tersebut menggunakan uang, mengisi data yang ditampilkan dalam
aplikasi, adanya objek akad atau bisa disebut juga barang yang diperjualbelikan, barang
harus bernilai, barang yang halal, barang yang dijual harus berupa barang milik sendiri
atau sebagai perwakilan dari pemilik barang, kesesuaian harga dengan barang yang akan
dijual, adanya ijab dan kabul, dari semua unsur-unsur yang ada diatas maka jual beli
online barang elektronik sudah memenuhi sesuai syariat Islam.
Problem yang dialami oleh masyarakat Dusun Dan Dan Desa Pragaan Daya dalam
melakukan jual beli online barang elektronik seperti, Barang yang di posting tidak
sesuai dengan gambar, tidak sesuai dengan deskripsi barang, terjadi kerusakan ketika
dalam proses pengiriman, kualitas barang yang kurang baik, waktu pengiriman yang
terlalu lama, biaya ongkos kirim yang terlalu mahal, uang sudah di transfer tetapi
barang tidak sampai ke tempat tujuan.
Sedangkan dalam beberapa kasus yang kedua dalam kasus jual beli kotoran hewan
dalam beberapa kasus dalam hukum islam ada beberapa madzhab yang tidak
memperbolehkan dan ada juga yang memperbolehkan dikarenakan dilihat dari
manfaatnya, jadi kita hanya tidak perlu kiranya memeperkarakan. Jika kita merujuk
kebeberapa ulama.