Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH NUTRASETIKAL

RANCANGAN FORMULASI SEDIAAM KRIM EPIGALLOCATECHIN


GALLATE SEBAGAI ANTI AGING

Disusun Oleh :

Dewi Aulia Arum Priari WS 20330020

Dosen Pengampu :

Dr. Apt., Refdanita,M.Si

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penuaan dini merupakan masalah besar bagi seorang wanita. Penuaan dini dapat
menimbulkan rasa kurang percaya diri. Tanda – tanda penuaan dini diantaranya adalah
munculnya bintik-bintik hitam, muncul garis halus, pori-pori terlihat mulai membesar,
kusam, wajah terasa kasar, mata berubah bentuk, kulit wajah mengendur bahkan bisa
terjadi perubahan warna kulit. Banyak faktor yang dapat memicu terjadinya penuaan
dini yaitu paparan sinar matahari yang berlebih, posisi tidur, konsumsi makanan dan
minuman yang tidak sehat, kulit kurang istirahat karena selalu memakai make up, stres,
kurang tidur dan genetik. Penuaan dini dapat dicegah dengan menggunakan kosmetik
anti aging. Salah satu zat yang dapat digunakan sebagai anti aging adalah
epigallocatechin gallate.
Epigallocatechin gallate merupakan senyawa dari bahan alam yang memiliki
aktivitas sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidan epigallocatechin gallate lebih tinggi
daripada vitamin C dan vitamin E. Epigallocatechin gallate merupakan antioksidan
yang tinggi (100 kali vitamin C atau 25 kali vitamin E). Penelitian ini bertujuan untuk
memformulasi krim anti aging dengan bahan aktif epigallocatechin gallate dengan
konsentrasi basis krim yang berbeda sehingga didapatkan krim anti aging dengan
karakteristik fisik yang optimal. Basis krim merupakan bahan eksipien utama dalam
membentuk konsistensi sediaan krim. Pada penelitian ini basis krim yang digunakan
adalah lexemul CS-20 dimana basis krim ini mengandung kombinasi 2 basis krim yaitu
cetearyl alcohol dan ceteareth-20).
Krim adalah bentuk sediaan setengan padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai. Sediaan krim yang baik
harus memenuhi persyaratan yaitu stabil, mudah dipakai, halus, mudah diratakan. Basis
krim merupakan bahan tambahan utama krim untuk mendapatkan konsistensi krim
yang baik. Lexemul CS-20 merupakan bahan basis krim yang mengandung dua bahan
yaitu cetearyl alcohol dan ceteareth-20 yang juga bisa digunakan sebagai emulsifier.
Konsentrasi penggunaan basis krim akan berpengaruh pada viskositas suatu
krim. Sediaan krim anti aging epigallocatechin gallate diformulasikan dengan
konsentrasi basis krim yang berbeda yaitu 10%, 15% dan 20%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi terbaik dari basis yang
digunakan sehingga mendapatkan karakteristik fisik krim yang optimal yang memenuhi
aspek farmasetik. Evaluasi karakteristik fisik dilakukan dengan beberapa parameter
yaitu organoleptis, homogenitas, uji pH, uji tipe emulsi, uji daya sebar, viskositas dan
uji stabilitas.
BAB II
MONOGRAFI BAHAN

A. BAHAN ALAM
1) Epigallocatechin gallate
EGCG atau yang dikenal sebagai epigallocatechin gallate, EGCG
adalah sejenis senyawa nabati yang disebut catechin. Katekin selanjutnya dapat
dikategorikan ke dalam kelompok yang lebih besar dari senyawa tanaman yang
dikenal sebagai polifenol. EGCG dan katekin terkait lainnya bertindak sebagai
antioksidan kuat yang dapat melindungi dari kerusakan sel yang disebabkan
oleh radikal bebas.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa katekin seperti EGCG dapat
mengurangi peradangan dan mencegah kondisi kronis tertentu, termasuk
penyakit jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker. Sebagai antioksidan,
EGCG melindungi sel-sel Anda dari kerusakan yang terkait dengan stres
oksidatif dan menekan aktivitas bahan kimia pro-inflamasi yang diproduksi di
tubuh Anda, seperti tumor necrosis factor-alpha (TNF-alpha). EGCG ada secara
alami di beberapa makanan nabati tetapi juga tersedia sebagai suplemen
makanan yang biasanya dijual dalam bentuk ekstrak.

B. BAHAN KIMIA
1) Cetearyl alcohol (HOPE Edisi 6 tahun hal. 150)
Nama lain : cetostearyl alcohol
Pemerian : serbuk hablur atau butiran berwarna putih atau krem ; memiliki
bau yang khas manis dan samar
Kelarutan : sukar larut dalam air, larut dalam etanol dan eter
Titik didih : 300 - 360°C
Khasiat : basis krim

2) Ceteareth-20 (Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014 hal.


Nama lain : Lexemul CS-20
Pemerian : padatan putih berbentuk pastiles
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air ; larut dalam alkohol dan
diklorometana
Khasiat : basis krim

3) Dimetikon (Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014 hal.341)


Nama lain : Polydimethylsiloxane (PMDS)
Pemerian : larutan jernih tidak berwarna ; tidak berbau
Kelarutan : tidak larut dalam air, dalam metanol, dalam etanol dan dalam
aseton ; sangat sukar larut dalam isopropanol ; larut dalam
hidrokarbon terklorinasi, dalam benzene, dalam toluene, dalam
xilen, dalam eter dan dalam heksan.
Khasiat : emolien
4) Cetyl alkohol (Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014 hal. 1172)
Nama lain : Hexadecan-1-ol
Pemerian : serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih ; bau khas lemah
; rasa lemah
Kelarutan : tidak larut dalam air ; larut dalam etanol dan dalam eter,
kelarutan bertambah dengan naiknya suhu
Titik lebur : pada suhu 49,3 derajat celsius
Khasiat : emulsifying agent

5) Gliserin (Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014 hal. 507)


Nama lain : propane-1,2,3-triol
Pemerian : cairan ; jernih seperti sirup ; tidak berwarna ; rasa manis ; hanya
boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak) higroskopik,
netral terhadap lakmus
Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan dengan etanol ; tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam
minyak menguap
Bobot jenis : tidak kurang dari 1,249
Khasiat : humektan

6) Propilenglikol (Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014 hal. 1070)


Pemerian : cairan kental jernih, tidak berwarna ; rasa khas ; praktis tidak
berbau ; menyerap air pada udara lembap
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan
kloroform ; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial
; tidak dapat bercampur dengan minyak lemak
Bobot jenis : antara 1,035 dan 1,037
Khasiat : kosolven

7) Metyl paraben (Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014 hal.856)


Nama lain : nipagin
Pemerian : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih ; tidak
berbau atau berbau khas lemah ; sedikit rasa terbakar
Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzene, dan dalam karbon
tetraklorida ; mudah larut dalam etanol dan dalam eter
Bobot jenis : 1,587 g/mol h
Khasiat : pengawet

8) Propyl paraben (Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014 hal. 1072)


Nama lain : nipasol
Pemerian : serbuk atau hablur kecil ; tidak berwarna
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air ; sukar larut dalam air mendidih ;
mudah larut dalam etanol dan dalam eter
Bobot jenis : 1,352 gr/cm3
Khasiat : pengawet

9) Aquadest (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 96)


Nama lain : air suling
Pemerian : cairan jernih ; tidak berbau ; tidak berwarna ; tidak berasa
Kelarutan :-
Bobot jenis : 0,997g/ml
Khasiat : solven
BAB III
FORMULASI DAN PROSEDUR

Formulasi krim dibuat dengan konsentrasi basis krim yang berbeda yaitu :
1. Formula F1 : Lexemul CS-20 10%
2. Formula F2 : Lexemul CS-20 15%
3. Formula F3 : Lexemul CS-20 20%

Komposisi Kegunaan F1 F2 F3
% b/v
EGCG Bahan aktif 3 3 3
Lexemul CS-20 Basis krim 10 15 20
Dimeticon Emolien 0,5 0,5 0,5
Cetyl alcohol Emulsifying agent 3 3 3
Gliserin Humektan 5 5 5
Propilenglikol Kosolven 10 10 10
Metil paraben Pengawet 0,1 0,1 0,1
Propil paraben Pengawet 0,05 0,05 0,05
Aqua dest Solven 68,35 73,35 78,35

A. Perhitungan Bahan F1, F2 dan F3


10
F1 : lexemul 10% 𝑥100 𝑔𝑟 = 10 gr
100
15
F2 : lexemul 15% 𝑥100 𝑔𝑟 = 15 gr
100
20
F3 : lexemul 20% 𝑥100 𝑔𝑟 = 20 gr
100

3
1) EGCG : 3 % 𝑥100 𝑔𝑟 = 3 gr
100
0,5
2) Dimeticon : 0,5% 𝑥100 𝑔𝑟 = 0,5 gr
100
3
3) Cetyl alcohol : 3% 𝑥100 𝑔𝑟 = 3 gr
100
5
4) Gliserin :5% 𝑥100 𝑔𝑟 = 5 gr
100
10
5) Propilenglikol : 10% 𝑥100 𝑔𝑟 = 10 gr
100
0,1
6) Metil paraben : 0.1% 𝑥100 𝑔𝑟 = 0,1 gr
100
0,05
7) Propil paraben : 0,05% 𝑥100 𝑔𝑟 = 0,05 gr
100
8) Aqua dest ad 100 ml
F1 : aquadest 100 ml (3+10+0,5+3+5+10+0,1+0,05) = 68,35 ml
F2 : aquadest 100 ml (3+15+0,5+3+5+10+0,1+0,05) = 73,35 ml
F3 : aquadest 100 ml (3+20+0,5+3+5+10+0,1+0,05) = 78,35 ml

B. Prosedur
1) Siapkan alat dan bahan
2) Timbang bahan obat
3) Lebur fase minyak pada suhu 70°C di waterbath fase minyak terdiri dari
lexemul CS-20, dimetikon, cetyl alcohol
4) Fase air dipanaskan pada suhu 80°C, fase air terdiri dari gliserin, metil
paraben, propil paraben
5) fase minyak dimasukan ke dalam fase air sambil diaduk sampai terbentuk
masa krim yang homogen
6) larutkan EGCG dengan aqua dest, setelah larut lalu ditembahkan ke basis
krim, karena EGCG tidak stabil pada suhu tinggi.
7) Sediaan krim dimasukan kedalam wadah dan lakukan evaluasi sediaan
BAB III
EVALUASI SEDIAAN

1. Organoleptis
Uji organoleptis antara lain dengan mengamati bentuk, warna, bau, terjadinya
pemisahan fase pada sediaan krim yang dilakukan secara visual menggunakan indra
penglihatan.

Formula Warna Bau Bentuk


F1 Putih Khas Cair
F2 Putih Khas Krim
F3 Putih Khas Krim

2. Homogenitas
Dilakukan dengan menggunakan objek glass dengan cara sejumlah 10 gram
sediaan dioleskan pada sekeping kaca dan sediaan harus menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar.

Formula Homogenitas
F1 Homogen
F2 Homogen
F3 Homogen

3. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter yang dikalibrasi terlebih
dahulu menggunakan buffer standar pH 4,00 dan 7,00 sebelum mengukur pH krim.
Dilakukan dengan cara mencelupkan elektroda pH ke dalam setiap batch sediaan
krim. Sediaan krim dituang kedalam beaker glass yang selanjutnya elektroda
dicelupkan ke dalam sediaan krim hingga pH meter menunjukkan angka yang stabil.
Pengukuran dilakukan pada suhu kamar dan suhu penyimpanan.
Formula Hasil pengukuran pH
Bulan ke-0 Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3
F1 5,28 5,28 5,24 5,22
F2 5,22 5,14 5,16 5,14
F3 5,14 5,12 5,15 5,15

4. Uji tipe emulsi


Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan mengambil Sejumlah sediaan
diletakkan di atas objek glass, kemudian tambahkan 1 tetes metil blue, aduk hingga
homogen. Krim tipe o/w akan ditunjukkan terdistribusi merata berwarna biru pada
sediaan krim. Pengujian tipe emulsi dilakukan dengan metilen blue, jika metilen blue
tersebar merata menandakan sediaan krim tersebut tipe minyak dalam air.
Berdasarkan hasil pengamatan dihasilkan bahwa semua formula yaitu F1, F2 dan F3
adalah minyak dalam air karena terlihat warna terdistribusi merata pada sediaan
sebagaimana terlihat pada gambar.

5. Uji daya sebar


Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan dari sediaan krim
untuk dapat menyebar pada kulit. Uji daya sebar dapat dilakukan dengan cara krim
ditimbang 1g, lalu diletakan di atas plat kaca, dan biarkan beberapa menit, lalu ukur
diameter sebar krim, kemudian ditambah dengan beban 25g, beban didiamkan selama
1 menit, lalu diukur diameter sebarnya. Hal tersebut dilakukan sampai didapat
diameter sebar yang konstan Pada penelitian di dapatkan hasil dari ketiga formula
terdapat perbedaan yang bermakna pada uji daya sebar sehingga dapat diambil
kesimpulan semakin tinggi konsentrasi basis krim maka semakin kecil daya sebar
yang dihasilkan.

Formula Daya sebar (cm)


F1 7,54 ± 0,051
F2 6,81 ± 0,082
F3 5,55 ± 0,122

6. Uji viskositas
Pengukuran viskositas krim bisa dilakukan dengan menggunakan alat
viskosimeter Brookfield dan menggunakan spindel, krim dimasukkan ke dalam wadah
gelas kemudian spindel yang telah dipasang diturunkan sehingga batas spindel
tercelup ke dalam krim. Jalankan alat viskosimeter Brookfield kemudian baca dan
catat skalanya ketika jarum merah yang bergerak telah stabil. Uji viskositas dilakukan
dengan menggunakan viskosimeter brookfield dengan menggunakan spindel No. 64
dengan kecepatan 15 rpm. Pengujian viskositas dilakukan 2 kali yaitu saat awal dan
setelah penyimpanan 3 bulan. Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa formula 3
dengan konsentrasi basis krim yang paling tinggi memberikan viskositas yang paling
tinggi dan daya sebar yang paling kecil.

Formula Viskositas sediaan (Cp)


Hari ke-0 Setelah penyimpanan 3 bulan
F1 760 750
F2 850 880
F3 890 895

7. Uji stabilitas
Uji stabilitas dilakukan dengan metode sentrifugasi untuk mengetahui pengaruh
gravitasi terhadap kestabilan sediaan krim. Uji sentrifugasi dilakukan dengan
memasukkan sediaan krim kedalam tabung. Uji stabilitas dilakukan dengan
memasukkan sebanyak 5 gram krim dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi,
disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selang waktu 30 menit. Sistem emulsi yang
stabil menunjukkan tidak terjadinya pemisahan fase setalah disentrifugasi. Dari hasil
uji didapatkan hasil pada formula F1 terjadi pemisahan yang artinya sediaan tidak
stabil, sedangkan pada formula F2 dan F3 tidak terjadi pemisahan fase yang artinya
formula F2 dan F3 stabil.

8. Kemasan
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa lexemul CS-20


dapat dijadikan sebagai basis krim tunggal dengan konsentrasi 15- 20%. Semakin
tinggi konsentrasi lexemul CS-20 maka viskositas krim epigallocatechin gallate
semakin tinggi. Semakin besar konsentrasi lexemul CS-20 semakin kecil daya sebar
yang didapatkan. Sediaan krim epigallocatechin gallate dengan konsentrasi lexemul
CS-20 15 dan 20% tetap stabil setelah dilakukan uji stabilitas dengan metode
sentrifugasi.

DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, W., B.R and Maibah, H., 2005. Aging and Photoaging. In : Textbook of
Cosmetic Dermatology. Francis Taylor 3rd ed. London., p.443.
Dayan, N., 2008. Skin aging handbook., New York : William Andrew, p. 16-21: p.56-
68.
Departemen Kesehatan RI, 2014. Farmakope Indonesia, edisi ke-5. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Dewi, R., Anwar, E., and Yunita, K. S. 2016. Uji Stabilitas Fisik Formula Krim Yang
Mengandung Ekstrak Kacang Kedelai (Glycine Max). Pharmaceutical
Sciences and Research (PSR), vol. 1, no. 3, pp. 194-208.
Elya, B., Dewi, R., and Budiman, M. H. 2013. Antioxidant Cream Of Solanum
Lycopersicum L. International Journal of PharmTech Research, vol. 5, no.1,
pp. 233 - 238.
Hasrawati, A., Hasyim, N., & Irsyad, N. A. 2016. Pengembangan Formulasi
Mikroemulsi Minyak Sereh (Cymbopogon Nardus) Menggunakan Emulgator
Surfaktan Nonionik. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, vol. 3, no. 1, pp. 151-154.
12. Maha, H. L., Sinaga, K
Maha, H. L., Sinaga, K. R., and Masfria, M. 2018. Formulation And Evaluation Of
Miconazole Nitrate Nanoemulsion And Cream. Asian Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research, Vol. 11, no. 3, pp. 19-321.
Wilkes, M., Wright, C. Y., du Plessis, J. L., and Reeder, A. 2015. Fitzpatrick Skin
Type, Individual Typology Angle, And Melanin Index In An African
Population: Steps Toward Universally Applicable Skin Photosensitivity
Assessments. JAMA Dermatology, vol. 151, no. 8, pp. 902-903.
Yanhendri, S. W. Y. 2012. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal Dalam Dermatologi.
Cermin Dunia Kedokteran, vol, 194, no. 36, pp. 423-30

Anda mungkin juga menyukai