TAHAP I
TAHUN 2021-2022
TOPPer:
B. Fakta Administratif
Nama : Yuvens Kristia Efrata
No. FT : 3859
Alamat : Gereja Katolik St. Gregorius Agung Jambi. Jl. Lingkar Barat KM
10, Kel. Kenali Asam Bawah, RT 31, Kecamanatan Kota Baru Jambi. 36129.
a. Konteks Geografis1
Secara geografis, Paroki St. Gregorius Agung terletak di Provinsi Jambi.
Provinsi Jambi dengan total luas wilayah sekitar 53.435,72 km2 terdiri dari 9
Kabupaten dan 2 Kota Madya, yakni:
1
Sebagian besar diambil dari Laporan TOPP Fr.Tinus,SCJ, tahun 2019/2020
8. Kabupaten Tanjab Timur 5.445 Km2 (10,82%)
9. Kabupaten Tebo 6.641 Km2 (13,19%)
10. Kota Jambi 205,43 Km2 (0,41%)
11. Kota Sungai Penuh 391,5 Km2 (0,78%)
Sumber: https://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/03/adminstrasi-jambi-a1-1.jpg
Curah hujan di Kota Jambi selama Tahun 2012 beragam antara 29,1 mm
sampai 326 mm, dengan jumlah hari hujan antara 10 hari sampai 23 hari
perbulannya. Kecepatan angin di tiap bulan hampir merata antara 16 knots hingGa
28 knots. Sedangkan rata-rata kelembapan udara berkisar 80%-86%.
c. Konteks Ekonomi
Kondisi suhu udara berkisar antara 23 °C sampai dengan 34 °C dan luas
wilayah 53,435 km2 di antaranya sekitar 60% lahan merupakan kawasan
perkebunan dan kehutanan yang menjadikan kawasan ini merupakan salah satu
penghasil produk perkebunan dan kehutanan utama di wilayah Sumatra. Kelapa
sawit dan karet menjadi tanaman perkebunan primadona dengan luas lahan
perkebunan kelapa sawit mencapai 400.168 hektare serta karet mencapai 595.473
hektare. Sementara itu, nilai produksi kelapa sawit sebesar 898,24 ribu ton pertahun.
Hasil perkebunan lainnya adalah karet, dengan jumlah produksi 240,146 ribu ton
per tahun, kelapa dalam (virgin coconut) 119,34 ribu ton per tahun, casiavera 69,65
ribu ton per tahun, serta teh 5,6 ribu ton per tahun. Sementara produksi sektor
pertanian yang dihasilkan oleh kawasan bagian barat Provinsi Jambi yaitu beras
kerinci, kentang, kol/kubis, tomat dan kedele.
4
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5889246/10-provinsi-paling-bahagia-di-indonesia-ada-
tempat-asalmu
5
https://news.detik.com/berita/d-5887435/hut-jambi-jaksa-agung-minta-capaian-indeks-kebahagiaan-
ditingkatkan?_Gregorius Agung Jambi=2.29067964.1242814091.1641701957-
504185024.1641701957
Selain itu, ada juga potensi kekayaan alam di Provinsi Jambi adalah minyak
bumi, gas bumi, batubara dan timah putih. Jumlah potensi minyak bumi Provinsi
Jambi mencapai 1.270,96 juta m3 dan gas 3.572,44 miliar m3. Daerah cadangan
minyak bumi utama di struktur Kenali Asam, Kecamatan Jambi Luar Kota,
Kabupaten Muaro Jambi dengan jumlah cadangan minyak 408,99 juta barrel.
Sedangkan cadangan gas bumi utama di Struktur Muara Bulian, Kecamatan Muara
Bulian, Kabupaten Batanghari dengan jumlah cadangan 2.185,73 miliar m3.
d. Konteks Budaya
Seiring berjalannya waktu, banyak kesenian tradisional yang kini mulai
dilupakan oleh banyak orang. Nilai seni dan budaya Indonesia yang teramat
beragam kini pelan-pelan mulai terkikis dengan gaya hidup baru. Minimnya
pengetahuan akan kesenian tak dipungkiri menjadi sebab para generasi muda tak
lagi mengenal seni dan budaya yang dimiliki. Salah satu seni yang menjadi daftar
kekayaan budaya Indonesia dari Jambi adalah tari Rentak Besapih, sebuah tarian
yang menggambarkan keserasian, keseragaman dan jalan kehidupan. Tari rentak
besapih adalah gambaran kehidupan manusia yang berbeda etnis, suku, dan latar
belakang, tetapi berjalan serentak dalam kehidupan sehingga terlihatnya keselarasan
hidup berdampingan dengan rukun dan saling menghormati. Tari rentak besapih
dibawakan oleh 8 hingga 10 orang dengan memakai pakaian khas adat Melayu
Jambi dengan menggunakan hiasan kain tenun di atas kepalanya. Tarian Rentak
Besapih merupakan Gambaran sejarah Kota Jambi pada waktu dulu Jambi menjadi
kota perdagangan yang dikunjungi oleh berbagai etnis dan suku. Tari Rentak
Besapih merupakan kesenian turun temurun sejak masa nenek moyang. Sehingga
kesenian ini menjadi daftar keragaman seni budaya Indonesia yang layak untuk
dijaga keberadaannya. Saat ini seni tari Rentak Besapih terlihat pada perayaan-
perayaan tertentu.
Umat Gereja Paroki Santo Gregorius Agung Jambi memiliki beragam suku,
seperti batak, jawa, dan flores. Dominasi suku dimiliki oleh suku batak, baik di
wilayah pusat, atau wilayah kota, maupun stasi-stasi di Batanghari dan Sungai
Bahar. seperti dalam table berikut ini di wilayah pusat:
e. Konteks Agama
Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam yaitu sebesar 94,27%,
sedangkan selebihnya merupakan pemeluk agama Kristen, Protestan 2,90%, Katolik
1,30%, Buddha 1,29%, Konghucu 0,12% dan sebagian kecil pemeluk agama Hindu
0,08%.6 Agama Islam umumnya dianut etnis asli provinsi Jambi yakni Melayu Jambi
yang banyak tinggal di Sarolangun, Kerinci, Tanjung Tebo. Kemudian etnis Jawa,
Sunda, Bugis dan Minang sebagai etnis pendatang juga kebanyakan memeluk agama
Islam. Sementara agama Kristen (Protestan dan Katolik) umumnya dianut oleh
penduduk etnis Batak, Nias, dan sebagian Tionghoa. Agama Buddha dan Konghucu
dianut penduduk etnis Tionghoa, sedangkan sebagian kecil pemeluk agama Hindu
berasal dari etnis Bali dan peranakan India. Meski agama Islam menjadi mayoritas,
namun berbagai pemeluk agama hidup secara berdampingan dalam bermasyarakat.
Hal ini terlihat dari adanya program-program beberapa organisasi atau kelompok-
kelompok yang mengadakan “safari tempat ibadah”.
a. Geografi
Paroki St. Gregorius Agung, terletak di Jl. Lingkar Barat, Km. 10, Kel. Kenali
Asam Bawah, Rt. 31, Kec. Kotabaru, Provinsi Jambi. Secara khusus berada di Kota
6
https://jambi.bps.go.id/publication/2018/08/16/463fb7693f6a21782bbe309c/provinsi-jambi-
dalam-angka-2018.html
Jambi. Provinsi Jambi sendiri terdiri dari 5 paroki, yakni tiga paroki di kabupaten dan
2 paroki di Kota. Lokasi bangunan gereja Paroki St. Gregorius Agung berada di jalan
Lingkar Barat dan jauh dari pemukiman masyarakat, namun sangat strategis dilihat
dari asset jalan raya dan pengembangan Kota Jambi. Jalan lingkar Barat merupakan
salah satu jalan lintas dari Palembang menuju Riau atau Padang, Sumatera Utara.
Pelayanan Paroki St. Gregorius Agung, Jambi mencakup sebagian dari wilayah Kota
Jambi dan dua kabupaten, yakni kabupaten Batanghari dan kabupaten Muaro Jambi.
b. Demografi Umat
Paroki St. Gregorius Agung memiliki 11 wilayah (9 wilayah dalam kota dan 2
wilayah luar kota), 35 lingkungan dan 16 stasi. Adapun pembagian wilayah dan stasi
di Paroki St. Gregorius Agung beserta jumlah KK dan jadwal pelayanan adalah
sebagai berikut:
Muara Kapel 31 KK
Bulian
Meranti - 12 KK
Baru
Indosawit Kapel 10 KK
Ekumene
Kampung Kapel 12 KK
Baru
Johor Baru Kapel 28 KK
Tembesi Kapel 57 KK
Bahar 9 Kapel 39 KK
Bahar 10 Kapel 28 KK
Bahar 11 Kapel 13 KK
Bahar 15 Kapel 9 KK
Bahar 16 Kapel 16 KK
Selain adanya pembagian wilayah dan stasi di Paroki St. Gregorius Agung
beserta jumlah KK, secara demografi data di atas dapat dilengkapi dengan adanya
komposisi suku, keadaan status sosial dan status pendidikan7 di wilayah-wilayah
(kecuali wilayah sungai Bahar dan Santa Maria8) yang diuraikan di bawah ini:
Suku
no Nama Wilayah Flore tidak Jumlah
Batak Jawa Timur Ambon s Sunda Toraja Tionghoa Nias tahu
1 Antonius 120 102 20 2 5 347
2 Nikolas 210 34 13 1 101 2 21 10 392
Yohanes
3
Pembabtis 460 22 1 4 12 2 1 502
4 Paulus 491 75 6 2 18 8 14 27 641
Fransiskus
5
Xaverius 562 90 2 12 1 21 13 701
6 Valentinus 557 18 2 3 4 5 7 559
7 Agustinus 149 4 12 8 9 182
8 Katarina 329 18 16 8 1 5 378
9 Batanghari 430 57 1 1 17 4 7 518
10 JUMLAH 3.308 420 21 7 186 7 3 100 30 75 4.220
7
Tim Sensus, Demografi Umat Kuasi Paroki St. Gregorius Agung, 2016, h. 4-24.
8
Data demografi untuk wilayah Sunngai Bahar belum memenuhi syarat pendataan dalam sensus
umat tahun 2016, sedangkan untuk wilayah Santa Maria merupakan wilayah yang baru terbentuk dari
pemekaran wilayah St. Paulus, Ling. 5 dan 6 pada awal tahun 2018, sehingga tidak tercatat dalam
sensus umat tahun 2016.
Fransiskus
5
Xaverius 655 6 36 701
6 Valentinus 595 2 1 1 559
7 Agustinus 181 1 182
8 Katarina 375 3 378
9 Batanghari 466 1 3 48 518
10 jumlah 4.220
Pendidikan
Sedang Menjalani
No Nama Wilayah
T S SM SMA/ D1/D2/ S S
K D P STM D3 S1 2 3
2
1
Antonius 6 9 17 20 16
4
2
Nikolas 5 6 20 17 1 11
Yohanes 4
3
Pembabtis 8 2 19 23 4 21
3 1
4
Paulus 6 6 19 54 16 28 5 4
Fransiskus 1 3 13
5
Xaverius 8 1 8 40 1 1
2 8
6
Valentinus 6 4 35 23 5 20 1
3
7
Agustinus 3 0 12 12 2 5 1
1 6
8
Katarina 5 4 39 9 3 9 2
2
9
Batanghari 1 6 12 33 6 21 1 5
Pendidikan
Lulusan
no Nama Wilayah jumlah
S Tidak Sekolah Tidak Tahu
TK D SMP SMA/STM D1/D2/D3 S1 S2 S3
1 Antonius 26 21 84 24 74 10 2 18 347
2 Nikolas 46 33 75 30 51 11 1 22 23 392
Yohanes
3
Pembabtis 37 36 166 34 62 5 45 502
4 Paulus 45 55 179 33 71 5 54 21 641
Fransiskus
5
Xaverius 42 51 212 39 95 33 701
6 Valentinus 18 52 203 26 27 79 599
7 Agustinus 12 22 46 8 5 23 1 182
8 Katarina 8 23 123 22 21 2 39 378
9 Batanghari 69 60 148 23 28 44 41 518
10 jumlah 4220
c. Sejarah Singkat9
Nuansa hidup rohani yang berkembang di Paroki St. Theresia (Gereja induk
sebelum pemekaran), yang saat itu telah berusia 84 tahun, lahir dari keutamaan St.
Theresia. Keutamaan itu nampaknya telah merasuki kehidupan para pemimpin dan
umat sehingga Gereja mempunyai daya tarik dan daya pikat bagi banyak orang. Pelan-
pelan Umat Katolik di paroki ini semakin bertambah banyak. Gedung gereja tidak
mampu lagi menampung jumlah umat yang ada meskipun setiap Minggu sudah ada
tiga kali misa.
Para pastor dan tokoh umat mulai berpikir untuk mengadakan pemekaran paroki.
Pemikiran itu diwujudkan dengan membeli sebidang tanah seluas 8000 m2 di daerah
Mayang, Kel. Sipin III, Kotabaru Jambi pada tahun 1995. Tanah tersebut dibeli atas
nama Rm. Thomas Bhakti, SCJ. Tanah tersebut termasuk dalam wilayah St. Yohanes
Pembaptis. Sambil mengupayakan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) gereja, umat
mendirikan rumah jaga dan bangunan sederhana untuk berdoa. Jalan menuju lokasi
tersebut oleh warga setempat dinamai Jalan Persada. Namun oleh Rm. L. Walczak,
SCJ nama jalan tersebut diganti dengan nama Jalan Harapan. Nama tersebut dipilih
sebagai ungkapan keinginan atau harapan bahwa suatu saat tanah ini akan menjadi
lokasi gereja paroki kedua setelah Paroki St. Theresia di kota Jambi. Untuk itulah
kemudian bangunann sederhana yang dibangun di lokasi ini disebut dengan nama
Pondok Harapan.
9
Diambil dari Laporan TOPP Fr. Tinus, SCJ, tahun 2019/2020
Wil. Paulus. Wilayah baru ini merupakan pemekaran dari Wil. Yohanes Pembaptis.
Paguyuban Wilayah Barat kini berjumlah 5 wilayah.
Pada tanggal 17 Oktober 2006, sebagai pastor paroki Rm. Y.G. Marwoto, SCJ
membentuk susunan kepanitiaan Pembangunan Rumah Ibadat dan menunjuk Bpk. Dr.
Sihol Sylvester Situngkir, MBA sebagai ketua panitia. Mereka bekerja dengan sepenuh
hati dan berhasil memperoleh beberapa rekomendasi. Akan tetapi, masa bakti
kepanitiaan ini telah berakhir pada tahun 2009 sehingga dibentuk kepanitiaan baru
untuk melanjutkan rencana pembangunan rumah ibadat. Maka ditunjuk Bpk. C. Mujito
sebagai ketua panitia. Pada saat itu, jumlah umat Katolik di daerah calon Paroki sudah
mencapai 4.429 jiwa. Tahun 2010, terjadi sebuah peristiwa yang menunjukkan bahwa
ternyata Tuhan memberi tanda bahwa “Tanah Terjanji” bukan terletak di Mayang.
FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Jambi pernah mengeluarkan rekomendasi
pada tanggal 4 Agustus 2010 yang isinya menyetujui pendirian Gereja di tanah Pondok
Harapan, akan tetapi rekomendasi tersebut dicabut karena ada beberapa orang yang
keberatan akan adanya Gereja di tempat itu. Instansi pertama yang mencabut surat
rekomendasi adalah Sekretaris Daerah (SekDa) yang ditandatangani oleh H Budidaya.
M. For. Sc dengan melalui Surat No. 542.2/1271/Kesra tertanggal 23 November 2010.
Kemudian diikuti oleh kantor Kementrin Agama kota Jambi melalui surat tertanggal
21 Maret 2011 oleh H.A.R. Suyati, S. Ag.
Di awal tahun 2013, dialog yang terus menerus terjalin antara panitia pembangunan
dan pemerintah setempat membangkitkan Sekretaris Daerah Kota Jambi, Bpk. Ir. Daru
Pratomo, bersama FKUB meninjau lokasi pembangunan. Pemerintah menyetujui
permohonan panitia. Pada tanggal 28 Maret 2013, IMB (Izin Mendirikan Bangunan)
Gereja St. Gregorius Agung diterbitkan yang ditandatangani oleh walikota Bpk. Dr.
Rd. H. Bambang Priyanto dan Sekda Bpk. Ir. Danu Pratomo. Setelah IMB keluar, DPP
Theresia membentuk panitia pembangunan gereja yang diketuai Bpk. Ir. Febyanto.
Pada hari kamis Putih, 18 April 2013, Uskup Agung Palembang, Mgr. Al. Sudarso,
SCJ, bersama sepuluh imam merayakan Ekaristi sebagai pertanda dimulainya
pembangunan Gereja St. Gregorius Agung yang berkapasitas 1200 orang.
Kebersamaan dalam peletakan batu pertama pembangunan gereja oleh Bapa Uskup,
Walikota dan Sekretarris Daerah adalah dasar untuk membangun hidup bersama
sebagai warga masyarakat di “Tanah Pilih Pesako Betuah!” kasih dan sukacita;
kerukunan dan kebersamaan adalah pondasi pembangunan Gereja st. Gregorius
Agung.
Seiring dimulainya pembangunan gedung gereja, didirikan Puri Doa sebagai tempat
untuk segala aktivitas dan kegiatan menggereja. Melalui Surat Keputusan No. 238,
Uskup Agung Pamenbang menetapkan bahwa mulai tanggal 3 September 2013 berdiri
kuasi Paroki St. Gregorius Agung. Maka, pada bulan Februari 2014 dibentuklah
panitia baru oleh Dewan Pastoral Kuasi Paroki (DPKP) yang diketuai oleh Bpk. Ir.
Paten Ginting. Gereja ini dibangun dengan megah dan kokoh. Gereja dengan luas
bangunan 1.748 m2 ini dibangun di atas tanah seluas 1,4 hektar. Pembangunan gereja
ini menelan biaya hamper Rp. 10,6 milyar. Ini belum ditambah biaya pembelian tanah
sebesar Rp. 2,7 milyar. Meskipun bangunan gereja belum sempurna, pada 29 Mei
2016, Ketua Panitia Pembangunan Bpk. Ir. Paten Ginting sudah menyerahkan kunci
gereja kepada pastor kepala paroki dan selanjutnya Mgr. Al. Sudarso, SCJ memberkati
dan meresmikan bangunan gedung gereja. Seminggu kemudian, Gubernur Provinsi
Jambi, Bpk. H. Zumi Zola Zulkifli, S Tp, MA datang untuk menandatangani batu
prasasti.
Pada tanggal 3 September 2017, Mgr. Al. Sudarso, SCJ menaikkan status Kuasi
Paroki St. Gregorius Agung menjadi Paroki. Empat tahun memang merupakan waktu
yang sangat singkat untuk menaikkan status sebuah kuasi paroki menjadi paroki. Akan
tetapi jika dilihat dari Data Sensus Gereja tahun 2016, jumlah umat Katolik saat itu
sudah mencapai 4.500 jiwa.
Kendari pandemi, namun saya akan memberikan jadwal ideal, yaitu keadaan
sebelum pandemi Di Paroki St. Gregorius Agung berbaGai kelompok kategorial
maupun paguyuban umat beriman, antara lain:
JADWAL PERTEMUAN
NO KELOMPOK KATEGORIAL
10
Wawancara singkat dengan narasumber pada tanggal 11 Oktober 2021
yang diberikan pemerintah dan keuskupan. Namun yang saya soroti adalah kendati
pandemi kerinduan umat untuk aktif dalam kegiatan itu tetap ada.
Visi
“Umat Beriman yang Tangguh, Mendalam, dan Membumi”
Misi
1. Mengembangkan dasar-dasar katolisitas.
2. Menyiapkan dan membina lingkungn Kelurga Katolik.
3. Memberdayakan lingkungan sebagai komunitas basis Paroki.
4. Memupuk dan mengembangkan kemampuan umat dalam
kehidupan bermasyarakat.
5. Membangun dan mengembangkan semangat persaudaraan.
Selain visi dan misi juga disepakati beberapa prinsip mengereja, antara lain:
1. Lingkungan adalah komunitas Basis Gerejani
2. Komunitas OMK di wilayah
3. Wanita paroki dan WKRI menjadi satu.
11
Buku Napak Tilas Paroki Santo Gregorius Agung di Tanah Pilih Pesako Betuah Kota Jambi
2001-2017, h. 33.
e. Keadaan Pelayaan Pastoral
Setelah dinaikkan statusnya menjadi sebuah paroki, Gereja tampak lebih
hidup. Bahkan setelah menjadi paroki, sempat terjadi konflik antara umat Theresia
dan Gregorius Agung.12 Keduanya saling mengunggulkan diri. Umat banyak
melakukan kegiatan menggereja dan terus beraktivitas. Gereja mulai tumbuh dan
berkembang yang ditandai dengan kemunculan berbagai kelompok kategorial atau
paguyuban umat beriman. Paroki St. Gregorius Agung dilayani oleh 4 orang imam,
yakni Rm. Gregorius Wahyu Wurdiyanto, SCJ sebagai pastor kepala, Rm. Leo Adi
Widiangga, SCJ sebagai pastor rekan dan Rm. Thomas Basiran, SCJ, dan Rm,
Albertus Suryadi sebagai pastor yang mendapat Surat Keputusan (SK) untuk tinggal
di Paroki. Adapun pelayanan pastoral mencakup 5 bidang pelayanan Gereja, yakni
pewartaan, liturgia, koinonia, paguyuban, dan kesaksian.
Dalam tugas-tugas pelayanan para imam dibantu oleh beberapa umat yang
tergabung dalam Dewan Pastoral Paroki (DPP).13 Lima bidang pelayanan Gereja
dilaksanakan oleh komisi-komisi atau seksi yang dibentuk DPP bersama dan
melibatkan seluruh umat.14 Dalam bidang liturgi ada sie lektor, Mazmur, Organis
dan koor, Prodiakon, tata laksana, dan putra putri altar. Sedangkan dalam bidang
pewartaan atau kerygma ada sie katekese, kerasulan kitab suci, panggilan,
komunikasi sosial. Pada pilar pelayanan atau diakonia ada sie sosial ekonomi,
kematian, lansia dan orang sakit, pendayagunaan dan pemeliharaan Gedung,
keamaan, dan pendidikan. Bidang persekutuan atau koinonia ada sie kerasulan
awam, kerasulan keluarga, pemberdayaan wanita, rumah tangga pastoran,
kategorial, hubungan antaragama dan kepercayaan.
Masing-masing komisi atau seksi disebut juga tim kerja yang mempunyai
tugas dan perannya di dalam pembinaan iman umat. 15 Tim kerja ini adalah
kelompok umat yang bekerja bersama dalam pola kerja sebagai kesatuan tim. Selain
DPP para imam juga terbantu dengan adanya komunitas kategorial dan paguyuban
umat beriman yang cukup aktif. Salah satu contohnya, yakni adanya doa, maupun
12
Wawancara dengan Ketua Bidang Katolisitas paroki Gregorius Agung, Pak Andreas tanggal 15
September 2021.
13
Susunan Kepengurusan Dewan Pastoral Paroki, Paroki St. Gregorius Agung, Jambi periode
2021-2024 (Lampiran)
14
Nama-nama koordinator dan jumlah pengurus terlampir dalam lampiran.
15
Analisa dan Program Kerja Dewan Pastoral Paroki St. Gregorius Agung, Jambi periode 2021-
2024 (Lampiran)
pembelajaran bersama dalam lingkup wilayah maupun paroki yang diadakan oleh
komunitas kategorial, baik yang bersifat pewartaan, liturgi, koinonia, maupun
kesaksian. Kendati demikian pandemi membuat kegiatan menjadi terhenti, namun
komunitas-komunitas ini membantu dalam pengembangan iman umat.
Mentalitas untuk tampil menjadi bagian dari kehidupan umat GA. Banyak sekali
pengalaman pribadi, maupun cerita para imam terkait mentalitas ingin tampil di Paroki
ini. Dalam Evangelii Gaudium sudah ditegaskan bahwa pelayanan yang kita lakukan
bukan untuk mencari hal-hal duniawi, namun demi kemuliaan Tuhan (bdk EG 93).
Kenyataannya ada beberapa tokoh-tokoh paroki berlomba-lomba untuk aktif,
menjanjikan apapun, namun belum tentu bekerja maksimal demi pelayanan. Ketika kami
mengadakan acara bansos ke salah satu stasi, banyak orang yang antusias dalam grup
16
Pengalaman dengan Romo rekan ketika akan memberkati jenasah pada bulan Oktober
watsapp atau secara terus terang datang kepada saya dan menjanjikan dukungan baik
materi maupun tenaga. Namun kenyataannya memang ada beberapa orang yang sudah
sangat antusias menampilkan diri, namun tidak demikian kerjanya. Rapat DPP pada
tanggal 15 Agustus 2021 untuk persiapan banyak juga menghabiskan waktu untuk
bagaimana perihal penyerahan tali kasih kepada Bapa Uskup. Beberapa orang
mengiginkan untuk memberikan secara langsung di depan umat, atau untuk semua
pengurus dewan paroki dan ketua wilayah duduk di depan. Tidak jarang juga saya
mendengar obrolan di meja makan dari para imam terkait hal ini.
Hal baiknya tidak semua demikian, ada juga beberapa orang yang memiliki semangat
dalam pelayanan dan membuat saya merasa malu jika bersantai-santai. Ada beberapa
tokoh yang membuat saya kagum dengan semangat untuk bekerja bagi Gereja. Dengan
mudahnya menghabiskan waktu untuk Gereja dan harus meninggalkan keluarga. Saya
kadang sampai bertanya apakah mereka memiliki masalah dalam keluarga sehingga
menghabiskan waktu untuk pelayanan Gereja. Orang muda katolik (OMK) juga
termasuk salah satu dari tokoh-tokoh tersebut. Orang muda memiliki semangat yang luar
biasa dalam pelayanan. Bahkan kadang mereka merasa hidupnya sudah di Gereja, karena
waktunya banyak dihabiskan di dan untuk kegiatan Gereja. Tipe orang muda di Paroki
adalah orang yang mudah untuk berkumpul dan bukan tipe orang yang sungkan-sungkan.
OMK paroki St. Gregotius Agung sangat terkenal dalam hal kekompakan dan
keaktivannya dalam acar dari 3 komunitas OMK di kota jambi, yaitu Gregorius Agung,
Theresia, dan Ratu Rosario Selincah.
Selain itu, kekuatan dari paroki ini adalah persekutuan atau paguyuban yang
menciptakan persaudaraan, atau sebaliknya, karena saudara akhirnya menciptakan
persekutuan kristiani. Komunitas Batak Karo dan Komunitas Kliwonan menjadi
perwujudan nyata. Marga, bagi orang batak sangatlah penting, maka tidak heran
sangatlah mudah untuk saling mengulurkan tangan bagi yang lain. Contohnya, pada
tanggal 28 Agustus alasan kami pergi ke kediaman pak Manurung, selain ketergerakan
hati tentu saja karena marga. Maka jika dikatakan bahwa persekutuan dalam Gereja
adalah karisma yang otentik (bdk EG 130) menjadi warna khas di paroki ini. Mereka
sangat mudah berkumpul sebagai saudara dan membantu sebagai saudara seiman dan
keluarga.
Latar belakang mayoritas umat Paroki menarik untuk dibicarakan karena terkait
pastoral. Kebanyakan mereka adalah berasal dari Sumatra Utara dan tidak semua berasal
dari katolik. Banyak perkawinan beda Gereja terjadi di GA. Data sederhana saja, selama
saya di sini, artinya kurang lebih 5 bulan saya disini ada 16 pernikahan, hanya 4 yang
tidak dispensasi, itu pun 2 pasangan dari 4 pasangan tersebut dulu bukanlah katolik.
Yang lain, 4 adalah peneguhan perkawinan yang artinya diterima pernikahannya sebagai
pernikahan katolik dan 8 mixta religio. Maka hal inilah yang membuat Romo
pembimbing mengatakan katolisitas sangatlah lemah.17 Dalam pembicaraan dengan
pastor pembimbing, beliau mengatakan masalah yang sering terjadi adalah bagaimana
umat membawa budaya Gereja “sebelah” untuk ditanamkan dalam Gereja katolik, kedua
pemahaman mereka yang tidak begitu mendalam mengenai Katolik. Kata “naturalisasi”
muncul sebagai gambaran pastoral di paroki. Contoh paling tampak adalah dalam
pernikahan dan liturgi. Beberapa kasus yang terjadi bahwa umat menggampangkan
perkawinan, seolah merasa prosedurnya sama dengan gereja non katolik.18 Dalam liturgi,
beberapa tokoh ingin memvariasi liturgi sehingga menjadi lebih “syahdu”, seperti misa
natal kemarin hendak menggunakan lilin-lilin, atau prodiakon yang ingin meninggal
menggunakan alba, dan lagi umat menginginkan Imam menggunakan kuda untuk
perarakan minggu Palma, dan lain sebagainya.
Yang terakhir umat GA yang masih nyaman dengan model penggembalaan pastor
paroki sebelumnya. Faktanya setiap kali pergi kunjungan umat, atau pelayanan ke stasi
nama romo paroki sebelumnya selalu saja disebut dan dibanggakan. Sayangnya tidak
semua kebijakan pastor paroki sebelumnya adalah tepat dan benar. Maka menjadi
tuGas berat pastor paroki saat ini untuk membenahi apa yang seharusnya tidak terjadi.
Salah satu contoh konkretnya saja, saat persiapan katekumen. Ada minimal 40
pertemuan persiapan katekumen di paroki Gregorius Agung Jambi ini. Ketika ada
orang baru yang hendak mengikuti katekumen namun ia sudah melewatkan 30
pertemuan, katekis memperbolehkan ia mengikutinya tanpa harus memenuhi 30
pertemuan yang terlewat. Hal ini terjadi karena pastor paroki sebelumnya tidak
mempermasalahkan hal demikian.
17
wawancara Romo pembimbing pada tanggal 15 September 2021
18
wawancara dengan pastor rekan pada tanggal 21 September 2021
2. Refleksi Kritis Teologis
Kata “naturalisasi” dari romo pembimbing bagi saya menjadi kata kerja yang tepat
dan penting. Untuk kuantitas umat, memang paroki GA cukup memadai, namun dalam
kualitas katolisitas, perlu menjadi hal yang penting untuk difikirkan. Dalam obrolan
denGan OMK atau pun orang tua pertanyaan soal Maria, Kitab Suci, orang-orang kudus,
dan sakramen menjadi hal yang sering dipertanyakan. hal inilah yang menggerakan saya
dan tim katolisitas paroki membuat konten youtube setiap bulan. Tujuannya supaya
mereka memiliki fasilitas jika berbicara mengenai katolisitas. Juga dalam berbagai
kesempatan saya berusaha memberikan pemahaman mengenai katolisitas, baik dalam
pertemuan resmi atau dalam obrolan santai.
Yesus makan dengan pemungut cukai (bdk. Mat 21:31-32) dan mendampingi murid
yang berjalan menuju Emaus (bdk. Luk 24:13-35) menjadi model berpastoral yang saya
bayangkan di paroki Ga. Dengan segala macam cara hidup budaya dominan dan
mentalitas yang terjadi saya rasa model mendengarkan dan rendah hati diperlukan. Umat
aktif, hanya saja perlu untuk diarahkan pada kebenaran. Resistensi kepada pelayan
pastoral kerap terjadi ketika tidak sesuai dengan ekspektasi umat, maka sikap rendah hati
untuk memahami dan mengerti dibutuhkan agar pelan-pelan dapat memberikan
pengertian yang benar. Jika sama-sama keras maka tidak akan menemukan penyelesaian
sehingga kebijakan pastoral menjadi terhambat. Dalam Evangelii Gaudium artikel 95
dikatakan bahwa betindak superior terhadap yang lain adalah sebuah kegagalan dalam
bermisi untuk mewartakan kebenaran. Diperlukan kerendahatian untuk memahami dan
mengerti. Setiap di antara kita dipanggil untuk menemukan Kristus di dalam diri mereka,
untuk meminjamkan suara kita bagi perkara-perkara mereka, tetapi juga menjadi
sahabat-sahabat mereka, mendengarkan mereka, memahami mereka, dan menerima
hikmat tersembunyi yang ingin dismpaikan Allah kepada kita melalui mereka (bdk EG.
198).
Paguyuban dan tokoh-tokoh aktif menjadi sebuah aset yang sangat berguna. Model
kepemimpinan tunggal tampaknya bukan solusi untuk berpastoral di Paroki Gregoius
Agung. Kolaborasi dan gerak bersama menjadi bagian yang harus difikirkan.
Mendengarkan dan tidak angkuh dengan kebijakan pribadi menjadi langkah yang tepat
untuk menjalankan misi membangun Tubuh Mistik Kristus (bdk. 1 Kor 12:27). Umat
dengan potensinya masing-masing harus menjadi aset yang berharga bagi Kerajaan
Allah. Potensi-potensi yang ada harus berdampak dan berdaya guna secara kolaboratif
untuk pembangunan jemaat (bdk. LG 11).
C. Tugas TOPPer
Masa TOPP bagi saya adalah masa dimana saya bereksplorasi tentang apapun. Saya
tentu punya ekspektasi, namun tampaknya situasi membuat saya harus beradaptasi. Salah
satu contoh jika kita berbicara mengenai makna perjumpaan. perjumpaan apa yang harus
dilakukan dalam situasi seperti ini bagian yang harus difikirkan matang-matang.
Pandemi covid-19 membuat semuanya tidak berjalan seperti bagaimana seharusnya.
namun bukan berarti saya tidak “mencuri” kesempatan, atau memanfaatkan peluang
yang sebaik-baiknya untuk mengalami perjumpaan. Perjumpaan dan kehadiran bagi saya
menjadi penting. Sejak awal mula tema sosial menjadi pembicaraan saya secara khusus
dengan romo rektor dan staf Skolastikat. Para formator berharap saya dapat terlibat dan
mengasah kepekaan sosial. Maka, di awal saya berharap dapat mengaplikasikan apa yang
ada di dalam skripsi saya dengan berbagai macam jurnalnya.
Tanggal 6 Agustus 2021 saya tiba di Paroki, dan pada 7 Agustus 2021 saya merasa
memulai masa Tahun Orientasi Pastoral dan Panggilan dengan berkenalan dengan umat
pada Misa Sabtu sore, Minggu pagi, dan Minggu sore. Romo Wahyu, SCJ adalah pribadi
yang memberikan kebebasan saya untuk bereksplorasi tanpa harus didekte. Dalam
perjumpaan perdana dengan saya, beliau mengatakan bahwa “Silahkan frater belajar
apapun, kalau ada yang bisa dibantu, silahkan dibantu, saya bukan orang yang harus
menyuruhmu ini dan itu.” Hal ini menjadi patokan saya untuk terlibat dan mengambil
bagian-bagian yang memang menurut saya perlu. Saya juga merasa bebas untuk memilih
kepada siapa saya bertanya sesuai denga kapasitas dan kepentingan.
Saya tidak begitu mengalami masalah untuk beradaptasi dengan umat yang mayoritas
suku batak. Mereka termasuk aktif, baik dari yang muda sampai yang tua. Maka untuk
mengenal mereka, dengan kepribadian saya. –yang cenderung menarik diri jika tidak ada
sesuatu hal yang penting untuk komunikasi– menjadi bukan hal yang sulit. Menjadi sulit
ternyata bagaimana saya hidup di komunitas paroki pada awal mula. Situasi yang sangat
berbeda dengan komunitas pendidikan yang apresiatif dan dialogis membuat saya harus
nyaman dengan diri saya sendiri karena saya masuk dalam realitas, bukan idealitas. Pada
bulan Agustus dan September komunitas berjumlah 7 orang, yaitu 1 imam senior, 2
imam medior, 1 imam junior, saya yang adalah frater TOPP, 1 seminaris, dan 1 aspiran
hal ini juga ternyata menjadi masalah tersendiri dalam hal prinsip. perbedaan prinsip dan
pemikiran menjadi warna tersendiri di Komunitas Paroki. Kurangnya komunikasi yang
mendalam satu dengan yang lain membuat saya pada akhirnya memilih untuk
membiasakan diri. Makna kolaborasi menjadi sebuah sumbangan pribadi bagi kebaikan
pastoral paroki, baik dengan atau tidak harus komunikasi. Pada akhirnya saya harus
memilih sendiri apa yang baik dan berguna bagi saya, dan saya menikmatinya.
Medan pelayanan yang lumayan buruk dan jauh membuat saya harus terbiasa dengan
keadaan tersebut. Ada 16 stasi yang harus dilayani, dan stasi paling dekat adalah stasi
sungai bahar 3, yang jarak perjalanan kurang lebih 90 menit dengan menggunakan
sepeda motor. yang paling jauh adalah Tanjung Mandiri dengan jarak tempuh kurang
lebih 4 jam dari Paroki. jika dihitung jarak tempuh, memang tidak jauh, hanya medan
yang harus dihadapi yang membuat perjalanan menjadi lama. Berhektar-hektar kebun
sawit dan hutan lindung menjadi bagian dari perjalanan pelayanan ke stasi.
Banyak kegiatan saya bersama dengan orang muda, baik OMK, Remaka, bahkan
Biak dan juga komunitas Kelompok Basis Mahasiswa (KBM). Selain karena memang
bagian orang muda adalah bagian pastoral saya, Romo Wahyu,SCJ juga saya secara
khusus meminta untuk membangkitkan OMK di wilayah 7 St.Agustinus Sungai Duren
yang memang sudah lama “tertidur.” Memang sulit untuk membangunkan yang sudah
lama tertidur. Bahkan saat saya membuat laporan ini pun saya merasa belum mencapai
target yang saya buat sebagai ekspektasi. Pada intinya banyak kegiatan saya untuk
kaum Muda, Katekese dan pelayanan Sabda.
Oktober -Ibadat Sabda -Evaluasi Acara -Pendalaman materi Rosario -Aksi sosial
(3,10,16,17/10/2020) ReMaKa BKSN (5,13,21,30/10/2020) memberikan
(1/10/2020) bansos ke stasi
-ibadat Tobat -Rekoleksi misdinar (7-
(24.31/10/2020)
(8/10/2020) -persiapan dan 9/10/2020)
pelantikan
-ibadat dan -Katekekse Youtube
misdinar
Rosario( 5,13,21,30/1 (26/10/2020
Baru(9/10/2020)
0/2020)
-Katekese di stasi mengenai
-penyambutan
Maria (29/10/2020)
misdinar baru
(20/10/2020) -Mimbar Sabda TVRI
(18/10/2020)
-Pertemuan
OMK Sungai
Duren
-Memberi renungan
Komunitas kerahiman
Ilahi (KKI)
(26/11/2020)
Pada bidang kesaksian ada beberapa hal yang saya lakukan. Setiap 2 kali sebulan
saya berkotbah di stasi. Satu kali dalam sebulan saya juga kotbah di paroki saat misa
minggu pagi dan minggu sore. Bersharing pengalaman iman ketika bulan oktober
setiap satu kali dalam seminggu. Mengisi ibadat sabda dan sharing ketika pelayanan ke
komunitas Basis Mahasiswa (KBM). Terakhir melakukan aksi sosial dan derma natal.
Bulan September adalah bulan Kitab Suci, saya sudah mulai aktif terlibat dalam
kegiatan pastoral terutama dalam hal pewartaan dan pengajaran. Dalam liturgi saya
terlibat dalam persiapan Krisma dan ulang tahun paroki dengan menyiapkan peralatan
dan juga petugas liturgi yaitu misdinar. Mulai bulan September juga saya sudah
terjadwal untuk pelayanan Ibadat Sabda yaitu dua kali dalam sebulan. Minggu, 12
September 2021, di stasi Muara Bulian menjadi tempat pertama saya melakukan
ibadat sabda. Lalu di bulan ini satu kali dalam seminggu saya memimpin ibadat
sekaligus pertemuan BKSN dengan media zoom untuk anak-anak remaka dan para
pendampingnya. Saya mengambil inisiatif untuk menawarkan pertemuan via zoom,
karena tampaknya sudah lama mereka tidak mengadakan sebuah acara. Antusias
mereka untuk mengikuti menjadi tanda kerinduan tersebut. BKSN remaka tersebut
berpuncak dalam lomba-lomba yang kami adakan pada tanggal 29 September. Peserta
lomba adalah remaka paroki dan stasi-stasi.
Bulan September saya tutup dengan membuat konten untuk Youtube. Saya
mendengar bahwa katolisitas di paroki sangatlah lemah, karena banyak umat yang
“lompat-lompat” Gereja. banyak dari mereka yang berasal dari Gereja Kristen, seperti
Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), atau Gereja Kristen Indonesia (GKI), dan lain
sebagainya. Maka saya dan tim katolisitas paroki memikirkan sarana untuk
“katolisasi”, munculah ide mengenai konten Youtube yang akan konsisten setiap bulan.
Model katolisitas dengan obrolan singkat antara saya dan romo Paroki mengenai tema-
tema yang tematis pada bulan yang bersangkutan. Kami mulai dengan pembahasan
mengenai kitab suci, setelah kami upload di media Youtube kami bagikan di grup-grup
Whatsapp. Harapannya umat tahu bahwa ada fasilitas untuk katolisitas, umat tahu
kemana harus mencari sebuah jawaban mengenai kitab suci. Fasilitas katolisitas
dengan media Youtube saya pilih karena keyakinan bahwa umat mampu, atau tidak
kesulitan untuk mengaksesnya dimana pun dan kapan pun.
Bulan Oktober adalah bulan Rosario. Ada 3 hal besar yang saya lakukan, pertama
doa Rosario, kedua katekese atau pengajaran iman mengenai tema Rosario, dan ketiga
aksi sosial sebagai output pertemuan BKSN. Setiap satu hari dalam seminggu saya
memimpin sekaligus memberikan materi renungan untuk anak ReMaKa via zoom.
Antusias mereka tampak dengan kehadiran yang konsisten dan kesiapsediaan untuk
mengambil peran dalam ibadat dan Rosario. Kedua katekese dalam tema Rosario.
Selain dengan ReMaka pusat, saya juga terlibat ke daerah Sungai Bahar untuk
memberikan penjelasan akan pemahaman mengenai Rosario. Anak-anak ReMaKa dari
5 stasi berkumpul di Stasi Sungai Bahar 3 untuk mengikuti pertemuan dan dinamika
bersama saya pada tanggal 29 Oktober pukul 12:00 sampai 15:00. Jumlah peserta 48
anak dan kebanyakan mereka adalah anak-anak yang bersekolah di Negeri. Pengajaran
kedua dengan model talk show dengan media Youtube dari akun Bro Grego.
Pada tanggal 31 Oktober, kami menjalankan aksi sosial yang sudah kami persiapkan
satu bulan. Gereja harus berani memberikan contoh atau praktek yang nyata, terlibat
langsung dan berkontribusi untuk mengubah realitas (bdk EG. 207). Pertemuan BKSN
pada bulan September menggerakkan anak-anak ReMaKa untuk menanggapi
undangan kepedulian terhadap yang lain. Mereka sangat antusias ketika diajak untuk
mengumpulkan pakaian layak pakai untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan.
Umat yang mengetahui pun ikut terlibat dengan menyumbangkan dana dan prasarana.
Hingga akhirnya kami tidak hanya menyumbangkan pakaian namun dapat
menyumbangkan sembako dan bingkisan untuk anak-anak. Kami berangkat ke stasi
Camp Gunung dan Johor. Setelah mengadakan misa, sumbangan tersebut kami
distribusikan. Ada 3 stasi lain, yaitu Tanjung Mandiri, Kampung Baru, dan Meranti
yang kami distribusikan, hanya untuk Tanjung Mandiri dan Meranti tidak mendapat
sembako.
Bulan November, banyak kegiatan untuk sekolah dan acara Hari Orang Muda
Sedunia (HOMS). Pada tanggal 5 yaitu hari jumat pertama saya memimpin ibadat
untuk SMP Xaverius 2 Jambi. Pada tanggal 8 dan 9 Saya mengisi rekoleksi untuk kelas
6 SD Xaverius 1 jambi. Dalam satu hari ada dua gelombang dan satu gelombang satu
kelas. Untuk gelombang 1 pukul 17:30 – 10:00 WIB, gelombang kedua pukul 11:00-
13:30. Materi adalah “siap menghadapi ujian demi masa depan.” Sedangkan pada
tanggal 10, 12, 16,18,19, 23, dan 24 saya mengisi rekoleksi untuk kelas XII SMA
Xaverius 1 Jambi. Kegiatan dimulai pukul 07:30 sampai 15:00 WIB. Selain itu adalah
pelayanan Ibadah Sabda hari minggu terjadi pada tanggal 7 dan 14, Perayaan Ekaristi
Hari Arwah Sedunia pada tanggal 3, dilaksanakan di makam katolik Pal 12 Jambi,
mengisi “Mimbar Sabda” di TVRI pada tanggal 29, dan mulai melatih koor untuk
persiapan natal untuk wilayah Sungai Duren.
Bulan Desember saya fokuskan kepada perayaan Natal. Melatih koor OMK
Wilayah Sungai Duren untuk tugas tanggal 26 Desember dan ReMaKa pada tanggal 2
Januari, membantu panitia Natal menyiapkan sakramen Tobat, memberikan pertemuan
Adven kepada OMK pusat, OMK wilayah St.Maria, dan OMK Sungai Duren,
memberikan jawaban-jawaban terkait liturgi dan persiapannya, dan memimpin Ibadah
Natal di Stasi Muara Bulian pada tanggal 25 Desember.
Maka jika membicarakan keterlibatan, saya termasuk orang yang mengambil peran
secara inisiatif bagi Gereja. Mentalitas “tidak enak”, mentalitas “nanti dimarah romo
pembimbing” atau “nanti frater dinilai jelek dan tidak lulus” yang dimiliki beberapa
tokoh umat membuat mereka awalnya sungkan untuk berkolaborasi. Romo
pembimbing yang memberikan kebebasan juga membuat saya harus mencari apa yang
saya butuhkan untuk diri saya. Mulai bulan Oktober suasana sudah mulai “cair”, saya
mulai terbiasa –beradaptasi– dan cukup dalam mengamati keadaan, juga umat mulai
terbiasa dengan saya.
Masih ada proyek katolisitas untuk tahun depan dalam rangka berpartisipasi dengan
sinode kepausan. pada intinya kami akan membagikan materi mengenai sinode yang
berlangsung pada okboter 2021- oktober 2023 dengan tingkatan mulai dari BIAK
sampai orang tua dengan kemasan yang tentu berbeda-beda pada bulan januari sampai
Maret. Lalu akan mengambil data kuisioner dari peserta meringkasnya menjadi sebuah
hipotesa pada bulan april dan mengirimkannya kepada keuskupan pada bulan maret.
Selain berkontribusi bagi kegiatan sinode, harapannya dapat menyertakan materi
katolisitas sebagai sebuah pemahaman.
Pengalaman rohani yang sangat saya rasakan adalah relasi dengan Tuhan dalam
karya. Ketika pergi ke stasi sendirian dengan motor dijalan saya merasakan getaran
semangat. pengalaman ditunggu umat di stasi dan dengan semangat mewartakan karya
keselamatan Allah membuat saya semakin dekat dan penuh syukur kepada Tuhan.
Pengalaman, melayani, mendengarkan, dan meneguhkannya umat, baik dalam hal
rohani maupun moral hidup membuat saya merasa terberkati dan menjadi bagian
dalam karya keselamatan Allah. Ketika dalam keadaan lelah muncul sebuah
pertanyaan eksistensial “untuk apa semua ini saya lakukan?” dan jawaban “Demi
Kemuliaan Allah” menjadi jawaban yang nyata dan benar-benar dirasakan ketika
berkarya.
2. Studi
Sebagai seorang TOPPer, proses ini menjadi proses untuk belajar. Oleh karena
itu, sejak awal saya menanamkan semangat di dalam diri saya untuk belajar
sebanyak-banyaknya. Salah satunya dengan cara melihat, mengalami dan
merefleksikan pengalaman-pengalaman yang terjadi. Pengalaman-pengalaman
sebagai seorang TOPPer selama kurang lebih 4 bulan ini banyak hal yang sudah
boleh saya pelajari. Antara lain, dari perjumpaan-perjumpaan dan pengalaman-
pengalaman sehari-hari saya belajar untuk mampu menempatkan diri dalam segala
situasi, belajar bijaksana, rendah hati, kedisiplinan, mampu menentukan pilihan untuk
diri sendiri dan tentunya kesetiaan dalam menjalani panggilan.
Makna pengalaman sangatlah penting. Selama ini memang tidak banyak buku
yang saya baca. Bahkan tidak ada buku teologi yang saya baca sampai selesai. Buku
Hukum Perkawinan Katolik tulisan Mgr. Rubi dan Seruan sinode Bapak Paus dan
berbagai materi di dalamnya kerap kali saya. Fokus saya dalam hal studi adalah
bagaimana menerapkan apa yang sudah saya pelajari. Berbagai pengalaman dan
fenomena-fenomena paroki mengajarkan saya banyak hal. Saya mengamati
bagaimana para pastor menggunakan kapital-kapitalnya untuk menciptakan
kebijakan pastoral dan berelasi sosial, bagaimana cara umat memahami Allah dan
segala bentuk ritus yang ada, bagaimana organisasi atau komunitas-komunitas harus
bergerak, tumbuh, dan berkembang, bagaimana bersikap asertif untuk memutuskan
terhadap berbagai macam tawaran yang menyenangkan, bagaiamana saya harus
menempatkan diri dan adaptif terhadap umat dengan segala macam ide dan
karakternya, dan masih banyak hal yang sedang saya pelajari. Intinya terletak pada
pengalaman. Makna pengalaman sangatlah penting, melihat realitas dari kaca mata
Lumen Gentium atau pun melihat dunia dengan kaca mata Pieree Bourdieu dengan
relasi kapital-kapitalnya, atau seperti melihat tokoh-tokoh kuasa pemimpin dengan
sudut pandang Michael Foucoult.
E. Panutup
Pada Akhirnya saya menutup laporan pertama saya dengan kalimat “Open Heart
and Mind.” Dengan situasi budaya baru, kehidupan komunitas yang baru, pengalaman
yang baru mengajarkan kepada saya arti merendahkan diri dan terlibat di dalam
realitas. Peristiwa Inkarnasi adalah keterlibatan Allah sendiri dalam realitas. Allah
hadir dalam sebuah budaya dan situasi. Ia tidak memaksakan kehendak keallahannya
untuk menuntut situasi, namun justru dalam budaya Yahudi tersebutlah Kerajaan Allah
dibangun.
F. Lampiran
a. kotbah
Kotbah di Stasi Bullian
Minggu Biasa XXIV
13 eptember 2021: