Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN

TAHUN ORIENTASI PASTORAL DAN PANGGILAN (TOPP) SCJ

TAHAP I

TAHUN 2021-2022

TOPPer:

Fr. YUVENS KRISTIA EFRATA, SCJ

Paroki St. Gregorius Agung, Jambi


A.Pengantar
Masa Orientasi Pastoral dan Panggilan (TOPP) adalah masa untuk bereksplorasi.
Besar harapan bahwa saya dapat mengalami berbagai macam hal di tempat TOPP.
Adanya sebuah kerinduan untuk melihat realitas yang selama ini hanya dibayangkan
dari bangku kuliah membuat saya bersemangat. Jambi, tepatnya di Paroki Gregorius
Agung, akan menjadi lahan dimana saya mengamati dan menilai banyak hal. Oleh
karenanya, saya akan memberikan laporan atau situasi yang ada di paroki beserta
refleksi singkat.

B. Fakta Administratif
Nama : Yuvens Kristia Efrata

No. FT : 3859

Alamat : Gereja Katolik St. Gregorius Agung Jambi. Jl. Lingkar Barat KM
10, Kel. Kenali Asam Bawah, RT 31, Kecamanatan Kota Baru Jambi. 36129.

Nama Pembimbing : Rm. Gregorius Wahyu Wurdiyanto, SCJ

Nama Koordinator : Rm. Blasius Sukoto,SCJ

1. Deskripsi wilayah Jambi

a. Konteks Geografis1
Secara geografis, Paroki St. Gregorius Agung terletak di Provinsi Jambi.
Provinsi Jambi dengan total luas wilayah sekitar 53.435,72 km2 terdiri dari 9
Kabupaten dan 2 Kota Madya, yakni:

1. Kabupaten Kerinci 3.355,27 Km2 (6,67%)


2. Kabupaten Bungo 4.659 Km2 (9,25%)
3. Kabupaten Merangin 7.679 Km2 (15,25%)
4. Kabupaten Sarolangun 6.184 Km2 (12,28%)
5. Kabupaten Batanghari 5.804 Km2 (11,53%)

6. Kabupaten Muaro Jambi 5.326 Km2 (10,58%)


7. Kabupaten Tanjab Barat 4.649,85 Km2 (9,24%)

1
Sebagian besar diambil dari Laporan TOPP Fr.Tinus,SCJ, tahun 2019/2020
8. Kabupaten Tanjab Timur 5.445 Km2 (10,82%)
9. Kabupaten Tebo 6.641 Km2 (13,19%)
10. Kota Jambi 205,43 Km2 (0,41%)
11. Kota Sungai Penuh 391,5 Km2 (0,78%)

Sumber: https://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/03/adminstrasi-jambi-a1-1.jpg

Provinsi Jambi terletak pada 0o45’-2o45’ Lintang Selatan dan 101o10’-104o55’


Bujur Timur di bagian tengah Pulau Sumatera, sebelah Utara berbatasan dengan
Provinsi Riau, Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan Riau,
sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat
berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. Posisi Provinsi Jambi cukup strategis
karena langsung berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT
(Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle). Luas wilayah Provinsi Jambi
tersebut sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 1957, tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau,
yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 61 tahun 1958
(Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112) dengan luas daratan 50.160,05 km2
dan luas perairan 3.274,95 Km2.

Secara administratif, jumlah kecamatan dan desa/kelurahan di Provinsi Jambi


tahun 2010 sebanyak 131 Kecamatan dan 1.372 Desa/Kelurahan, dimana jumlah
Kecamatan dan Desa/Kelurahan terbanyak di Kabupaten Merangin yaitu 24
Kecamatan dan 212 Desa/Kelurahan. Data BPS Provinsi Jambi tahun 2018
mencatat ada 3.570.272 jiwa penduduk yang tersebar di 9 kabupaten dan 2
kotamadya. Rata-rata di setiap kecamatan jumlah laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah perempuan. Adapun rincian data dari BPS Provinsi
Jambi tahun 20182 di peroleh data sebagai berikut:

Tahun 2018 (Jiwa)


Kabupaten /
Kota Laki-laki Perempuan Total
Kerinci 118.656 119.135 237.791
Merangin 196.265 187.215 383.480
Sarolangun 150.732 145.253 295.985
Batang Hari 137.686 132.280 269.966
Muaro Jambi 223.309 208.996 432.305
Tanjab Timur 112.118 106.295 218.413
Tanjab Barat 170.045 158.298 328.343
Tebo 179.709 169.051 348.760
Bungo 187.677 179.505 367.182
Kota Jambi 300.566 297.537 598.103
Kota Sungai 89.944
Penuh 44.618 45.326
Total 1.821.381 1.748.891 3.570.272
Sumber: BPS Provinsi Jambi tahun 2018

Jambi adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir timur di


bagian tengah Pulau Sumatra. Jambi juga merupakan nama sebuah kota di provinsi
ini yang merupakan kota ibukota provinsi. Jambi adalah satu dari tiga provinsi di
Indonesia yang ibukota-nya bernama sama dengan nama provinsinya, selain
Bengkulu dan Gorontalo.

Secara topografis3, Provinsi Jambi terdiri atas 3 (tiga) kelompok variasi


ketinggian (Bappeda, 2010):

1. Daerah dataran rendah 0-100 m (69,1%), berada di wilayah timur sampai


tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten
2
https://jambi.bps.go.id/subject/12/kependudukan.html#subjekViewTab5
3
http://web.jambiprov.go.id/skpd/site/jambiprov.go.id/profil/letak-wilayah-dalam-provinsi-
jambi
Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian
Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten
Sarolangun dan Kabupaten Merangin.

2. Daerah dataran dengan ketinggian sedang 100-500 m (16,4%), pada wilayah


tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo,
Kabupaten Tebo,
Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten
Batanghari; dan

3. Daerah dataran tinggi >500 m (14,5%), pada wilayah barat. Daerah


pegunungan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta
sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan
Kabupaten Merangin.

Provinsi Jambi memiliki topografi wilayah yang bervariasi mulai dari


ketinggian 0 meter dpl di bagian timur sampai pada ketingian di atas 1.000 meter
Mdpl, ke arah barat morfologi lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat
merupakan kawasan pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi
Bengkulu dan Sumatera Barat yang merupakan bagian dari kawasan Taman
Nasional Kerinci Seblat. Selama Tahun 2013 rata-rata suhu di Kota Jambi berkisar
antara 26,0’C sampai 27,7’C. Dengan suhu maksimum 34,9’C yang terjadi pada
bulan Juni dan suhu minimum 21,2’C terjadi pada bulan Agustus s/d September.

Curah hujan di Kota Jambi selama Tahun 2012 beragam antara 29,1 mm
sampai 326 mm, dengan jumlah hari hujan antara 10 hari sampai 23 hari
perbulannya. Kecepatan angin di tiap bulan hampir merata antara 16 knots hingGa
28 knots. Sedangkan rata-rata kelembapan udara berkisar 80%-86%.

b. Konteks Sosial Politik


Situasi sosial-politik kota Jambi ada dalam taraf kondusif. Tidak ada kekacauan
masa atau demo dalam taraf yang tidak wajar. Memang ada beberapa kisah-kisah
yang diceritakan umat kepada saya, mengenai radikasilasi ketika Gereja masih
berada di Pondok Harapan (letak Gereja Paroki sebelum di Jalan lingkar barat) atau
pun menyebutkan beberapa sekolah yang tampaknya menanamkan benih-benih
radikal. Namun sejauh ini tidak ada berita-berita yang mengganggu kenyamanan
kehidupan bersama sebagai Gereja maupun masyarakat di kompleks Gereja ataupun
Jambi. Bahkan Jambi menurut Badan Pusat Stastistik (BPS) dalam laporan Survey
Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) dengan indikator kepuasan hidup, afeksi,
dan eudaimonia menempati peringkat 4 setelah Maluku.4 Jaksa Agung ST
Baharudin dalam kunjungannya mengatakan bahwa jambi adalah propinsi yang
memiliki keamanan, ketertiban, dan kenyamanan yang baik. 5 Dalam sambutannnya
ia mengajak masyarakat untuk terus memajukan prestasi tersebut.
Relasi Gereja dengan pemerintah sangat baik. Gubernur dan jajarannya, bupati
dan jajarannya, kapolda beserta jajarannya hadir saat ada perayaan besar, seperti
misa Natal dan misa Krisma. Kapolda, yang adalah Irjen. Pol. Albertus Rachmad
wibowo, S.I.K, M.I.K adalah orang katolik. Hal ini membuat suasana politis dan
sosial semakin baik. Pelaksanaan vaksinasi sudah terjadi 4 kali terjadi di Gereja.
Panitia penyelenggara adalah kepolisian yang bekerja sama dengan dewan pastoral
paroki (DPP). Ada juga beberapa tokoh katolik yang terlibat aktif dalam kehidupan
sosial dan membuat Gereja terlibat didalamnya. Seperti pak Laurensius Siagian
yang menjadi sosok penting dalam kehidupan bermasyarakat. Ia adalah tokoh yang
terlibat dan memungkinkan Gereja bekerjasama dengan dunia masyarakat.

c. Konteks Ekonomi
Kondisi suhu udara berkisar antara 23 °C sampai dengan 34 °C dan luas
wilayah 53,435 km2 di antaranya sekitar 60% lahan merupakan kawasan
perkebunan dan kehutanan yang menjadikan kawasan ini merupakan salah satu
penghasil produk perkebunan dan kehutanan utama di wilayah Sumatra. Kelapa
sawit dan karet menjadi tanaman perkebunan primadona dengan luas lahan
perkebunan kelapa sawit mencapai 400.168 hektare serta karet mencapai 595.473
hektare. Sementara itu, nilai produksi kelapa sawit sebesar 898,24 ribu ton pertahun.
Hasil perkebunan lainnya adalah karet, dengan jumlah produksi 240,146 ribu ton
per tahun, kelapa dalam (virgin coconut) 119,34 ribu ton per tahun, casiavera 69,65
ribu ton per tahun, serta teh 5,6 ribu ton per tahun. Sementara produksi sektor
pertanian yang dihasilkan oleh kawasan bagian barat Provinsi Jambi yaitu beras
kerinci, kentang, kol/kubis, tomat dan kedele.

4
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5889246/10-provinsi-paling-bahagia-di-indonesia-ada-
tempat-asalmu
5
https://news.detik.com/berita/d-5887435/hut-jambi-jaksa-agung-minta-capaian-indeks-kebahagiaan-
ditingkatkan?_Gregorius Agung Jambi=2.29067964.1242814091.1641701957-
504185024.1641701957
Selain itu, ada juga potensi kekayaan alam di Provinsi Jambi adalah minyak
bumi, gas bumi, batubara dan timah putih. Jumlah potensi minyak bumi Provinsi
Jambi mencapai 1.270,96 juta m3 dan gas 3.572,44 miliar m3. Daerah cadangan
minyak bumi utama di struktur Kenali Asam, Kecamatan Jambi Luar Kota,
Kabupaten Muaro Jambi dengan jumlah cadangan minyak 408,99 juta barrel.
Sedangkan cadangan gas bumi utama di Struktur Muara Bulian, Kecamatan Muara
Bulian, Kabupaten Batanghari dengan jumlah cadangan 2.185,73 miliar m3.

d. Konteks Budaya
Seiring berjalannya waktu, banyak kesenian tradisional yang kini mulai
dilupakan oleh banyak orang. Nilai seni dan budaya Indonesia yang teramat
beragam kini pelan-pelan mulai terkikis dengan gaya hidup baru. Minimnya
pengetahuan akan kesenian tak dipungkiri menjadi sebab para generasi muda tak
lagi mengenal seni dan budaya yang dimiliki. Salah satu seni yang menjadi daftar
kekayaan budaya Indonesia dari Jambi adalah tari Rentak Besapih, sebuah tarian
yang menggambarkan keserasian, keseragaman dan jalan kehidupan. Tari rentak
besapih adalah gambaran kehidupan manusia yang berbeda etnis, suku, dan latar
belakang, tetapi berjalan serentak dalam kehidupan sehingga terlihatnya keselarasan
hidup berdampingan dengan rukun dan saling menghormati. Tari rentak besapih
dibawakan oleh 8 hingga 10 orang dengan memakai pakaian khas adat Melayu
Jambi dengan menggunakan hiasan kain tenun di atas kepalanya. Tarian Rentak
Besapih merupakan Gambaran sejarah Kota Jambi pada waktu dulu Jambi menjadi
kota perdagangan yang dikunjungi oleh berbagai etnis dan suku. Tari Rentak
Besapih merupakan kesenian turun temurun sejak masa nenek moyang. Sehingga
kesenian ini menjadi daftar keragaman seni budaya Indonesia yang layak untuk
dijaga keberadaannya. Saat ini seni tari Rentak Besapih terlihat pada perayaan-
perayaan tertentu.

Umat Gereja Paroki Santo Gregorius Agung Jambi memiliki beragam suku,
seperti batak, jawa, dan flores. Dominasi suku dimiliki oleh suku batak, baik di
wilayah pusat, atau wilayah kota, maupun stasi-stasi di Batanghari dan Sungai
Bahar. seperti dalam table berikut ini di wilayah pusat:

SUKU DAN BUDAYA

WILAYAH BATAK FLORES JAWA TIONGHOA LAINNYA N


Antonius 144 33 98 94 8 344

Fransiskus 691 14 97 13 10 825


Xaverius +
( valentinus )

Nikolas 388 113 46 19 20 586

Paulus 530 29 88 15 27 689

Yohanes 506 - 22 8 1 537


Pembaptis

Batanghari + 778 18 244 22 11 1.073


( wil. St.
Agustinus)

Total 3.007 204 595 171 77 4.054

e. Konteks Agama
Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam yaitu sebesar 94,27%,
sedangkan selebihnya merupakan pemeluk agama Kristen, Protestan 2,90%, Katolik
1,30%, Buddha 1,29%, Konghucu 0,12% dan sebagian kecil pemeluk agama Hindu
0,08%.6 Agama Islam umumnya dianut etnis asli provinsi Jambi yakni Melayu Jambi
yang banyak tinggal di Sarolangun, Kerinci, Tanjung Tebo. Kemudian etnis Jawa,
Sunda, Bugis dan Minang sebagai etnis pendatang juga kebanyakan memeluk agama
Islam. Sementara agama Kristen (Protestan dan Katolik) umumnya dianut oleh
penduduk etnis Batak, Nias, dan sebagian Tionghoa. Agama Buddha dan Konghucu
dianut penduduk etnis Tionghoa, sedangkan sebagian kecil pemeluk agama Hindu
berasal dari etnis Bali dan peranakan India. Meski agama Islam menjadi mayoritas,
namun berbagai pemeluk agama hidup secara berdampingan dalam bermasyarakat.
Hal ini terlihat dari adanya program-program beberapa organisasi atau kelompok-
kelompok yang mengadakan “safari tempat ibadah”.

2. Pola Hidup Menggerja Geografi Paroki St. Gregorius Agung Jambi

a. Geografi
Paroki St. Gregorius Agung, terletak di Jl. Lingkar Barat, Km. 10, Kel. Kenali
Asam Bawah, Rt. 31, Kec. Kotabaru, Provinsi Jambi. Secara khusus berada di Kota

6
https://jambi.bps.go.id/publication/2018/08/16/463fb7693f6a21782bbe309c/provinsi-jambi-
dalam-angka-2018.html
Jambi. Provinsi Jambi sendiri terdiri dari 5 paroki, yakni tiga paroki di kabupaten dan
2 paroki di Kota. Lokasi bangunan gereja Paroki St. Gregorius Agung berada di jalan
Lingkar Barat dan jauh dari pemukiman masyarakat, namun sangat strategis dilihat
dari asset jalan raya dan pengembangan Kota Jambi. Jalan lingkar Barat merupakan
salah satu jalan lintas dari Palembang menuju Riau atau Padang, Sumatera Utara.
Pelayanan Paroki St. Gregorius Agung, Jambi mencakup sebagian dari wilayah Kota
Jambi dan dua kabupaten, yakni kabupaten Batanghari dan kabupaten Muaro Jambi.

Sumber: Dokumen kesekretariatan paroki St. Gregorius Agung, Jambi 2019.

b. Demografi Umat
Paroki St. Gregorius Agung memiliki 11 wilayah (9 wilayah dalam kota dan 2
wilayah luar kota), 35 lingkungan dan 16 stasi. Adapun pembagian wilayah dan stasi
di Paroki St. Gregorius Agung beserta jumlah KK dan jadwal pelayanan adalah
sebagai berikut:

WILAYAH KETERANGAN GEREJA Jumlah Jadwal


Lingkungan Stasi / KAPEL KK Pelayanan
WIL. 1 Ling. 1 Gereja 14 KK
St. Antonius St. Antonius Pusat
Padua
Ling. 2 St. Gereja 81 KK
Maria Pusat
Ling. 3 Gereja 5 KK
St. Fernando Pusat
WIL. 2 Ling. 1. Gereja 34 KK
St. Nikolas St. Nikolas Pusat
Ling. 2 Gereja 26 KK
St. Ignasius Pusat
Loyola
Ling. 3 Gereja 22 KK
St. Elisabeth Pusat
Ling. 4 Gereja 18 KK
St. Alfonsus Pusat
WIL. 3 Ling. 1 Gereja 35 KK
St. Yohanes St. Yohanes Pusat
Pembaptis Pembaptis
Ling. 2 Gereja 47 KK
St. Agatha Pusat
Ling. 3 Gereja 17 KK
St. Yohana Pusat
Ling. 4 Gereja 22 KK
St. Bonaventura Pusat Sabtu,
Pkl. 18.00
WIL. 4 Ling. 1 Gereja 33 KK
Minggu, Pkl.
St. Fransiskus St. Fransiskus Pusat
07.30 & 17.00
Xaverius Xaverius
Ling. 2 St. Gereja 38 KK
Agnes Pusat
Ling. 3 Gereja 38 KK
St. Leo Agung Pusat
Ling. 4 St. Gereja 18 KK
Lukas Pusat
Ling. 5 Gereja 36 KK
St. Petrus Pusat
Damianus
WIL.5 Ling. 1 Gereja 21 KK
St. Paulus St. Paulus Pusat
Ling. 2 Gereja 20 KK
St. Theresia Pusat
Ling. 3 Gereja 35 KK
St. Fransiskus Pusat
Asisi
Ling. 4 Gereja 15 KK
St. Mikael Pusat
WIL. 6 Ling. 1 Gereja
St. Valentinus St.Valentinus Pusat
Ling. 2 Gereja
St. Klaudius Pusat
Ling. 3 Gereja
St. Veronika Pusat
Ling. 4 St. Gereja
Louis Pusat
Ling. 5 St. Lucia Gereja
Pusat
WIL. 7 Ling. 1 Gereja 24 KK
St. Agustinus St. Agustinus Pusat
Ling. 2 Gereja 15 KK
St. Monica Pusat
WIL. 8 Ling. 1 Gereja 31 KK
St. Katarina St. Katarina Pusat
Ling. 2 Gereja 29 KK
Ratu Rosari Pusat
Ling. 3 St. Gereja 10 KK
Yosef Pusat
Ling. 4 Gereja 16 KK
St. Benediktus Pusat
WIL. 9 St. Ling. 1 St. Gereja 25 KK
Maria Maria Pusat
Ling. 2 Gereja 10 KK
St. Stefanus Pusat
Ling. 3 Gereja 36 KK
St. Cristoforus Pusat
Ling. 4 Tempino Kapel 23 KK

WIL. 10 Camp Kapel 13 KK


Batanghari Gunung
Terentang Kapel 29 KK

Muara Kapel 31 KK
Bulian
Meranti - 12 KK
Baru
Indosawit Kapel 10 KK
Ekumene
Kampung Kapel 12 KK
Baru
Johor Baru Kapel 28 KK

Tembesi Kapel 57 KK

WIL. 11 Teluk Kapel 21 KK


SunGai Bahar Beringin
Tanjung Kapel 17 KK
Mandiri
Bahar 3 Kapel 27 KK

Bahar 9 Kapel 39 KK
Bahar 10 Kapel 28 KK

Bahar 11 Kapel 13 KK

Bahar 15 Kapel 9 KK

Bahar 16 Kapel 16 KK

Selain adanya pembagian wilayah dan stasi di Paroki St. Gregorius Agung
beserta jumlah KK, secara demografi data di atas dapat dilengkapi dengan adanya
komposisi suku, keadaan status sosial dan status pendidikan7 di wilayah-wilayah
(kecuali wilayah sungai Bahar dan Santa Maria8) yang diuraikan di bawah ini:

Suku
no Nama Wilayah Flore tidak Jumlah
Batak Jawa Timur Ambon s Sunda Toraja Tionghoa Nias tahu
1 Antonius 120 102 20 2 5 347
2 Nikolas 210 34 13 1 101 2 21 10 392
Yohanes
3
Pembabtis 460 22 1 4 12 2 1 502
4 Paulus 491 75 6 2 18 8 14 27 641
Fransiskus
5
Xaverius 562 90 2 12 1 21 13 701
6 Valentinus 557 18 2 3 4 5 7 559
7 Agustinus 149 4 12 8 9 182
8 Katarina 329 18 16 8 1 5 378
9 Batanghari 430 57 1 1 17 4 7 518
10 JUMLAH 3.308 420 21 7 186 7 3 100 30 75 4.220

Status Sosial Dalam Masyarakat


N
Nama Wilayah Orma RT/ tidak jumlah
o
Warga biasa s RW anggota LSM tahu
1 Antonius 347 347
2 Nikolas 374 2 1 2 13 392
Yohanes
3
Pembabtis 499 2 1 502
4 Paulus 635 2 2 2 641

7
Tim Sensus, Demografi Umat Kuasi Paroki St. Gregorius Agung, 2016, h. 4-24.
8
Data demografi untuk wilayah Sunngai Bahar belum memenuhi syarat pendataan dalam sensus
umat tahun 2016, sedangkan untuk wilayah Santa Maria merupakan wilayah yang baru terbentuk dari
pemekaran wilayah St. Paulus, Ling. 5 dan 6 pada awal tahun 2018, sehingga tidak tercatat dalam
sensus umat tahun 2016.
Fransiskus
5
Xaverius 655 6 36 701
6 Valentinus 595 2 1 1 559
7 Agustinus 181 1 182
8 Katarina 375 3 378
9 Batanghari 466 1 3 48 518
10 jumlah 4.220

Pendidikan
Sedang Menjalani
No Nama Wilayah
T S SM SMA/ D1/D2/ S S
K D P STM D3 S1 2 3
2
1
Antonius 6 9 17 20 16
4
2
Nikolas 5 6 20 17 1 11
Yohanes 4
3
Pembabtis 8 2 19 23 4 21
3 1
4
Paulus 6 6 19 54 16 28 5 4
Fransiskus 1 3 13
5
Xaverius 8 1 8 40 1 1
2 8
6
Valentinus 6 4 35 23 5 20 1
3
7
Agustinus 3 0 12 12 2 5 1
1 6
8
Katarina 5 4 39 9 3 9 2
2
9
Batanghari 1 6 12 33 6 21 1 5

Pendidikan
Lulusan
no Nama Wilayah jumlah
S Tidak Sekolah Tidak Tahu
TK D SMP SMA/STM D1/D2/D3 S1 S2 S3
1 Antonius 26 21 84 24 74 10 2 18 347
2 Nikolas 46 33 75 30 51 11 1 22 23 392
Yohanes
3
Pembabtis 37 36 166 34 62 5 45 502
4 Paulus 45 55 179 33 71 5 54 21 641
Fransiskus
5
Xaverius 42 51 212 39 95 33 701
6 Valentinus 18 52 203 26 27 79 599
7 Agustinus 12 22 46 8 5 23 1 182
8 Katarina 8 23 123 22 21 2 39 378
9 Batanghari 69 60 148 23 28 44 41 518
10 jumlah 4220

c. Sejarah Singkat9

Nuansa hidup rohani yang berkembang di Paroki St. Theresia (Gereja induk
sebelum pemekaran), yang saat itu telah berusia 84 tahun, lahir dari keutamaan St.
Theresia. Keutamaan itu nampaknya telah merasuki kehidupan para pemimpin dan
umat sehingga Gereja mempunyai daya tarik dan daya pikat bagi banyak orang. Pelan-
pelan Umat Katolik di paroki ini semakin bertambah banyak. Gedung gereja tidak
mampu lagi menampung jumlah umat yang ada meskipun setiap Minggu sudah ada
tiga kali misa.

Para pastor dan tokoh umat mulai berpikir untuk mengadakan pemekaran paroki.
Pemikiran itu diwujudkan dengan membeli sebidang tanah seluas 8000 m2 di daerah
Mayang, Kel. Sipin III, Kotabaru Jambi pada tahun 1995. Tanah tersebut dibeli atas
nama Rm. Thomas Bhakti, SCJ. Tanah tersebut termasuk dalam wilayah St. Yohanes
Pembaptis. Sambil mengupayakan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) gereja, umat
mendirikan rumah jaga dan bangunan sederhana untuk berdoa. Jalan menuju lokasi
tersebut oleh warga setempat dinamai Jalan Persada. Namun oleh Rm. L. Walczak,
SCJ nama jalan tersebut diganti dengan nama Jalan Harapan. Nama tersebut dipilih
sebagai ungkapan keinginan atau harapan bahwa suatu saat tanah ini akan menjadi
lokasi gereja paroki kedua setelah Paroki St. Theresia di kota Jambi. Untuk itulah
kemudian bangunann sederhana yang dibangun di lokasi ini disebut dengan nama
Pondok Harapan.

Untuk semakin memantabkan langkah melahirkan paroki baru, tahun 2001


dibentuklah panitia persiapan paroki. Kemudian, pada tanggal 7 Agustus 2006
dibentuklah Paguyuban Wilayah Barat dan menjadi cikal bakal Dewan Pastoral Paroki
Persiapan. Paguyuban Wilayah Barat meliputi Wil. Antonius, Wil. Nikolas, Wil.
Yohanes Pembaptis, dan Wil. Fransiskus Xaverius. Bpk. C. Mujito ditunjuk sebagai
koordinator paguyuban dan sekaligus Ketua Dewan Pastoral Paroki Persiapan. Dalam
perkembangan selanjutnya, Paroki Persiapan mengalami pertambahan wilayah, yaitu

9
Diambil dari Laporan TOPP Fr. Tinus, SCJ, tahun 2019/2020
Wil. Paulus. Wilayah baru ini merupakan pemekaran dari Wil. Yohanes Pembaptis.
Paguyuban Wilayah Barat kini berjumlah 5 wilayah.

Pada tanggal 17 Oktober 2006, sebagai pastor paroki Rm. Y.G. Marwoto, SCJ
membentuk susunan kepanitiaan Pembangunan Rumah Ibadat dan menunjuk Bpk. Dr.
Sihol Sylvester Situngkir, MBA sebagai ketua panitia. Mereka bekerja dengan sepenuh
hati dan berhasil memperoleh beberapa rekomendasi. Akan tetapi, masa bakti
kepanitiaan ini telah berakhir pada tahun 2009 sehingga dibentuk kepanitiaan baru
untuk melanjutkan rencana pembangunan rumah ibadat. Maka ditunjuk Bpk. C. Mujito
sebagai ketua panitia. Pada saat itu, jumlah umat Katolik di daerah calon Paroki sudah
mencapai 4.429 jiwa. Tahun 2010, terjadi sebuah peristiwa yang menunjukkan bahwa
ternyata Tuhan memberi tanda bahwa “Tanah Terjanji” bukan terletak di Mayang.
FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Jambi pernah mengeluarkan rekomendasi
pada tanggal 4 Agustus 2010 yang isinya menyetujui pendirian Gereja di tanah Pondok
Harapan, akan tetapi rekomendasi tersebut dicabut karena ada beberapa orang yang
keberatan akan adanya Gereja di tempat itu. Instansi pertama yang mencabut surat
rekomendasi adalah Sekretaris Daerah (SekDa) yang ditandatangani oleh H Budidaya.
M. For. Sc dengan melalui Surat No. 542.2/1271/Kesra tertanggal 23 November 2010.
Kemudian diikuti oleh kantor Kementrin Agama kota Jambi melalui surat tertanggal
21 Maret 2011 oleh H.A.R. Suyati, S. Ag.

Penarikan rekomendasi dari instansi pemerintahan sangat menyakitkan karena


mementahkan kembali rencana mendirikan gereja. Rm. Haryoto, SCJ dan DPP harian
memutuskan untuk berkunjung ke wilayah-wilayah guna mensosialisasikan peristiwa
tersebut. Ketika pertemuan di wilayah Antonius, tampil salah seorang umat yang
sangat kritis, tegas dan bernada menyudutkan panitia. Beliau bernama Bpk. M.
Sinulingga. Pensiunan pegawai Badan Pertanahan Nasional ini melemparkan
pertanyaan dan pernyataan tajam namun ada nada gigih. Beliau mempertanyakan
“mengapa peristiwa itu bisa terjadi? Apakah dokumendokumen tersimpan dengan
baik? Apakah bisa diajukan ke pengadilan? Kalau perlu kita harus mencari keadilan di
meja hijau!”

Setelah pertemuan, Bapak Sinulingga seakan-akan membuka jalan keluar yaitu


dengan menawarkan sebidang tanah miliknya. Bpk. Sinulingga menghibahkan
sebagian tanahnya (sebanyak 5 tumbuk atau 50m x 50m) untuk pembangunan gereja
kepada pengurus gereja. Beliau mengira bahwa tanah seluas itu cukup untuk
membangun gereja. Lokasi tanah ini berada tepat di Jalan Lingkar Barat, Km. 10, Kel.
Kenali Asam Bawah, Kec. Kotabaru Jambi Kota. Lahan tersebut berupa semak yang
ditanam kunyit dan sayuran lainnya, serta dikelilingi oleh perkebunan Kelapa Sawit.
Namun, setelah terjadi pembicaraan yang mendalam, panitia pembangunan dan DPP
St. Theresia berpikir jauh ke depan bahwa tidaklah bijak apabila tanah seluas 5 tumbuk
untuk mendirikan sebuah paroki, mengingat untuk mendirikan kompleks gereja
sebagai pusat paroki setidaknya membutuhkan lahan seluas 1 hektar. Maka, setelah
melalui pembicaraan yang matang, keluarga Bpk. M. Sinulingga melepaskan tanah
seluas 1,4 hektar dan gereja menganti ¾ hektar dengan uang sejumlah Rp. 2,7 milyar.

Di awal tahun 2013, dialog yang terus menerus terjalin antara panitia pembangunan
dan pemerintah setempat membangkitkan Sekretaris Daerah Kota Jambi, Bpk. Ir. Daru
Pratomo, bersama FKUB meninjau lokasi pembangunan. Pemerintah menyetujui
permohonan panitia. Pada tanggal 28 Maret 2013, IMB (Izin Mendirikan Bangunan)
Gereja St. Gregorius Agung diterbitkan yang ditandatangani oleh walikota Bpk. Dr.
Rd. H. Bambang Priyanto dan Sekda Bpk. Ir. Danu Pratomo. Setelah IMB keluar, DPP
Theresia membentuk panitia pembangunan gereja yang diketuai Bpk. Ir. Febyanto.

Pada hari kamis Putih, 18 April 2013, Uskup Agung Palembang, Mgr. Al. Sudarso,
SCJ, bersama sepuluh imam merayakan Ekaristi sebagai pertanda dimulainya
pembangunan Gereja St. Gregorius Agung yang berkapasitas 1200 orang.
Kebersamaan dalam peletakan batu pertama pembangunan gereja oleh Bapa Uskup,
Walikota dan Sekretarris Daerah adalah dasar untuk membangun hidup bersama
sebagai warga masyarakat di “Tanah Pilih Pesako Betuah!” kasih dan sukacita;
kerukunan dan kebersamaan adalah pondasi pembangunan Gereja st. Gregorius
Agung.

Seiring dimulainya pembangunan gedung gereja, didirikan Puri Doa sebagai tempat
untuk segala aktivitas dan kegiatan menggereja. Melalui Surat Keputusan No. 238,
Uskup Agung Pamenbang menetapkan bahwa mulai tanggal 3 September 2013 berdiri
kuasi Paroki St. Gregorius Agung. Maka, pada bulan Februari 2014 dibentuklah
panitia baru oleh Dewan Pastoral Kuasi Paroki (DPKP) yang diketuai oleh Bpk. Ir.
Paten Ginting. Gereja ini dibangun dengan megah dan kokoh. Gereja dengan luas
bangunan 1.748 m2 ini dibangun di atas tanah seluas 1,4 hektar. Pembangunan gereja
ini menelan biaya hamper Rp. 10,6 milyar. Ini belum ditambah biaya pembelian tanah
sebesar Rp. 2,7 milyar. Meskipun bangunan gereja belum sempurna, pada 29 Mei
2016, Ketua Panitia Pembangunan Bpk. Ir. Paten Ginting sudah menyerahkan kunci
gereja kepada pastor kepala paroki dan selanjutnya Mgr. Al. Sudarso, SCJ memberkati
dan meresmikan bangunan gedung gereja. Seminggu kemudian, Gubernur Provinsi
Jambi, Bpk. H. Zumi Zola Zulkifli, S Tp, MA datang untuk menandatangani batu
prasasti.

Pada tanggal 3 September 2017, Mgr. Al. Sudarso, SCJ menaikkan status Kuasi
Paroki St. Gregorius Agung menjadi Paroki. Empat tahun memang merupakan waktu
yang sangat singkat untuk menaikkan status sebuah kuasi paroki menjadi paroki. Akan
tetapi jika dilihat dari Data Sensus Gereja tahun 2016, jumlah umat Katolik saat itu
sudah mencapai 4.500 jiwa.

d. Kehidupan Menggereja dan Tantangan


Setelah dinaikkan statusnya menjadi sebuah paroki, Gereja tampak lebih
hidup. Umat banyak melakukan kegiatan menggereja dan terus beraktivitas. Gereja
mulai tumbuh dan berkembang yang ditandai dengan kemunculan berbagai
kelompok kategorial atau paguyuban umat beriman.

Pandemi membuat kegiatan atau aktivitas kelompok-kelompok kategorial


menjadi terganggu. Selama 4 bulan di paroki, kegiatan kelompok kategorial menjadi
hampir tidak ada. Pertemuan doa kerahiman misalnya saja, yang dilakukan di
Gereja pada hari jumat siang sampai sore, harus dilakukan secara daring melalui
media zoom. begitu juga dengan orang muda Katolik (OMK), kepengurusan yang
baru dilantik atau diadakan kembali pada tanggal 26 Agustus 2021. Pada tanggal
tersebut baru kembali dibenahi sturktur kepengurusan karena sebelumnya sudah
lama ditinggalkan atau “mati.”

Banyak kelompok atau paguyuban yang muncul karena kesaamaan


kepentingan atau kebutuhan. Dalam obrolan sederhana dan singkat dengan beberapa
orang, paguyuban atau kelompok-kelompok tersebut terjadi karena perjumpaan dari
beberapa umat yang memiliki tujuan dan kepentingan yang sama serta didasari
dengan kebutuhan, kesamaan minat serta panggilan pribadi. Seperti Bu Rosa, dari
wilayah Santa Maria yang terlibat dalam Komunitas Kerahiman Ilahi (KKI),
baginya doa Kerahiman Ilahi, selain berpartisipasi untuk mendoakan dunia, menjadi
kekuatan yang mampu mengobati hatinya yang dulu sempat hancur lebur di masa
lalu.10

Kendari pandemi, namun saya akan memberikan jadwal ideal, yaitu keadaan
sebelum pandemi Di Paroki St. Gregorius Agung berbaGai kelompok kategorial
maupun paguyuban umat beriman, antara lain:

JADWAL PERTEMUAN
NO KELOMPOK KATEGORIAL

1. Legio Maria Selasa malam


2. Persekutuan Doa Karismatik Rabu malam
3. Kerahiman Ilahi Kamis sore
4. Komunitas Tri TungGal Mahakudus Selasa malam
5. Komunitas Dehonian Awam Kamis malam
6. Bina Iman Anak Katolik Minggu siang
7. Putra-putri Altar Minggu siang
8. Kelompok Kliwonan Malam selasa Kliwon
9. Kursus Evangelisasi Pribadi Minggu malam
10. Wanita Paroki dan WKRI Minggu I

Tantangan internal Gereja kelompok kategorial dan paguyuban umat beriman


masih terlihat adanya keterpisahan satu dengan yang lain. Kelompok kategorial dan
paguyuban umat beriman berdiri sendiri-sendiri sehingga seakan-akan mereka
memiliki gerak langkah sendiri tanpa adanya gerak bersama yang saling
bekerjasama dengan DPP untuk membangun Gereja menjadi lebih baik.

Tantangan ekstrenal tentu pandemi Covid-19. segala macam kegiatan harus


terhenti. Ternyata hal ini membawa dampak rohani juga bagi mereka. kerinduan
mereka sangatlah besar untuk berkumpul, berdoa, dan berbagi pengalaman iman.
Kerinduan itu tampak dengan adanya tokoh-tokoh yang masih saja berusaha untuk
mengadakan pertemuan bersama, kendati kebijakan Gereja tidak menghendaki.
Pada bulan Oktober, yang adalah bulan Rosario, tanpa sepengetahuan romo paroki,
ada wilayah yang tetap mengadakan pertemuan doa Rosario bersama. Memang
tindakan ini termasuk tindakan menyimpang, karena tidak sesuai dengan wacana

10
Wawancara singkat dengan narasumber pada tanggal 11 Oktober 2021
yang diberikan pemerintah dan keuskupan. Namun yang saya soroti adalah kendati
pandemi kerinduan umat untuk aktif dalam kegiatan itu tetap ada.

Pandemi menggangu kegiatan atau aktivitas kelompok-kelompok kategorial.


Selama 2 bulan awal di paroki ini kegiatan kelompok kategorial menjadi hampir
tidak ada. Pertemuan doa kerahiman misalnya saja, yang dilakukan di Gereja pada
hari jumat siang sampai sore, harus dilakukan secara daring melalui media zoom.
Begitu juga dengan orang muda Katolik (OMK), kepengurusan yang baru dilantik
atau diadakan kembali pada tanggal 26 Agustus 2021. Pada tanggal tersebut adalah
tanggal dimana akan dibenahi sturktur kepengurusan karena sebelumnya sudah
lama ditinggalkan atau “tertidur.”

Kelompok kategorial ini dibentuk dengan harapan mampu menumbuhkan


iman umat di luar perayaan Ekaristi. Adanya kelompok kategorial ini membantu
tumbuhnya Gereja yang berperan aktif dalam perkembangan Gereja secara umum,
baik kesalehan dalam ritual maupun dalam sosial. Selain itu membantu bersama
gerak langkah visi-misi Paroki St. Gregorius Agung. Adapun visi dan misi Paroki
St. Geregorius Agung11 sebagai berikut:

Visi
“Umat Beriman yang Tangguh, Mendalam, dan Membumi”
Misi
1. Mengembangkan dasar-dasar katolisitas.
2. Menyiapkan dan membina lingkungn Kelurga Katolik.
3. Memberdayakan lingkungan sebagai komunitas basis Paroki.
4. Memupuk dan mengembangkan kemampuan umat dalam
kehidupan bermasyarakat.
5. Membangun dan mengembangkan semangat persaudaraan.
Selain visi dan misi juga disepakati beberapa prinsip mengereja, antara lain:
1. Lingkungan adalah komunitas Basis Gerejani
2. Komunitas OMK di wilayah
3. Wanita paroki dan WKRI menjadi satu.

11
Buku Napak Tilas Paroki Santo Gregorius Agung di Tanah Pilih Pesako Betuah Kota Jambi
2001-2017, h. 33.
e. Keadaan Pelayaan Pastoral
Setelah dinaikkan statusnya menjadi sebuah paroki, Gereja tampak lebih
hidup. Bahkan setelah menjadi paroki, sempat terjadi konflik antara umat Theresia
dan Gregorius Agung.12 Keduanya saling mengunggulkan diri. Umat banyak
melakukan kegiatan menggereja dan terus beraktivitas. Gereja mulai tumbuh dan
berkembang yang ditandai dengan kemunculan berbagai kelompok kategorial atau
paguyuban umat beriman. Paroki St. Gregorius Agung dilayani oleh 4 orang imam,
yakni Rm. Gregorius Wahyu Wurdiyanto, SCJ sebagai pastor kepala, Rm. Leo Adi
Widiangga, SCJ sebagai pastor rekan dan Rm. Thomas Basiran, SCJ, dan Rm,
Albertus Suryadi sebagai pastor yang mendapat Surat Keputusan (SK) untuk tinggal
di Paroki. Adapun pelayanan pastoral mencakup 5 bidang pelayanan Gereja, yakni
pewartaan, liturgia, koinonia, paguyuban, dan kesaksian.

Dalam tugas-tugas pelayanan para imam dibantu oleh beberapa umat yang
tergabung dalam Dewan Pastoral Paroki (DPP).13 Lima bidang pelayanan Gereja
dilaksanakan oleh komisi-komisi atau seksi yang dibentuk DPP bersama dan
melibatkan seluruh umat.14 Dalam bidang liturgi ada sie lektor, Mazmur, Organis
dan koor, Prodiakon, tata laksana, dan putra putri altar. Sedangkan dalam bidang
pewartaan atau kerygma ada sie katekese, kerasulan kitab suci, panggilan,
komunikasi sosial. Pada pilar pelayanan atau diakonia ada sie sosial ekonomi,
kematian, lansia dan orang sakit, pendayagunaan dan pemeliharaan Gedung,
keamaan, dan pendidikan. Bidang persekutuan atau koinonia ada sie kerasulan
awam, kerasulan keluarga, pemberdayaan wanita, rumah tangga pastoran,
kategorial, hubungan antaragama dan kepercayaan.

Masing-masing komisi atau seksi disebut juga tim kerja yang mempunyai
tugas dan perannya di dalam pembinaan iman umat. 15 Tim kerja ini adalah
kelompok umat yang bekerja bersama dalam pola kerja sebagai kesatuan tim. Selain
DPP para imam juga terbantu dengan adanya komunitas kategorial dan paguyuban
umat beriman yang cukup aktif. Salah satu contohnya, yakni adanya doa, maupun

12
Wawancara dengan Ketua Bidang Katolisitas paroki Gregorius Agung, Pak Andreas tanggal 15
September 2021.
13
Susunan Kepengurusan Dewan Pastoral Paroki, Paroki St. Gregorius Agung, Jambi periode
2021-2024 (Lampiran)
14
Nama-nama koordinator dan jumlah pengurus terlampir dalam lampiran.
15
Analisa dan Program Kerja Dewan Pastoral Paroki St. Gregorius Agung, Jambi periode 2021-
2024 (Lampiran)
pembelajaran bersama dalam lingkup wilayah maupun paroki yang diadakan oleh
komunitas kategorial, baik yang bersifat pewartaan, liturgi, koinonia, maupun
kesaksian. Kendati demikian pandemi membuat kegiatan menjadi terhenti, namun
komunitas-komunitas ini membantu dalam pengembangan iman umat.

f. Analisis dan Refleksi

1. Fenomena Misi, Spiritual, dan Pastoral


Mayoritas umat Paroki adalah berbudaya batak dengan jumlah Mentalitas dan
semangat yang ditunjukan orang Batak membuat kebijakan paroki seharusnya menjadi
khas. Para pelayan paroki bersuku jawa, maka yang harus difikirkan adalah bagaimana
berpastoral dengan gaya budaya setempat, sehingga anugrah keselamatan Allah dapat
mewujud dalam budaya (Bdk EG 115). Tampaknya budaya dan pola berfikir
mempengaruhi kebijakan dan respon umat. Contoh ketika pada tanggal 19 september,
ada umat yang meminta pemberkatan jenasah. Romo menghubungi prodiakon setempat,
bertanya apakah pemberkatan jenasah ini bisa ditangani atau tidak. Hal ini wajar terjadi
di paroki St. Gregorius Agung Jambi, karena makna peran atau jabatan sangatlah penting
bagi suku Batak yang seharusnya tidak usah bertanya pun tidak menjadi persoalan. 16
Contoh kedua, ketika ReMaKa mengadakan lomba, atau ketika saya membuat konten
youtube kami harus membuat surat secara resmi kepada pihak-pihak terkait, misalnya
saja jika lomba mazmur harus ijin dengan komunitas mazmur paroki, ketika katolisitas
membuat konten youtube kami harus ijin atau minimal memberi tahu pihak komsos
meskipun mereka tidak berkontribusi dalam pembuatan. Mungkin bagi beberapa orang,
hal-hal yang tidak esensial tersebut tidak perlu, namun bagi umat di Paroki hal tersebut
menjadi sangat penting. Bagaimana pelayan pastoral menghargai dan berdamai dengan
hal tersebut menjadi penting.

Mentalitas untuk tampil menjadi bagian dari kehidupan umat GA. Banyak sekali
pengalaman pribadi, maupun cerita para imam terkait mentalitas ingin tampil di Paroki
ini. Dalam Evangelii Gaudium sudah ditegaskan bahwa pelayanan yang kita lakukan
bukan untuk mencari hal-hal duniawi, namun demi kemuliaan Tuhan (bdk EG 93).
Kenyataannya ada beberapa tokoh-tokoh paroki berlomba-lomba untuk aktif,
menjanjikan apapun, namun belum tentu bekerja maksimal demi pelayanan. Ketika kami
mengadakan acara bansos ke salah satu stasi, banyak orang yang antusias dalam grup

16
Pengalaman dengan Romo rekan ketika akan memberkati jenasah pada bulan Oktober
watsapp atau secara terus terang datang kepada saya dan menjanjikan dukungan baik
materi maupun tenaga. Namun kenyataannya memang ada beberapa orang yang sudah
sangat antusias menampilkan diri, namun tidak demikian kerjanya. Rapat DPP pada
tanggal 15 Agustus 2021 untuk persiapan banyak juga menghabiskan waktu untuk
bagaimana perihal penyerahan tali kasih kepada Bapa Uskup. Beberapa orang
mengiginkan untuk memberikan secara langsung di depan umat, atau untuk semua
pengurus dewan paroki dan ketua wilayah duduk di depan. Tidak jarang juga saya
mendengar obrolan di meja makan dari para imam terkait hal ini.

Hal baiknya tidak semua demikian, ada juga beberapa orang yang memiliki semangat
dalam pelayanan dan membuat saya merasa malu jika bersantai-santai. Ada beberapa
tokoh yang membuat saya kagum dengan semangat untuk bekerja bagi Gereja. Dengan
mudahnya menghabiskan waktu untuk Gereja dan harus meninggalkan keluarga. Saya
kadang sampai bertanya apakah mereka memiliki masalah dalam keluarga sehingga
menghabiskan waktu untuk pelayanan Gereja. Orang muda katolik (OMK) juga
termasuk salah satu dari tokoh-tokoh tersebut. Orang muda memiliki semangat yang luar
biasa dalam pelayanan. Bahkan kadang mereka merasa hidupnya sudah di Gereja, karena
waktunya banyak dihabiskan di dan untuk kegiatan Gereja. Tipe orang muda di Paroki
adalah orang yang mudah untuk berkumpul dan bukan tipe orang yang sungkan-sungkan.
OMK paroki St. Gregotius Agung sangat terkenal dalam hal kekompakan dan
keaktivannya dalam acar dari 3 komunitas OMK di kota jambi, yaitu Gregorius Agung,
Theresia, dan Ratu Rosario Selincah.

Selain itu, kekuatan dari paroki ini adalah persekutuan atau paguyuban yang
menciptakan persaudaraan, atau sebaliknya, karena saudara akhirnya menciptakan
persekutuan kristiani. Komunitas Batak Karo dan Komunitas Kliwonan menjadi
perwujudan nyata. Marga, bagi orang batak sangatlah penting, maka tidak heran
sangatlah mudah untuk saling mengulurkan tangan bagi yang lain. Contohnya, pada
tanggal 28 Agustus alasan kami pergi ke kediaman pak Manurung, selain ketergerakan
hati tentu saja karena marga. Maka jika dikatakan bahwa persekutuan dalam Gereja
adalah karisma yang otentik (bdk EG 130) menjadi warna khas di paroki ini. Mereka
sangat mudah berkumpul sebagai saudara dan membantu sebagai saudara seiman dan
keluarga.
Latar belakang mayoritas umat Paroki menarik untuk dibicarakan karena terkait
pastoral. Kebanyakan mereka adalah berasal dari Sumatra Utara dan tidak semua berasal
dari katolik. Banyak perkawinan beda Gereja terjadi di GA. Data sederhana saja, selama
saya di sini, artinya kurang lebih 5 bulan saya disini ada 16 pernikahan, hanya 4 yang
tidak dispensasi, itu pun 2 pasangan dari 4 pasangan tersebut dulu bukanlah katolik.
Yang lain, 4 adalah peneguhan perkawinan yang artinya diterima pernikahannya sebagai
pernikahan katolik dan 8 mixta religio. Maka hal inilah yang membuat Romo
pembimbing mengatakan katolisitas sangatlah lemah.17 Dalam pembicaraan dengan
pastor pembimbing, beliau mengatakan masalah yang sering terjadi adalah bagaimana
umat membawa budaya Gereja “sebelah” untuk ditanamkan dalam Gereja katolik, kedua
pemahaman mereka yang tidak begitu mendalam mengenai Katolik. Kata “naturalisasi”
muncul sebagai gambaran pastoral di paroki. Contoh paling tampak adalah dalam
pernikahan dan liturgi. Beberapa kasus yang terjadi bahwa umat menggampangkan
perkawinan, seolah merasa prosedurnya sama dengan gereja non katolik.18 Dalam liturgi,
beberapa tokoh ingin memvariasi liturgi sehingga menjadi lebih “syahdu”, seperti misa
natal kemarin hendak menggunakan lilin-lilin, atau prodiakon yang ingin meninggal
menggunakan alba, dan lagi umat menginginkan Imam menggunakan kuda untuk
perarakan minggu Palma, dan lain sebagainya.

Yang terakhir umat GA yang masih nyaman dengan model penggembalaan pastor
paroki sebelumnya. Faktanya setiap kali pergi kunjungan umat, atau pelayanan ke stasi
nama romo paroki sebelumnya selalu saja disebut dan dibanggakan. Sayangnya tidak
semua kebijakan pastor paroki sebelumnya adalah tepat dan benar. Maka menjadi
tuGas berat pastor paroki saat ini untuk membenahi apa yang seharusnya tidak terjadi.
Salah satu contoh konkretnya saja, saat persiapan katekumen. Ada minimal 40
pertemuan persiapan katekumen di paroki Gregorius Agung Jambi ini. Ketika ada
orang baru yang hendak mengikuti katekumen namun ia sudah melewatkan 30
pertemuan, katekis memperbolehkan ia mengikutinya tanpa harus memenuhi 30
pertemuan yang terlewat. Hal ini terjadi karena pastor paroki sebelumnya tidak
mempermasalahkan hal demikian.

17
wawancara Romo pembimbing pada tanggal 15 September 2021
18
wawancara dengan pastor rekan pada tanggal 21 September 2021
2. Refleksi Kritis Teologis
Kata “naturalisasi” dari romo pembimbing bagi saya menjadi kata kerja yang tepat
dan penting. Untuk kuantitas umat, memang paroki GA cukup memadai, namun dalam
kualitas katolisitas, perlu menjadi hal yang penting untuk difikirkan. Dalam obrolan
denGan OMK atau pun orang tua pertanyaan soal Maria, Kitab Suci, orang-orang kudus,
dan sakramen menjadi hal yang sering dipertanyakan. hal inilah yang menggerakan saya
dan tim katolisitas paroki membuat konten youtube setiap bulan. Tujuannya supaya
mereka memiliki fasilitas jika berbicara mengenai katolisitas. Juga dalam berbagai
kesempatan saya berusaha memberikan pemahaman mengenai katolisitas, baik dalam
pertemuan resmi atau dalam obrolan santai.

Yesus makan dengan pemungut cukai (bdk. Mat 21:31-32) dan mendampingi murid
yang berjalan menuju Emaus (bdk. Luk 24:13-35) menjadi model berpastoral yang saya
bayangkan di paroki Ga. Dengan segala macam cara hidup budaya dominan dan
mentalitas yang terjadi saya rasa model mendengarkan dan rendah hati diperlukan. Umat
aktif, hanya saja perlu untuk diarahkan pada kebenaran. Resistensi kepada pelayan
pastoral kerap terjadi ketika tidak sesuai dengan ekspektasi umat, maka sikap rendah hati
untuk memahami dan mengerti dibutuhkan agar pelan-pelan dapat memberikan
pengertian yang benar. Jika sama-sama keras maka tidak akan menemukan penyelesaian
sehingga kebijakan pastoral menjadi terhambat. Dalam Evangelii Gaudium artikel 95
dikatakan bahwa betindak superior terhadap yang lain adalah sebuah kegagalan dalam
bermisi untuk mewartakan kebenaran. Diperlukan kerendahatian untuk memahami dan
mengerti. Setiap di antara kita dipanggil untuk menemukan Kristus di dalam diri mereka,
untuk meminjamkan suara kita bagi perkara-perkara mereka, tetapi juga menjadi
sahabat-sahabat mereka, mendengarkan mereka, memahami mereka, dan menerima
hikmat tersembunyi yang ingin dismpaikan Allah kepada kita melalui mereka (bdk EG.
198).
Paguyuban dan tokoh-tokoh aktif menjadi sebuah aset yang sangat berguna. Model
kepemimpinan tunggal tampaknya bukan solusi untuk berpastoral di Paroki Gregoius
Agung. Kolaborasi dan gerak bersama menjadi bagian yang harus difikirkan.
Mendengarkan dan tidak angkuh dengan kebijakan pribadi menjadi langkah yang tepat
untuk menjalankan misi membangun Tubuh Mistik Kristus (bdk. 1 Kor 12:27). Umat
dengan potensinya masing-masing harus menjadi aset yang berharga bagi Kerajaan
Allah. Potensi-potensi yang ada harus berdampak dan berdaya guna secara kolaboratif
untuk pembangunan jemaat (bdk. LG 11).

C. Tugas TOPPer
Masa TOPP bagi saya adalah masa dimana saya bereksplorasi tentang apapun. Saya
tentu punya ekspektasi, namun tampaknya situasi membuat saya harus beradaptasi. Salah
satu contoh jika kita berbicara mengenai makna perjumpaan. perjumpaan apa yang harus
dilakukan dalam situasi seperti ini bagian yang harus difikirkan matang-matang.
Pandemi covid-19 membuat semuanya tidak berjalan seperti bagaimana seharusnya.
namun bukan berarti saya tidak “mencuri” kesempatan, atau memanfaatkan peluang
yang sebaik-baiknya untuk mengalami perjumpaan. Perjumpaan dan kehadiran bagi saya
menjadi penting. Sejak awal mula tema sosial menjadi pembicaraan saya secara khusus
dengan romo rektor dan staf Skolastikat. Para formator berharap saya dapat terlibat dan
mengasah kepekaan sosial. Maka, di awal saya berharap dapat mengaplikasikan apa yang
ada di dalam skripsi saya dengan berbagai macam jurnalnya.

Tanggal 6 Agustus 2021 saya tiba di Paroki, dan pada 7 Agustus 2021 saya merasa
memulai masa Tahun Orientasi Pastoral dan Panggilan dengan berkenalan dengan umat
pada Misa Sabtu sore, Minggu pagi, dan Minggu sore. Romo Wahyu, SCJ adalah pribadi
yang memberikan kebebasan saya untuk bereksplorasi tanpa harus didekte. Dalam
perjumpaan perdana dengan saya, beliau mengatakan bahwa “Silahkan frater belajar
apapun, kalau ada yang bisa dibantu, silahkan dibantu, saya bukan orang yang harus
menyuruhmu ini dan itu.” Hal ini menjadi patokan saya untuk terlibat dan mengambil
bagian-bagian yang memang menurut saya perlu. Saya juga merasa bebas untuk memilih
kepada siapa saya bertanya sesuai denga kapasitas dan kepentingan.

Saya tidak begitu mengalami masalah untuk beradaptasi dengan umat yang mayoritas
suku batak. Mereka termasuk aktif, baik dari yang muda sampai yang tua. Maka untuk
mengenal mereka, dengan kepribadian saya. –yang cenderung menarik diri jika tidak ada
sesuatu hal yang penting untuk komunikasi– menjadi bukan hal yang sulit. Menjadi sulit
ternyata bagaimana saya hidup di komunitas paroki pada awal mula. Situasi yang sangat
berbeda dengan komunitas pendidikan yang apresiatif dan dialogis membuat saya harus
nyaman dengan diri saya sendiri karena saya masuk dalam realitas, bukan idealitas. Pada
bulan Agustus dan September komunitas berjumlah 7 orang, yaitu 1 imam senior, 2
imam medior, 1 imam junior, saya yang adalah frater TOPP, 1 seminaris, dan 1 aspiran
hal ini juga ternyata menjadi masalah tersendiri dalam hal prinsip. perbedaan prinsip dan
pemikiran menjadi warna tersendiri di Komunitas Paroki. Kurangnya komunikasi yang
mendalam satu dengan yang lain membuat saya pada akhirnya memilih untuk
membiasakan diri. Makna kolaborasi menjadi sebuah sumbangan pribadi bagi kebaikan
pastoral paroki, baik dengan atau tidak harus komunikasi. Pada akhirnya saya harus
memilih sendiri apa yang baik dan berguna bagi saya, dan saya menikmatinya.

Sebelum terjun ke lapangan, saya mendapat informasi mengenai karakter kepribadian


suku Batak yang terkenal, keras baik dalam kata maupun volume suara, tegas, dan apa
adanya tanpa basa-basi. Ketika saya sudah kurang lebih 4 bulan di tempat ini, mengamati
bahwa karakter-karakter tersebut memang Nampak, namun tidak mengganggu. Yang
menarik adalah penghormatan mereka kepada para Imam, dan frater sangatlah besar.
Bisa dikatakan dengan para romo atau saya sebagai frater, karakter itu tidak begitu
tampak. Mereka sangat menghormati tokoh-tokoh yang memiliki kapital simbolik, dan
kapital-kapital19 lainnya dalam kehidupan sosial. Dengan kepribadian saya yang berani,
terus-terang, dan vokal membuat saya pribadi tidak kesulitan dengan orang Batak dan
bergabung bersama mereka.

Medan pelayanan yang lumayan buruk dan jauh membuat saya harus terbiasa dengan
keadaan tersebut. Ada 16 stasi yang harus dilayani, dan stasi paling dekat adalah stasi
sungai bahar 3, yang jarak perjalanan kurang lebih 90 menit dengan menggunakan
sepeda motor. yang paling jauh adalah Tanjung Mandiri dengan jarak tempuh kurang
lebih 4 jam dari Paroki. jika dihitung jarak tempuh, memang tidak jauh, hanya medan
yang harus dihadapi yang membuat perjalanan menjadi lama. Berhektar-hektar kebun
sawit dan hutan lindung menjadi bagian dari perjalanan pelayanan ke stasi.

Selama kurang lebih 5 bulan saya terlibat dalam beberapa kegiatan-kegiatan


maupun pendampingan-pendampingan. Saya memulai keterlibatan saya dengan ikut
rapat DPP dengan tema besar mempersiapkan Krisma dan ulang tahun paroki. Saat itu
memang tidak banyak kontribusi saya dalam rapat. Tujuan saya pada saat hanya satu,
mengenal siapa saja tokoh-tokoh paroki, meskipun untuk Krisma dan ulang tahun
19
Menunjuk pada 4 kapital Pierre Bourdieu yaitu kapital ekonomi, kapital sosial, kapital budaya dan
kapital sosial. Kapital ekonomi menunjuk pada sumber dapat menjadi sarana produksi dan finansial,
kapital budaya terkait aksesoris seseorang seperti ijazah, pengetahuan, kapital sosial menyangkut relasi
sosial sebagai sumber daya untuk kedudukan sosial, dan kapital simbolik dimana sarana menjadi sebuah
symbol kekuasaan seperti gelar, nama keluarga, dan jabatan. Diambil dari buku Dr. Haryatmoko,
Membongkar Rezim Kepastian Pemikiran Kristis Post-Strukturalis, (Yogyakarta : Kanisius, 2016), 45
paroki saya terlibat dalam membantu persiapan liturgi dan misdinar. Sedangkan pada
minggu-minggu awal saya gunakan untuk mengenal stasi-stasi dan memperkenalkan
diri dengan cara mengikuti pelayanan Ekaristi para romo di stasi-stasi.

Banyak kegiatan saya bersama dengan orang muda, baik OMK, Remaka, bahkan
Biak dan juga komunitas Kelompok Basis Mahasiswa (KBM). Selain karena memang
bagian orang muda adalah bagian pastoral saya, Romo Wahyu,SCJ juga saya secara
khusus meminta untuk membangkitkan OMK di wilayah 7 St.Agustinus Sungai Duren
yang memang sudah lama “tertidur.” Memang sulit untuk membangunkan yang sudah
lama tertidur. Bahkan saat saya membuat laporan ini pun saya merasa belum mencapai
target yang saya buat sebagai ekspektasi. Pada intinya banyak kegiatan saya untuk
kaum Muda, Katekese dan pelayanan Sabda.

Adapun keterlibatan saya secara konkret :

Bulan Liturgia Koinonia Kerygma Diakonia

(liturgi) (paguyuban) (pengajaran) (pelayanan)

Agustus -Ikut mempersiapkan - Perkenalan dan -Mengunjungi


liturgi Misa Krisma ikut partisipasi keluarga Bapak
dan ulang tahun dalam misdinar. Manurung yang
paroki sakit kanker.
Bersama Seksi
sosial mencoba
memberikan jalan
keluar untuk
kesehatan pak
Manurung.
(20/8/2020)

Septembe -Memimpin ibadat di -Rapat ReMaka -Memberikan materi -mempersiapkan


r Stasi Muara Bulian untuk acara mengenai Ibadah Sabda pakaian layak
(12/9/2020) BKSN kepada Komunitas Basis pakai, sembako,
Mahasiswa (KBM) dan bingkisan
-Memimpin Ibadat -lomba BKSN
anak-anak sebagai
Sabda di Stasi Bahar 3 ReMaka -Mengisi materi mengenai
aksi atau output
(19/9/2020)
Kitab Suci (17/9/2020) pertemuan BKSN
-mempimpin ibadat
-memberikan materi
pertemuan BKSN
pendalaman kitab suci
(13,17,20,24/9/2020)
(13,17,20,24/9/2020)
-kotbah(26/9/2020)
- katekese(28/2020)

Oktober -Ibadat Sabda -Evaluasi Acara -Pendalaman materi Rosario -Aksi sosial
(3,10,16,17/10/2020) ReMaKa BKSN (5,13,21,30/10/2020) memberikan
(1/10/2020) bansos ke stasi
-ibadat Tobat -Rekoleksi misdinar (7-
(24.31/10/2020)
(8/10/2020) -persiapan dan 9/10/2020)
pelantikan
-ibadat dan -Katekekse Youtube
misdinar
Rosario( 5,13,21,30/1 (26/10/2020
Baru(9/10/2020)
0/2020)
-Katekese di stasi mengenai
-penyambutan
Maria (29/10/2020)
misdinar baru
(20/10/2020) -Mimbar Sabda TVRI
(18/10/2020)
-Pertemuan
OMK Sungai
Duren

November -Mempersiapkan misa -mengadakan -Rekoleksi SD Xaverius 2 (8-


Arwah (3/11/2020) Acara Hari 9/11/2020)
Orang Muda
-Ibadat Sabda (7, 14, -Rekoleksi SMA Xaverius
Sedunia
5/11/2020) 1(10,16,18,19,23,24/11/2020)
(HOMS)
-Mempersiapkan (21/11/2020) -Mimbar Sabda TVRI
Pelantikan Pengurus (29/11/2020)
OMK baru
(20/11/2020)

-Kotbah saat misa


Paroki (28/11/2020)

-Memberi renungan
Komunitas kerahiman
Ilahi (KKI)
(26/11/2020)

Pada bidang kesaksian ada beberapa hal yang saya lakukan. Setiap 2 kali sebulan
saya berkotbah di stasi. Satu kali dalam sebulan saya juga kotbah di paroki saat misa
minggu pagi dan minggu sore. Bersharing pengalaman iman ketika bulan oktober
setiap satu kali dalam seminggu. Mengisi ibadat sabda dan sharing ketika pelayanan ke
komunitas Basis Mahasiswa (KBM). Terakhir melakukan aksi sosial dan derma natal.

Bulan September adalah bulan Kitab Suci, saya sudah mulai aktif terlibat dalam
kegiatan pastoral terutama dalam hal pewartaan dan pengajaran. Dalam liturgi saya
terlibat dalam persiapan Krisma dan ulang tahun paroki dengan menyiapkan peralatan
dan juga petugas liturgi yaitu misdinar. Mulai bulan September juga saya sudah
terjadwal untuk pelayanan Ibadat Sabda yaitu dua kali dalam sebulan. Minggu, 12
September 2021, di stasi Muara Bulian menjadi tempat pertama saya melakukan
ibadat sabda. Lalu di bulan ini satu kali dalam seminggu saya memimpin ibadat
sekaligus pertemuan BKSN dengan media zoom untuk anak-anak remaka dan para
pendampingnya. Saya mengambil inisiatif untuk menawarkan pertemuan via zoom,
karena tampaknya sudah lama mereka tidak mengadakan sebuah acara. Antusias
mereka untuk mengikuti menjadi tanda kerinduan tersebut. BKSN remaka tersebut
berpuncak dalam lomba-lomba yang kami adakan pada tanggal 29 September. Peserta
lomba adalah remaka paroki dan stasi-stasi.

Bulan September saya tutup dengan membuat konten untuk Youtube. Saya
mendengar bahwa katolisitas di paroki sangatlah lemah, karena banyak umat yang
“lompat-lompat” Gereja. banyak dari mereka yang berasal dari Gereja Kristen, seperti
Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), atau Gereja Kristen Indonesia (GKI), dan lain
sebagainya. Maka saya dan tim katolisitas paroki memikirkan sarana untuk
“katolisasi”, munculah ide mengenai konten Youtube yang akan konsisten setiap bulan.
Model katolisitas dengan obrolan singkat antara saya dan romo Paroki mengenai tema-
tema yang tematis pada bulan yang bersangkutan. Kami mulai dengan pembahasan
mengenai kitab suci, setelah kami upload di media Youtube kami bagikan di grup-grup
Whatsapp. Harapannya umat tahu bahwa ada fasilitas untuk katolisitas, umat tahu
kemana harus mencari sebuah jawaban mengenai kitab suci. Fasilitas katolisitas
dengan media Youtube saya pilih karena keyakinan bahwa umat mampu, atau tidak
kesulitan untuk mengaksesnya dimana pun dan kapan pun.

Bulan Oktober adalah bulan Rosario. Ada 3 hal besar yang saya lakukan, pertama
doa Rosario, kedua katekese atau pengajaran iman mengenai tema Rosario, dan ketiga
aksi sosial sebagai output pertemuan BKSN. Setiap satu hari dalam seminggu saya
memimpin sekaligus memberikan materi renungan untuk anak ReMaKa via zoom.
Antusias mereka tampak dengan kehadiran yang konsisten dan kesiapsediaan untuk
mengambil peran dalam ibadat dan Rosario. Kedua katekese dalam tema Rosario.
Selain dengan ReMaka pusat, saya juga terlibat ke daerah Sungai Bahar untuk
memberikan penjelasan akan pemahaman mengenai Rosario. Anak-anak ReMaKa dari
5 stasi berkumpul di Stasi Sungai Bahar 3 untuk mengikuti pertemuan dan dinamika
bersama saya pada tanggal 29 Oktober pukul 12:00 sampai 15:00. Jumlah peserta 48
anak dan kebanyakan mereka adalah anak-anak yang bersekolah di Negeri. Pengajaran
kedua dengan model talk show dengan media Youtube dari akun Bro Grego.
Pada tanggal 31 Oktober, kami menjalankan aksi sosial yang sudah kami persiapkan
satu bulan. Gereja harus berani memberikan contoh atau praktek yang nyata, terlibat
langsung dan berkontribusi untuk mengubah realitas (bdk EG. 207). Pertemuan BKSN
pada bulan September menggerakkan anak-anak ReMaKa untuk menanggapi
undangan kepedulian terhadap yang lain. Mereka sangat antusias ketika diajak untuk
mengumpulkan pakaian layak pakai untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan.
Umat yang mengetahui pun ikut terlibat dengan menyumbangkan dana dan prasarana.
Hingga akhirnya kami tidak hanya menyumbangkan pakaian namun dapat
menyumbangkan sembako dan bingkisan untuk anak-anak. Kami berangkat ke stasi
Camp Gunung dan Johor. Setelah mengadakan misa, sumbangan tersebut kami
distribusikan. Ada 3 stasi lain, yaitu Tanjung Mandiri, Kampung Baru, dan Meranti
yang kami distribusikan, hanya untuk Tanjung Mandiri dan Meranti tidak mendapat
sembako.

Bulan November, banyak kegiatan untuk sekolah dan acara Hari Orang Muda
Sedunia (HOMS). Pada tanggal 5 yaitu hari jumat pertama saya memimpin ibadat
untuk SMP Xaverius 2 Jambi. Pada tanggal 8 dan 9 Saya mengisi rekoleksi untuk kelas
6 SD Xaverius 1 jambi. Dalam satu hari ada dua gelombang dan satu gelombang satu
kelas. Untuk gelombang 1 pukul 17:30 – 10:00 WIB, gelombang kedua pukul 11:00-
13:30. Materi adalah “siap menghadapi ujian demi masa depan.” Sedangkan pada
tanggal 10, 12, 16,18,19, 23, dan 24 saya mengisi rekoleksi untuk kelas XII SMA
Xaverius 1 Jambi. Kegiatan dimulai pukul 07:30 sampai 15:00 WIB. Selain itu adalah
pelayanan Ibadah Sabda hari minggu terjadi pada tanggal 7 dan 14, Perayaan Ekaristi
Hari Arwah Sedunia pada tanggal 3, dilaksanakan di makam katolik Pal 12 Jambi,
mengisi “Mimbar Sabda” di TVRI pada tanggal 29, dan mulai melatih koor untuk
persiapan natal untuk wilayah Sungai Duren.

Bulan Desember saya fokuskan kepada perayaan Natal. Melatih koor OMK
Wilayah Sungai Duren untuk tugas tanggal 26 Desember dan ReMaKa pada tanggal 2
Januari, membantu panitia Natal menyiapkan sakramen Tobat, memberikan pertemuan
Adven kepada OMK pusat, OMK wilayah St.Maria, dan OMK Sungai Duren,
memberikan jawaban-jawaban terkait liturgi dan persiapannya, dan memimpin Ibadah
Natal di Stasi Muara Bulian pada tanggal 25 Desember.
Maka jika membicarakan keterlibatan, saya termasuk orang yang mengambil peran
secara inisiatif bagi Gereja. Mentalitas “tidak enak”, mentalitas “nanti dimarah romo
pembimbing” atau “nanti frater dinilai jelek dan tidak lulus” yang dimiliki beberapa
tokoh umat membuat mereka awalnya sungkan untuk berkolaborasi. Romo
pembimbing yang memberikan kebebasan juga membuat saya harus mencari apa yang
saya butuhkan untuk diri saya. Mulai bulan Oktober suasana sudah mulai “cair”, saya
mulai terbiasa –beradaptasi– dan cukup dalam mengamati keadaan, juga umat mulai
terbiasa dengan saya.

Masih ada proyek katolisitas untuk tahun depan dalam rangka berpartisipasi dengan
sinode kepausan. pada intinya kami akan membagikan materi mengenai sinode yang
berlangsung pada okboter 2021- oktober 2023 dengan tingkatan mulai dari BIAK
sampai orang tua dengan kemasan yang tentu berbeda-beda pada bulan januari sampai
Maret. Lalu akan mengambil data kuisioner dari peserta meringkasnya menjadi sebuah
hipotesa pada bulan april dan mengirimkannya kepada keuskupan pada bulan maret.
Selain berkontribusi bagi kegiatan sinode, harapannya dapat menyertakan materi
katolisitas sebagai sebuah pemahaman.

D. Hidup Rohani dan Studi


1. Rohani
Hidup rohani adalah landasan hidup seorang religius. Keintiman relasi dengan
Tuhan menjadi bagian dan perjuangan yang harus dihidupi. Oleh karenanya perlu
diungkapkan dalam tindakan nyata, baik dalam doa maupun kesaksian hidup. Tidak
bisa dipungkiri kehidupan di paroki dengan di biara, atau rumah formatio sangatlah
berbeda. Sebagai seorang TOPPer saya mengamati dan memahami perbedaan yang
terjadi. Saya berfikir perbedaan itu sangat wajar, hanya saja bukan berarti tidak ada
perjuangan sama sekali untuk membangun keintiman dengan Tuhan. Komunitas Paroki
GA memberikan waktu-waktu untuk menjamin keintiman itu tetap terjadi, seperti
ibadat, misa setiap pagi hari dan adorasi di kamis pagi. Meskipun tidak selalu semua
hadir, namun wacana itu ada. Selain mengikuti jadwal komunitas, saya juga berusaha
untuk membangun kedekatan relasi dengan Tuhan dengan cara saya selama masa
TOPP ini. Mencoba mengambil waktu pribadi untuk doa, baik di kamar maupun ketika
dalam perjalanan ke stasi.
Pada dua bulan pertama, untuk mencapai hidup ideal seperti Skolastikat masih bisa
saya jalani. Laku rohani seperti ibadat pagi, misa, ibadat siang pribadi, ibadat sore
pribadi, dan doa completorium masih bisa saya dilakukan dengan konsisten. Adanya
seminaris di bulan Agustus menjadi “sarana” untuk menjamin kegiatan rohani saya.
Hanya saja ketika masuk bulan September akhir, November, dan Desember sudah
banyak kegiatan yang membuat saya tidak konsisten dalam doa-doa pribadi.
Permasalahan yang kerap terjadi adalah waktu yang saya tetapkan untuk doa
tergantikan dengan kegiatan-kegiatan paroki.

Pengalaman rohani yang sangat saya rasakan adalah relasi dengan Tuhan dalam
karya. Ketika pergi ke stasi sendirian dengan motor dijalan saya merasakan getaran
semangat. pengalaman ditunggu umat di stasi dan dengan semangat mewartakan karya
keselamatan Allah membuat saya semakin dekat dan penuh syukur kepada Tuhan.
Pengalaman, melayani, mendengarkan, dan meneguhkannya umat, baik dalam hal
rohani maupun moral hidup membuat saya merasa terberkati dan menjadi bagian
dalam karya keselamatan Allah. Ketika dalam keadaan lelah muncul sebuah
pertanyaan eksistensial “untuk apa semua ini saya lakukan?” dan jawaban “Demi
Kemuliaan Allah” menjadi jawaban yang nyata dan benar-benar dirasakan ketika
berkarya.

2. Studi
Sebagai seorang TOPPer, proses ini menjadi proses untuk belajar. Oleh karena
itu, sejak awal saya menanamkan semangat di dalam diri saya untuk belajar
sebanyak-banyaknya. Salah satunya dengan cara melihat, mengalami dan
merefleksikan pengalaman-pengalaman yang terjadi. Pengalaman-pengalaman
sebagai seorang TOPPer selama kurang lebih 4 bulan ini banyak hal yang sudah
boleh saya pelajari. Antara lain, dari perjumpaan-perjumpaan dan pengalaman-
pengalaman sehari-hari saya belajar untuk mampu menempatkan diri dalam segala
situasi, belajar bijaksana, rendah hati, kedisiplinan, mampu menentukan pilihan untuk
diri sendiri dan tentunya kesetiaan dalam menjalani panggilan.

Makna pengalaman sangatlah penting. Selama ini memang tidak banyak buku
yang saya baca. Bahkan tidak ada buku teologi yang saya baca sampai selesai. Buku
Hukum Perkawinan Katolik tulisan Mgr. Rubi dan Seruan sinode Bapak Paus dan
berbagai materi di dalamnya kerap kali saya. Fokus saya dalam hal studi adalah
bagaimana menerapkan apa yang sudah saya pelajari. Berbagai pengalaman dan
fenomena-fenomena paroki mengajarkan saya banyak hal. Saya mengamati
bagaimana para pastor menggunakan kapital-kapitalnya untuk menciptakan
kebijakan pastoral dan berelasi sosial, bagaimana cara umat memahami Allah dan
segala bentuk ritus yang ada, bagaimana organisasi atau komunitas-komunitas harus
bergerak, tumbuh, dan berkembang, bagaimana bersikap asertif untuk memutuskan
terhadap berbagai macam tawaran yang menyenangkan, bagaiamana saya harus
menempatkan diri dan adaptif terhadap umat dengan segala macam ide dan
karakternya, dan masih banyak hal yang sedang saya pelajari. Intinya terletak pada
pengalaman. Makna pengalaman sangatlah penting, melihat realitas dari kaca mata
Lumen Gentium atau pun melihat dunia dengan kaca mata Pieree Bourdieu dengan
relasi kapital-kapitalnya, atau seperti melihat tokoh-tokoh kuasa pemimpin dengan
sudut pandang Michael Foucoult.

Proses studi selanjutnya yang saya lakukan ialah mendengarkan. Banyak


tokoh-tokoh di Paroki yang memiliki kapasitas tertentu di dalam bidangnya.
Misalnya saja, bu Erlis yang bergerak di bidang kesehatan masyarakat. Darinya
saya belajar bahwa Gereja harus menjadi contoh atau model kepedulian terhadap
mereka yang sakit, kepedulian terhadap mereka yang menderita, dan tentu saja
kepedulian terhadap diri sendiri. Beliau sering kali sosialisasi mengenai kesehatan,
selain karena pekerjaannya, namun ia juga memiliki hati untuk terjun dan terlibat
kepada anggota Gereja yang sakit, memberikan solusi alternatif ketika biaya
menjadi kendala. Contoh lain adalah pak Laurensius Siagian. Semua umat tahu
bahwa beliau adalah tokoh sosial yang memiliki banyak relasi. Darinya saya belajar,
bahwa Gereja harus bersikap terbuka dan mau terlibat dan bergandeng tangan
dengan dunia sekitar, baik tingkat RT, RW, Propinsi, sampai nasional. Ia
memberikan kepada saya pemahaman sekaligus cara konkret bagaimana harus
bersikap dengan dunia. dari para pendamping OMK, saya belajar bagaimana
menyiapkan generasi muda yang tidak hanya aktif untuk kegiatan Gereja, namun
harus sampai pada level berdaya guna bagi dunia dan siap menghadapi hidup
berkeluarga sekaligus mampu meneruskan mentalitas tersebut kepada generasi
setelahnya.
Tentu saja dengan para imam di paroki, saya belajar bagaimana harus
menangai berbagai kasus-kasus umat dengan gaya SCJ. Meskipun komunitas kecil,
dan suasana komunitas tidak seperti yang yang ideal, namun saya mengamati
bagaimana para Imam dan saya juga tentunya berani menghadirkan diri sebagai
romo dan frater SCJ. bagaimana harus menghadapi realitas umat, bagaimana harus
memutuskan sebuah pilihan di dalam dilema pastoral, bagaimana harus hidup
sebagai SCJ. Berbagai pengalaman mengajarkan saya, bahwa hidup berkomunitas
memang sangat dibutuhkan untuk berpastoral. Apa yang terjadi dan siapa yang saya
hadapi dengan berbagai karakter sudah pernah saya alami dalam komunitas. Maka
saya mencoba menampilkan nilai-nilai dehonian, baik cinta, kesiapsediaan,
pengurbanan, dan belaskasih demi Kemuliaan Tuhan. Tidak mudah memang,
namun bukan berarti tidak bisa.

E. Panutup
Pada Akhirnya saya menutup laporan pertama saya dengan kalimat “Open Heart
and Mind.” Dengan situasi budaya baru, kehidupan komunitas yang baru, pengalaman
yang baru mengajarkan kepada saya arti merendahkan diri dan terlibat di dalam
realitas. Peristiwa Inkarnasi adalah keterlibatan Allah sendiri dalam realitas. Allah
hadir dalam sebuah budaya dan situasi. Ia tidak memaksakan kehendak keallahannya
untuk menuntut situasi, namun justru dalam budaya Yahudi tersebutlah Kerajaan Allah
dibangun.

Mayoritas budaya dan latar belakang keluarga sangat mempengaruhi seni


berpastoral di GA. Maka harus ada sebuah seni untuk berpastoral yang komunikatif
dan tepat sasaran. Tidak hanya menuntut namun juga memikirkan modalitas (Anthony
Gidden dalam tabel relasi kuasa) agar tujuan pastoral menjadi berdampak dan berdaya
guna. Jika hanya fokus pada tujuan, namun tidak memiliki sarana atau cara yang tepat
maka tidak terjadi hasil yang baik.

Religius memiliki kapital simbolik yang dapat menggerakkan sekaligus


menggembalakan umat. Umat GA begitu menghargai dan menaruh ketaatan kepada
gembalanya. Disini saya belajar, hidup panggilan, dalam konteks bersama umat, begitu
berharga, pertama-tama bukan karena kuasa-Nya, namun bagaimana cara umat
menaruh kepercayaan atas tahbisan yang telah diberikan. Maka harus ada sebuah
ketegasan dan kebijaksanaan dalam diri pastor paroki GA. Semangat merendahkan diri
diperlukan untuk mengawali karya dan keputusan akan kebijakan publik bagi umat.

F. Lampiran
a. kotbah
Kotbah di Stasi Bullian
Minggu Biasa XXIV
13 eptember 2021:

Bapak-Ibu dan Saudara-Saudari,rekan-rekan muda, dan adik-adik yang


terkasih selamat pagi...
ketika saya masih kuliah di jogja, saya mengikuti sebuah acara lintas iman
yaitu nonton dan diskusi bersama. Acara tersebut diikuti oleh semua agama di
Indonesia. Saat itu saya bertemu dengan seorang yang tidak memiliki agama atau
tidak mau masuk dalam sebuah agama tertentu namun ia tetap percaya pada
keberadaan Sang Ilahi (agnostic). Dia tahu bahwa saya adalah calon imam, yang
tidak menikah, dan dia paham mengenai hirarki Gereja dan peran biarawan. yang
menarik ialah, ada satu moment dalam pembicaraan dia bertanya secara terus
terang kepada saya “mas, bagi saya anda itu orang yang memiliki nilai
pengorbanan yang tinggi, sudah tidak menikah, minoritas di Negara Indonesia,
namun mas, saya mau bertanya kalau nanti di Surga ternyata tidak ada apa-apa,
atau nanti mas mendapat perlakuan yang sama dengan saya, apakah mas tidak
menyesal sudah banyak berkorban di dunia?” naahh jika bapak dan ibu ditanya
seperti itu, kira-kira apa yang ada di benak bapak dan ibu sekalian? dan saat itu
saya jawab bahwa pengorbanan tersebut bukan karena upah, namun sebagai
ungkapan syukur, ungkapan iman, dan cara saya berterimakasih kepada Allah
yang telah mencintai dan menyelamatkan saya. Kalau nanti disurga tidak diberi
apa-apa atau disamakan dengan yang tidak beriman sekalipun saya tidak
menyesal.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan, hari ini dalam injil kita
mendengar bahwa Petrus mengenal siapa Yesus itu. Dialah Mesias, seorang yang
dijanjikan akan membebaskan manusia. Dan benar saja, Dialah Allah yang turun
kedunia dan menyelamatkan manusia, memberitakan kabar sukacita Kerajaan
Allah, dan menebus dosa manusia dengan penderitaan dan kematian salib.
Dengan kematian di salib, Allah memberikan jaminan keselamatan kepada kita,
karena dia sudah “membayar” kita untuk masuk dalam Kerajaan-Nya.
Hanya saja, Situasi dunia saat ini tampaknya sedang tidak baik-baik saja.
Situasi yang tampaknya bertolak belakang dari penebusan. Kita ada dalam situasi
penuh pengorbanan, dimana mungkin saja membuat kita bertanya dimana Tuhan.
fenomena pandemi membuat kita harus beradaptasi dengan keadaan yang baru.
Bahkan juga mungkin diantara kita ada yang harus berjuang lebih keras untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi. belum lagi, menjadi orang katolik tampaknya
tidaklah mudah di Negara atau mungkin di lingkungan kita sendiri. tak jarang kita
mendengar penolakan-penolakan atau sikap diskriminatif terhadap orang Kristen,
terkhusus katolik. dan tentu masih banyak lagi situasi-situasi yang membuat kita
tidak nyaman.
Situasi tersebut membuat kita mudah untuk menyerah dan mengambil sikap
aman. Tidak berani berbuat apapun untuk memberitakan kasih Allah kepada
dunia. Terkadang kita sebagai manusia berhenti pada situasi nyaman. Yakobus
dalam bacaan tadi mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Iman
dalam diri, penyerahan diri kepada Allah, jika tidak mengakar dan berbuah bagi
dunia akan mati. Yesus pun berkata bahwa kita harus menyangkal diri,
memanggul salib, dan mengikuti Yesus. ada sebuah konsekuensi yang harus kita
lakukan untuk mengungkapkan iman kita kepada Allah sendiri. ketiga hal tersebut
menjadi dasar kita
Ketika Petrus mendengar bahwa Yesus akan menderita, Ia berjanji akan
berusaha untuk tidak membiarkan Yesus mengalaminya. Bagi kita, tindakan
Petrus tampaik benar. namun ternyata Yesus menegur Petrus dengan keras. hal ini
menunjukan bahwa kita hanya mencari enak saja hidup di dunia. Penderitaan
yang dialami Yesus adalah sebuah konseskuensi yang harus Ia tanggung untuk
mewartakan Kerajaan Allah di dunia, sebuah konsekuensi yang harus Ia terima
untuk menyelamatkan manusia.
Maka, penderitaan atau situasi sulit adalah bagian dari hidup, bagian dari
dunia. Pandemi covid-19, relasi sosial yang kurang menyenangkan, atau
pengalaman-pengalaman buruk yang kita alami adalah sebuah realitas atau
kenyataan. Dan hari ini Yesus mengundang kita untuk tetap setia untuk
menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti-Nya. maka, yang menjadi
permasalahan bukanlah adanya penderitaan, faktanya kita masih hidup di dunia
yang penuh dengan situasi-situasi yang kadangkala tidaklah mudah. Namun
apakah dalam segala macam situasi hidup kita melibatkan Allah di dalamnya,
inilah yang menjadi permenungan kita bersama.
Marilah kita memohon kepada Tuhan dengan membuka hati agar karya Roh
Kudus itu pun dapat kita alami sehingga kita memperoleh damai dan kekuatan
untuk setia memanggul salib, menyangkal diri dan mengikuti-Nya dalam segala
situasi hidup. Berkat Tuhan menyertai kita. Amin
b. Kunjungan Keluarga

n Tanggal Keluarga Keterangan


o

1 20 Agustus Pak Manurung Kunjungan orang sakit

2 24 Agustus 2021 Pak Debang Kunjungan umat stasi

3 25 Agustus 2021 Pak Isa Simarmata Sowan Ketua DPP

4 15 Agustus 2021 Pak Widodo kunjungan umat paroki

5 11 September Pak Kelik Kunjungan umat kelompok


2021 kliwonan

6 4 Oktober 2021 Pak Ginting Kunjungan Dewan


Keuangan

7 12 oktober 2021 Pak Suroto Keluarga konfrater

8 20 Oktober 2021 Pak Pasaribu Umat Wilayah Sungai


Duren

9 29 Oktober 2021 Pak gurning Ketua stasi Bahar 3

1 31 Oktober 2021 Pak Mul Orang Tua Konfrater


0

1 6,7November 2021 Mbah Badi Orang Tua konfrater


1

1 21 November 2021 Pak Lurensius S Umat yang tergerak di


2 bidang sosial

1 27 November 2021 Bapak Lia Umat Sungai duren


3

1 3 Desember 2021 Bapak Simarmata Umat Sungai Duren


4

1 13 Desember 2021 Pak Mudo Tokoh Katekis Paroki


5
1 13 Desember 2021 Pak Marsono Keluarga Konfrater
6

1 19 Desember 2021 Bapak luis Umat Sungai Duren


7
c. Dewan Pastoral Paroki

Anda mungkin juga menyukai