Anda di halaman 1dari 58

PT.

INTAN PRASETYA MULIA 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di Indonesia beberapa thun terakhir ini, setidak-tidaknya sampai tahun
2007 indikator Umur Harapan Hidup (UNH) masih jauh dari yang diharapkan
yaitu rata-rata 68,23 tahun pada tahun 2004. Target Nasional pencapaian
tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu (AKI) menurun menjadi
102/100.000 kh dan Angka Kematian Bayi menurun menjadi 17/1000 kh.
Data hasil survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi dibandingkan dengan Negara
ASEAN lain yaitu 228/100.000 kh dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34/1000 kh
serta Angka Kematian Neotanus 19/100.000 kh. Berdasarkan hasil
kesepakatan Global Millenium Development Gold’s (MGD’s 2000) bahwa
pada tahun 2015 diharapkan AKI dan AKB turun menjadi 102/100.000 kh
(AKI) dan 23/1000 kh (AKB). Riset Kesehatan Dasa tahun 2010 menyebutkan
bahwa persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan bagi keluarga miskin
baru mencapai 69,3 % persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan 55,4 %.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sebenarnya kita masih
membutuhkan adanya fasilitas dan sarana yang memadai untuk
memberikan pelayanan kesehatan prima. Salah satu fasilitas tersebut
diwujudkan dalam bentuk sebuah rumah sakit umum.
PT. INTAN PRASETYA MULIA 2

Secara harfiah, pengertian rumah sakit (Hospital) adalah sebuah institusi


perawatan kesehatan professional yang pelayanannya disediakan oleh
dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya.

Lebih jauh lagi, seiring dengan perkembangan zaman, masalah


kesehatan secara umum kini terus berkembang, ini menuntut kemampuan
dan professionalism kalangan medis untuk mengatasinya. Layanan medis
yang tepat, cepat dan akurat sangat diharapkan masyarakat, sebab
kesehatan menjadi salah satu hal terpenting yang tengah menjadi sorotan
sekaligus kebutuhan masyarakat. Maka diharapkan dengan dibangunnya
sebuah rumah sakit umum dengan fasilitas yang cukup lengkap disertai
tenaga medis yang handal akan menjawab tuntutan masyarakat untuk
mendapatkan penanganan kesehatan terbaik.
Untuk menjawab permintaan tersebut PT. Intan Prasetya Mulia akan
membangun sebuah rumah sakit dengan nama Rumah Sakit Intan Mulia
Merangin (RS IMM) yang akan memberikan pelayanan kesehatan khususnya
kepada masyarakat di sekitar Kabupaten Merangin dengan fasilitas terbaik
dan selalu menjaga kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit.
Pembangunan RS IMM ditujukan untuk masyarakat Kabupaten Merangin
dan kota-kota yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Merangin. Hal
ini berkaitan dengan tingkat perekonomian masyarakat pada daerah
Kabupaten Merangin dan sekitarnya yang pada umumnya merupakan
masyarakat dengan tingkat pendapatan yang cukup tinggi sehingga
menginginkan tingkat pelayanan dan kenyamanan yang lebih untuk
berbagai hal. Namun, selain itu tidak menutup kemungkinan masyarakat
ekonomi menengah ke bawah untuk berobat ke RS IMM.
Pada akhirnya diharapkan RS IMM dapat memberikan pelayanan yang
maksimal kepada seluruh masyarakat Kabupaten Merangin dan sekitarnya
dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia sehingga pada akhirnya
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
PT. INTAN PRASETYA MULIA 3

1.2. Tujuan dan Sasaran


Tujuan dari pelaksanaan Feasibility Study/Studi Kelayakan adalah untuk
menentukan kelayakan suatu proyek, dalam hal ini untuk mengetahui
tingkat kelayakan pembangunan RS IMM. Di dalam studi kelayakan terdapat
berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil
daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya
proyek atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan dibatalkan.
Bila dilihat dari segi proyek, studi kelayakan merupakan suatu cara dari
owner/investor terkait dalam rangka untuk mengetahui tingkat keamanan
kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya.

Sedangkan dari sisi stakeholder, hasil study diharapkan bermanfaat


untuk menetapkan kebijakan, perencanaan, pengambilan keputusan dalam
pelaksanaan proyek pembangunan RS IMM dikemudian hari, sehingga
diharapkan target pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan
rencana.

1.3. Ruang Lingkup


Ruang Lingkup dalam studi kelayakan rumah sakit ini adalah :
1. Identifikasi aspek pasar dan pemasaran dari RS IMM yang mencakup
poin-poin proyeksi permintaan dan penawaran, produk yang
ditawarkan, harga, promosi distribusi dan analisa SWOT.
2. Identifikasi aspek teknis dan teknologis seperti deskripsi dan desain
produk, mesin dan teknologi yang digunakan, lokasi dan layout produk.
3. Identifikasi aspek manajemen dan organisasi, seperti analisis
stakeholder, struktur organisasi perusahaan, job analisys dan job
description, proses rekrutmen dan seleksi , sistem kompensasi dan
pengembangan dan system informasi manajemen.
4. Identifikasi aspek hukum dan legalitas seperti bentuk perusahaan,
rencana anggaran dasar perusahaan dan prosedur perijinan.
PT. INTAN PRASETYA MULIA 4

5. Identifikasi aspek ekonomi dan keuangan, seperti perkiraan modal


kerja, perkiraan biaya investasi, proyeksi laporan keuangan dan
penlaian investasi.
6. Rekomendasi hasil analisa kelayakan.

BAB II
PROFILE SINGKAT PROVINSI JAMBI

A. Letak Geografi, Tofografi, dan Pemerintahan

P rovinsi Jambi
berada di Pulau Sumatera,
adalah salah satu Provinsi di Indonesia
Provinsi Jambi secara resmi berdiri menjadi
provinsi tahun 1958 sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.
yang

61 tahun 1958 tanggal 25 Juni 1958. Provinsi Jambi terletak antara 0° 45'
sampai 2° 45' Lintang Selatan dan 101° 0' - 104°55' Bujur Timur,
terletak di tengah pulau sumatera membujur sepanjang pantai timur
sampai barat, dengan luas wilayah keseluruhan 50.160,05.Km². Secara
geografis Provinsi Jambi terletak pada Pantai Timur Pulau Sumatera
berhadapan dengan laut Cina Selatan.

Gambar
2.1
PT. INTAN PRASETYA MULIA 5

Letak Geografis Provinsi


Jambi

Batas wilayah Provinsi Jambi adalah sebagai berikut; sebelah utara


dengan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, sebelah selatan dengan Provinsi
Sumatera Selatan, sebelah barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan
Bengkulu, sebelah timur dengan Laut Cina Selatan. Provinsi Jambi termasuk
dalam kawasan segi tiga pertumbuhan Indonesia- Malaysia-Singapore (IMS-
GT) dan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT). Jarak tempuh Jambi ke
Singapura jalur laut melalui Batam dengan menggunakan kapal cepat (jet-
foil) ditempuh ± 5 jam.

Luas wilayah Provinsi Jambi 50.160,05 km2, dengan luas wilayah per
kabupaten/ kota adalah sebagai berikut:

- Kabupaten Kerinci 3.355,27 km2 ( 6,69%)

- Kabupaten Merangin 7.679,00 km2 (15,31%)

- Kabupaten Sarolangun 6.184,00 km2 (12,33%)

- Kabupaten Batanghari 5.804,00 km2 (11,57%)

- Kabupaten Muaro Jambi 5.326,00 km2 (10,62%)

- Kabupaten Tanjung Jabung Timur 5.445,00 km2 (10,86%)


PT. INTAN PRASETYA MULIA 6

- Kabupaten Tanjung Jabung Barat 4.649,85 km2 ( 9,27%)

- Kabupaten Tebo 6.461,00 km2 (12,88%)

- Kabupaten Bungo 4.659,00 km2 ( 9,29%)

- Kota Jambi 205,43 km2 ( 0,41%)

- Kota Sungai Penuh 391,50 km2 ( 0,78%)


Persentase luas wilayah kabupaten/ kota dalam Provinsi Jambi dapat dilihat
pada gambar 2.2, dimana kabupaten terluas wilayahnya adalah Kabupaten
Merangin, sedangkan wilayah terkecil adalah Kota Jambi.

Gambar 2.2
Persentase Luas Wilayah Kabupaten/ Kota
Provinsi Jambi

Otonomi daerah membuat adanya pemekaran wilayah sesuai dengan


Undang-Undang No. 54 tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten
Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo dan Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, maka ada 4 kabupaten yang dimekarkan. Wilayah Kabupaten
Sarolangun Bangko dimekarkan menjadi dua yaitu Kabupaten Sarolangun
dan Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun beribukota di Sarolangun
dan Kabupaten Merangin beribukota di Bangko. Kabupaten Tanjung
Jabung dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Kabupaten
Tanjung Jabung Barat beribukota di Kuala Tungkal dan Kabupaten Tanjung
Jabung Timur beribukota di Muara Sabak. Kabupaten Bungo Tebo dimekarkan
menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo,
Kabupaten Kabupaten Bungo beribukota di Muara Bungo dan Kabupaten
Tebo beribukota di Muara Tebo.
PT. INTAN PRASETYA MULIA 7

Dengan ditetapkannya Kota Sungai Penuh sebagai daerah tingkat II yang


baru berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2008, maka Provinsi
Jambi mempunyai 2 Kota dalam wilayahnya. Kota Sungai Penuh ini
dimekarkan dari Kabupaten Kerinci sebagai induknya. Wilayah kecamatan
yang menjadi bagian Kota Sungai Penuh adalah Kecamatan Tanah
Kampung, Sungai Penuh, Hamparan Rawang, Pesisir Bukit dan Kumun
Debai.

Saat ini Provinsi Jambi terbagi menjadi 9 Kabupaten dan 2 Kota, yaitu
Kabupaten Kerinci ibukotanya Sungai Penuh, Kabupaten Sarolangun
ibukotanya Sarolangun, Kabupaten Merangin ibukotanya Bangko, Kabupaten
Bungo ibukotanya Muara Bungo, Kabupaten Tebo ibukotanya Muara Tebo,
Kabupaten Batanghari ibukotanya Muara Bulian, Kabupaten Muaro Jambi
ibukotanya Sengeti, Kabupaten Tanjung Jabung Barat ibukotanya Kuala
Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Timur ibukotanya Muara Sabak, dan Kota
Jambi yang juga merupakan ibukota Provinsi Jambi, dan yang terakhir adalah
pembentukan Kota Sungai Penuh. Sampai dengan bulan Desember 2014
kecamatan di Provinsi Jambi berjumlah 138 kecamatan sedangkan
desa dan kelurahan berjumlah 1.553 desa/ kelurahan.

Adanya pemekaran wilayah kabupaten/ kota kini jarak tempuh melalui jalan darat dari pusat kota
Provinsi Jambi ke-9 Kabupaten dan 2 Kota terdiri dari :

Prov. Jambi Ke Kab. Kerinci (Sungai Penuh) 419 Km.


Prov. Jambi Ke Kab. Merangin (Bangko) 290 Km.

Prov. Jambi Ke Kab. Sarolangun (Sarolangun) 179 Km.

Prov. Jambi Ke Kab. Bungo (Muara Bungo) 252 Km.


Prov. Jambi Ke Kab. Tebo (Muara Tebo) 206 Km.

Prov. Jambi Ke Kab. Batanghari (Muara Bulian) 60 Km.


Prov. Jambi Ke Kab. Muara Jambi (Sengeti) 27 Km.

Prov. Jambi Ke Kab. Tanjung Jabung Barat (Kuala Tungkal) 131 Km.
Prov. Jambi Ke Kab. Tanjung Jabung Timur (Muara Sabak) 129 Km.

Prov. Jambi Ke Kota Jambi (Kota Baru) 3 Km.


Prov. Jambi Ke Kota Sungai Penuh (Sungai Penuh) 420 Km.

B. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data agregat per kabupaten/ kota hasil Sensus Penduduk 2010,
Proyeksi jumlah penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2014 adalah sebanyak
3.344.421 jiwa, yang terdiri dari 1.706.746 jiwa penduduk laki-laki dan
1.637.675 jiwa penduduk perempuan. Jika dilihat distribusi sebaran jumlah
penduduk menurut jenis kelamin per kabupaten / kota adalah;
PT. INTAN PRASETYA MULIA 8

Tabel 2.1
Distribusi Penduduk Provinsi Jambi Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2014

Kabupaten/ Kota Laki-laki Perempuan Total


1. Kab. Kerinci 116.177 117.226 234.003

2. Kab. Merangin 184.524 175.663 360.187

3. Kab. Sarolangun 138.692 133.511 272.203

4. Kab. Batanghari 131.294 125.907 257.201

5. Kab. Muaro Jambi 200.695 187.628 388.323

6. Kab. Tanjab Timur 108.876 103.208 212.084

7. Kab. Tanjab Barat 158.021 146.878 304.899

8. Kab. Tebo 167.523 157.396 324.919

9. Kab. Bungo 172.028 164.292 336.320

10. Kota Jambi 285.492 282.570 568.062

11. Kota Sungai Penuh 42.824 43.396 86.220

Provinsi Jambi 1.706.746 1.637.675 3.344.421

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2014

Tingkat persebaran penduduk Provinsi Jambi masih terpusat di Kota


Jambi yaitu sebesar 16,98 persen. Sedangkan kabupaten/ kota lainnya
seperti Kabupaten Muaro Jambi ditempati oleh sekitar 11,61 persen
penduduk, Kabupaten Merangin ditempati oleh 10,77 persen
penduduk, Kabupaten Bungo ditempati oleh 10,06 persen, dan kabupaten/
kota lain ditempati oleh kurang dari 10 persen penduduk provinsi Jambi.
PT. INTAN PRASETYA MULIA 9

Tiga kabupaten/ kota lainnya dengan jumlah penduduk terendah di


Provinsi Jambi yaitu Kota Sungai penuh, Kabupaten Tanjung Jabung Timur
dan Kabupaten Kerinci. Provinsi Jambi dengan luas wilayah sebesar
50.088,05 kilometer persegi dan jumlah penduduk 3.344.421 jiwa, maka
rata-rata tingkat kepadatan penduduk Provinsi Jambi sebanyak 66,77 jiwa
per kilometer persegi. Kabupaten/Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan
penduduknya adalah Kota Jambi yaitu sebesar 2.765,23 jiwa per kilometer
persegi, sedangkan kabupaten dengan tingkat kepadatan paling rendah
adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu 38,95 jiwa per kilometer
persegi.

Distribusi penduduk Provinsi Jambi menurut jenis kelamin dan kelompok


umur dapat kita lihat pada piramida penduduk Provinsi Jambi tahun 2014
seperti pada gambar 2.3. Indikator tentang struktur umur penduduk
bermanfaat untuk mengetahui piramida penduduk yang memberikan
gambaran jumlah penduduk pada usia-usia belum produktif (0-14), usia
produktif (15-64) dan tidak produktif lagi (65+). Jika ternyata jumlah
penduduk usia produktif lebih sedikit dibandingkan penduduk usia belum
dan tidak produktif lagi, maka beban tanggungan penduduk produktif di
suatu wilayah akan besar.

Piramida penduduk Provinsi Jambi tahun 2014 dapat digolongkan dalam


piramida penduduk muda (expansive) yang dicirikan dengan tingkat
kelahiran tinggi serta tingkat kematian yang cukup rendah sehingga angka
pertumbuhan penduduk relatif tinggi. Selain penduduk pada kelompok umur
kurang dari 15 tahun yang terlihat sangat menonjol, penduduk pada
kelompok umur 25-29 tahun juga terlihat lebih besar dibandingkan
kelompok umur lainnya. Penduduk pada kelompok umur ini adalah mereka
yang terlahir di tahun 1980an dan termasuk dalam generasi baby boom,
dimana pada saat periode sensus memasuki usia produktif.

Gambar 2.3
Piramida Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2014

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2014


PT. INTAN PRASETYA MULIA 10

Dari komposisi penduduk menurut umur, dapat diketahui berapa banyak


penduduk usia non produktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia
produktif. Angka ini disebut sebagai angka beban tanggungan (Dependency
Ratio).
Angka beban tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan
antara penduduk usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke
atas) dengan usia produktif (antara 15 sampai 64 tahun) dikalikan 100.
Dependency Ratio Tahun 2014 sebesar 47,89 mengandung arti bahwa
setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 48 orang
penduduk tidak produktif yang terdiri dari 42 orang penduduk berumur
kurang dari 15 tahun dan 6 orang penduduk berumur lebih dari 65 tahun.

C. Keadaan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang


dan jasa di suatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu.
Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah (value added) yang diciptakan
oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total
dikenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu, pertumbuhan
ekonomi adalah sama dengan pertumbuhan PDB. Apabila “diibaratkan” kue,
PDB adalah besarnya kue tersebut. Pertumbuhan ekonomi sama dengan
membesarnya “kue” tersebut yang pengukurannya merupakan persentase
pertambahan PDB pada tahun tertentu terhadap PDB tahun sebelumnya
PDB disajikan dalam dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga
konstan; dan penghitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep
harga konstan (constant prices) dengan tahun dasar tertentu untuk
mengeliminasi faktor kenaikan harga. Saat ini BPS menggunakan tahun
dasar 2000.
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam
menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Perekonomian di
Provinsi Jambi selama 2013 telah tumbuh dengan baik.
Pertumbuhan ekonomi Jambi tidak hanya bisa berada di atas target yang
ditetapkan sekitar 7 persen, bahkan tingkat pertumbuhannya berada di atas
PT. INTAN PRASETYA MULIA 11

tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2013 ini pertumbuhan


perekonomian nasional ditargetkan tumbuh 5 persen, namun setelah melihat
riak ekonomi semakin membaik lalu pemerintah menaikkan targetnya
menjadi 5.5 persen. Pertumbuhan ekonomi Jambi 2013 ternyata masih jauh
di atas target pertumbuhan nasional yang telah disesuaikan tersebut.

Tabel 2.2
Indikator Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d
2013

Jenis Indikator
No Tahun PDRB (miliyar Rupiah) Pertumbuhan
Inflasi
Berlaku Konstan Perkapita Ekonomi
1. 2005 16,50 22.487,01 12.619,97 7.625,66 5,57
2. 2006 10,66 26.061,77 13.363,62 8.680,76 5,89
3. 2007 7,24 32.076,68 14.275,16 11.697,44 6,82
4. 2008 11,57 41.056,48 15.297,77 14.724,72 7,16
5. 2009 2,49 42.815,92 16.272,26 15.107,07 6,37
6. 2010 10,52 53.816,69 17.465,00 17.424,19 7,30
7. 2011 2,76 63.268,14 18.962,40 19.959,57 8,54
8. 2012 4,22 72.564,20 20.373,50 22.283,10 7,44
9. 2013 8,74 40.540,37 10.652,59 7,84
Ket: 2013 masih data semester 1
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2013

Tingkat capaian yang lebih tinggi dari target ini terutama didorong oleh
semakin membaiknya harga produk-produk sektor pertanian dalam arti
luas seperti produk perkebunan, peternakan, perikanan, dan pertanian
tanaman pangan.
Bagusnya kondisi perekonomian Provinsi Jambi juga ditopang oleh
indikator ekonomi lainnya seperti tingkat inflasi yang masih berada dalam
ambang batas normal. Inflasi adalah Kenaikan harga barang dan jasa secara
umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok
masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara. Inflasi Provinsi
Jambi pada tahun 2014 sebesar 8,74 %, sedangkan pertumbuhan
ekonominya adalah 7,84 %. Di samping itu, kebijakan otoritas moneter
yang menetapkan tingkat suku bunga rendah ikut pula berpengaruh
PT. INTAN PRASETYA MULIA 12

terhadap sektor riil. Salah satu faktor lain yang menjadi determinan
membaiknya perekonomian Provinsi Jambi adalah iklim politik dan
keamanan yang semakin kondusif.
Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi pada tahun 2013 berdasarkan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mengalami kenaikan dari 7,44%
(2012) menjadi 7,84. Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur
berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 mencapai Rp.
40.540,37 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun
2013 sebesar Rp. 10.652,59 milyar (data semester1 2013).

Salah satu isu penting dalam ketenagakerjaan, di samping keadaan


angkatan kerja (economically active population) dan struktur
ketenagakerjaan adalah isu pengangguran. Dari sisi ekonomi, pengangguran
merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap
angkatan kerja yang tersedia. Ketersediaan lapangan kerja yang relatif
terbatas, tidak mampu menyerap para pencari kerja yang senantiasa
bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan masalah-masalah
dibidang ekonomi, melainkan juga menimbulkan berbagai masalah dibidang
sosial, seperti kemiskinan dan kerawanan sosial.
Data tentang situasi ketenagakerjaan merupakan salah satu data pokok
yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian, sosial, bahkan tingkat
kesejahteraan penduduk di suatu wilayah dan dalam suatu/kurun
waktu tertentu. Sakernas merupakan survei yang dirancang khusus
untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan dengan pendekatan rumah
tangga. Tenaga kerja merupakan modal bagi bergeraknya roda
pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami
perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi.
Tabel 2.3
PT. INTAN PRASETYA MULIA 13

Penduduk Bukan Angkatan Kerja Berumur 15 Tahun ke


Atas di Provinsi Jambi Tahun 2007 s/d 2014

Tahun Bukan Angkatan Kerja

Sekolah Mengurus Rumah Lainnya Total


Tangga

2007 176.031 392.415 84.956 653.402

2008 171.621 400.766 94.169 666.556

2009 186.312 390.743 90.806 667.861

2010 212.777 484.057 107.225 804.059

2011 198.096 433.284 82.956 714.336

2012 218.501 480.057 91.210 789.768

2013 186.914 540.687 138.052 865.653

2014 226.424 499.067 98.770 824.261

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2014

Salah satu alat ukur untuk melihat keberhasilan pemerintah dalam


menjalankan program-program pembangunan adalah dengan melihat
indikator ketenagakerjaan yang dihasilkan baik dari data Survei maupun
Sensus.
Akses ke pasar tenaga kerja yang lebih baik menyebabkan kesempatan
kerja dan kesempatan berusaha penduduk juga meningkat, sehingga hal ini
dapat menekan tingkat pengangguran di suatu wilayah.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan
jumlah antara penduduk yang tergolong dalam angkatan kerja dengan
penduduk usia kerja.
Jika digambarkan menurut kelompok umurnya, pola TPAK penduduk
Provinsi Jambi menyerupai huruf ’U’ terbalik.
Pada kelompok usia muda, tingkat partisipasi angkatan kerjanya
cenderung kecil, karena sebagian besar dari mereka masih berada di bangku
sekolah. Angka TPAK tertinggi berada pada kelompok umur 25-59 tahun,
PT. INTAN PRASETYA MULIA 14

untuk kemudian mulai mengalami penurunan pada usia di atas 60 tahun.


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menggambarkan banyaknya penduduk
yang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha dan mereka yang merasa
tidak mungkin mendapat pekerjaan (discourage worker). Pada umumnya
pola TPT menurut kelompok umur di Provinsi Jambi mengindikasikan angka
yang relatif tinggi di kelompok umur muda untuk kemudian
mengalami penurunan pada kelompok umur setelahnya.
Indonesia memiliki ribuan suku bangsa yang beraneka ragam. Masing-
masing suku bangsa saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
kebudayaan daerah lain atau kebudayaan yang berasal dari luar. Salah satu
diantara suku bangsa tersebut adalah Suku Anak Dalam yang hidup di
daerah Jambi. Suku Anak Dalam disebut juga Suku Kubu atau Orang Rimba.
Suku Anak Dalam hidup secara nomaden atau tidak menetap dan
mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu, walaupun diantara
mereka sudah banyak yang telah memiliki lahan karet ataupun pertanian
lainnya.

Sebagian dari mereka masih berpaham animisme, meskipun sudah


ada yang mengenal agama. Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi hidup di 3
wilayah ekologis yang berbeda, yaitu di wilayah utara Provinsi Jambi
(sekitaran Taman Nasional Bukit 30), Taman Nasional Bukit 12, dan wilayah
selatan Provinsi. Populasi Suku Anak Dalam hasil pendataan Sensus
Penduduk 2010 berjumlah 3.205 orang yang hidup di wilayah administrasi
Merangin, Sarolangun, Batang Hari, Tanjung Jabung Barat, Tebo dan Bungo.

Tabel 2.4
PT. INTAN PRASETYA MULIA 15

Jumlah Suku Anak Dalam per Kabupaten/Kota Di


Provinsi Jambi Tahun 2013

Jumlah Penduduk
Kabupaten/ Kota
Perempuan Total
Laki-laki
Merangin 436 429 865

Sarolangun 534 559 1.093

Batang Hari 39 40 79

Tanjung Jabung Barat 31 26 57

Tebo 416 406 822

Bungo 147 142 289

Total 1.603 1.602 3.205

Sumber : BPS Provinsi Jambi, Berdasarkan SP2010

Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai


kalangan termasuk kesehatan. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar
dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat
melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan
untuk terserang penyakit-penyakit tertentu.

Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan di Provinsi Jambi relatif lebih rendah
dibanding tingkat kemiskinan nasional. Tingkat kemiskinan Provinsi Jambi
8,42 persen lebih rendah dari nasional yang sebesar 14,15 persen. Untuk
wilayah Sumatera, Provinsi Jambi menempati urutan ketiga terendah setelah
Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Persentase jumlah penduduk miskin
di Provinsi Jambi pada tahun 2014 mencapai 8,39%.
PT. INTAN PRASETYA MULIA 16

Gambar 2.4
Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jambi
Tahun 2005 s/d 2014
PT. INTAN PRASETYA MULIA 17

1b
4
i
1 9
10.27
2,
1 .

1 2
2
. 8
0
8
1
8 8
4 .
1 5
2007 5
1
. 8
.
3 4
7
8
1 .
0 6
5

8
.
2
8

8
.
2005 4
2006 2

8
Sum .
3
ber : 9
BPS
Prov
insi
Jam
PT. INTAN PRASETYA MULIA 15

D. Keadaan Pendidikan

Indikator pendidikan dapat memberikan gambaran kualitas penduduk


secara akademis yang merupakan modal pemerintah untuk evaluasi,
perencanaan, dan intervensi program pendidikan yang menyangkut
penduduk yang putus sekolah, buta huruf, meningkatkan pendidikan
masyarakat, dll. Pendidikan merupakan salah satu tolok ukur untuk melihat
tingkat kemajuan sosial di suatu wilayah. Semakin tinggi pendidikan yang
ditamatkan, semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk baca tulis dan
bersosialisasi sehingga dengan demikian peran serta dalam kehidupan
sosial serta peluang untuk mengakses informasi dan berkomunikasi dengan
pihak lain semakin terbuka lebar.

Tabel 2.5
Indikator Pendidikan Provinsi Jambi Tahun 2008 s/d 2014

URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014


Angka Melek 96,20 96,85 95,9
Huruf
Laki-laki 98,5 98,34 98,44 97,82 98,1

Perempuan 93,57 93,85 96,87 94,14 93,6

Rata-rata Lama 8,20 8,32


Sekolah

Laki-laki/ 7,63 7,68 7,84 8,05


Perempuan
Angka Partisipasi
Sekolah
7 – 12 97,59 98,11 98,27 98,34 98,65 98,78 99,46
13 – 15 84,78 85,10 85,56 88,07 90,83 91,53 94,88
16 - 18 55,72 55,13 56,11 59,49 59,11 63,51 70,41

19 - 24 12,77 11,83 12,81 15,23 15,23 19,89 18,99


PT. INTAN PRASETYA MULIA 16

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2014

Capaian di bidang pendidikan terkait erat dengan ketersediaan fasilitas


pendidikan. Jumlah guru yang tersedia pada suatu sekolah baik secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kualitas pendidikan di
suatu sekolah. Semakin besar rasio jumlah guru di sekolah maka mutu
pendidikan diharapkan akan lebih baik, dibanding sekolah yang mempunyai
guru yang sedikit.
Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat dipengaruhi
oleh perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan
indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun
kuallitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).
IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu
wilayah/negara. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain
sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu
penentuan Dana Alokasi Umum (DAU). Pada Gambar 2.5 di bawah ini,
ditampilkan IPM Provinsi Jambi sejak tahun 2010 sampai dengan 2014
dengan metodologi IPM metode baru, metode ini memiliki keunggulan
karena menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan
dengan baik (diskriminatif) dengan memasukkan rata-rata lama sekolah,
angka harapan lama sekolah, dan Produk Nasional Bruto (PNB)
menggantikan Produk Domestik Bruto (PDB) karena lebih menggambarkan
pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.
Terlihat peningkatan IPM di Provinsi Jambi sejak tahun 2010
sampai tahun 2014 yang disajikan pada gambar 2.5 berikut.

Gambar 2.5
Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jambi
Tahun 2010 s/d 2014

69
68.24
68
67.76
67
66.94
66

66.14
PT. INTAN PRASETYA MULIA 17

65

64

63
2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2014

E. Keadaan Kesehatan Lingkungan

Salah satu faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap derajat


kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara
lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar.
Kesehatan lingkungan yang merupakan kegiatan lintas-sektor belum
dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan. Lingkungan
merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus
dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Untuk menilai keadaan
lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat
telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga yang memiliki akses
air minum yang berkualitas, presentase rumah sehat, keluarga dengan
kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengolahan Makanan
(TUPM). Di dalam memantau pelaksanaan program kesehatan lingkungan
dapat dilihat beberapa indikator kesehatan lingkungan sebagai berikut:

1. Air Bersih

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam
melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah
sanitasi. Syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber
alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah
tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya.
PT. INTAN PRASETYA MULIA 18

Hasil capaian pelaksanaan program air bersih untuk akses terhadap


air bersih per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2014 dapat dilihat
pada gambar 2.6 berikut :

Gambar 2.6
Persentase Akses Air Minum Berkualitas per Kabupaten/ Kota
Di Provinsi Jambi dari Tahun 2014
PT. INTAN PRASETYA MULIA 19

Provinsi Jambi 71.93


Sungai Penuh 91.5
Tanjab Barat 86.5
Kerinci 81.5
PT. INTAN PRASETYA MULIA 20

Kota Jamb 80

Merangin 78.5

Sarolangun 74.
7
Batang har
6
Muaro Jamb 9
.
Bungo 8

T 6
6
T
a .
8
6
62

56
S

Hasil capaian akses air minum berkualitas pada tahun 2014 sebesar
71,93%, dimana hasil capaian tersebut telah melebihi target yang telah
ditetapkan yaitu 65%, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya
terjadi peningkatan sebesar 0.08%. Akan tetapi masih terdapat
kabupaten/kota yang masih belum memenuhi target, yaitu; kabupaten
Tebo, Kabupaten Bungo, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang
PT. INTAN PRASETYA MULIA 21

2. Rumah Sehat

Bagi sebagian besar masyarakat, rumah merupakan tempat berkumpul


bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar
waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan dapat berperan sebagai
media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga lainnya.
Gambar 2.7
Persentase Rumah Sehat di Provinsi Jambi Tahun 2014

Provinsi Jambi

Sungai Penuh 95.6


Kota Jambi 85
Batang hari 80.6
Merangin 79.1
Kerinci 75.3
Bungo 75

Sarolangun 73.1
Tebo 73

Muaro Jambi 71.4


Tanjab Timur
Tanjab Barat

0 20 40 60 80 100 120

Sumber : Bidang P2PL, 2014

Capaian Rumah Sehat di Provinsi Jambi tahun 2014 masih di bawah target,
dimana hasil capaian sebesar 73,43% sedangkan target 85%. Namun
terdapat kabupaten/ kota yang capaian rumah sehat melebihi target yaitu;
Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh, sedangkan kabupaten dengan capaian
rumah sehat paling rendah yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar
48,4% yang terlihat pada gambar 2.7 di atas.
PT. INTAN PRASETYA MULIA 22

3. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat

Sanitasi tempat - tempat umum adalah suatu usaha untuk


mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-
tempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul dan menularnya
berbagai jenis penyakit. Sasaran khusus yang harus diberikan dalam
pengawasan tempat-tempat umum meliputi :
(1) Manusia sebagai pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum
maupun personal
hygiene);
(2) Alat-alat kebersihan;
(3) Tempat kegiatan.
Pelaksanaan program tempat-tempat umum di Provinsi Jambi tahun
2014 memperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. 6
Persentase Tempat-Tempat Umum Sehat
Di Provinsi Jambi Tahun 2008 s/d 2014

No Kabupaten / Kota % Tempat - Tempat Umum Sehat


2008 2009 2010 2011 2012
2013 2014
1. Kerinci 75,85 72,98 57,2 49,87 54,24
100,00 90,26
2. Merangin 70,96 73,09 65,3 75,48 66,86
65,50 77,21
3. Sarolangun 56,74 58,87 --- 64,37 73,74
73,10 76,98
4. Batanghari 63,86 65,99 68,63 55,61 38,94
61,50 57,08
5. Muaro Jambi 71,07 78,22 57,88 --- 11,29
56,00 76,22
6. Tanjung Jabung Timur 44,86 46,99 36,01 58,31 58,60
67,18 63,76
7. Tanjung Jabung Barat 45,81 47,94 --- 48,34 14,80
40,70 62,64
8. Tebo 56,16 58,29 74,27 63,90 65,58
46,00 29,60
PT. INTAN PRASETYA MULIA 23

9. Bungo 72,61 74,74 72,70 75,24 63,95


77,96 65,14
10. Kota Jambi 68,00 75,80 77,93 67,17 76,59
80,00 48,34
11. Kota Sungai Penuh --- --- --- 65,08 32,20
86,67 38,52
Jumlah 55,57 63,37 65,50 58,54 58,82
68,6 63,54
Sumber : Bidang P2PL, 2014

Dari tabel 2.6 dapat dilihat bahwa persentase tempat-tempat umum


yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2014 sebesar 63,54%, hasil
capaian ini belum memenuhi target yang telah ditetapkan yaitu sebesar
85%, namun terdapat satu kabupaten yang melebihi target yaitu
Kabupaten Kerinci (90,26%) dan kabupaten/kota dengan capaian paling
rendah yaitu Kota Sungai Penuh (38,52%).

Tabel 2. 7
Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
Di Provinsi Jambi Tahun 2008 s/d 2014

Jumlah %
Memenuh Memenuhi
No Kabupaten/Kota Jumlah
i
Syarat Syarat
1 Kerinci 640 300 46,88
2 Merangin 2,299 1,713 74,51
3 Sarolangun 651 476 73,12
4 Batanghari 920 481 52,28
5 Muaro Jambi 975 617 63,28
6 Tanjung Jabung Timur 795 441 55,47
7 Tanjung Jabung Barat 324 135 41,67
8 Tebo 1,992 996 50,00
9 Bungo 2,107 1,641 77,88
10 Kota Jambi 1,718 1,203 70,02
11 Kota Sungai Penuh 161 121 75,15
Jumlah 12.582 8.124 64,57

Sumber : Bidang P2PL, 2014

Upaya penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi masyarakat


dan konsumen terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
PT. INTAN PRASETYA MULIA 24

makanan dan mencegah masyarakat dari keracunan makanan. Upaya


tersebut meliputi orang yang menangani makanan, tempat pengolahan
makanan dan proses pengolahan makanannya. Sedangkan untuk
pemeriksaan Tempat pengolahan makanan (TPM) di Provinsi Jambi tahun
2014 hasilnya dapat disajikan pada tabel 2.7.

Dari tabel 2.7 dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 tercatat Tempat
Pengolahan Makanan di Provinsi Jambi berjumlah sebanyak 12.582.
Jumlah yang diperiksa yang baru memenuhi syarat sebanyak 8.124
tempat (64,57%). Capaian ini belum memenuhi target yang telah
ditetapkan yaitu 70%. Namun hampir 50% kabupaten/kota telah memenuhi
target, dan kabupaten/kota dengan capaian terendah yaitu Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.

BAB III
PROFILE KABUPATEN MERANGIN

Kabupaten Merangin terbentuk dari pemekaran Kabupaten


Sarolangun Bangko menjadi Wilayah Kabupaten Merangin dan Kabupaten
Sarolangun.
Terbentuknya Kabupaten Merangin adalah berdasarkan Undang-
undang Republik Indonesia No. 54 Tahun 1999 tanggal 4 Oktober 1999
Tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun. Kabupaten Tebo. Kabupaten
Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dalam hal ini
Kabupaten Merangin sebagai kabupaten induk tetap dengan Ibukota
Pemerintahan di Kota Bangko. yang dulunya juga merupakan ibukota
Kabupaten Sarolangun Bangko sebelum dimekarkan.

3.1. Letak Geografis dan Topografi

Secara geografis, wilayah Kabupaten Merangin terletak pada titik


koordinat antara 101º32’11’-102º50’00’ Bujur Timur dan antara
1º28’23’-1º52’00’ Lintang Selatan, dengan luas sebesar 7.679 Km atau
PT. INTAN PRASETYA MULIA 25

767.900 Ha² dalam mendukung jalannya roda pemerintahan, pusat


pemerintahan Kabupaten Merangin beradadi Kota Bangko dengan Jarak dari
Kota Jambi (Ibukota Propinsi Jambi) ±256 Km .
Berdasarakan Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang
pembentukan dan pemekaran wilayah dilingkup Propinsi Jambi, Secara
administrasi wilayah Kabupaten Merangin berbatasan dengan :
 Sebelah Timur : Kabupaten Sarolangun
 Sebelah Barat : Kabupaten Kerinci
 Sebelah Utara : Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo
 Sebelah Selatan : Kabupaten Rejang Lebong (Propinsi Bengkulu)

Kondisi topografi Kabupaten Merangin secara umum terbagi dalam 3


bagian, yaitu dataran tinggi, dataran sedang dan dataran rendah. Ketinggian
berkisar antara 10-2.935 meter diatas permukaaan laut (DPL), dengan
bentang alamnya yang rata-rata bergelombang. Dataran rendah terletak
pada ketinggian 10-100 meter dpl dengan luas 41,20% luas Kabupaten
Merangin. Wilayah dataran sedang yang terletak antara 100 – 500 m dpl
seluas 35,79 % luas Kabupaten Merangin, sedangkan dataran tinggi yang
terletak lebih dari 500 m dpl seluas 23 % dari luas Kabupaten Merangin.

3.2. Wilayah Administrasi

Secara administrasi pemerintahan, pembagian wilayah Kabupaten


Merangin terus mengalami pemekaran. Upaya pemekaran wilayah
Kabupaten Merangin tidak lain sebagai bentuk mendekatkan dan
mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat. Dan berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 06 tahun 2008 terjadi lagi pemekaran wilayah
kecamatan sehingga jumlah kecamatan menjadi 24 Kecamatan.
Tabel 3.
1
Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Merangin
PT. INTAN PRASETYA MULIA 26

Jumlah Luas Area Luas Area


No. Kecamat an Ibukot a Desa / Kel ( Km2 ) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Jangkat Muara Madras 11 967,23 12,60


2 Sungai Tenang Rantau Suli 14 593,56 7,73
3 Muara Siau Pasar Muara Siau 17 655,06 8,53
4 Lembah Masurai Pasar Masurai 15 688,99 8,97
5 Tiang Pumpung Sekancing 6 274,86 3,58
6 Pamenang Pamenang 14 346,54 4,51
7 Pamenang Barat Simpang Limbur 8 199,55 2,60
8 Renah Pamenang Meranti 4 107,58 1,40
9 Pamenang Selatan Tambang Mas 4 167,47 2,18
10 Bangko Pasar Atas Bangko 8 168,39 2,19
11 Bangko Barat Pulau Rengas Ulu 6 196,47 2,56
12 Batang Mesumai Lubuk Gaung 10 111,34 1,45
13 Nalo Tantan Sungai Ulak 7 206,58 2,69
14 Sungai Manau Sungai Manau 10 295,50 3,85
15 Renah Pembarap Simpang Parit 12 272,86 3,55
16 Pangkalan Jambu Sungai Jering 8 427,05 5,56
17 Tabir Pasar Rantau Panjang 11 333,33 4,34
18 Tabir Ulu Muara Jernih 6 219,64 2,86
19 Tabir Selatan Rawa Jaya 8 196,25 2,56
20 Tabir Ilir Rantau Limau Manis 7 158,92 2,07
21 Tabir Timur Sungai Bulian 4 108,75 1,42
22 Tabir Lintas Mensango 5 115,38 1,50
23 Margo Tabir Tanjung Rejo 6 128,30 1,67
24 Tabir Barat Muaro Kibul 14 739,50 9,63

Merangin Bangko 215 7.679 100

Sumber : BPS Kab.Merangin Tahun 2013


3.3. Demografi Penduduk
Populasi penduduk Kabupaten Merangin pada pertengahan tahun
2013 sebanyak 350.062 jiwa, dengan komposisi penduduk laki-laki
sebanyak 179.411 jiwa atau sekitar 51,25% dan perempuan sebanyak
170.651 jiwa atau sekitar 48,75%. Pada akhir Tahun 2013, penduduk
Kabupaten Merangin mengalami peningkatan sebesar 2,55% jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 yaitu sebanyak
341,563 jiwa.
Tahun Luas Area Populasi Kepadatan Pertumbuhan
(Km2) Penduduk (Jiwa/km) Penduduk (%)
(1) (2) (3) (4) (5)

2000 7,679 254,203 33.10 1.95

2001 7,679 255,771 33.31 0.62

2002 7,679 262,263 34.15 2.54

2003 7,679 270,471 35.22 3.13

2004 7,679 275,534 35.88 1.87

2005 7,679 273,650 35.64 -0.68

2006 7,679 277,595 36.15 1.44

2007 7,679 281,476 36.66 1.40

2008 7,679 286,578 37.32 1.81

2009 7,679 292,013 38.03 1.90

2010 7,679 333,206 43.39 14.11

2011 7,679 341,563 44.48 2.51

2012 7,679 350,062 45.59 2.49

2013 7,679 358,814 46.73 2.50

2014*) 7,679 367,784 47.89 2.50

*) Asumsi pertambahan penduduk sebesar 2,5% per tahun. Sumber : meranginkab.bps.go.id


Jumlah dan komposisi penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh tiga
komponen demografi, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas)
dan perpindahan penduduk (migrasi). Kelahiran yang terjadi akan
bersifat penambahan, sedangkan kematian akan bersifat pengurangan.
Begitu juga halnya dengan migrasi, jumlah penduduk yang masuk
(imigrasi) akan bersifat penambahan, dan penduduk yang keluar
(emigrasi) akan bersifat pengurangan.

Tabel 3.3
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Merangin (2013)

Jenis Kelamin Perkotaan Pedesaan Perkotaan dan Pedesaan

(1) (2) (3) (4)

Laki-laki 23,76 6 155,847 179,613

Perem puan 22,60 2 147,847 170,449

Merangin 46,368 303,694 350,062


Sumber : Susenas Kabupaten Merangin 2013

Tabel 3.4
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Merangin (2013)

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Laki-Laki dan Perempuan

(1) (2) (3) (4)

0 - 14 56,18 9 53,99 1 110,180

15 - 64 118,681 111,623 230,304

65+ 4,959 4,619 9,578

Merangin 179,829 170,233 350,062


Sumber : Susenas Kabupaten Merangin 2013
3.4. Perekonomian Daerah

Pembangunan di segala bidang yang telah menjangkau


wilayah Kabupaten Merangin memerlukan adanya data statistic untuk
perencanaan pembangunan khususnya di bidang ekonomi sekaligus
evaluasi hasilnya. PDRB merupakan salah satu data yang digunakan
untuk keperluan tersebut baik atas dasar harga berlaku maupun atas
dasar harga konstan.

Untuk gambaran perekonomian Kabupaten Merangin pada tabel 3.5


di bawah ini menggunakan PDRB atas dasar konstan. Pada tahun 2008
mencapai Rp.1.012.318,88 juta, selanjutnya hingga tahun 2011, nilai
PDRB di Kabupaten Merangin mencapai Rp.1.266.789,65 juta.

Tabel 3.5
Data Perekonomian Umum Kabupaten Merangin 5 Tahun Terakhir

No Deskripsi 2009 2010 2011 2012 2013

PDRB harga konstan


1 1,012,318.88 1,266,789.65 --
(struktur perekonomian) (Rp.Juta) 1,097,537.41 1,183,697.85

Pendapatan Perkapita 3,785,522 3,552,450.59


2 3,244,897 3,391,021.82 --
Kabupaten/Kota (Rp.)

Upah Minimum -- 900,000


3 Regional 724,000 1,028,000 1,142,500
Kabupaten/Kota (Rp.)*

4 Inflasi (% ) -- -- -- -- --

5 Pertumbuhan Ekonomi (% ) 5.99 8.42 7.85 7.02 --

*) Untuk upah minimum regional digunakan angka upah minimum Provinsi Jambi.
Sumber: BPS Kabupaten Merangin
Kondisi keuangan dan perekonomian Kabupaten Merangin pada 5 tahun
terakhir dapat dilihat dalam ringkasan realisasi APBD sebagaimana
terlihat pada tabel 3.5 di bawah ini :

Tabel 3.6
Ringkasan Realisasi APBD Kabupaten Merangin 5 Tahun Terakhir

No Anggaran 2009 2010 2011 2012 2013

A Pendapatan

32.526.442.194
1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 19.418.107.000 38.325.106.169 33.793.940.775
27.512.053.170

2 Dana Perimbangan (Transfer) 432.161.140.000 447.537.436.973 459.271.761.973 550.824.620.569 643.309.436.000

3 Lain-lain Pendapatan yang sah 9.000.000.000 29.383.845.000 12.000.000.000 94.587.560.317 78.331.349.133

460.579.247.0 509..447.724.1 498.783.815.1 683.737.287.0 755.434.725.9


Jumlah Pendapatan
00 67 43 55 08

B Belanja

1 Belanja Tidak Langsung 253.607.950.380 288.210.008.300 308.692.895.633 352.680.204.110 387.719.017.441

2 Belanja Langsung 250.112.584.620 312.568.579.762 265.090.919.510 367.573.476.858 387.025.308.467

Jumlah Belanja 503.720.535.000 600.778.588.062 573.783.815.143 720.253.680.968 774.744.325.908

43.141.288.00 91.330.863.89 75.000.000.00 36.516.393.91 19.309.600.00


Surplus/Defisit Anggaran
0 4 0 2 0

Sumber:: Penjabaran APBD 2009-2013 Kab.Merangin


Tabel 3.7
PDRB Kabupaten Merangin Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2010-2013

No Lapangan Usaha 2011 2012* 2013**

(1) (2) (3) (4) (5)


Pertanian, Perkebunan, Peternakan, 1,307,944.01 1,528,413.1 1,732,678.9
1
Kehutanan & Perikanan 6 6

2 Pertambangan dan Penggalian 226,222.31 284,722.41 312,948.48

114,191.36 150,102.17
3 Industri Pengolahan 129,920.92

23,868.39 30,316.50
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 26,882.32

387,139.89 530,777.66
5 Bangunan 453,646.18

505,193.74 621,404.9
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 766,768.56
6

148,349.50 186,630.9
7 Pengangkutan dan Komunikasi 234,862.86
7

Keuangan, Persewaan dan Jasa 125,046.95


8 152,336.36 189,068.19
Perusahaan

9 Jasa-Jasa 411,363.74 474,549.01 569,685.15

PDRB 3,249,319.89 3,858,506.29 4,517,208.53

PDRB Tanpa Migas 3,249,319.89 3,858,506.29 4,517,208.53

*) Angka Sementara Sumber : meranginkab.bps.go.id


**) Angka Sangat Sementara
Dari table dan grafik PDRB, perkembangan perekonomian di Kabupaten Merangin dinilai
cukup baik.Hal ini bisa dijadikan acuan untuk melaksanakan proyek pembangunan rumah
sakit daerah Kabupaten Merangin ini.
Dengan semakin meningkatnya PDRB tersebut dari tahun ke tahun, maka prasarana
yang akan dibangun pula diharapkan mampu menyerap peningkatan PDRB, sehingga proyek
RS IMM dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang menggunakan jasa dan layanannya.

BAB IV
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Pada aspek pasar dan pemasaran calon pebisnis perlu meninjau beberapa hal penting.
Tinjauan mengenai latar belakang bisa menjelaskan mengenai kronologis
produk dan alasan mengapa objek tersebut dipilih serta kondisi pasar atas
produk secara umum.
Sementara pada bagian penawaran menjelaskan tentang jumlah produk
sejenis yang ditawarkan oleh perusahaan lain, atau jumlah produk sejenis
yang ada di pasaran, volume produksi perusahaan-perusahaan sejenis,
sumber data lainnya yang dimanfaatkan adalah data dari pengguna
produk sejenis. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya yaitu permintaan
dan penawaran, maka dapat dilakukan analisis peluang yaitu selisih
antara permintaan dan penawaran.
Perlu juga mendefiisikan produk yang menjelaskan tentang kualitas,
spesifikasi, kemasan, bentuk fisik, material yang digunakan, dan nama
produk (brand), disamping harga yang menjelaskan tentang metode
penetapan harga yang digunakan, dan berapa harga yang ditetapkan
untuk produk yang akan di launching, tak kalah penting dibagian pasar
dan pemasaran ini yang dilihat adalah jalur distribusi ke konsumen. Dalam
hal promosi, ditentukan media apa yang akan digunakan untuk
mempromosikan produk, berapa biayanya dan dalam waktu berapa lama.

Selain juga strategi pemasaran yang digunakan untuk menentukan


kebijakan yang akan diambil oleh calon pebisnis berdasarkan data-data
sebelumnya. Calon pebisnis juga perlu menentukan posisi yang tepat, apa
saja kekuatan dan kelemahan perusahaan ini, dan peluang serta ancaman
apa saja yang akan dihadapi oleh perusahaan dengan menggunakan
analisis SWOT.
Menentukan langkah dan strategi yang tepat atau keputusan strategi,
sehingga produk dan perusahaan akan berhasil dalam persaingan. Dari
penelusuran-penelusuran tersebut barulah calon pebisnis bisa melakukan
penilaian kelayakan, apakah objek study berdasarkan aspek pasar dan
pemasaran ini dapat dinilai layak atau tidak.

4.1. GAMBARAN UMUM PROSPEK PASAR


Rumah Sakit IMM merupakan penyedia jasa dalam bidang kesehatan bagi
masyarakat umum. Selain itu RS. IMM juga menyediakan beberapa
terobosan program kesehatan yang didukung dengan peralatan yang
modern, yang saat ini masih sangat jarang pada rumah sakit - rumah sakit
di Kabupaten Merangin dan sekitarnya. Pihak RS. IMM akan menjalin
kerjasama dengan berbagai instansi seperti pihak asuransi dan
perusahaan-perusahaan lain.

4.2. LAYANAN PRODUK


RS. IMM merupakan rumah sakit umum swasta yang memiliki berbagai
pelayanan medis dan alat penunjang medis yang memadai yang akan
menunjang kesehatan masyarakat Merangin dan sekitarnya, yaitu Kab.
Kerinci, Kab. Sarolangun, Kab. Batanghari, Kab. Tebo dan Kab. Bungo.

Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat diantaranya


adalah :

Poli/Klinik Umum Instalasi Rawat Inap :


Poli/Klinik Spesialis Dasar :  R. Rawat VVIP (1 Bed)
1. Klinik Penyakit Dalam  R. Rawat VIP (12 Bed)
2. Klinik Anak  R. Rawat Kelas 1 ( 50 Bed )
3. Klinik Bedah  R. Rawat Kelas 2 ( 60 Bed )
4. Klinik Kebidanan & Penyakit  R. Rawat Kelas 3 ( 70 Bed )
Kandungan  ICU / Ruang Rawat Intensif
 NICU / Ruang Rawat Intensif
Pelayanan Spesialis Penunjang Neonatal
Medis :
 R. Persalinan
1. Anastesiologi
2. Radiologi
3. Rehabilitasi Medik
4. Patologi Klinik
Klinik Spesialis Fasilitas Penunjang :
 Klinik Penyakit Mata  Instalasi Farmasi
 Klinik Telinga, Hidung &  Instalasi Radiodiagnostik
Tenggorokan (THT)
 Klinik Kesehatan Gigi dan Mulut  Instalasi Laboratorium
 Klinik Penyakit Kulit dan Kelamin  Ambulance
 Klinik Penyakit Syaraf  Bank Darah
 Klinik Rehabilitasi Medik  Instalasi Diagnostik Terpadu
(IDT)
 Klinik Jantung  Instalasi Pemulasaran Jenazah &
Forensik
 Klinik Gizi  Instalasi Sterilisasi Pusat
( CSSD/Central
Klinik Sub Spesialis : Supply Sterilization
Department )
 Sub Spesialis Ginjal - Hipertensi  Instalasi Dapur & Gizi Klinik
 Sub Spesialis Diabetes  Instalasi Pencucian Linen /
Laundry
Instalasi Gawat Darurat  Instalasi Sanitasi
Layanan Unggulan :  Instalasi Pemeliharaan Sarana
(Bengkel
 Unit Hemodialisa Mekanikal&Elektrikal/Workshop)
 Klinik Edukasi Diabetes Fasilitas Lainnya :
 Lahan Parkir yang luas
 Taman Penyembuhan / Healing
Garden
 Mini Market, Kafetaria & Coffe
Shop
 Taman Bermain Anak

4.3. PROYEKSI PERMINTAAN DAN PENAWARAN


4.3.1. PERMINTAAN
Berdasarkan pengamatan dan data yang telah diperoleh, didapatkan
gambaran pasar total dan potensial yang ada terutama didaerah Kab.
Merangin dan Kabupaten-kabupaten disekitarnya (tidak termasuk
Kabupaten atau Kota Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung
Barat, Kota Jambi dan Kota Sungai).

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Propinsi Jambi
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Laki-laki & Perempuan Menurut Kabupaten/Kota
Propinsi Jambi

Tabel 4.3
Indikator Kinerja Pelayanan Rumah Sakit
Di Provinsi Jambi Tahun 2014

NO KODE RS NAMA RS PROSENTASE INDIKATOR PELAYANAN RATA-RATA


BOR AVLOS BTO TOI NDR GDR KUNJUNGAN
1 1571012 RSUD Raden Mattaher Jambi 0 0 0 0 0 0 0
2 1571036 RS Jiwa Provinsi Jambi 113 98 12 -2 1 2 89
3 1501012 RSUD Mayjend HA Thalib Kerinci 79 4 81 1 1 3 35
4 1502014 RSUD Kol.Abundjani Bangko 0 0 0 0 0 0 0
5 1503036 RSUD Prof.DR K. Quzwain 0 0 0 0 0 0 0
6 1509013 Sarolangun
RSUD H.Hanafie Muaro Bungo 62 4 60 2 1 6 30
7 1502013 RSUD Sulthan Thaha Saifuddin 42 3 34 0 11 18 28
Tebo
8 1504015 RSUD H.Abdoel Madjid Batoe 65 3 67 2 1 3 84
9 1505016 RSUD Ahmad Ripin Muaro Jambi 24 3 24 12 3 6 22
10 1507010 RSUD Daud Arif Kuala Tungkal 48 3 67 3 5 2 70
11 1506011 RSUD Nurdin Hamzah Muara 32 2 33 6 1 2 40
12 1571158 RSUD H.AbdulSabak
Manap Kota Jambi 43 3 40 5 20 28 136
13 1505027 RSUD Sungai Bahar 24 2 26 11 1 1 99
14 1505028 RSUD Sungai Gelam 5 3 1 40 1 3 11
15 1571034 RS Bhayangkara 37 3 4 5 1 1 0
16 1571023 RS dr.Bratanata 67 3 7 1 1 2 67
17 1571045 RS St.Theresia 78 3 10 87 1 2 240
18 1571147 Siloam Hospital 51 3 61 3 10 17 141
19 1571056 RS Budhi Graha 19 1 16 12 1 1 0
20 1571067 RS Mayang Medical Centre 63 3 5 3 1 1 52
21 1509024 RS Bersaudara Mandiri 20 0 21 1 5 9 0
22 1571161 RSIA Annisa 23 2 28 -1 1 1 23
23 1571159 RS Islam Arafah 80 3 72 1 6 10 20
24 1571162-S RS Kambang 1 3 7 1 1 1 49
25 1571164-S RS Rimbo Medika 23 3 83 2 1 9 10
26 1504017-S RS Royal Prima 52 5 40 1,2 1 1 99
27 1509016-S RS Central Medika 58 8 4 6 0 0 18
28 1571163-S RS Baiturrahim 15 3 15 21 2 3 39
29 1504018-S RS Mitra Medika Batang Hari 1 2 14 22 0 0 4
30 1571160 RS Bersalin Puri Medika
31 RS Bakti Lestari
32 RS Erni Medika
Sumber : Bidang Yankes, 2014

DAFTAR RUMAH SAKIT PROPINSI JAMBI PER JANUARI 2013

NO NAMA JENIS KELAS PENYELENGGARA

1 RSU. MAY. H.A. THALIB/Sungai Penuh RSU C Pemkab

2 RSK BEDAH YAYASAN BUNDO RSK BEDAH NON-K Organisasi Sosial

3 RSUD Kol. Abundjani/Bangko RSU C Pemkab

4 RSUD Prof. DR. H.M. Chatib Quzwain RSU C Pemkab

5 RSUD HAMBA Batang Hari RSU C Pemkab

6 ROYAL PRIMA JAMBI RSU NON-K Perorangan

7 RSUD Muaro Jambi RSU C Pemkab


8 RSUD Sungai Bahar RSU D Pemkab

9 RSUD Sungai Gelam RSU NON-K Pemkab

10 RSUD Nurdin Hamzah RSU C Pemkab

11 RSU KH. Daud Arif RSU C Pemkab

12 RSUD Sultan Taha Saifudin RSU C Pemkab

13 RSUD H. Hanafi/Muaro Bungo RSU C Pemkab

14 RS SENTRA MEDIKA RSU D Swasta/Lainnya

15 RS Bersaudara Mandiri RSU D Pemkab

16 RSU Raden Mattaher Jambi RSU B Pemprov

17 Rumkit Tk. IV Dr. Bratanata Unang Jambi RSU III TNI AD

18 Rumkit Bhayangkara Jambi RSU IV POLRI

19 RS SANTA THERESIA RSU C Swasta/Lainnya

20 RS BUDHI GRAHA RSU D Organisasi Sosial

21 RS MAYANG MEDIKA JAMBI RSU D Swasta/Lainnya

22 RS JIWA JAMBI RS Jiwa/RSKO B Pemkot

23 RS ASIA MEDIKA JAMBI RSU NON-K Swasta/Lainnya

24 RSUD H. ABDUL MANAP Kota Jambi RSU D Pemkot

25 RS ISLAM ARAFAH RSU A Perusahaan

26 RS PURI MEDIKA RSU A Perusahaan

27 RSIA ANNISA JAMBI RSIA A Perusahaan

4.3.2. PENAWARAN
Jumlah Penduduk di Kabupaten Merangin dalam kurun waktu 2000 – 2010
mengalami peningkatan yang cukup besar. Bila kita analisa jumlah
pertambahan penduduk dengan kebutuhan akan rumah sakit ini, maka
akan terjadi ketidakseimbangan pada nantinya. Kenaikan jumlah
penduduk ini harusnya diimbangi dengan fasilitas pelayanan yang
memadai.
Status Rumah Sakit di Propinsi Jambi pada tahun 2011, adalah terdapat 21
Rumah Sakit di Propinsi Jambi, yag terdiri dari :
Rumah Sakit Tipe B berjumlah 2 Rumah Sakit,
Rumah Sakit Tipe C berjumlah 7 Rumah Sakit,
Rumah Sakit Tipe D ada 12 Rumah Sakit.
Sedangkan dari 21 Rumah Sakit tersebut, yang mempunyai Ijin
Operasional Sementara adalah sebanyak 14 Rumah Sakit; yang
mempunyai Ijin Operasional Tetap 7 Rumah Sakit; Sementara yang sudah
terakreditasi sebanyak 5 umah Sakit dan yang sudah mengikuti pelatihan
Workshop Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEX)
24 jam sebanyak 11 Rumah Sakit.
Dari perbandingan ini kita bisa melihat bahwa tingginya jumlah penduduk
tidak diimbangi dengan jumlah rumah sakit dengan fasilitas yang bisa
mengimbanginya. Karena hal ini, perlu adanya pertambahan rumah sakit
di Kabupaten Merangin untuk dapat mengatasi pemenuhan jasa
kesehatan.
Pada tahun 2013 jumlah rumah sakit di Provinsi Jambi sudah sebanyak
30 unit, dengan klasifikasi jumlah rumah sakit pemerintah
sebanyak 14 unit, rumah sakit TNI/Polri sebanyak 2 unit dan rumah sakit
swasta sebanyak 14 unit. Tahun 2014 Provinsi Jambi sudah memiliki
rumah sakit sebanyak 32 unit, dengan rincian yaitu; rumah sakit
pemerintah sebanyak 14 unit, rumah sakit TNI/Polri sebanyak 2 unit dan
rumah sakit swasta sebanyak 16 unit.

Gambar 4.4
Persentase Kepemilikan Rumah Sakit di Provinsi Jambi Tahun 2014
Swasta, 50% Pemerintah, 44%

TNI/ Polri,
6%
Sumber : Bidang Yankes, 2014

Jumlah tempat tidur pada suatu rumah sakit dapat digunakan untuk
menggambarkan kemampuan rumah sakit dimaksud dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada masyarakat. Di Provinsi Jambi tahun 2014
jumlah tempat tidur berjumlah sebanyak 2.954 tempat tidur. Adapun
jumlah tempat tidur tahun 2013 terbanyak masih dimiliki oleh RSU
Raden Mattaher Jambi dengan 321 tempat tidur diikuti oleh Rumah
Sakit Jiwa dengan 270 tempat tidur. Sedangkan jumlah tempat tidur
paling sedikit terdapat di Rumah Sakit Bersalin Puri Medika dengan
hanya 12 tempat tidur.
Gambar 4.5
Rasio Dokter Umum Terhadap 100.000 Penduduk
Di Provinsi Jambi Tahun 2014

Provinsi Jambi 19.6

Tanjab Timur 13.6

Sungai Penuh 12.7

Batanghari 11

Tanjab Barat 9.88

Kota Jambi 9.1

Kerinci 9

Sarolangun 9

Merangin 7

Tebo 6.1

Bungo 5.9

Muaro Jambi 3.8

0 5 10 15 20 25
Sumber : Bidang Bindasigun, 2014
4.4. ANALISIS PELUANG

Pada daerah Kabupaten Merangin ini hanya terdapat satu rumah sakit
umum yang menggunakan peralatan dan teknologi yang sudah
ketinggalan zaman, yaitu RSUD Kol. Abundjani sehingga kesempatan
masih terbuka untuk RS. IMM yang memiliki fasilitas lengkap dan
peralatan tercanggih terutama untuk fasilitas pra natal dan pasca natal.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya terhadap kondisi


penawaran dan permintaan atas kebutuhan umah sakit dengan kualitas
baik, diketahui bahwa pasar yang begitu besar hanya dikelola oleh satu
rumah sakit sehingga peluang untuk RS. IMM ini mampu menjalankan
usaha kesehatannya dengan baik masih sangat besar.

4.5. Persaingan

Dalam peninjauan aspek pasar, kita juga perlu membandingkan adanya


pesaing ataupun pembanding dalam penentuan penjualan jasa.
Khususnya didaerah Kabupaten Merangin sudah terdapat satu rumah
sakit besar yang sudah berjalan saat ini. Namun yang memiliki fasilitas
modern belum ada. Hal ini memiliki pangsa pasar yang masih luas di
lingkup Kabupaten Merangin dan sekitarnya.
Rumah Sakit Intan Mulia Merangin direncanakan akan didirikan di kota
Bangko yang merupakan Ibukota Kabupaten Merangin, Luas Kota Bangko
2.345 km2 dengan jumlah penduduk 45.557, jadi rata-rata kepadatan
penduduk kota Bangko adalah 23 jiwa/km2.
Desa yang berada dalam Kota Bangko Desa Kungka, Langling, Mudo dan
Sungai Kapuas, Sengkan; Kelurahan yang berada didalamnya Dusun
Bangko, Pasar Atas Bangko, Pasar Bangko dan Panin Kandis.
Dilihat dari letak geografisnya, Kabupaten Merangin berada pada posisi
antara 20 - 30 Lintang Selatan dan 1020 - 1040 Bujur Timur. Kabupaten
Merangin berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bungo dan Kabupaten
Tebo
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Rejang Lebong –
Prov. Bengkulu
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kerinci
Batas-batas wilayah Kota Bango meliputi sebelah selatan dengan
Kecamatan Tiang Pumpung Kab. Pamenang Selatan; Sebelah Timur
dengan Kecamatan Renah Pamenang dan Pamenang Barat; sebelah Barat
dengan Kecamatan Renah Pembarap dan Batang Mesuntai; dan sebelah
utara dengan Kecamatan Nalo Tantan, Tabir Lintas serta Tabir selatan.

Jarak Ibukota Kabupaten ke Ibukota Kecamatan adalah sebagai berikut :

 Bangko – Muara Madras = 121 km


 Bangko – Muara Siau = 33 km
 Bangko – Sungai Manau = 48 km
 Bangko – Pamenang = 22 km
 Bangko – Rantau Panjang = 28 km
 Bangko – Muara Jernih = 44 km
 Bangko – Rawa Jaya = 40 km
 Bangko – Pasar Masurai = 84 km

4.6. Kondisi Ekonomi Makro Indonesia

Berdasarkan perkembangan indikator-indikator yang ada, perekonomian


Indonesia menunjukan perkembangan yang semakin mantap,
pertumbuhan dan aktifitas ekonomi yang meningkat, serta stabilitas yang
semakin kuat dan terjaga. Perkembangan tersebut antara lain ditunjukan
oleh tren pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, inflasi yang
terjaga, nilai tukar yang stabil, cadangan devisa yang terus meningkat.

Kondisi makro perekonomian Indonesia secara umum digambarkan


sebagai berikut:

1. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Desember


2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level
7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit
Facility tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan tersebut dinilai
konsisten dengan upaya mengarahkan inflasi menuju ke sasaran
4,5±1% pada 2014 serta mengendalikan defisit transaksi berjalan
menurun ke tingkat yang lebih sehat dan berkesinambungan. Bank
Indonesia juga memperkuat pendalaman pasar uang Rupiah dan
valas dengan mengimplementasikan mini Master Repo Agreement
antar sejumlah bank serta memperluas cakupan swap lindung nilai
jangka menengah dan panjang antara Bank dengan Bank Indonesia.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati sejumlah risiko,
termasuk ketidakpastian ekonomi global yang dapat kembali
meningkat. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran
kebijakan moneter dan makroprudensial serta koordinasi dengan
Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi
berjalan, termasuk kebijakan untuk memperbaiki struktur ekonomi.

2. Perbaikan kondisi perekonomian mendorong membaiknya daya beli


masyarakat dan aktivitas ekonomi yang antara lain diindikasikan
oleh indikator-indikator pajak (PPn), konsumsi listrik, pertumbuhan
penjualan kendaraan bermotor, dan kredit konsumsi perbankan.

3. Di bidang perdagangan internasional, perbaikan kinerja ekspor


tercermin dalam peningkatan pertumbuhan ekspor, khusus di
sector ekspor non migas. Perbaikan kinerja ekspor tersebut akan
berlanjut seiring dengan perbaikan ivestasi, peningkatan harga
komoditi (khususnya komoditi primer) di pasar global, dan
peningkatan trade volume dengan mitra dagang Indonesia. Di sisi
lain, impor juga mengalami peningkatan sejalan dengan
membaiknya daya beli masyarakat.

4. Nilai tukar rupiah pada bulan November 2013 masih dalam


tekanan. Secara point to point, nilai tukar rupiah melemah sebesar
5,77% (mtm) menjadi Rp11.963 per dolar AS atau secara rata-rata
melemah 2,42% (mtm) menjadi Rp11.624 per dolar AS. Pelemahan
nilai tukar tersebut terutama dipicu sentimen negatif pelaku pasar
terhadap rencana pengurangan stimulus moneter AS (tapering-off)
serta pengaruh defisit transaksi berjalan Indonesia. Bank Indonesia
menilai pelemahan rupiah masih sejalan dengan perkembangan
mata uang negara-negara kawasan.

5. Inflasi pada bulan November 2013 tetap terkendali dan masih


dalam tren yang menurun. IHK November 2013 tercatat sebesar
0,12% (mtm) atau 8,37% (yoy). Meskipun sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan inflasi Oktober 2013 sebesar 0,09% (mtm),
inflasi November 2013 lebih rendah dibandingkan dengan pola
historisnya dalam lima tahun terakhir. Inflasi yang rendah didukung
oleh koreksi harga pada kelompok volatile food dan melambatnya
inflasi inti akibat perkembangan harga global yang cenderung
rendah. Bank Indonesia memprakirakan inflasi keseluruhan tahun
2013 dapat lebih rendah dari 8,5% dan terus menurun dalam
kisaran target 4,5±1% pada tahun 2014.

6. Stabilitas sistem keuangan terjaga, dengan dukungan ketahanan


industri perbankan yang solid. Rasio kecukupan modal
(CAR/Capital Adequacy Ratio) tetap tinggi mencapai 18,4%, jauh
di atas ketentuan minimum 8%, sedangkan rasio kredit
bermasalah (NPL/Non Performing Loan) tetap rendah sebesar
1,91% pada bulan Oktober 2013. Ketahanan perbankan yang
masih terjaga ini cukup positif di tengah kondisi penyaluran kredit
yang melambat. Pertumbuhan kredit pada bulan Oktober 2013
tercatat sebesar 22,2% (yoy), melambat dibandingkan
pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 23,1% (yoy). Bank
Indonesia menilai perlambatan kredit tersebut sejalan dengan
melambatnya pertumbuhan ekonomi dan pengaruh kenaikan suku
bunga domestik. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati
stabilitas sistem keuangan termasuk ketahanan industri perbankan
sehingga tetap kuat dalam mendukung proses penyesuaian
ekonomi ke arah yang lebih seimbang dan sehat.

Dengan beberapa indikator di atas, dapat di simpulkan bahwa


perekonomian Indonesia secara umum, berada dalam posisi yang cukup
kuat dan di dukung oleh daya beli masyarakat yang semakin tinggi.

4.7. BENCHMARKING

Benchmarking adalah kegiatan identifikasi terhadap fasilitas eksternal


yang mempunyai fungsi sama dengan proyek yang akan dijalankan
ataupun terhadap fasilitas internal yang memiliki fungsi yang hamper
sama. Penting bagi owner untuk mengadakan studi banding dengan
rumah sakit lain yang mempunyai (hal-hal) tertentu yang lebih baik.
Misalnya, diketahui ada rumah sakit yang bisa menekan cost yang rendah
dengan mutu layanan tetap baik. Untuk membuat benchmarking pada RS
IMM ini dilakukan survey ke rumah sakit yang mempunyai praktik-praktik
(hal-hal) yang lebih baik dengan lokasi yang tidak jauh dari lokasi
rencana. Adapun hal-hal tersebut antara lain :

Quality : laboratorium, isi dan servis medis termasuk klinik, servis


perawatan dan
lainnya.
Biaya : Bagaimana rumah sakit tersebut menekan biaya baik biaya
langsung
ataupun biaya operasional.

Delivery : Bagaimana lead time dari barang-barang yang dibeli dan


juga stock
investaris yang tersedia

Inovasi : Inovasi-inovasi apa yang menyebabkan rumah sakit


tersebut unggul.

Pada tahun 2011 di kabupaten Merangin terdapat 1 buah rumah sakit


umum daerah, 18 buah puskesmas pembantu, dan 382 posyandu. Saat ini
Kabupaten Merangin dilayani oleh 1 Rumah Sakit Umum Daerah yaitu
Rumah Sakit Kol. Abundjani, Bangko.

Rumah Sakit Daerah Kol. Abundjani Bangko merupakan rumah sakit satu–
satunya di Kabupaten Merangin, dan merupakan salah satu dari 10 rumah
sakit umum yang ada di Propinsi Jambi, beralamat di jalan Kesehatan No.
20 Bangko Kabupaten Merangin. RSD Abundjani adalah rumah sakit kelas
C, dengan kapasitas tempata tidur 109 didukung oleh jumlah tenaga
medis : Dokter umum 16 orang (PNS 8, PTT 3 orang, TKS 5 orang),
Dokter Gigi 3 orang (2 PNS, 1 PTT), Dokter spesialis 5 orang (Spesialis
Anak, Penyakit Dalam, Mata, Bedah, Obsgyn) dan Dokter Spesialis paruh
waktu 1 orang (Spesialis Kulit & kelamin).

Adapun hasil Benchmarking dapat dilihat dari tabel berikut :

Aspek Penilaian RSD. ABUNDJANI RS. INTAN MULIA MERANGIN


Lokasi Jl. Kesehatan No. 20 Jl. Lintas Sumatera Km. 10
Jambi

Luas Bangunan 3000 m2 31.556 m2

Fasilitas Rawat Inap :

- R. Rawat VVIP Tidak ada 1 Tempat Tidur, 7 Ruang


- R. Rawat VIP 12 Tempat Tidur 12 Tempat Tidur, 12 Ruang

- R. Rawat Kelas 1 6 Tempat Tidur 50 Tempat Tidur, 25 Ruang

- R. Rawat Kelas 2 36 Tempat Tidur 60 Tempat Tidur, 30 Ruang

- R. Rawat Kelas 3 50 Tempat Tidur 70 Tempat Tidur, 10 Ruang

- R. Perawatan Anak 2 Tempat Tidur, 4 Ruang

- R. Perawatan 2 Tempat Tidur, 4 Ruang


Kebidanan

- R. Perawatan Bayi 8 Tempat Tidur, 2 Ruang

Layanan Medis :

Klinik Penyakit Dalam ada ada

Klinik Anak ada ada

Klinik Bedah ada ada

Klinik Kebidanan & Kandungan ada ada

Klinik Penyakit Mata ada ada

Klinik THT Tidak ada ada

Klinik Kesehatan Gigi & Mulut ada ada

Klinik Penyakit Kulit & Kelamin ada ada

Klinik Penyakit Syaraf Tidak ada ada

Klinik Rehabilitasi Medik Tidak ada ada

Klinik Jantung Tidak ada ada

Gizi Klinik Tidak ada ada

Unit Hemodialisa Tidak ada ada

Klinik Edukasi Diabetes Tidak ada ada

RSD Abundjani
RS. Intan Mulia Merangin

Berdasarkan penjabaran yang seperti tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :

1. RS. IMM memberikan fasilitas yang paling lengkap untuk standar RS. IMM dan
sudah memenuhi standar lokal dan nasional.
2. RS. IMM terletak ditempat yang strategis dan mudah di jangkau (di Jalan Lintas
Sumatera Km. 10 Desa Sungai Ulak Kecamatan Nalo Tantan Propinsi Jambi).
3. RS. IMM memiliki 205 tempat tidur yang mampu melayani kesehatan masyarakat
Kabupaten Merangin dan sekitarnya.
4. RS. IMM menawarkan tarif yang sesuai dengan fasilitas dan pelayanan yang
diberikan dimana menggunakan teknologi dan peralatan terbaru.
5. RS. IMM menyediakan faslitas unggulan berupa unit Hemodialisa (cuci darah) dan
Klinik Edukasi Diabetes yang masih jarang ditemui di RS lain.
6. Fasilitas lain-lain (healing garden, gift shop, dan children playground) yang
disediakan RS. IMM.
7. RS IMM mampu memberikan keamanan dan kenyamanan dengan adanya satpam
dan fasilitas CCTV yang beroperasi selama 24 jam.

4.8. HARGA

Penentuan harga berbagai pelayanan medis yang dilakukan oleh RS. IMM
ini berdasarkan biaya dasar yang dikeluarkan, serta menyesuaikan
dengan kemampuan rata-rata konsumen pada umumnya, sehingga
harganya dapat terjangkau.
Harga untuk setiap produk perawatan pada RS. IMM ini adalah sebagai
berikut :
LAYANAN TARIF (Rp.)

Fasilitas Rawat Inap :

- R. Rawat VVIP 2.000.000


- R. Rawat VIP 1.200.000

- R. Rawat Kelas 1 700.000

- R. Rawat Kelas 2 350.000

- R. Rawat Kelas 3 200.000

- ICU 1.500.000

- NICU 1.500.000

Layanan Medis :

- Klinik Penyakit Dalam 150.000

- Klinik Anak 150.000

- Klinik Bedah 150.000

- Klinik Kebidanan & Penyakit Kandungan 150.000

- Klinik Penyakit Mata 150.000

- Klinik Telinga, Hidung dan Tenggorokan 100.000


(THT)

- Klinik Kesehatan Gigi dan Mulut 150.000

- Klinik Penyakit Kulit dan Kelamin 150.000

- Klinik Penyakit Syaraf 150.000

- Klinik Rehabilitasi Medik 150.000

- Klinik Jantung 150.000

- Gizi Klinik 150.000

- Unit Hemodialisa 800.000

- Klinik Edukasi Diabetes 150.000

4.9. DISTRIBUSI

RS. IMM merupakan rumah sakit baru yang memiliki segmen pasar
khusus yang cukup jelas yaitu masyarakat kelas menengah ke atas,
namun tetap membuka diri terhadap adanya pasien diluar target pasar
tersebut pada fasilitas dan pelayanan tertentu. Kami ingin memberikan
pelayanan memuaskan kepada pelanggan sehingga mereka nyaman
untuk melanjutkan perawatan di RS. IMM.

4.10. PROMOSI
Untuk memperkenalkan RS. IMM kepada masyarakat luas, maka dilakukan
tindakan promosi sebagai berikut :

 Memasang pemberitahuan di surat kabar terkemuka atas dibukanya


RS. IMM

 Memasang papan nama rumah sakit dengan jelas agar para


pengguna jalan sekitar mengetahui keberadaan rumah sakit

 Melakukan kerja sama dengan media lokal untuk membuat rubrik


konsultasi kesehatan yang diasuh oleh Tim dokter RS. IMM

 Membuat situs khusus RS. IMM agar informasi tentang RS. IMM
diketahui orang banyak

 Melakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang


berlokasi sekitar Kabupaten Merangin

 Melakukan kerjasama sebagai rumah sakit rujukan untuk


perusahaan asuransi

4.11. STRATEGI PEMASARAN

 Produk

Produk yang ditawarkan RS. IMM ini adalah perawatan kesehatan


dengan kualitas bertaraf internasional. Selain itu kami juga
menyediakan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh yang
ditujukan bagi seluruh kalangan masyarakat.

 Harga

Pelayanan kesehatan dengan kualitas bertaraf internasional dan


memiliki standar mutu yang tinggi dengan harga yang masih relatif
terjangkau merupakan tujuan RS. IMM sebagai penyelenggara
fasilitas kesehatan

 Tempat

Lokasi yang berada di jalan utama kota bangko merupakan tempat


yang strategis untuk mendirikan usaha kesehatan.

4.12. ANALISIS SWOT


Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats)
merupakan suatu kegiatan seseorang dan kekurangan yang ada bila
proyek RS IMM ini jadi dilaksanakan. Hal-hal kelebihan atau kekurangan
yang berpotensi datang dari internal disebut dengan Strengths dan Weakness, sedang yang
berpotensi dari lingkungan luar/ekternal biasa disebut dengan Opportunities dan Threats.
Berdasarkan analisa terhadap tapak harus dapat dioptimalkan, sedangkan factor yang menjadi
kelemahan tapak harus dapat diminimalisir sehingga tidak memberikan pengaruh buruk.

NO STRENGTH (S) NO WEAKNESS (W)


1 Lokasi Strategis, mudah di akses 1 Kurangnya tenaga medis di Kab. Merangin

2 Peralatan Medis Modern dan Terbaru 2 Sistem Manajemen perlu pengembangan

Layanan medis lebih lengkap disbanding RS Kurangnya informasi tentang RS IMM


3 3
lain

Dukungan jaringan dengan perusahaan Kualitas komitmen SDM belum memadai


4 4
rekanan dan asuransi dalam hal service

5 Adanya Klinik Khusus (Edukasi Diabetes)

Keamanan dan kenyamanan dengan CCTV


6
dan Healing Garden

7 Gedung rumah sakit yang representatif

8 Dukungan sistem informasi RS yang canggih

NO OPPORTUNITY (O) NO THREATS (T)


1 Terdapat di daerah padat penduduk 1 Tarif RS lain di Kabupaten Merangin
relative lebih murah

Masih sedikitnya fasilitas medis di Masih banyak masyarakat yang pergi


2 2
wilayah Kabupaten Merangin ke fasilitas pengobatan non medis

Kemampuan ekonomi masyarakat Tidak stabilnya nilai tukar rupiah


3 sekitar cukup tinggi 3 terhadap dollar yang berpengaruh
besar pada pembelian alat kesehatan

Adanya pertumbuhan jumlah Meningkatnya berbagai tuntutan


4 4
penduduk hukum di bidang kesehatan

Mendapat dukungan pemerintah Banyaknya golongan menengah ke


daerah (dari segi perijinan dan atas yang memilih untuk berobat ke
5 5
promosi) luar negeri (Singapura & Malaysia)
karena mutu layanan yang lebih baik

Setelah dilakukan identifikasi pada masing-masing factor (internal dan


eksternal) dan dilakukan strategi untuk mengoptimalkan faktor Strength
dan Opportunities, serta mereduksi faktor Weakness dan Threats, langkah
selanjutnya adalah menghitung dari faktor-faktor tersebut supaya dapat
diketahui RS IMM ini.

Berikut adalah hasil perhitungannya :

NO STRENGTH (S) Weight % Score WXS


1 Lokasi Strategis, mudah di akses 15 4 0.6

2 Peralatan Medis Modern dan Terbaru 20 4 0.6

3 Layanan medis lebih lengkap disbanding RS 15 4 0.6


lain

4 Dukungan jaringan dengan perusahaan 10 3 0.3


rekanan dan asuransi

5 Adanya Klinik Khusus (Edukasi Diabetes) 10 3 0.3

6 Keamanan dan kenyamanan dengan CCTV 5 4 0.2


dan Healing Garden

7 Gedung rumah sakit yang representatif 10 3 0.3

8 Dukungan sistem informasi RS yang 15 4 0.6


canggih

Total 100 3.5

NO WEAKNESS (W) Weight % Score WXS


1 Kurangnya tenaga medis di Kab. Merangin 30 2 0.6

2 Sistem Manajemen perlu pengembangan 30 3 0.9

3 Kurangnya informasi tentang RS IMM 25 2 0.5

4 Kualitas komitmen SDM belum memadai 25 2 0.5


dalam hal service

Total 100 2.2

NO OPPORTUNITY (O) Weight % Score WXS


1 Terdapat di daerah padat penduduk 20 4 0.8

2 Masih sedikitnya fasilitas medis di wilayah 30 3 0.9


Kabupaten Merangin

3 Kemampuan ekonomi masyarakat sekitar 20 3 0.6


cukup tinggi

4 Adanya pertumbuhan jumlah penduduk 20 2 0.4

5 Mendapat dukungan pemerintah daerah 20 4 0.4


(dari segi perijinan dan promosi)

Total 100 3.3

NO THREATS (T) Weight % Score WXS


1 Tarif RS lain di Kabupaten Merangin relative 25 3 0.75
lebih murah

2 Masih banyak masyarakat yang pergi ke 20 2 0.4


fasilitas pengobatan non medis

3 Tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap 15 2 0.3


dollar yang berpengaruh besar pada
pembelian alat kesehatan

4 Meningkatnya berbagai tuntutan hukum di 20 2 0.4


bidang kesehatan

5 Banyaknya golongan menengah ke atas yang 20 3 0.6


memilih untuk berobat ke luar negeri
(Singapura & Malaysia) karena mutu layanan
yang lebih baik

Total 100 2.45

Dari penilaian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa RS IMM


termasuk dalam kategori S – O, dengan grafik seperti berikut :
Pada matriks terlihat bahwa posisi RS IMM berada pada angka 1.3 pada
Strength dan 0.85 pada Opportunity. Maka RS IMM cukup layak untuk
dibangun dan diharapkan dapat memberikan keuntungan jika faktor
Strength dioptimalkan dan dapat memanfaatkan faktor Opportunity
secara maksimal.

4.13. KEPUTUSAN STRATEGI

Dari Analisa SWOT yang telah dibuat sebelumnya, dirancang sejumlah


Strategi atas masing-masing poinnya seperti sebagai berikut :

a. Strategi Pelayanan

 Mengembangkan program pelayanan kesehatan unggulan


yang bermutu melalui Sumber Daya Manusia (SDM), sarana
dan prasarana secara optimal.

 Berorientasi menuju rumah sakit bertaraf internasional


dengan meningkatkan fasilitas dan layanan baik medis
maupun non medis.
b. Strategi Pengembangan SDM

 Mendatangkan Dokter tamu dan tenaga medis lain dari luar


kabupaten Merangin

 Meningkatkan komitmen pegawai melalui penerapan reward


dan punishment sesuai dengan sistem yang berlaku

 Melakukan pelatihan-pelatihan manajemen dan service


excellence secara rutin untuk meningkatkan mutu SDM

 Melakukan training rutin tenaga medis untuk meng-update


pengetahuannya.

c. Strategi Pemasaran

 Melakukan promosi terkait dengan fasilitas yang dimiliki RS


IMM kepada seluruh warga Kabupaten Merangin

 Mengembangkan kemitraan dengan berbagai perusahaan


rekanan dan asuransi

 Mengembangkan dan mengoptimalkan kemitraan untuk


meningkatkan mutu pelayanan dan mengembangkan jaminan
pelayanan kesehatan bagi perusahaan swasta yang ada
didaerah

d. Strategi Keuangan

 Profesionalisme untuk mendapatkan transparansi di bidang


keuangan

 Penetapan tarif dengan memperhatikan perhitungan unit cost

 Meningkatkan mutu pelayanan di bidang keuangan

 Bekerja sama dengan rekanan penyedia Alat Kesehatan untuk


menyikapi tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar

4.14. REKOMENDASI

Berdasarkan analisa aspek pasar dan pemasaran yang telah dilakukan,


ditinjau dari sisi proyeksi permintaan dan penawaran, analisis peluang,
persaingan, harga, produk, distribusi, promosi dan analisa SWOT, maka
dapat disimpulkan bahwa rencana pembangunan RS IMM ini
layak.

Anda mungkin juga menyukai