http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS JURNAL FORUM ILMU SOSIAL
POLITIK HUKUM UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
KORUPSI
Indri Astuti, S.Pd.
Guru PPKn SMK Texmaco Pemalang
Info Artikel Abstrak
Sejarah Artikel Politik hukum sangat menarik untuk dikaji karena politik hukum Diterima Juni 2014 membahas mengenai bagaimana perubahan yang harus dilakukan dalam Disetujui Desember 2014 hukum yang berlaku agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, Dipublikasikan Desember 2014 membahas proses pembentukan iusconstituendum dari iusconstitutum dalam menghadapi perubahan kehidupan masyarakat, serta produk Keywords : perubahan hukum yang dihasilkan yang menetapkan kerangka dan arah Law, Politics, Corruption perkembangan hukum.Adapun yang dikaji dalam artikel ini meliputi (1) Bagaimana sejarah perkembangan undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia?, dan (2) Bagaimana kajian politik hukum terhadap undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia? Sejarah perkembangan undang-undang tindak pidana korupsi diawali dengan latar belakang lahirnya peraturan pengauasa militerpada 9 April 1957. Di masa reformasi sebagai pengganti dari undang-undang masa orde baru muncul Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 yang kemudian mengalami penyempurnaan dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001.Kajian politik Hukum undang-undang pemberantasan koruspi dilihat dari segi filosofis, pragmatik dan sosiologis.Untuk memberikan analisa politik hukum ini penulis mencoba memberi masukan tentang undang- undang terakhir yaitu Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 dengan melihat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu mengenai aturan tentang masalah kualifikasi delik,tidak adanya pedoman pelaksanaan pidana minimal khusus, tidak adanya ketentuan khusus mengenai pelaksanaan pidana denda yang tidak dibayar oleh korporasi, tidak adanya ketentuan khusus yang merumuskan pengertian dari istilah pemufakatan jahat, Aturan peralihan dalam Pasal 43 A Undang-Undang No.20 Tahun 2001 yang dinilai berlebihan, formulasi Pidana Mati yang hanya berlaku untuk satu pasal yakni Pasal 2 ayat (1) serta tentang Recidive.
Abstract
Political law is very interesting to be learnt because of the political law
describes how the changes to be made in the applicable law in order to meet the needs of the community, to discuss the process off ormation of is constitutumius constituendumin the face of changes in people's lives, as well as legal changes resulting product which sets the frame work and direction of development law. As reviewed in this article include: (1) How does the history of the development of legislation to era dicate corruption in Indonesia, and (2) How is the political assessment of the law against the law to eradicate corruption in the development of legislation Indonesia. The
Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014 169
history of corruption begins with the background to the rules of military ruler on April 9, 1957. The Eradication corruption. In reformation era the subtitute of legislation of the new ordere merging Act No. 31 of 1999 which then under goes refinement by Act No. 20 of 2001. political Studies Law Law corruption eradication in terms of philosophical, pragmatic and sosiologis. To provide legal political analysis, the writer tries to give input on the final legislation that Act No. 20 of 2001 to see a few things to note is about the ruleson the subject of qualify in goffense, not minimal criminal implementation guide lines specifically, the absence of specific provisions regarding the implementation of the criminal fines are not paid by the corporation, the absence of specific provisions that define the notion of the termof agreementevil, the transition rule in Article 43 A of Law No. 20 of 2001 which was conside redexcessive, Dead Criminal formulation which is only valid for one article, namely Article 2 paragraph (1) as well ason Recidive.
2014 Universitas Negeri Semarang
* Alamat korespondensi matapanda1984@gmail.com
PENDAHULUAN apa yang harus diadakan dalam hukum yang
sekarang berlaku supaya sesuai dengan Politik hukum sangat menarik untuk kenyataan sosial. Boleh dikatakan, politik dikaji dalam perkembangan hukum ada hukum meneruskan perkembangan hukum beberapa pendapat seperti Sacipto Rahardjo dengan berusaha melenyapkan sebanyak- menyatakan bahwa politik hukum adalah banyaknya ketegangan antara posivitas dan studi hukum yang diarahkan pada realitas sosial. Politik hukum membuat suatu iusconstituendo (hukum yang harus berlaku) iusconstituendum (hukum yang akan dan merupakan bagian substansial ilmu berlaku), dan berusaha agar iusconsti- perundang-undangan (Maryanto). Politik tuendum itu pada hari kemudian berlaku hukum membahas mengenai bagaimana sebagai iusconstitum. perubahan yang harus dilakukan dalam Dengan urgensi dari politik hukum hukum yang berlaku agar dapat memenuhi tentunya ini sangat diharapkan dalam kebutuhan masyarakat, membahas proses perkembangan produk-produk per- pembentukan iusconstituendum dari undangan-undangan agar lebih sensitif iusconstitutum dalam menghadapi terhadap perkembangan masyarakat perubahan kehidupan masyarakat, serta Indonesia. Produk hukum dijadikan produk perubahan hukum yang dihasilkan pedoman pengaturan semua aspek kehidupan yang menetapkan kerangka dan arah baik politik, sosial, budaya, keamanan perkembangan hukum. Hal ini juga diperkuat maupun dalam bidang ekonomi. Tentunya oleh pendapat dari Utrech dinyatakan bahwa dengan acuan yang baik dari peraturan Politik hukum berusaha membuat kaidah- perundang-undangan diharapkan dapat kaidah yang akan menentukan bagaimana mengatasi masalah atupun dikotomi yang seharusnya manusia bertindak. Politik dialami oleh masyarakat. Sehingga politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan hukum ini harus melihat fenomena adanya
170 Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014
perubahan yang terjadi di masyarakat. Pemberantasan korupsi menjadi masalah Menurut Himes dan Moore perubahan sosial yang perlu dilakukan secara ber- mempunyai tiga dimensi yaitu : dimensi kesinambungan karena gejalanya memang struktural, dimensi kultural dan dimensi seperti fenomena gunung es jadi pem- interaksional (Martono, 6). Dimensi berantasan yang telah dilakukan saat ini baru struktural meliputi adanya perubahan aspek gambaran kecil dari kasus yang terjadi. perilaku dan kekuasaan, peningkatan Korupsi dapat merusak sendi-sendi maupun penurunan sejumlah peranan atau kehidupan bermasyarakat, berbangsa pengkategorian peranan, maupun perubahan maupun bernegara. Anggaran yang dapat tipe dan daya guna fungsi sosial. Dalam dioptimalkan untuk kesejahteraan dimensi kultural yang disoroti adalah adanya masyarakat hanya dinikmati oleh segelintir perubahan kebudayaan yang ada dalam orang saja inilah yang dapat menyebabkan masyarakat. Sedangkan dimensi inter- rapuhnya negara Indonesia. Pemberantasan aksional lebih dititik beratkan pada tindak pidana korupsi harus dikaji dengan perubahan hubungan sosial dalam pandangan penegakan hukum yang akan masyarakat. Perubahan sosial memang dilaksanakan dengan menilai produk menjadi perhatian penting dalam perundang-undangan yang telah dibuat penyelenggaraan pemerintahan terutama untuk menilai sensitifitas sosial yang terjadi dalam kegiatan kekuasaan yaitu berkaitan dalam masyarakat. Sehingga jangan sampai dengan proses legislasi. Jangan sampai undang-undang yang dibuat tidak dapat kekuasaan ini hanya digunakan untuk menguraikan tindakan ataupun modus baru kepentingan para elit politik atau untuk yang semasa masa dapat muncul. Hal ini melegitimasikan kekuasaan dari penguasa, menyebabkan para pelaku tindak pidana sementara itu upaya demokrasi yang terus tidak dapat dijerat karena tidak diatur dalam digaungkan di negara kita akan menjadi suatu pasal di undang-undang tindak pidana keniscayaan. korupsi. Menurut Sudarto menyatakan ada Dalam mengkaji tentang politik hukum tiga pandangan hukum yaitu legalistis, kita perlu mengulas tentang masalah yang fungsional dan kritis (Effendy, 2010:2). aktual. Dalam artikel ini akan mencoba Untuk dapat mewujudkan cita cita hukum menguraikan tentang kajian politik hukum diperlukan sinergi diantara ketiga aspek dari berlakunya undang-undang yang tersebut.Untuk itu menganalisa undang- mengatur tentang pemberantasan tindak undang pemberantasan tindak korusi melalui pidana korupsi yang pernah berlaku dan saat pandangan politik hukum juga akan ini berlaku di negara kita. Sebagaimana telah memantapkan dalam upaya penegakan diuraikan pentingnya keilmuan dari politik hukum di Indonesia. Adapun yang dikaji hukum, masalah pemberantasan korupsi dalam artikel ini meliputi (1) Bagaimana menjadi materi yang menarik untuk dibahas. sejarah perkembangan Undang-undang Apalagi masalah ini memang menjadi pemberantasan tindak pidana korupsi di masalah yang menjangkit negara kita. Indonesia? dan (2) Bagaimana kajian politik
Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014 171
hukum terhadap undang-undang pem- umum pada tanggal 16 Desember 1996 berantasan tindak pidana korupsi di mendeklarasikan upaya pemberantasan Indonesia? korupsi. Lebih lanjut dalam pertemuan 93 negara di lima peru tanggal 11 September SEJARAH PERKEMBANGAN 1997 dinyatakan adanya konferensi untuk UNDANG-UNDANG PEM- memerangi korupsi dengan cara bekerjasama BERANTASAN TINDAK PIDANA antara masyarakat, dunia usaha, dan KORUPSI DI INDONESIA pemerintah, selain itu penyelenggaraan negara harus dijalankan secara transparan, Sejak bergulirnya era reformasi gema- akuntabel, integritas, dan depolitisasi sistem gema tentang tindak pidana korupsi semakin peradilan sebagai bagain penting dari keras berkumandang. Bahkan sempat penegakan hukum. dikatakan bahwasanya tindakan korupsi ini Korupsi yang telah banyak menjangkit mungkin menjadi warisan dari orde baru. banyak negara tentunya menjadi per- Korupsi tampaknya sudah menjadi budaya maslahan yang krusial untuk diatasi. yang melekat dari bangsa ini. Korupsi Indonesia bukannya tidak berusaha untuk sesungguhnya sudah merupakan penyakit melakukan upaya pemberantasan ini. Sejak bawaan sebab bukan hanya dari dari pemerintahan orde lama, orde baru pemerintahan orde baru saja namun benih- maupun pada masa orde reformasi. Adapaun benih ini muncul tidak hanya pada masa pembahasan dari setiap masa dijabarkan penjajahan kolonial namun diawali dari masa sebagai berikut : kejayaan kerajaan-kerajaan dinusantara. 1. Pada masa orde lama Azra (2006 : viii) menuliskan bahwa pada Dalam pemerintahan Indonesia masa kerajaan islam nusantara, Undang- sebagai awal perintis kemerdekaan Undang Melaka yang digunakan sebagai masa ini menjadi masa yang berat bagi rujukan hukum beberapa kerajaan islam di para pendiri bangsa karena harus wilayah Sumatera, secara eksplisit memuat menyiapkan secara awal tonggak- hukum larangan suap menyuap. Bahkan tonggak berdirinya negara. Banyak hal segala macam hadiah yang diperuntukkan yang harus disiapkan mulai dari bagi hakim termasuk pemberian makanan perangkat kelembagaan pemerintahan, dan uang yang bersumber dari baitul mal sistem hukum yang harus berlaku, dianggap sebagai suap dan tegas-tegas haram persiapan dari segi politik, ekonomi, hukumnya (Handoyo, 2009:1). Korupsi keamanan maupun masalah sosial sudah menjadi masalah yang bukan hanya menjadi titik fokus perhatian bersifat lokal namun sudah internasional. pemerintahan pada masa ini. Bukan hal Komitmen untuk melakukan pemberantasan yang mudah untuk mengawali tindak pidana korupsi didukung oleh perjalanan sebagai negara yang lembaga-lembaga pembiayaan dunia seperti mandiri. Kesiapan dari para lembaga World Bank, ADB, IMF, dan organisasi negara untuk diawal kemerdekaan seperti OECD dan APEC. PBB dalam sidang menjadi masalah yang krusial seperti
172 Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014
pada saat gagalnya badan konstituante Menteri Burhanuddin Harahap me- dimana mereka diberi tugas mengenai nyatakan bahwabanyak orang yang maslah legislasi dalam menemukan kaya mendadak harus buktikan dia hukum konstitusi yang dipakai pasca tidak korupsi. Selain mempersiapkan pemerintahan. Untuk itulah dapat pemilu, pemberantasan korupsi disimpulkan bahwa membuat aturan menjadi salah satu program Kabinet dasar ataupun undang-undang juga Burhanuddin demi memulihkan menjadi pekerjaan yang tidak mudah. kewibawaan serta kepercayaan rakyat Namun hal ini janganlah menjadi dan tentara terhadap pemerintah. alasan bagi para legislator untuk tidak Namun pada upaya ini belum dapat mampu membuat peraturan per- terwujud karena rancangan undang- undang-undangan yang mampu undang ini tidak disepakati atau tidak memberikan menyerap aspirasi atau dibahas oleh parlemen masa itu. Upaya bahkan menyelesaikan permasalahn pemberantasan ini digulirkan kembali yang dihadapi. pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo Mengawali perjalanan sebagai suatu I, namun menurut Daniel S Lev dalam negara yang merdeka pemerintah orde Legal Evolutionand Political Authority lama melakukan potensi dalam hal in Indonesia, tentangan keras justru tindak pidana korupsi. Untuk itulah datang dari kalangan jaksa dan polisi. generasi pertama diawali dengan Asosiasi Kejaksaan menganggap RUU adanya peraturan penguasa Militer tersebut akan mensubordinasi jaksa tanggal 9 April 1957 No. Prt/PM/06/ agung di bawah menteri kehakiman 1957 tanggal 27 Mei 1957, kemudian dan mengizinkan campur tangan diubah lagi menjadi peraturan politik terhadap proses peradilan. Pemberantasan Korupsi Penguasa Begitu pula Persatuan Pegawai Polisi Perang Pusat. Dalam perkembangan Republik Indonesia (P3RI) selanjutnya Dibuat undang-undang No menentangnya karena RUU itu 24/Prp/1960 tentang Pengusutan, memberikan kontrol penuntutan dari Penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak kerja-kerja represif dan preventif Pidana Korupsi, yang mengambil alih kepolisian kepada menteri kehakiman. rumusan delik peraturan pengauasa Pada November 1956, P3RI yang perang tersebut, tetapi sistem meminta kabinet mempertimbangkan preventifnya tidak diambil alih seperti kembali persetujuan RUU itu, pendaftaran harta benda dan gugatan mengancam mogok jika pemerintah perdata (Amos: 135). Dengan tak mau berkonsultasi dengan P3RI. berkembangnya sistem pemerintahan (Amos: 135). Setelah jatuhnya Kabinet parlementer dengan beberapa kabinet Ali II, Presiden Sukarno menetapkan yang pernah ada digambarkan pada keadaan darurat (SOB), yang tanggal 20 Agustus 1955, sembilan hari memberikan kewenangan bagi militer setelah kabinet terbentuk, Perdana untuk masuk dalam persoalan sipil.
Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014 173
KSAD Nasution pun punya dasar hasil korupsinya. Kedua, perbuatan hukum untuk menjalankan program korupsi lainnya di mana terdapat unsur pemberantasan korupsi yang se- “perbuatan melawan hukum”. belumnya hanya ditujukan untuk Hukumannya: tak diancam dengan internal angkatan darat dan berjalan hukum pidana melainkan pengadilan tersendat-sendat. Pada 9 April 1957, tinggi bisa merampas harta benda hasil Kepala Staf Angkatan Darat AH perbuatan korupsi.Pada 9 Juni 1960, Nasution selaku penguasa militer pemerintah mencabut dua Peperpu mengeluarkan Peraturan Penguasa tahun 1958 dan menggantikannya Militer NoPrt/PM/06/1957 tentang dengan Peraturan Pemerintah Pemberantasan Korupsi untuk Pengganti Undang-undang (Perpu) No menerobos kemacetan dalam me- 24 tahun 1960 tentang Pengusutan, lancarkan usaha memberantas korupsi. Penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak Penguasa militer kemudian juga Pidana Korupsi. Pasal 5 Perpu ini mengeluarkan Peraturan No PRT/PM/ mewajibkan setiap tersangka memberi 08/1957 tentang Penilikan Harta keterangan tentang seluruh harta- Benda yang memberikan wewenang bendanya dan harta-bendaisteri/suami kepada penguasa militer untuk dan anak dan harta-benda sesuatu menyelidiki harta benda setiap orang badan yang diurusnya, apabila diminta atau badan yang kekayaannya oleh jaksa. Pasal ini juga mengatur diperoleh secara mendadak dan bahwa bank hanya memberi mencurigakan. Untuk melengkapinya, keterangan tentang keadaan keuangan dibuatlah peraturan PRT/PM/011/1957 tersangka yang diminta oleh jaksa tentang Penyitaan dan Perampasan sesuai peraturan tentang rahasia bank. Barang-barang. SOB berakhir setahun Karena parlemen belum mensahkan kemudian, berakhir pula peraturan hingga 31 Desember 1960, melalui penguasa militer. Sebagai gantinya, Undang-Undang No. 1 tahun 1961, muncul Peperpu Angkatan Darat presiden memutuskan bahwa sejak 1 NoPrt/Peperpu/013/1958 tanggal 16 Januari 1961 Perpu ini menjadi April 1958 tentang Pengusutan, Undang-Undang No. 24 Prp tahun Penuntutan, dan Pemeriksaan 1960. Setelah proses panjang serta Perbuatan Pidana Korupsi dan penuh perdebatan dan kepentingan Penilikan Harta Benda serta Peperpu politik, Indonesia akhirnya memiliki Kepala Staf Angkatan Laut No. undang-undang pemberantasan Prt/Z.I/I/7 tanggal 17 April 1958. korupsi. Ia menjadi penyejuk di tengah Menurut dua Peperpu itu, ada dua iklim korupsi yang merajalela dan macam perbuatan korupsi. Pertama, menghancurkan. Sayangnya, DPR perbuatan korupsi pidana, yang bisa akan merevisi undang-undang itu. dikenai hukuman badan dan/atau Walaupun undang-undang materiil dan denda selain perampasan harta-benda formil sangat ketat namun banyak
174 Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014
menyimpang dari ketentuan umum undang itu agar dengan mudah hukum pidana seperti kemungkinan dibuktikan perbuatan korupsi kumulasi dua pidana pokok yaitu seseorang di depan hukum. Namun penjara dan denda serta sanksi yang masalah korupsi ini masalah korupsi lebih berat, namun korupsi tetap belum dapat teratasi dengan baik. meningkat. Bahkan disinyalir penyebab 2. Pada masa orde baru lengsernya pemimpin orde baru Generasi kedua sebagai sebutan presiden Soeharto dikarenakan lain dari orde baru juga tidak kalah tindakan korupsi. Dalam masa memberikan gambaran tentang tindak pemerintahan orde baru ini diakhiri pidana korupsi. Tindakan korupsi pada juga dengan adanya gejolak dari para masa ini disinyalir banyak dilakukan mahasiswa yang menginginkan adanya yaitu melalui kekuatan legitimasi pergantian kepemimpinan negara kekuasaan presiden dengan pejabat karena salah satu faktornya adalah pejabat negara untuk mengambil aset dugaan korupsi yang dilakukan oleh negara ataupun mengalihkannya presiden. Dengan adanya Undang- menjadi aset pribadi. Namun kita tidak Undang yang tidak dapat menegakkan memungkiri pada masa permulaan hukum terkait dengan pemberantasan orde baru kita perlu melihat usaha anti korupsi akhirnya memunculkan pemerintah dengan mengeluarkan gerakan dari masyarakat yang secara Undang-Undang No 3 tahun 1971 langsung mendesak mundurnya yang merupakan hasil revisi dari pemerintahan yang berkuasa pada undang-undang sebelumnya.Dalam masa itu. masa pemerintahan orde baru 3. Pada masa Reformasi implementasi hak preogratif presiden M a s a g e n e r a s i k e t i g a p e r- telah me-nimbulkan praktek-praktek kembangan ketatanegaraan Indonesia ketata-negaraan yang semakin tidak ingin mewujudkan pemerintahan yang ter-kontrol, terjadi pemusatan lebih demokratis. Nafas perjuangan ini kekuasaan yang masih bersifat dengan melakukan perubahan undang- paternalistis, dan memanfatkan tiga undang atau dengan kata lain merevisi bidang yang amat strategis yaitu undang-undang kita sejumlah 4 kali ABRI, birokrasi dan konglomerat amandemen. Diharapkan dengan untuk melanggengkan kekuasaan. Hal adanya perubahan tersebut proses inilah yang menjadi pemicu dari regulasi kepemimpinan dilakukan tindakan korupsi pada masa ini. dengan lebih demokratis karena Meskipun telah diambil tindakan semakin lama seseorang memimpin seperti membentuk tim anti korupsi semakin menuju pada kekuasaan sampai pada mengubah undang- absolut. Dengan dekatnya kekuasaan Undang korupsi bahkan dilakukan absolutisme tentunya tindakan KKN pengecualian asas dalam undang- akan semakin meningkat. Setelah
Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014 175
turunnya presiden Soeharto, BJ kewajiban penuh tanggung jawab. Habibie sebagai presiden pengganti Dalam masa era reformasi ini juga mendapatkan perintah melalui TAP muncul Undang-Undang No 31Tahun MPR yaitu berupa Ketetapan MPR 1999 tentang pemberantasan tindak Nomor XI/MPR/1998 tentang pidana korupsi sebagai upaya untuk Penyelenggaraan Negara Yang Bersih mengembangkan upaya pem- dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan berantasan korupsi yang sebelumnya Nepotisme. Salah satu dasar per- belum teratasi dengan baik. undang- timbangannya dikeluarkan Tap MPR undang ini kemudian disempurnakan ini adalah bahwa dalam pe- dalam Undang-Undang No 20 Tahun nyelenggaraan dengan negara telah 2011. Seiring dengan kekhawatiran terjadi praktek-praktek usaha yang tindak pidana korupsi dikembangkan lebih menguntungkan sekelompok juga adanya beberapa peraturan tertentu yang melakukan tindak pidana perudangan-undangan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang Undang-Undang No 15 Tahun 2002 melibatkan para pejabat negara dan tentang tindak pidana pencucian uang para penguasa. Sebagai tindak lanjut serta Undang-Undang No 30 tahun dari TAP MPR tesebut pemerintah 2002 tentang Komisi Pemberantasan bersama DPR menetapkan Undang- tindak Pidana Korupsi. Dengan Undang No. 28 Tahun 1999 tentang beberapa aturan tentang undang- penyelenggaraan negara yang bersih undang tersebut menunjukkan adanya dan bebas dari korupsi, kolusi dan keseriusan kita dalam mencegah Nepotisme. Salah satu dasar per- ataupun mengatasi tindak pidana timbangan adanya undang-undang ini korupsi. adalah bahwa Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme tidak hanya dilakukan para KAJIAN POLITIK HUKUM TER- penyelenggara negara namun di- HADAP UNDANG-UNDANG PEM- lakukan juga antara penyelenggara BERANTASAN TINDAK PIDANA negara dengan pihak lain yang dapat KORUPSI DI INDONESIA merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan Korupsi berasal dari bahasa latin bernegara. Dalam undang-undang ini Coruption atau corruptus, sedangkan dalam diatur dengan jelas tentang kewajiban bahasa china tanwu artinya keserakahan penyelenggara negarauntuk mencegah bernoda. Dalam bahasa Indonesia korupsi terjadinya tindakan korupsi, seperti berarti buruk, rusak, busuk, dapat disogok melaporkan dan mengumumkan (memakai kekuasaannnya untuk ke- kekayaannya sebelum dan setelah pentingan pribadi. Menurut perspektif menjabat, bersedia diperiksa ke- hukum, definisi korupsi telah diuraikan kayaannya sebelum, selama, dan dalam Undang-Undang No 31 Tahun 1999 setelah menjabat, serta menjalankan sebanyak 13 buah pasal dan Undang-Undang
176 Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014
No 20 Tahun 2001. Dari pasal-pasal tersebut dengan cara melihat konfigurasi kekuatan dirinci lebih lanjut ke dalam 30 jenis tindak yang ada dibelakang dan penegakan hukum pidana korupsi (Handoyo, 2009: 20). Ketiga itu. Lebih lanjut Andi Hamzah mengemuka- puluh bentuk dan jenis tindak pidana korupsi kan pengertian formal politik hukum hanya tersebut dapat dikelompokkan sebagai mencakup satu tahap saja yaitu menuangkan berikut : kebijaksanaan pemerintah dalam bentuk 1. Kerugian keuangan negara : pasal 2 dan produk hukum atau disebut “legislative- 3. drafting”, sedangkan dalam pengertian 2. Suap dan menyuap : pasal 5 ayat 1 huruf materiil politik hukum mencakup legislative- a, pasal 5 ayat 1 huruf b, pasal 5 ayat 2, drafting, legal executing, dan legal review pasal 6 ayat 1huruf a, pasal 6 ayat 1 huruf (Hamzah, 1991: 24). Lahirnya berbagai b, pasal 6 ayat 2, pasal 11, pasal 12 huruf undang-undang yang mengatur pem- a, pasal 12 huruf d dan pasal 13. berantasan terhadap tindak pidana korupsi ini 3. Penggelapan dalam jabatan : pasal 8, dpengaruhi oleh kondisi politik saat masing- pasal 9,, pasal 10 huruf a, pasal 10 huruf m a s i n g u n d a n g - u n d a n g i t u l a h i r. b, dan pasal 10 huruf c Sebagaimana yang telah diugkapkan bahwa 4. Perbuatan curang : pasal 7 ayat huruf a, konfigurasi politik sangat mempengaruhi pasal 7 ayat 1 huruf b, pasal 7 ayat huruf lahirnya produk hukum. Fungsi dan peran c, pasal 7 ayat 1 huruf d, pasal 7 ayat 2 dan hukum sangat dipengaruhi dan kerapkali pasal 12 huruf h diintervensi oleh kekuatan politik. Di 5. Benturan-benturan dalam pengadaan : Indonesia konfigurasi politik berkembang pasal 12 huruf i melalui tolak-tarik antara yang demokratis 6. Gratifikasi : pasal 12 B jo Pasal 12 C dan otoritarian, sedangkan karakter produk (KPK 2006 :4-5) hukum mengikutinya dalam tolak-tarik antara yang responsif dan yang koservatif. Selain definisi tindak pidana korupsi Sementara itu, untuk membangun tertib tata sebagaimana diuraikan diatas, masih terdapat hukum dan meminimalisasikan pengaruh tindak pidana lain yang berkaitan dengan politik “judicial review” sebenarnya dapat tindak pidana korupsi yakni diatur dalam dijadikan alat kontrol yang baik. Otonomi pasal 21, 22 jo 28, 22 jo 29, 22 jo 35, 22 jo 36 hukum di Indonesia cenderung lemah dan 24 jo 31. terutama jika berhadapan dengan subsistem Permasalahan korupsi merupakan politik. Struktur hukum dapat berkembang bagian dari persoalan politik hukum. Sebab dalam segala konfigurasi politik yang melalui politik hukum, korupsi diharapkan ditandai dengan keberhasilan pembuatan bisa diberantas. Politik hukum sendiri secara kodifikasi dan unifikasi berbagai bidang sederhana dapat dirumuskan sebagai hukum tetapi pelaksanaan fungsi atau kebijaksanaan hukum (Legal Policy) yang penegakan fungsi hukum cenderung semakin akan atau telah dilaksanakan secara nasional lemah. Ketidaksinkronan pertumbuhan oleh pemerintah, mencakup pula pengertian antara fungsi dan struktur hukum itu bagaimana politik mempengaruhi hukum disebabkan oleh terjadinya gangguan oleh
Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014 177
tindakan-tindakan politik terhadap upaya untuk bekerja lebih efektif. Disisi lain adanya penegakan fungsi hukum tersebut. Dalam dukungan politik penguasa dapat mendorong realitasnya hukum lahir sebagai refleksi dari partisipasi masyarakat untuk bersama-sama konfigurasi politik yang melatarbelakangi- memberantas korupsi. Oleh karenanya nya. Kalimat-kalimat yang ada dalam aturan menempatkan posisi politik dalam program hukum tidak lain merupakan kristalisasi dari pemberantasan korupsi berarti melihat kehendak-kehendak politik yang saling perilaku korupsi sebagai musuh bersama bersaingan. Dalam kenyataan terlihat bahwa karena dampak negatif dan kerugian yang politik sangat menentukan bekerjanya ditimbulkan sudah membahayakan hukum. Satjipto Rahardjo mengemukakan kehidupan negara. Sistem politik yang bahwa kalau kita melihat hubungan antara dijalankan sangat mempengaruhi di- subsistem hukum, tampak bahwa politik lakukannya penanggulangan korupsi, sebab memiliki konsentrasi energi yang lebih besar korupsi bukan sekedar gejala hukum sehingga hukum selalu berada dalam posisi melainkan merupakan bagian dari sistem yang lemah. Selain itu, hukum adalah politik, karena itu tidak mungkin melepaskan perwujudan dari kebijakan publik yang usaha pemberantasan korupsi dari penataan dipengaruhi oleh isu-isu politik, dan kondisi sistem politik yang berkaitan dengan politik perubahan politik itu sangat mempengaruhi hukum. perbuatan kebijakan publik dan hukum Dari kajian politik hukum undang- merupakan produk politik yang memandang undang tentang pemberantasan korupsi telah hukum sebagai formalisasi atau kristalisasi sekilas dibahas dalam uraian sejarah dari kehendak-kehendak politik yang saling perkembangan perundangan-undangan yang berinteraksi dan saling bersaingan. pernah berlaku di negara kita (segi historis) Terkait dengan hubungan antara namun ada beberapa pandangan yang perlu konfigurasi politik dengan pemberantasan juga diuraikan yaitu : korupsi, maka dapat dicari mengenai 1. Segi filosofis karakter pemerintahan yang terjadi pada Politik pemberantasan korupsi periode tersebut. Banyaknya pejabat yang dimaksud adalah pertama, memelihara ditangkap dengan tuduhan praktek korupsi, dan mempertahankan cita keadilan sekalipun juga tidak sedikit aparat penegak sosial dan kesejahteraan bangsa di hukum yang terlibat dengan praktek yang dalam negara RI sebagai negara hukum menempatkan Indonesia dalam jajaran salah sebagai landasan filosofis; memelihara satu Negara terkorup di dunia ini. dan melindungi hak setiap orang atas Keberhasilan pemberantasan korupsi sangat pengakuan, jaminan, perlindungan, ditentukan oleh ada tidaknya dukungan dan kepastian hukum yang adil serta politik penguasa. Dukungan politik dapat perlakuan yang sama di hadapan diwujudkan dalam berbagai bentuk ke- hukum (Pasal 28 D ayat (1) Undang- bijaksanaan, yang kesemua itu bermuara Undang Dasar 1945) sebagai landasan pada ruang, keadaan, dan situasi yang penegakan hukum; mempertahankan mendukung program pemberantasan korupsi fungsi hukum pidana khususnya
178 Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014
undang-undang pemberantasan atau tidak. undang-undang pem- Korupsi tahun 1999 dan 2001 sebagai berantasan Korupsi tentunya mem- landasan operasional,yang lebih berikan manfaat yang luar biasa untuk mengutamakan keseimbangan fungsi menangani bagaimana tindak pidana pemelihara ketertiban dan keamanan di korupsi yang terjadi di negara kita. satu sisi, dan fungsi penjeraan/ undang-undang ini membantu penghukuman di sisi lain di atas menyelematkan aset-aset negara dan landasan asas-asas hukum pidana: memberikan payung hukum untuk lexspecialisderogatlegegenerali; asas menindak korupsi yang banyak terjadi subsidiaritas dan asas proporsionalitas, di negara kita bahkan sampai pada dan lastbut not least, memerankan perkembangan dari tindak pidana hukum pidana (undang-undang korupsi seperti tindak pidana Pemberantasan korupsi) sebagai pencucian uang. Harta kekayaan dari ultimumremedium terutama dalam berbagai kejahatan atau tindak pidana menghadapi kasus-kasus tindak pidana pada umumnya tidak langsung lain yang bukan merupakan tindak dibelanjakan karena akan mudah pidana korupsi murni (lexspecialis- dilacak oleh penegak hukum mengenai systematic).Tindak pidana yang murni sumber dana yang diperolehnya. Untuk merupakan tindak pidana korupsi itu banyak pelaku tindak korupsi yang adalah ketentuan Pasal 3 undang- mengalihkan harta kekayaan yang undangpemberantsan Korupsi 1999 diperoleh dari kejahatan tersebut dan Pasal 12 B Pemberantasan Korupsi masuk ke dalam sistem keuangan 2001. Sasaran undang-undangini sejak (financialsystem) terutama ke dalam awal kelahirannya termasuk di semua sistem perbankan sehingga dengan negara, ditujukan terhadap para cara ini pemberantasan korupsi harus pemangku jabatan publik; bukan sensitif terhadap gejala ini untuk itulah terhadap setiap orang. Sesuai dengan dibentuk suatu lembaga PPATK ( Pusat namanya, ”korupsi”, sesungguhnya P e l a p o r a n A n a l i s i s Tr a n s a k s i yang berarti perilaku koruptif, hanya Keuangan). Hal ini dimaksudkan untuk dikenal dalam ranah pejabat publik mencegah berpindahnya hasil tindak (pemegang jabatan publik) bukan pada pidana korupsi korupsi sehingga pada setiap orang sebagai adresat mengurangi keefektifan pencegahan pemberantasan korupsi pada awal dan pemberantasan tindak pidana mulanya. korupsi. 2. Pragmatik 3. Sosiologis Pendekatan pragmatik mem- Penegakan hukum dalam pem- berikankajian tentang perundangan- berantasan korupsi di Indonesia telah undangan tersebut apakah memberi berlangsung sejak tahun 1960-an, dan manfaat atau tidak; dapat diterapkan telah berganti undang-undang sebanyak 4 (empat) kali, dan terakhir
Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014 179
dengan undang-undang Nomor 20 perlu menjadi masukan adalah: tahun 2001. Namun sebatas ini tindak 1. Masalah kualifikasi delik. pidana korupsi ini tetap menjadi Dalam Undang-undang Nomor 31 permasalahan yang belum berakhir. Tahun 1999 jo. Undang-undang Permasalahan ini menyerang segala Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak sektor kehidupan masyarakat terutama Pidana Korupsi tidak dicantumkan perekonomian negara. Untuk itulah kualifikasi delik berupa kejahatan dan landasan sosiologis dari penegakan pelanggaran. Akibatnya masalah- hukum pemberantasan korupsi adalah masalah yang berkaitan dengan bahwa, kemiskinan yang melanda concursus, daluarsa penuntutan pidana kurang lebih 35-50 juta penduduk dan daluarsa pelaksanaan pidana Indonesia masa kini adalah disebabkan (contoh: Daluarsa penuntutan pidana karena korupsi yang telah bersifat untuk kejahatan dan pelanggaran) sistemik dan meluas ke seluruh lapisan Pasal 78 KUHP birokrasi (30% dana APBN terkuras a. Kewenangan menurut pidana karena korupsi), dan tidak lepas dari hapus karena daluarsa; pengaruh timbal balik antara birokrasi b. Mengenai semua pelanggaran dan sektor swasta. Oleh karena itu, dan kejahatan yang dilakukan pemberantasan korupsi bukanlah dengan percetakan sesudah satu sekedar aspirasi masyarakat luas tahun; melainkan merupakan kebutuhan c. Mengenai kejahatan yang di- mendesak (urgentneeds) bangsa ancam dengan pidana denda, Indonesia untuk mencegah dan pidana kurungan, atau pidana menghilangkannya, dengan demikian penjara paling lama tiga tahun, penegakan hukum pemberantasan sesudah enam tahun; korupsi diharapkan dapat mengurangi d. Mengenai kejahatan yang di- kemiskinan yang terjadi di negara ini. ancam dengan pidana penjara lebih dari tiga tahun, sesudah Upaya yang tegas ditempuh dengan duabelas tahun; membentuk undang-undang pemberantasan e. Mengenai kejahatan yang tindak pidana korupsi, namun dalam suatu diancam dengan pidana mati produk hukum yang dilahirkan tentunya atau pidana penjara seumur memerlukan suatu kajian dan masukkan dari hidup, sesudah delapan belas masyarakat agar dapat mengena ataupun tahun; tepat sasaran. Kami mencoba menguraikan 2. Tidak adanya pedoman pelaksanaan beberapa Kelemahan dari Undang-undang pidana minimal khusus. yang terakhir dibentuk yaitu Undang-undang Bagaimana bila ada faktor yang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-undang memperingan pidana? Apakah pidana Nomor 20 Tahun 2001. Beberapa hal yang minimalnya atau maksimalnya yang diperingan atau diperberat?
180 Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014
Tidak adanya aturan atau pedoman pidana korupsi apabila tindak pidana khusus yang untuk menerapkan sanksi tersebut dilakukan pada waktu Negara pidana yang dirumuskan dengan sistem dalam keadaan berbahaya sesuai kumulasi. dengan Undang-undang yang berlaku, Contoh: Pasal 2 Undang-Undang pada waktu terjadi bencana alam 31/1999 (memperkaya diri) diancam nasional, sebagai pengulangan tindak dengan kumulatif dan Pasal 3 Undang- pidana korupsi atau pada waktu Negara Undang 31/1999 (menyalah-gunakan dalam keadaan krisis ekonomi dan kewenangan) dirumuskan dengan moneter. Keadaan ini mempersulit kumulatif alternatif, padahal secara pelaku tindak pidana untuk dijatuhi teoritis bobot deliknya sama 3. Pidana hukuman mati. pokok korporasi hanya denda (Pasal 8. Recidive 20). Dalam Pasal 486 KUHP sebenarnya Padahal jika dilihat seharusnya bisa menjaring pengulangan untuk penutupan korporasi/pencabutan izin TPK delik jabatan Undang- usaha dalam waktu tertentu dapat Undang31/1999 yakni Pasal 8 (eks dilakukan sebagai pengganti pidana Pasal 415 KUHP), Pasal 10 (Pasal 417 perampasan kemerdekaan. KUHP), dan Pasal 12 sub f, g, h (Pasal 4. Tidak adanya ketentuan khusus 425 KUHP). Setelah keluarnya mengenai pelaksanaan pidana denda Undang-Undang 20/2001 ketiga Pasal yang tidak dibayar oleh korporasi. KUHP itu termasuk pasal-pasal yang Pasal 30 KUHP (apabila denda tidak dinyatakan tidak berlaku oleh Pasal 43 dibayar diganti oleh pidana kurungan B, sehingga tidak bisa dijaring dengan pengganti selama 6 bulan) tidak dapat ketentuan recidive dalam KUHP. diterpakan untuk korporasi 5. Tidak adanya ketentuan khusus yang Meskipun undang-undang yang merumuskan pengertian dari istilah berlaku saat ini memang memerlukan pemufakatan jahat perhatian dibeberapa hal tersebut mudah- 6. Aturan peralihan dalam Pasal 43 A mudahan dikemudian hari menjadi dasar Undang-Undang No. 20 tahun 2001 pertimbangan untuk terbentuknya undang- yang dinilai berlebihan yang karena undang yang selalu mengikuti secara sistemik sudah ada Pasal 1 ayat perkembangan masyarakat sehingga tindak (2) KUHP pidana korupsi ini memang dapat diberantas 7. Formulasi Pidana Mati yang hanya dan bukan hanya menjadi suatu keniscayaan. berlaku untuk satu pasal yakni Pasal 2 ayat (1) yang dirumuskan dalam Pasal SIMPULAN 2 ayat (2). Dalam penjelasan : yang dimaksud dengan “keadaan tertentu” Sejarah perkembangan undang-undang dalam ketentuan ini dimaksudkan tindak pidana korupsi diawali dengan latar sebagai pemberatan bagi pelaku tindak belakang lahirnya peraturan pengauasa
Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014 181
militerpada 9 April 1957, Kepala Staf memberikan analisa politik hukum ini Angkatan Darat AH Nasution selaku penulis mencoba memberi masukan tentang penguasa militer mengeluarkan Peraturan undang-undang terakhir yaitu Undang- Penguasa Militer No. Prt/PM/06/1957 Undang No 20 tahun 2001 dengan melihat tentang Pemberantasan Korupsi untuk beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu menerobos kemacetan dalam melancarkan mengenai aturan tentang masalah kualifikasi usaha memberantas korupsi. Penguasa delik,tidak adanya pedoman pelaksanaan militer kemudian juga mengeluarkan pidana minimal khusus, tidak adanya Peraturan No PRT/PM/08/1957 tentang ketentuan khusus mengenai pelaksanaan Penilikan Harta Benda yang memberikan pidana denda yang tidak dibayar oleh wewenang kepada penguasa militer untuk korporasi, tidak adanya ketentuan khusus menyelidiki harta benda setiap orang atau yang merumuskan pengertian dari istilah badan yang kekayaannya diperoleh secara pemufakatan jahat, Aturan peralihan dalam mendadak dan mencurigakan. Untuk Pasal 43 A Undang-Undang No.20 Tahun melengkapinya, dibuatlah peraturan 2001 yang dinilai berlebihan, formulasi PRT/PM/011/1957 tentang Penyitaan dan Pidana Mati yang hanya berlaku untuk satu Perampasan Barang-Barang. SOB berakhir pasal yakni Pasal 2 ayat (1) serta tentang setahun kemudian, berakhir pula peraturan Recidive. penguasa militer. Sebagai gantinya, muncul Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Peperpu Angkatan Darat NoPrt/Peperpu/ jo. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 013/1958 tanggal 16 April 1958 tentang tentang Tindak Pidana Korupsi, yang berlaku Pengusutan, Penuntutan, dan Pemeriksaan terhitung mulai tanggal 16 Agustus 1999, Perbuatan Pidana Korupsi dan Penilikan dimaksudkan untuk menggantikan Undang- Harta Benda serta Peperpu Kepala Staf undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Angkatan Laut NoPrt/Z.I/I/7 tanggal 17 April Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan 1958, kemudian Undang-Undang No undang-undangini sebagai pengganti dari 24/Prp/1960 tentang Pengusutan, Undang-undang Nomor 24 Prp. Tahun 1960 Penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak Pidana tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Korupsi Dalam masa berikutnya yaitu masa Pemeriksaan Tindak Pidana korupsi). orde baru muncul Undang-UndangNo 3 Adapun tujuan dengan diundangkannya tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak undang-undang ini diharapkan dapat me- Pidana Korupsi.Di masa reformasi sebagai menuhi dan mengantisipasi perkembangan pengganti dari undang-undang masa orde dan kebutuhan hukum bagi masyarakat baru muncul Undang-Undang No 31 Tahun dalam rangka mencegah dan memberantas 1999 yang kemudian mengalami secara lebih efektif setiap tindak pidana penyempurnaan dengan Undang-Undang No korupsi yang sangat merugikan keuangan, 20 Tahun 2001. perekonomian negara pada khususnya serta Kajian politik hukum undang-undang masyarakat pada umumnya. pemberantasan koruspi dilihat dari segi filosofis, pragmatik dan sosiologis. Untuk
182 Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014
DAFTAR RUJUKAN Makalah dari Tinjauan kewenangan penyadapan oleh KPK dalam Amos Abraham, 2005. Sistem perspektif HAM Oleh : Dr. Sudiman Ketatanegaraan Indonesia dari orla, Sidabukke, SH., CN., M.Hum. Tanggal orba sampai reformasi telaah 26 Maret 2014. sosiologis yuridis dan yuridis http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1huku pragmatis krisis jati diri HTN m/206712016/bab2.pdf diakses Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo tanggal 1 September 2014 pukul 15.00 Persada. WIB. Handoyo, Eko, 2009. Pendidikan anti korupsi, Semarang : Universitas Negeri Semarang. Rahardjo, Satjipto, 2010. Sosiologi Hukum perkembangan metode dan pilihan masalah. Yogyakarta : Genta Publishing. Rokhmad,Abu. Hukum Progresif pemikiran Satjipto Rahardjo dalam perspektif teori maslahah. Semarang : PT PustakanRizki Putra. Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional dengan tema “Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia” diselenggarakan dalam rangka DiesNatalis ke-49 Universitas Negeri Semarang, bertempat di Gedung Auditorium UNNES, Kampus Sekaran, Gunung Pati-Semarang pada tanggal 26 Maret 2014. Oleh Basief Arief Makalah yang disampaikan dalam seminar pemberantasan korupsi di UNNES dengan judul peran polri dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi Oleh : Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, M.H. Tanggal 26 Maret 2014
Forum Ilmu Sosial, Vol. 41 No. 2 Desember 2014 183