What is conflict?
o Konflik adalah perbedaan yang mengakibatkan kebutuhan tidak terpenuhi
sehingga muncul perasaan tidak enak
o Konflik tidak selalu dalam bentuk sudah marah, tapi bisa dengan perasaan tidak
enak yang dipendam sehingga seolah-olah tidak terjadi apa-apa
o Yang bikin masalah bukan konfliknya, tapi ketika perasaannya dipendam yang
akhirnya jadi kemarahan
o Kalau sudah ada konflik yang dilakukan adalah bilang, kasih tau apa yang
dirasain “kalo kamu kaya gitu aku jadi ngerasa sedih.” Bukan malah ke orangnya
“kamu kok gitu sih?” yang seakan defensive dan konflik gaakan kelar, malah
makin menjadi-jadi, perasaan yang sebenarnya tidak terangkat.
o Konflik bisa terjadi setiap hari, sehingga tidak masalah jika memang harus
diutarakan setiap hari. Kalau tidak sempat bisa dicatat dulu, diskusikan kalo sudah
ada kesempatan bertemu santai.
o Perbedaan memang selalu ada dan tidak selalu bisa disatukan, jadi wajib
diutarakan jadi dialog terbuka
Myths about conflict:
o Hubungan yang baik itu tidak ada konflik
o Orang yang konflik adalah orang yang jahat
o Laki-laki adalah penyebab konflik. Penyebab konflik adalah karena tidak bisa
mengutarakan
o Kita meniru budaya timur seperti “yaudah itu emang salah cowoknya, udah biarin
aja, ngalah aja.” Akhirnya tidak ada yang diselesaikan, malah dipendam lagi
o Yang penting ngomong, kalau ngomong akan kelar. Faktanya masalah yang bisa
kelar itu cuma 30%, sisanya akan terus berputar seumur hidup
Cirinya adalah sudah diomongin perasaan tidak suka, tapi masih terulang
ngomong terus
Solusinya cari pasangan yang kita bisa mentoleransi masalahnya “untung
masalahnya begini, bukan begitu.” Mau gamau harus biasa, misalkan
konflik karena kepribadiannya memang begitu
Terima aja, tetep dibilangin, tapi jangan diberantemin
Mengapa ada orang bisa toleran dengan 70% masalah yang gabisa
diselesaiin/gaada solusinya? Bisa karena sudah mengerti background
(keluarga, lingkungan) dari pasangannya, atau kepribadiannya, akhirnya
dia bisa mengerti, empatik, dan terbiasa
Peneliti Larson mengungkapkan ada 3 fase relationship:
o Romantic love: kalo ada konflik gak berasa (honeymoon fase)
o Disilutionment (distraksi): mulai banyak konflik. Cara mereka mengatasi konflik
yang mengarahkan mereka ke mana cabang berikutnya.
o Jadi cabang
Disillution (pecah): putus karena tidak bisa mengatasi konflik dengan
benar
Adjustment with resignation (sebal/kecewa): masih bertahan, tapi tidak
bahagia. Karena selalu mengalah dan tidak didiskusikan
Adjustment with contentment (lebih happy): menyesuaikan diri dengan
mengelola emosi dan komunikasi. Udah mengerti bagaimana mengatasi
konflik dan bisa toleran
Dalam konflik bukan hanya harus dicari solusinya saja karena faktanya 70% konflik tidak
ada solusinya. Tapi cari adjustment, menambah positivity, dan mengerti satu sama lain
Skill yang diperlukan dalam communication and conflict:
o Kita adalah orang yang broken. Kita membawa kebiasaan masa lalu baik maupun
buruk (luka batin, trauma, dll). Bisa jadi ketika terjadi konflik, bukan orang lain
yang membuat konflik terjadi, tapi keadaan kita yang memicu konflik pada diri
sendiri.
The best start to solve:
Evaluasi dulu apakah kita sendiri yang memicu konflik? Apakah
ada warisan luka batin?
Jika ada luka batin, bilang ke pasangan, dan berusaha untuk
sembuhkan ke psikolog, atau lainnya
Jika gak menemukan luka batin, ngobrol kepada pasangan “tadi
kamu ngelakuin ini, aku ngerasa keganggu, maaf, tapi aku gatau
kenapa, can you help me?” jangan langsung menuding pasangan
“gara-gara kamu sih gak menggandeng aku waktu nyebrang!”
o Jika pasangan yang punya masalah atau luka masa lalu, bagaimana agar dia mau
open up yang dirasakan?
Jangan langsung ngomong “kayanya kamu gini karena begini2 jadinya
kamu begini?” dia akan menyangkal jika seperti itu, justru malah semakin
konflik dan dia akan menyalahkan balik
Orang menyangkal karena merasa tidak safe untuk opening themselves.
Dia tidak merasa aman untuk membuka dirinya. Takut dihakimi. Takut
dipermalukan. Takut dimanfaatkan. Takut dianggap jelek. Ada beragam
rasa takut ini takut itu lainnya.
Create safe environtment
“kapanpun kamu mau cerita tentang kehidupanmu, cerita aja, I’m
here. Gapernah ada hal yang memalukan atau bikin persepsi aku
berubah tentangmu.”
Lalu buka diri kita sendiri agar dia mau membuka diri, tidak perlu
sesuatu yang berhubungan dengan konflik yang terjadi pada
pasangan. Seringkali orang mau terbuka tapi takut. Jika belum
terbuka, sabar, it takes time
Dengan menyatakan hal-hal di atas, Anda sedang menghargai
keputusannya dan proses berpikirnya. Dia akan merasa lebih rileks karena
tahu dia tidak perlu saat itu juga memaksakan diri berbicara, bahkan dia
melihat Anda mau membuka diri. Ketenangan hati tersebutlah yang akan
membantunya menyusun isi pikirannya jadi kalimat-kalimat yang lebih
baik.
o Konflik belum tentu ada solusinya, orang mempunyai “dreams within conflict”,
alasan mengapa dia meminta hal itu. Langsung melakukan apa yang diminta
belum tentu menyelesaikan konflik. Yang penting mengerti dan punya empati
terhadap dreams nya dulu
The best way untuk meresponnya adalah tanyakan “dreams within
conflict”, tanyakan mengapa dia meminta hal tersebut. Ceritakan tentang
pengalaman Anda juga dan background mengapa Anda menginginkan hal
yang berbeda.
Setelah ditanya, dengerin aja apa yang dibilang, jangan menyangkalnya.
We have to listen meski kita tidak setuju, kalo bisa support. Kita harus
membuat orang “feel safe” dengan respect apa dreamsnya. Itu yang bikin
relationship kuat, bukan karena ada solusinya di setiap konflik, tapi karena
ada empatinya, saling mengerti dan memahami.
Setelah mendengar alasan mengapa dia menginginkan hal tersebut, tanya
lagi “apa yang kamu rasakan ketika aku melakukan hal ini?”
Tanyakan juga “apa yang bisa dilakukan untuk memenuhinya?” jika tidak
sanggup, kompromi lagi “ada hal lain yang bisa dilakukan gak?” ada
banyak cara untuk menuju Roma (dreams nya).
o Konsep waktu ketika konflik
Ketika lagi ngerasa emosi (ex; bawaannya pengen
menyalahkan/menuduh), jangan membahas konflik. Tunggu sampai
tenang (ex; aku ngerasa sedih, aku ngerasa kaya dicuekin)
Kalo lagi emosi, kasih waktu. Jangan bilang “nanti aja”, harus bilang “aku
lagi emosi/lagi keganggu sama pekerjaan/etc, kita bisa bicarain nanti
waktu (sebut kapan)”
Menurut penelitian, tubuh butuh waktu setidaknya butuh 20 menit untuk
melunturkan emosi. Kita harus punya list kegiatan ketika 20 menit/1 jam
awal itu untuk segera melunturkan emosi.
Cara bicara ketika ingin menenangkan diri “aku lagi emosi banget karena
ada kejadian tadi di antara kita. I need time to regain myself. Boleh ya kita
menjauh dulu? Boleh ya kita ngobrol lagi nanti? I will call you nanti
(ketika kita berani menjauh, kita juga harus datang duluan)
Love is investment
o Semakin Anda banyak usaha untuk merawat sesuatu, semakin sayang Anda
kepada sesuatu itu (rasanya eman-eman jika rusak/hilang)
o Perasaan sayang Anda juga bergantung usahanya (usaha positif – usaha negatif)
o Ketika Anda tidak suka dengan yang dia lakukan, dan Anda simpan (pendam),
tidak dibahas konfliknya, maka dia akan semakin menjadi-jadi. Negatifnya
bertambah, positifnya berkurang, sehingga mempengaruhi perasaan sayang Anda.