Anda di halaman 1dari 6

PENGAPLIASIAN HUMOR DALAM KONSELING

Medeline Ruth

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

medelineruth@gmail.com

Abstrak: terdapat banyak kenangan masa kecil yang memberikan dampak dalam kehidupan
individu seperti petak umpet, permainan congklak dan lainnya. Begitu pula dengan pemberian
humor memberikan tawa kepada individu yang mendengar dan melihatnya. Ketika individu tidak
bermain atau tertawa disertai rasa cukup, mereka menjadi terlalu serius dan secara mental
putus asa.pengunaan teknik bermain didasarkan kepada teori kepribadian, psikoanalisa, serta
teori dominan yang digunakan di terapi bermain adalah Jungian, Rogerian, dan Alderian.
Penagpliasian bermain dan humor dalam konseling dapat diaplikasikan kepada anak-anak,
remaja, dewasa dan klien lansia. Jurnal ini membahas hasil penggunaan pendekatan humor
kepada klien yang memiliki serangan panik dan gangguan panik dan klien penderita
skizofrenia.Peneliti memberi masukan bahwa pemberian terapi humor memberikan hubungan
dekat antara kepribadian individu dan apresiasi stimuli yang sepsifik (humor dan menyenagkan)
akan lebih baik untuk mempelajari hubungan ini bersamaan dengan fungsi teraputik yang
digunakan. Dan pendekatan humor lebih efisien dalam meredukasi gejala psikopatologikal dari
pada RET kepada pasien penderita skizofrenia.

Kata kunci: humor in counseling, klien, theraphy

1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Terdapat banyak kenangan masa kecil yang memebrikan dampak kehidupan
individu, seperti petaku umpet, permainan congklak dan lainnya, dimana permainan
tersebut terdapat di masa lalu yaitu masa kanak-kanak yang menyimpan kenangan dalam
hubungan persahabatan serta pengalaman. Demikian pula pada penggunaan humor
seperti dalam melihat apliaksi tik-tok yang menghibur memberikan tawa dan kegirangan
bagi yang melihatnya.
Bermain dan humor adalah seni urutan tertinggi, namun, karena kekurangan
konsentrasi dan struktur, mereka sering tidak digunakan, tidak diapresiasi, dan kadang-
kadang salah paham (Ness, 1989; Schaefer & Reid 1986). Mungkin alasan untuk
diabaikan dan kebingungan meliputi mereka itu adalah bahwa konseling dipertimbangkan
sebagai perkejaan yang serius dan dilihat cukup sebagai antithesis yang menyengakan
dan kenikmatan. Namun, bermain dan humor adalah multidimensional dan fleksibel, dan
mereka diasosiasikan dengan kreativitas dan promosi kesehatan mentak dan wawasan
(R.A.Berk, 2002; Martin, 2007; Witmer,1985). Pada kali ini, penulis ingin memfokuskan
kepada humor yang telah diaplikasikan oleh peneliti kepada klien yang memiliki
kepanikan langsung dan penderita skizofrenia.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, penulis mendapati rumusan masalah:
1. Bagaimana pengertian bermain dan humor dalam konseling?
2. Bagaimana hasil pengapliasian humor dari penelitian yang telah dilakuan?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, penulis menemukan tujuan:
1. Untuk mengetahui pengertian bermain dan humor dalam konseling
2. Untuk mengetahui hasil pengapliasian humor dari penelitian yang telah dilakukan.

2. KAJIAN TEORI

Kebutuhan utama fungsi keseluruhan makhluk hidup iadalah bermain (Gladding, 1993).
Counselor dank lien sering mengeluh atau mengakui bahwa mereka cukup sering
mengabungkan bermain kepada kehidupan mereka, Winnicott (1974) menulis, “ ini adalah
bermain yang adalah universal, dan bertujuan untuk kesehatan dan pertumbuhanfasilitas
bermain”. Humor sebagai seni yang unik dikombinasikan elemen nyata dan kemustahilan dengan
kejutan dan berlebihan. Tawa sering ditemani oleh wawasan ke dalam esensi mengenai makna
sebagai manusia (Arierti, 1976; Meggert, 2009). Ketika individu tidak bermain atau tertawa
dengan cukup, mereka menjadi terlalu serius dan secara mental putus asa (Ellis, 1977; Ellis
&Dryden, 1997; Greenstein& Holland,2015).

Premis pengunaan bermain dan humor dalam konseling adalah dalam teknik bermain dalam
konseling didasarkan kepada banyak teori (O’connor & Braverma, 2009). Di satu sisi,
kepribadian menggunakan bermain untuk menolong klien rileks dan belajar untuk menetapkan
kepribadian yang lebih adaptif. Di satu sisi, teori psikoanalisa menggunakan bermain untuk
mencoba membantu wawasan dan memanggil konflik ketidaksadsaran kepada kesadaran yang
lebih baik (Cochran, 1996). Ketiga teori dominan yang digunakan di permainan adalah Jungian
(Allan & Brown, 1993; Jung, 1964), Rogerian (C.R. rogers, 1951), dan Alderian
(Kottman&Johnson, 1993).

Humor, khususnya ketika disertai oleh tawa, menciptakan psikologiokal dan peribahan sosial.
Otot –otot skeletal menjadi lebih rileks, perubahan pernapasan, dan otak melepaskan endropin,
obat penghilang rasa sakit yang positif untuk kesejahteraan (Abrami, 2009; Witmer, 1985).

Klien secara dasar mmemperoleh pengalaman “aha” dari “ha-ha” prespektif mereka dan
mencapai wawasan kepada memiliki maslah yang membingungkan sampai sekarang
(Mosak,1987; Mosak&Maniacci,2011).

2.1 Populasi

Penulis ingin membahas kepada pengapliasian yang bisa digunakan melalui humor dalam
konseling. Adapun populasi yang bisa digunakan melalui humor dalam konseling:

1. Anak-anak: mendongeng, penggunaan boneka, dan permainan kata.


2. Remaja:mengoda/sindiran, meniru, atau memerankan.
3. Dewasa: bercanda
4. Klien lansia: tema yang berisikan canda lebih dari lainnya, seperti sesualitas,
kebijaksanaan, dan kematian.
3. PEMBAHASAN
Pada jurnal pertama yang berjudul “The Use of Humor By Therapists And Clients In
Cognitive Therapy” peneliti melakukan proses konseling dengan beberapa klien dengan
menggunakan teknik humor yang ada. Data untuk studi ini dikoleksi oleh delapan sesi
pertemuan pertama yang mana ucapan lucu dimulai oleh klien atau terapis. Pertemuan-
pertemuan ini melibatkan dua psikoterapis dan delapan klien yang diminta konsultasi di
klinik kesehatan mental di area dimana mereka tinggal. Semua klien dan therapist terlibat
menandatangi fomulir untuk memberikan ikin mereka untuk audiotapes untuk digunakan
untuk tujuan penelitian. Hal tersebut diputuskan untuk fokus kepada sesi tertentu sejak
pertemuan pertama mengikuti prosedur standar yangmana selama terapis mengumpulkan
informasi. Klien-klien menjelaskan permasalahan mereka dalam langkah diman terapis dapat
menentukan paya yang harus difokuskan dan dikerjakan. Beberapa variabel yang
memperngaruhi terjadinya humor, seperti hubungan antara kedua interlokus (provine,2004),
dimana disimpan sekonstan mungkin. Data dikoleksi di kedia klinik kesehatan mental di
italia dan sesi-sesi diadakan oleh kedua psikoterapis kognitif italia yang telah mengikuti
pelatihan yang sama dan telah berlatih untuk jangka waktu yang sama. Rekaman yang telah
dianalisis secara total adalah 6 jam 26 menit . setiap pertemuan bertahan rata-rata 53 menit
37 menit. Selama delapam pertemuan ini, terapis melibatkan komentar-komentar humor pada
12 kesempatan. Dan klien membuat komentar humor 10 contoh. Peneliti memutuskan untuk
melaporkan 7 ahli berbicara dalam interaksi yang melibatkan humor ( 4 lebih kepada humor
dan 3 lebih kepada klien) sejak hal ini mempresentasikan contoh prototipikal keseluruhan
data. Hasil pengapliasian humor dalam konseling adalah dimana tujuan studi dari peneliti
adalah menyelidiki kehadiran dan fungsi humor di badan sesi terapi kognitif pertemuan
pertama untuk memperoleh pengertian yang elbih baik dlaam subjek ini. Secara keseluruhan
peneliti mendapati humor dimulai dari kedua klien dan therapist sebagai hasil sumber
terapeutik yang penting. Walaupun beberapa dipertimbangkan bahwa penggunaan humpr di
sesi awal tidak secara umum direkomendasikan sebagai hubungan yang belum
dikembangkan dan komentar humor mungkin membuat salah paham (Pierce 1994). Dari
yang penulis pahami, beberapa klien ini memiliki serangan panik dna gangguan panik. Klien
ini merasa tidak menerima komentar humor yang digunakan terapis di pertemuan pertama
yang mungkin menimbulkan kebingungan pada klien. Maka dari itu, peneliti memberikan
masukan bahwa untuk dapat memberikan humor pada wkatu yang tepat, dimana pemberian
terapi humor ini memberikan hubungan dekat antara kepribadian individu dan apresiasi
stimuli yang spesifik (humor yang menyenagkan) akan lebih baik untuk mempelajari
hubungan ini dengan fungsi terapeutik yang digunakan.

Pada jurnal kedua yang berjudul “The Use of Humor In A Serious Mental Illness” witztu,
et al melakukan 6 bulan intervensi empiris dalam ruang psikitiaris dengan 12 pasien
penderita skizopernia. Bedasarkan prinsip paradoxical ad absurdum, dijelaskan oleh frankl,
Titze dan Whitaker, dengan tujuan menciptakan scenario paradoxical yangmana meniadakan
eror penilaian dan pola kepribadian irasional pada bagian pasien , semua pasien ditawarkan
humor reendering dan interprestasi keluhan yang terkemuka, yang mana telah disediakan
lebih maju untuk menyangah dugaan gejala. Intervensi 3 bulan ini dijadwalkan setelah bersi
tiga bulan dari Rational Emotive Therapy (RET). Pendekatan humor lebih efesien dalam
mengurangi gejala psikopatologikal daripada RET, sebagaimana dinilai oleh Brief
Psychiatric Rating Scale (BPRS) kepada pasien yang sama (skizofernia).

4. PENUTUP
Dari pembahasan di atas penulis mendapati pemahaman baru bahwa pemberian humor
memberikan kesan-kesan tertentu yang membuat peangapliasian humor ini jarang digunakan
atau dipakai dalam konseling. Hal ini dipertimbangkan karena dalam konseling dalam
pemberian bantuan adalah perkejaan yang serius dari sisi antithesis yang menyenangkan dan
kenikmatan. Namun humor dalam konseling adalah multidimensional dan fleksibel dan
diasosiasikan dengan kreativitas dan promosi kesehatan mental dan wawasan. Para peneliti
telah mengaplikasikan humor sebagai tujuan penelitian untuk dapat dikembangkan dan dapat
memberikan humor dalam konseling pada waktu yang lebih tepat. Seperti pada kedua jurnal
ini kepada klien yang mengalami serangan panik dan gangguan panik dalam penelitiannya
menemukan bahwa humor awalnya mungkin tidak diterima oleh klien karena terlihat
membingungkan dan dilakukan pada sesi pertama dan pada klien penderita skizofernia
ditemukan bahwa peneliti telah melakukan uji coba dengan mengaplikasikan 6 bulan
intervensi empiris dalam ruang psikitiaris pada 12 pasien penderita skizofernia. Dimana 3
bulan mengunakan pendekatan humor dna 3 bulan Menggunakan Rational Emotive Therapy.
Hasil menunjukan bahwa pendekatan humor lebih efesien dalam mengurangi gejala
psikopatologikal daripada RET dari hasil Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS) kepada
pasien yang sama (penderita skizorfenia).

DAFTAR PUSTAKA

Gladding, Samuel T. (2016). The Creative Arts In Counseling 5Th Edition. American Counseling
Association.

Dionigi, Alberto dan Canestrari. (2018) The Use of Humor By Therapists and Clients in
Congnitive Therapy. Europan Journal of Humor Research. 6(3); 62.

Gelkopf, Marc. (2011). The Use of Humor in Serious Mental illness. Evid Based
Complementary and Alternative Medicine. 4.

Anda mungkin juga menyukai