Anda di halaman 1dari 11

Makalah

TERAPI BERMAIN
Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Psikoterapa
Dosen Pengampu: Setyani Alfinuha, M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh:
Nindiya Wahyu N. (210701007)

Eka Safira A. (210701020)

Qolbiyah Azkan N (210701028)

Maghfiroh Mutarasari (210701036)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

TAHUN AKADEMIK 2023


KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat limpahan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
"Terapi Bermain ".

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas
perkuliahan pada mata kuliah Psikoterapi, Dengan tersusunnya makalah ini, penulis berharap
kepada Ibu Pengampu dapat berkenan meluangkan waktunya untuk membina dan membimbing
pembuatan makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa.

Untuk itu pemakalah mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Awang S. Wicaksono, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi, Universitas


Muhammadiyah Gresik.
2. Prianggi Amelasasih, S..Psi., M..Si selaku Kepala Program Studi Psikologi, Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Gresik.
3. Setyani Alfinuha, M.Psi., Psikolog Selaku pengampu Mata Kuliah Psikoterapi yang
dengan telaten dan sungguh-sungguh dalam menyampaikan materi.
4. Rekan-rekan satu kelas yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu dengan
segenap kerendahan hati pemakalah mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian untuk
menjadikan periksa berharap atas kritik dan saran, guna perbaikan dalam penulisan makalah ini.

Gresik, 25 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi bermain merupakan pendekatan psikoterapi yang dirancang khusus untuk anak-anak
dengan menggunakan alat bermain sebagai media utama dalam proses terapi. Pendekatan ini diakui
secara luas karena memungkinkan anak-anak untuk berkomunikasi, mengeksplorasi, dan mengungkapkan
perasaan serta konflik internal mereka melalui bahasa bermain yang lebih alami bagi mereka. Terapi
bermain menggabungkan unsur-unsur permainan dengan teknik-teknik terapeutik yang disesuaikan
dengan perkembangan anak, dengan tujuan membantu anak-anak memahami dan mengatasi kesulitan
emosional, sosial, dan perilaku yang mereka hadapi.

Dalam terapi bermain, permainan dianggap sebagai bahasa universal anak-anak. Anak-anak
seringkali sulit mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka melalui kata-kata secara langsung. Dalam
situasi ini, permainan menjadi cara alami bagi mereka untuk berkomunikasi dan mengekspresikan diri.
Melalui permainan, anak-anak dapat mengeksplorasi perasaan yang rumit, membangun keterampilan
sosial, mengatasi kecemasan, mengelola konflik, dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
diri mereka sendiri.

Terapi bermain juga memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan hubungan
yang aman dan terapeutik dengan terapis mereka. Dalam sesi terapi bermain, terapis berperan sebagai
fasilitator yang mendukung dan mengarahkan permainan anak, menciptakan lingkungan yang aman dan
menerima, serta menyediakan batasan dan struktur yang membantu anak merasa terlindungi. Hubungan
yang positif dan terapeutik ini memungkinkan anak-anak merasa didengar, dipahami, dan diterima
sepenuhnya, yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan emosional dan perubahan positif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Contoh Kasus Psikologi Dengan Pendekatan Psikoterapi.
2. Bagaimana Teori Tentang Pendekatan Psikoterapi Yang Digunakan.
3. Bagaimana Analisis Kasus yang Sesuai dengan Teori dan langkah-langkah psikoterapi
yang ditentukan dalam menangani kasus yang dipilih.
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Contoh Kasus Psikologi Dengan Pendekatan Psikoterapi.
2. Untuk Mengetahui Teori Pendekatan Psikoterapi yang Digunakan.
4. Untuk Mengetahui Analisis Kasus yang Sesuai dengan Teori dan langkah-langkah
psikoterapi yang ditentukan dalam menangani kasus yang dipilih.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Contoh Kasus Psikologi Dengan Pendekatan Psikoterapi


Korban merupakan anak yang masih berusia 7 tahun anak yang cukup pendiam, penurut dan
pintar. Semenjak duduk dibangku sekolah dasar korban dititipkan orang tuanya untuk belajar dipondok
pesantren, namun kehidupanya dipesantren sangat mengenaskan korban sering kali mendapatkan
perlakuan tidak mengenakkan dari temannya. Orang tua dari korban menjelaskan bentuk
perundungan(bullying) terjadi dari segi psikis dan fisik, korban kerap kali ditonjok, dipukul, ditendang
bahkan digigit. Hal ini diketahui orang tua korban saat menjenguk, dari tangan yang terlihat bekas gigitan
dan lebam dibagian wajah.

Tak hanya itu korban juga kerap mengeluh sakit dibagian perut karena tonjokan yang cukup kuat.
Korban juga sempat mendapatkan pelecehan seksual dari teman satu kamarnya alat kelamin yang
seharusnya menjadi privasi setiap individu jurstru malah dibuat mainan oleh pelaku. Sedangkan bullying
verbal yang terjadi antara lain menyoraki, menyindir, mengolok-olok, menghina, dan mengancam korban.
Semenjak orang tua korban mengetahui hal itu ia segara membawanya pulang, sepulangnya dari pondok
pesantren korban mengalami trauma dan kesulitan mengontrol emosi

2.2 Teori Tentang Pendekatan Psikoterapi Yang Digunakan


Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan teori psikoanalisa tradisional yang
memiliki dasar filosofi tentang anak yang memiliki rasa takut, memerlukan rasa aman, berusaha
berhubungan dengan tuntutan lingkungan. Pendekatan ini sesuai untuk anak yang mengalami konflik
internal, kekhawatiran, represi, hambatan perkembangan, dan agresivitas. Tujuan terapi psikoanalisa
untuk adalah membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak
disadari di dalam diri klien. Terapi psikoanalisa menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan
ketidaksadaran diketahui.

Terapis membiarkan klien berbagi mengenai peasaan dan pengalamannya sehingga klien
memproyeksikan dirinya kepada terapis. Proyeksi-proyeksi klien yang menjadi bahan terapi ditafsirkan
dan dianalisis. Teknik-teknik pada terapi psikoanalisa disesuaikan untuk meningkatkan kesadaran,
memperoleh pemahaman intelektual atas tingkah laku klien, dan untuk memahami makna berbagai gejala.
Terdapat 5 teknik dasar terapi psikoanalisa diantaranya:

1) Asosiasi bebas
Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau
dan pelepasan emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau, yang dikenal
sebagai katarsis. Terapis meminta klien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran,
renungan sehari-hari, dan juga mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya.
2) Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan
transferensi.
3) Analisis mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari
dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan.
4) Analisis atas resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan
bahan yang tak disadari.
5) Analisis atas transferensi
Analisis transferensi adlaah teknik yang utama dalam psikoanalisa, karena mendorong klien untuk
menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Penafsiran hubungan transferensi juga
memungkinkan klien mampu menembus konflik-konflik masa lampau yang tetap
dipertahankannya hingga sekaran dan yang menghambat pertumbuhan emosionalnya.
.
2.3 Analisis Kasus Sesuai dengan Teori dan Langkah-Langkah Psikoterapi yang Ditentukan
2.3.1 Analisis Kasus
Pengalaman korban bullying ini dapat dianalisis melalui sudut pandang teori psikoanalisis
tradisional, yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Dalam psikoanalisis, terdapat tiga komponen utama
dalam struktur psikis seseorang yakni: id, ego, dan superego. Korban, yang masih berusia 7 tahun, berada
dalam tahap perkembangan awal, di mana id (nafsu) mungkin lebih dominan. Dalam situasi bullying, id-
nya mungkin merasa takut dan cemas.

Teori psikoanalisis mengidentifikasi berbagai mekanisme pertahanan, seperti represi dan


proyeksi. Dalam kasus ini, korban mungkin menggunakan represi untuk mengatasi traumanya dengan
cara mencoba melupakan atau menyembunyikan perasaan ketakutan. Pelecehan seksual yang dialami
korban dapat mengakibatkan konflik antara nafsu dan superego. Korban mungkin merasa bersalah atau
cemas (superego) terhadap pengalaman tersebut, sementara id-nya merasa terganggu.

Psikoanalisis tradisional mengakui pentingnya pengalaman masa kecil dalam membentuk


psikologi individu. Trauma seperti yang dialami korban bisa berdampak jangka panjang pada
perkembangannya. Dalam psikoanalisis, transferensi adalah penyaluran perasaan yang berkaitan dengan
orang-orang dari masa lalu ke individu yang berbeda. Korban mungkin mengalami transferensi ketakutan
atau rasa tidak aman dari pelaku ke orang lain di lingkungan sosialnya.

Korban, dengan bantuan seorang profesional psikoterapi, dapat menjalani terapi psikoanalisis
yang akan membantu mereka mengatasi trauma, mengidentifikasi konflik internal, dan memahami
bagaimana pengalaman masa lalu dapat memengaruhi perkembangan psikologis mereka. Terapi ini juga
dapat membantu mereka mengatasi kesulitan emosional yang dihadapi akibat bullying.

2.3.2 Langkah-Langkah
1. Pembuatan rancangan treatmen
Pembuatan rancangan treatmen dilakukan pada tahap awal setelah penggalian data mengenai latar
belakang keluarga dan anak, kebutuhan anak serta dukungan orang tua. Untuk mendapatkan rancangan
treatmen yang tepat, perlu menciptakan hubungan yang baik/ rapport antara terapis dengan anak, sehingga
anak dapat mengeksplorasi secara optimal dalam bermain dan mempunyai perasaan senang dalam
melakukan sesuatu, hasil observasi selama awal sesi merupakan sumber informasi. Setelah semua
informasi terkumpul dapat disimpulkan kebutuhan anak sehingga rancangan treatmen beserta tujuannya
dapat dibuat dengan tepat.

Seperti yang sudah terlihat dari kasus yang telah didapatkan data mengenai pemasalahan yang
dihadapi. Sehingga terapis dapat menentukan rancangan untuk terapi bermain menggunakan origami. Yang
mana terapi bermain menggunakan origami ini bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas dan daya
imajinasi, melatih kesabaran juga ketelitian dan juga mengembangkan kepercayaan diri.

2. Pelaksanaan treatment
Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan. Dalam tahap ini terapis melaksanakan rancangan treatment
yang sudah dibuat dengan menjaga sikap profesional, kejujuran dan kerahasiaan. Selain itu terapis juga
perlu menciptakan rasa aman dan kebebasan pada diri anak untuk menentukan pilihan dan
mengekspresikan diri. Seringkali anak dapat memulai permainan dengan spontan, namun ada beberapa
anak yang hanya diam saja di ruang terapi bermain, oleh sebab itu sangat diperlukan terapis yang mampu
membuat anak nyaman dan aman.
Ada beberapa cara untuk mengajak anak terlibat aktif dalam bermain, Untuk itu terapis dapat
memulai permainan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk membuat anak mau bermain, bukan
mengarahkan permainan anak. Berikut tahapan-tahapan untuk proses terapi bermain origami:

N Waktu Kegiatan Sasaran


o
1 5 menit Persiapan Dapat mengikuti proses
terapi bermain
 Perispan ruangan
 Mempersiapkan alat-alat
 Mempersiapkan anak
2 20 menit Proses Menjawab salam,
 Membuka dengan mengucapkan memperkenalkan diri,
salam dan memperkenalkan diri memperhatikan
antara terapis dan klien
 Menjelaskan mengenai tujuan dan
manfaat bermain dan juga cara
permainan Bermain Bersama dengan
 Mengajak anak bermain antusias dan

 Mengavaluasi respon anak mengungkapkan


perasaanya
3 5 menit Penutup Menjawab salam
 Menutup dan Mengucapkan
salam

3. Evaluasi treatment
Pada evaluasi akhir, dinilai apakah terapi efektif atau kurang efektif. Apakah treatment dilanjutkan atau
dihentikan. Dan juga evaluasi mengenai hubungan antara terapis dan klien serta respon klien setelah
pemberian terapi. Proses dan lamanya terapi bervariasi tiap anak dan kasus, dari beberapa minggu sampai 1
atau 2 tahun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terapi bermain merupakan pendekatan psikoterapi yang efektif dalam membantu anak-anak
mengatasi kesulitan emosional, sosial, dan perilaku mereka. Dengan menggunakan permainan sebagai
bahasa utama, terapi bermain memungkinkan anak-anak untuk berkomunikasi dan mengekspresikan diri
dengan cara yang alami bagi mereka. Selain itu, terapi bermain juga membangun hubungan terapeutik
yang aman antara anak-anak dan terapis mereka, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan
dan perubahan positif.
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. (2013). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Terjemah E. Koswara. Bandung.
Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai