TERAPI BERMAIN
Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Psikoterapa
Dosen Pengampu: Setyani Alfinuha, M.Psi., Psikolog
Disusun Oleh:
Nindiya Wahyu N. (210701007)
FAKULTAS PSIKOLOGI
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas
perkuliahan pada mata kuliah Psikoterapi, Dengan tersusunnya makalah ini, penulis berharap
kepada Ibu Pengampu dapat berkenan meluangkan waktunya untuk membina dan membimbing
pembuatan makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu dengan
segenap kerendahan hati pemakalah mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian untuk
menjadikan periksa berharap atas kritik dan saran, guna perbaikan dalam penulisan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam terapi bermain, permainan dianggap sebagai bahasa universal anak-anak. Anak-anak
seringkali sulit mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka melalui kata-kata secara langsung. Dalam
situasi ini, permainan menjadi cara alami bagi mereka untuk berkomunikasi dan mengekspresikan diri.
Melalui permainan, anak-anak dapat mengeksplorasi perasaan yang rumit, membangun keterampilan
sosial, mengatasi kecemasan, mengelola konflik, dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
diri mereka sendiri.
Terapi bermain juga memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan hubungan
yang aman dan terapeutik dengan terapis mereka. Dalam sesi terapi bermain, terapis berperan sebagai
fasilitator yang mendukung dan mengarahkan permainan anak, menciptakan lingkungan yang aman dan
menerima, serta menyediakan batasan dan struktur yang membantu anak merasa terlindungi. Hubungan
yang positif dan terapeutik ini memungkinkan anak-anak merasa didengar, dipahami, dan diterima
sepenuhnya, yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan emosional dan perubahan positif.
Tak hanya itu korban juga kerap mengeluh sakit dibagian perut karena tonjokan yang cukup kuat.
Korban juga sempat mendapatkan pelecehan seksual dari teman satu kamarnya alat kelamin yang
seharusnya menjadi privasi setiap individu jurstru malah dibuat mainan oleh pelaku. Sedangkan bullying
verbal yang terjadi antara lain menyoraki, menyindir, mengolok-olok, menghina, dan mengancam korban.
Semenjak orang tua korban mengetahui hal itu ia segara membawanya pulang, sepulangnya dari pondok
pesantren korban mengalami trauma dan kesulitan mengontrol emosi
Terapis membiarkan klien berbagi mengenai peasaan dan pengalamannya sehingga klien
memproyeksikan dirinya kepada terapis. Proyeksi-proyeksi klien yang menjadi bahan terapi ditafsirkan
dan dianalisis. Teknik-teknik pada terapi psikoanalisa disesuaikan untuk meningkatkan kesadaran,
memperoleh pemahaman intelektual atas tingkah laku klien, dan untuk memahami makna berbagai gejala.
Terdapat 5 teknik dasar terapi psikoanalisa diantaranya:
1) Asosiasi bebas
Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau
dan pelepasan emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau, yang dikenal
sebagai katarsis. Terapis meminta klien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran,
renungan sehari-hari, dan juga mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya.
2) Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan
transferensi.
3) Analisis mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari
dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan.
4) Analisis atas resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan
bahan yang tak disadari.
5) Analisis atas transferensi
Analisis transferensi adlaah teknik yang utama dalam psikoanalisa, karena mendorong klien untuk
menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Penafsiran hubungan transferensi juga
memungkinkan klien mampu menembus konflik-konflik masa lampau yang tetap
dipertahankannya hingga sekaran dan yang menghambat pertumbuhan emosionalnya.
.
2.3 Analisis Kasus Sesuai dengan Teori dan Langkah-Langkah Psikoterapi yang Ditentukan
2.3.1 Analisis Kasus
Pengalaman korban bullying ini dapat dianalisis melalui sudut pandang teori psikoanalisis
tradisional, yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Dalam psikoanalisis, terdapat tiga komponen utama
dalam struktur psikis seseorang yakni: id, ego, dan superego. Korban, yang masih berusia 7 tahun, berada
dalam tahap perkembangan awal, di mana id (nafsu) mungkin lebih dominan. Dalam situasi bullying, id-
nya mungkin merasa takut dan cemas.
Korban, dengan bantuan seorang profesional psikoterapi, dapat menjalani terapi psikoanalisis
yang akan membantu mereka mengatasi trauma, mengidentifikasi konflik internal, dan memahami
bagaimana pengalaman masa lalu dapat memengaruhi perkembangan psikologis mereka. Terapi ini juga
dapat membantu mereka mengatasi kesulitan emosional yang dihadapi akibat bullying.
2.3.2 Langkah-Langkah
1. Pembuatan rancangan treatmen
Pembuatan rancangan treatmen dilakukan pada tahap awal setelah penggalian data mengenai latar
belakang keluarga dan anak, kebutuhan anak serta dukungan orang tua. Untuk mendapatkan rancangan
treatmen yang tepat, perlu menciptakan hubungan yang baik/ rapport antara terapis dengan anak, sehingga
anak dapat mengeksplorasi secara optimal dalam bermain dan mempunyai perasaan senang dalam
melakukan sesuatu, hasil observasi selama awal sesi merupakan sumber informasi. Setelah semua
informasi terkumpul dapat disimpulkan kebutuhan anak sehingga rancangan treatmen beserta tujuannya
dapat dibuat dengan tepat.
Seperti yang sudah terlihat dari kasus yang telah didapatkan data mengenai pemasalahan yang
dihadapi. Sehingga terapis dapat menentukan rancangan untuk terapi bermain menggunakan origami. Yang
mana terapi bermain menggunakan origami ini bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas dan daya
imajinasi, melatih kesabaran juga ketelitian dan juga mengembangkan kepercayaan diri.
2. Pelaksanaan treatment
Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan. Dalam tahap ini terapis melaksanakan rancangan treatment
yang sudah dibuat dengan menjaga sikap profesional, kejujuran dan kerahasiaan. Selain itu terapis juga
perlu menciptakan rasa aman dan kebebasan pada diri anak untuk menentukan pilihan dan
mengekspresikan diri. Seringkali anak dapat memulai permainan dengan spontan, namun ada beberapa
anak yang hanya diam saja di ruang terapi bermain, oleh sebab itu sangat diperlukan terapis yang mampu
membuat anak nyaman dan aman.
Ada beberapa cara untuk mengajak anak terlibat aktif dalam bermain, Untuk itu terapis dapat
memulai permainan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk membuat anak mau bermain, bukan
mengarahkan permainan anak. Berikut tahapan-tahapan untuk proses terapi bermain origami:
3. Evaluasi treatment
Pada evaluasi akhir, dinilai apakah terapi efektif atau kurang efektif. Apakah treatment dilanjutkan atau
dihentikan. Dan juga evaluasi mengenai hubungan antara terapis dan klien serta respon klien setelah
pemberian terapi. Proses dan lamanya terapi bervariasi tiap anak dan kasus, dari beberapa minggu sampai 1
atau 2 tahun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terapi bermain merupakan pendekatan psikoterapi yang efektif dalam membantu anak-anak
mengatasi kesulitan emosional, sosial, dan perilaku mereka. Dengan menggunakan permainan sebagai
bahasa utama, terapi bermain memungkinkan anak-anak untuk berkomunikasi dan mengekspresikan diri
dengan cara yang alami bagi mereka. Selain itu, terapi bermain juga membangun hubungan terapeutik
yang aman antara anak-anak dan terapis mereka, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan
dan perubahan positif.
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. (2013). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Terjemah E. Koswara. Bandung.
Refika Aditama