Anda di halaman 1dari 4

Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh.

Masih Bersama kopi ini.

Ngopi, terus jangan lupa ngaji.

Rahmat Allah meliputi semua makhluk ciptaanya, kasih sayang


Allah meliputi semua ciptaannya, tidak ada yang luput dari rahmat
dasih sayang Allah, semua makhluk hidup dirahmatinya, sekalipun
itu hewan yang nazis, hewan yang haram, dan manusia yang tidak
beriman sekalipun. 

Orang yang taat menjalankan perintah dan taat menjauhi


larangan Allah dengan kesadaran dan niat ta’abud merupakan
definisi dari orang yang bertaqwa. Dan orang bertaqwa sudah
jelas akan mendapatkan ridhonya Allah, dan jika Allah telah ridho
kepada hambanya, maka Allah akan menyayangi dan
merahmatinya.
 
Orang yang bertaqwa sudah jelas akan mendapatkan rahmatnya
Allah, namun orang-orang yang dilatar belakangi dengan masa
lalu yang pahit, terjerumus pada lembah dosa yang besar juga
masih punya kesempatan mendapatkan rahmatnya Allah, karena
Allah maha pengampun dan maha penyayang. Ampunan Allah
terbuka lebar dan luas, namun bukan berarti luasnya ampunan
Allah untuk dijadikan sebagai pijakan untuk terus berbuat munkar.
Luasnya dan terbukanya ampunan Allah harus dijadikan
kesempatan bagi setiap insan, mumpung masih terbuka dan
segeralah bertaubat sebelum pintu ampunan itu ditutup.

Setiap hamba punya masa lalunya masing-masing, setiap hamba


juga tidak luput dari dosa, baik besar maupun kecil atas
perbuatannya masing-masing. Pelacur, penzina, pembunuh, dan
perbuatan dosa besar lainnya masih punya kesempatan untuk
mendapatkan rahmat dan ampunan Allah Subhanahu wata’ala.
seperti kisah pelacur yang masuk surga atas keikhlasannya dalam
menolong seekor Anjing yang kehausan.
Dikisahkan dari hadis Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa
Rasullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda.

“Seorang wanita pezina diampuni oleh Allah. Dia melewati seekor


anjing yang menjulurkan lidahnya di sisi sebuah sumur. Anjing ini
hampir saja mati kehausan. Si wanita pelacur tersebut lalu
melepas sepatunya, dan dengan penutup kepalanya. Lalu dia
mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab
perbuatannya ini, dia mendapatkan ampunan dari Allah” .

“Wanita yang dimaksud artinya: wanita ahli maksiat, pezina, yang


menggoda orang-orang yang menginginkannya.”

dalam riwayat lain, subjek dalam kisah tersebut adalah seorang


lelaki. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda.

“Ada seorang lelaki berjalan di sebuah jalan, dia merasa sangat


kehausan. Lalu dia menemukan sebuah sumur. Dia turun ke
dalam sumur, lalu meminum airnya lalu keluar. Tiba-tiba ada
seekor anjing yang menjulurkan lidahnya dan menjilati debu
karena kehausan. Lelaki tersebut berkata, ‘Anjing ini sangat
kehausan seperti yang aku rasakan.’ Lalu dia turun lagi ke dalam
sumur dan memenuhi khuf-nya (alas kakinya) dengan air. Lalu dia
menggigitnya dengan mulutnya agar bisa naik, dan memberi
minum anjing tersebut. Maka Allah pun memberi balasan pahala
baginya dan mengampuni dosanya.” Para sahabat bertanya,
“Wahai Rasulullah, apakah kita akan mendapatkan pahala jika
berbuat baik kepada binatang ternak kami?” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menjawab, “Tentu, setiap kebaikan kepada
makhluk yang bernyawa, ada pahalanya” .
Namun, temen temen. Untuk memahami hadits ini kita harus
memperhatikan beberapa poin.

1. Orang mukmin yang mati dalam keadaan membawa dosa besar, maka tahtal masyi’ah.
Orang yang mati dalam keadaan masih memiliki iman dalam hatinya, kemudian ia mati
dalam keadaan membawa dosa besar, maka statusnya tahtal masyi’ah. Artinya nasibnya
di akhirat tergantung kehendak Allah ta’ala. Bisa jadi Allah ampuni dia, bisa jadi Allah
azab dia. Selama dosa tersebut bukan dosa kesyirikan.

Jadi, pezina yang belum bertaubat dari dosa zina, memang bisa jadi Allah akan ampuni
dia kemudian ia masuk surga. Namun ini tidak berlaku untuk semua pezina, karena Allah
katakan (yang artinya) “bagi orang-orang yang Allah kehendaki.”
Lebih lagi, jika pezina itu bertaubat dari perbuatan zinanya, maka tentu ia sangat
diharapkan bisa menjadi penghuni surga.

2. hadis ini memotivasi untuk tidak putus asa terhadap rahmat dan ampunan Allah.

Para ulama ketika menjelaskan hadis ini, maksimalnya mereka memaknai bahwa kita
tidak putus asa terhadap ampunan dan rahmat Allah. Sebesar apapun dosa, pintu
ampunan Allah tetap terbuka lebar selama kita mau bertaubat.
3. tidak ada ulama yang memaknai bahwa hadis ini menunjukkan bolehnya zina dan boleh
menjadi pelacur selama suka bersedekah.

Jadi, apa yang bisa kita ambil dari kisah di atas temen temen?.

Bahwa, seburuk apapun masa lalumu, sebesar apapun dosa yang


telah diberbuat olehmu, janganlah putus asa dan merasa sangat
hina, percayalah ampunan Allah itu nyata terbuka, asalkan mau
bertaubat dan tutupi perbuatannya dengan perbuatan yang baik
serta ikhlas dalam menjalankannya.
 
Di dalam memperlakukan hamba-Nya, seburuk apapun dia, Allah
mendahulukan sifat rahmatnya dari murkanya. Sebab itu, Allah
tidak pernah bosan memberi ampun kepada hambanya yang telah
bermaksiat. Bahkan ketika seorang hamba itu berulang kali
bersalah dan berulang kali pula bertaubat. Allah menyatakan Dia
tidak akan pernah bosan menerima taubat hambanya, sampai
hamba tersebut yang bosan bertaubat. 
Karena sifat kasih sayang ini adalah sifat Allah yang paling banyak
diperintahkan untuk disebut dan diingat, maka manusia pun
diperintahkan untuk berkasih sayang terhadap semua makhluk
Allah.  Banyak hadis yang mengingatkan kita tentang pentingnya
memiliki sifat rahmat ini. Di antaranya sabda Rasulullah saw.
 
 
“Siapa yang tidak menyayangi manusia, tidak akan disayang Allah."
(Hadis Riwayat al-Thabarani) 
 

Terimakasih mudah mudahan bermanfaat.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Anda mungkin juga menyukai