1. Orang mukmin yang mati dalam keadaan membawa dosa besar, maka tahtal masyi’ah.
Orang yang mati dalam keadaan masih memiliki iman dalam hatinya, kemudian ia mati
dalam keadaan membawa dosa besar, maka statusnya tahtal masyi’ah. Artinya nasibnya
di akhirat tergantung kehendak Allah ta’ala. Bisa jadi Allah ampuni dia, bisa jadi Allah
azab dia. Selama dosa tersebut bukan dosa kesyirikan.
Jadi, pezina yang belum bertaubat dari dosa zina, memang bisa jadi Allah akan ampuni
dia kemudian ia masuk surga. Namun ini tidak berlaku untuk semua pezina, karena Allah
katakan (yang artinya) “bagi orang-orang yang Allah kehendaki.”
Lebih lagi, jika pezina itu bertaubat dari perbuatan zinanya, maka tentu ia sangat
diharapkan bisa menjadi penghuni surga.
2. hadis ini memotivasi untuk tidak putus asa terhadap rahmat dan ampunan Allah.
Para ulama ketika menjelaskan hadis ini, maksimalnya mereka memaknai bahwa kita
tidak putus asa terhadap ampunan dan rahmat Allah. Sebesar apapun dosa, pintu
ampunan Allah tetap terbuka lebar selama kita mau bertaubat.
3. tidak ada ulama yang memaknai bahwa hadis ini menunjukkan bolehnya zina dan boleh
menjadi pelacur selama suka bersedekah.
Jadi, apa yang bisa kita ambil dari kisah di atas temen temen?.