Anda di halaman 1dari 5

Salah satu istri Rasulullah adalah 

Juwairiyah, wanita cantik jelita


yang menjadi tawanan perang.

Assalamualaikum wr.wb…

dikisahkan bahwa Juwairiyah Binti Harist r.a. itu mengatakan, “Tiga


hari sebelum kedatangan Nabi SAW, aku bermimpi melihat bulan
seakan berjalan dari Yatsrib dan jatuh ke pangkuanku. Namun, aku
tidak mau memberitahukan mimpi itu kepada seorang pun sebelum
Rasulullah datang. Ketika kami tertawan, aku mengharapkan mimpi
itu jadi kenyataan. Dan mimpi itu pun telah menjadi kenyataan".
Selanjutnya, Rasulullah benar datang lalu membebaskanku dan
menikahiku.

Nah Juwairiyah binti Härits Ummul Mukminin ini adalah junjungan


Bani Mushtaliq. Ia Wanita yang bertakwa, suci, khusyuk, dan ahli
ibadah, bkan hanya itu .. ia pun cantik dan rupawan, keturunan
orang-orang baik dan keturunan bangsawan. Nama aslinya itu Barrah
binti Hârits ibn Abi Dharar ibn Hubaib ibn Khuzaimah, yaitu al-
Mushtaliq ibn Amr ibn Rabi'ah ibn Hâritsah ibn Amr al-Khuza'iyah al-
Mushtaliqiyyah.

jadi Sebelum menikah dengan Rasulullah SAW, namanya itu Barrah.


Namun, setelah menikah, Nabi Muhammad memberinya
nama Juwairiyah. Kenapa? Pasalnya, ia tidak senang jika dikatakan:
"Rasulullah keluar dari rumah Barrah”.

Suatu ketika, Rasulullah mendengar berita bahwa al-Hârits ibn


Dharar pimpinan Bani Mushtaliq, menghimpun siapa saja yang kuat
di antara kaumnya maupun seluruh bangsa Arab untuk menyerang
Rasulullah SAW. Karena itu, Nabi Muhammad mengirim Buraidah ibn
Khashib untuk mencari tahu hal itu dan mengintai sejauh mana
persiapan mereka untuk berperang.
Buraidah segera meninggalkan Madinah menuju Bani Mushtaliq.
Mereka adalah bagian dari Bani Khuza'ah yang memiliki suatu mata
air dikenal dengan nama al-muraisi. Mata air itu terletak di sudut
Qadid, tempat berdirinya berhala Manat, Tuhan suku Aus dan
Khazraj, sebelum Allah melimpahkan cahaya iman ke dalam hati
mereka dan Tuhan suku Khuzaah yang bertahan dengan agama
mereka.

Kemudian Buraidah utusan rosul melihat situasi Bani Mushtaliq dan


seberapa besar pasukan yang telah berkumpul untuk menyerang
Rasulullah SAW. Mereka dipimpin oleh Panglima al-Hârits ibn Abi
Dharar.

Kemudian Buraidah segera menghadap Rasulullah SAW untuk


memberitahukan tentang persiapan Bani Mushtaliq yang hendak
menyerang. lalu, Rasulullah pun memerintahkan agar menyiapkan
pasukan dan persenjataan. Setelah itu, Rasulullah SAW keluar untuk
menyambut Bani Mushtaliq dengan didampingi oleh salah satu
istrinya: Aisyah binti Abu Bakar.

Rasulullah bertemu dengan Bani Mushtaliq di al-Muraisi' lalu


terjadilah peperangan yang berakhir dengan kekalahan Bani
Mushtaliq.

Unta dan domba-domba mereka digiring. Para wanita mereka


tertawan, dan salah satu wanita yang menjadi tawanan adalah Barrah
binti Harits ibn Abi Dharar, yakni pimpinan dan junjungan kaum Bani
Mushtaliq.

Rasulullah SAW memerintahkan agar para tawanan itu dibelenggu


dan dikenakan burdah. Selanjutnya, para tawanan dibagi-bagikan di
antara kaum Muslimin. Kabar gembira dari al-Muraisi' ini kemudian
disampaikan kepada penduduk Madinah oleh Rasulullah dengan
mengutus Tsa'labah ath-Tha'i untuk menyampaikannya.

Barrah binti Hârits atau Juwairiyah sebagaimana panggilan yang


diberikan oleh Rasulullah, menjadi bagian untuk Tsabit ibn Qais dan
saudara sepupunya. Tsabit memberikan beberapa pohon kurma
miliknya kepada sepupunya yang ada di Madinah untuk menebus
bagiannya kepada Barrah. Namun, Barrah menghendaki untuk
merdeka dan melakukan akad mukatabah (perjanjian untuk
memerdekakan budak dengan syarat yang disepakati dengan Tsabit,
yakni dengan membayar sebanyak sembilan keping emas.
Namun, Barrah sadar bahwa dirinya tidak mampu membayar tuntutan
tersebut. Karena itu, ia menghadap Rasulullah untuk melaporkan
persoalan yang ia alami itu. Saat itu Nabi SAW sedang berada di
rumah Aisyah. Juwairiyah datang dan meminta izin untuk bertemu
dengan Rasulullah. Begitu melihat Juwairiva di depan pintu , Aisyah
merasa tidak senang jika wanita ini menemui Rasulullah. la sadar
bahwa Rasulullah akan melihat seperti apa yang ia lihat pada
Juwairiyah. Seorang gadis berusia dua puluh tahun, cantik, memiliki
kepribadian yang memesona, dan menarik hati. Siapa pun yang
melihatnva pastilah jatuh hati kepadanya.

Barrah menemui Rasulullah SAW kemudian berkata, "Wahai


Rasulullah sesungguhnya aku adalah wanita muslimah karena telah
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan engkau adalah
utusan Allah. Aku adalah Barrah ibn Härits, pemimpin kaumku. Kini
kami mengalami sebagaimana yang telah engkau tahu. Aku jatuh
menjadi bagian Tsabit ibn Qais dan saudara sepupunya. Selanjutnya,
Tsabit menebusku dari saudaranya itu dengan beberapa pohon
kurma di Madinah. la menjanjikan untuk memerdekakanku dengan
syarat yang tidak bisa kupenuhi. Karena itu, aku mohon pertolongan
kepadamu untuk membayar akad mukatabah ini".

Hati Rasulullah SAW tersentuh mendengar apa yang dikatakan oleh


Barrah. Karena itu, beliau bertanya, "Apakah engkau mau yang lebih
baik dari pada itu?

Barrah bertanya dengan penasaran, "Apakah itu wahai Rasulullah?"

Rasulullah menjawab, "Aku akan membayar mukatabah-mu dan


menikahimu."

Wajah Barrah yang jelita itu berbinar bahagia, tetapi ia masih belum
percaya bahwa dirinya akan lepas dari tawanan. Ia pun segera
menjawab "Mau wahai Rasulullah."

Rasulullah bersabda, "Aku akan melakukannya."

Rasulullah melunasi perjanjian mukatabah yang disyaratkan oleh


Tsabit. Beliau merdekakan Barrah lalu menikahinya dan memberinya
nama Juwairiyah. Dan Dengan menikahi Barrah, Rasulullah
menghendaki agar Bani Khuza'ah menjadi besan beliau dengan
harapan bahwa hal itu akan membuat mereka bisa menerima Islam.
Ketika kaum Muslimin mengetahui bahwa Nabi Muhmmad telah
menikahi Juwairiyah, mereka akan berkata tentang Bani Mushtaliq
yang semulanya memusuhi islam, "Mereka adalah besan Rasulullah
SAW."

Selanjutnya, Kaum Muslimin melepaskan para tawanan yang mereka


kuasai.
Atas pernikahan Rasulullah dengan Barrah tersebut, ada seratus
tawanan Bani Mushtaliq akhirnya dibebaskan.

Nah berbicara tentang kecntikan juwairiyah…


,Sayyidah Aisyah mengatakan, "Juwairiyah adalah wanita yang cantik
dan manis. Setiap orang yang melihatnya pasti jatuh hati kepadanya.
Suatu kali ia mendatangi Rasulullah untuk meminta bantuan dalam
urusan mukatabah bagi dirinya. Demi Allah, begitu melihatnya di
depan pintu kamar, aku merasa tidak senang melihatnya. Karena aku
tahu bahwa Rasulullah SAW akan melihat seperti yang aku lihat.”

Demikianlah, tawanan yang cantik dan seorang putri dari junjungan


Bani Mushtaliq, Juwairiyah binti Harits, akhirnya menjadi madu bagi
Aisyah r.a. juga para Ummahatul Mukminin lainnya yang menjadi istri
Rasulullah.

Dalam Al-Ishábah, Ibnu Hajar menggambarkan bagaimana kekuatan


iman Juwairiyah dan sejauh mana cintanya kepada Rasulullah. Ia
mengisahkan, "suatu Ketika Ayah Juwairiyah, al-Harits, mendatangi
Rasulullah SAW kemudian berkata “Sesungguhnya putriku adalah
tawanan yang tiada duanya. Namun, aku terlalu terhormat untuk itu.
dia akan ku ambil Kembali.

”Rasulullah SAW pun bersabda: “Bagaimana jika kita tanyakan


langsung pada juwairiyah? Tapakah engkau mau?" Al-Härits
menyahut: "Baiklah.
" al harits pun menghampiri Juwairiyah dan memberikan pilihan
kepada juwairiyah…
Ikut pulang Bersama ayah atau rosul.
. Juwairiyah menjawab: 'Aku memilih Allah dan Rasul-Nya.

Dalam kitab Sirah, Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa al-Härits (ayah


juwairiyah) kemudian masuk Islam diikuti oleh dua putranya serta
sejumlah orang dari kaumnya. Demikianlah, Sayyidah Juwairiyah
Ummul Mukminin hidup dalam rumah tangga Nabi SAW.bersama
para istri Nabi Muhammad lainnya. Ia mendapat limpahan cahaya
kenabian, ilmu, iman, dan hadis-hadis Rasulullah SAW hingga
menjadi salah satu periwayat hadis.

Dari Juwairiyah, diriwayatkan tiga hadis dalam Shaih Bukhari dan dua
hadis dalam Shahih Muslim. Beberapa perawi yang meriwayatkan
darinya adalah Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa i, Ibnu Majah, dan masih
banyak lagi.

Juwairiyah hidup hingga masa kekhalifahan Mu'awiyah dan wafat


pada tahun 56 H. Jenazahnya disalatkan oleh Marwân ibn Hakam,
Wali (setingkat gubernur) Madinah al-Munawwarah saat itu.
Juwairiyah wafat pada usia 70 tahun. Sumber lain menyebutkan
bahwa Juwairiyah wafat pada tahun 50 H dalam usia 65 tahun.

Semoga Allah merahmati Ummul Mukminin Juwairiyah binti al-Hârits


karena pernikahannya dengan Rasulullah SAW telah membawa
berkah dan kebaikan yang langsung dirasakan oleh kaum,
keluarganya. Karena Juwairiyah-lah dan atas kekuasaan Allah,
mereka para kerabat juwairiyah berpaling dari kehambaan dan
kemusyrikan.

Demikian Dikutip dari buku, 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam,


Halaman 86-90. Penulis : Dr. Bassam Muhammad Hamami.

Anda mungkin juga menyukai