Anda di halaman 1dari 17

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Status Pekerjaan Ibu

a. Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Status adalah keadaan

atau kedudukan (orang, badan, dan sebagainya) di hubungan dengan

masyarakat di sekelilingnya. Pekerjaan adalah seluruh aktivitas yang

dilakukan sehari-hari, di mana semua bidang pekerjaan umumnya

diperlukan adanya hubungan sosial dengan orang lain.

Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang

dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan

atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu

yang lalu. Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam

melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan (Disnakertrans RI,

2014). Dalam penelitian ini status pekerjaan ibu berarti kedudukan atau

keadaan ibu dalam melakukan pekerjaan dengan meninggalkan rumah

atau tidak.

b. Klasifikasi

Menurut Rebecca (2015) dalam Encyclopedia of Children’s Health,

Secara umum status pekerjaan ibu dibagi menjadi:

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

1) Ibu Bekerja

Ibu bekerja adalah seorang ibu yang bekerja di luar rumah untuk

mendapatkan penghasilan di samping membesarkan dan mengurus

anak di rumah.

2) Ibu Tidak Bekerja

Ibu yang tidak bekerja adalah ibu tidak meninggalkan rumah untuk

memperoleh penghasilan. Meliputi ibu rumah tangga dan ibu yang

mencari penghasilan di rumah tanpa meninggalkan anak.

Salah satu faktor yang mempengaruhi status pekerjaan adalah

tingkat pendidikan. Bappenas menyebutkan, 50% tingkat

pengangguran terbuka berasal dari lulusan SD dan SMP, 30% lulusan

SMA/SMK, dan sisanya adalah lulusan perguruan tinggi.

c. Pemberian ASI pada Ibu Bekerja

Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara

eksklusif sampai usia 6 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang

menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja,

seorang ibu yang bekerja tetap dapat memberikan ASI secara eksklusif

(Roesli, 2010). Menurut IDAI (2013) beberapa hal yang perlu

diperhatikan untuk ibu yang bekerja, sebagai berikut antara lain:

1) Sebelum berangkat bekerja, susuilah bayi.

2) ASI yang berlebihan dapat diperah atau dipompa, kemudian disimpan

di lemari pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja.

3) Selama ibu bekerja, ASI dapat diperah atau dipompa dan disimpan di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

lemari pendingin yang ada di tempat kerja, atau diantar pulang.

4) Beberapa kantor atau instansi ada yang menyediakan tempat penitipan

bayi dan anak. Ibu dapat memanfaatkannya agar tetap menyusui.

5) Setelah ibu di rumah, perbanyak menyusui, termasuk pada malam

hari.

6) Perawat bayi dapat membawa bayi ke tempat ibu bekerja bila

memungkinkan.

7) Hendaknya ibu banyak beristirahat, minum cukup, makan gizi cukup,

untuk menambah produksi ASI.

d. Kebijakan Pemerintah terkait Pemberian ASI pada ibu bekerja

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2013 salah satu

permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif adalah masih

banyaknya perusahaan yang mempekerjakan perempuan tidak

memberi kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk

melaksanakan pemberian ASI secara eksklusif. Upaya yang dilakukan

dalam memecahkan masalah tersebut yaitu

1) Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012

tentang Pemberian ASI Eksklusif.

2) Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap perilaku

menyusui melalui peraturan perundang-undangan dan kebijakan atau

PP.

3) Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam

meningkatan, melindungi, dan mendukung pemberian ASI


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

4) Perlindungan pekerja perempuan.

5) Advokasi dan promosi peningkatan pemberian

6) Pengembangan peraturan perundangan-undangan dan kebijakan atau

PP melalui Permenkes No.15 Tahun 2013 tata cara penyediaan

fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah asi, diantaranya pada

pasal 6 ayat 1 dan 2 yaitu :

a) Setiap Pengurus Tempat Kerja dan Penyelenggara Tempat Sarana

Umum harus memberikan kesempatan bagi ibu yang bekerja di

dalam ruangan dan/atau di luar ruangan untuk menyusui dan/atau

memerah ASI pada waktu kerja di tempat kerja.

b) Pemberian kesempatan bagi ibu yang bekerja di dalam dan di luar

ruangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

penyediaan ruang laktasi sesuai standar.

e. Persoalan pada ibu yang bekerja

Banyak persoalan yang dialami oleh para wanita - ibu rumah tangga yang

bekerja di luar rumah, seperti bagaimana mengatur waktu dengan suami

dan anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga dengan baik.

Faktor-faktor yang menjadi sumber persoalan bagi para ibu yang bekerja

menurut Jacinta (2009) dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Yang dimaksud dengan faktor internal adalah persoalan yang timbul

dalam diri pribadi sang ibu tersebut. Ada di antara para ibu yang

lebih senang jika dirinya benar-benar hanya menjadi ibu rumah


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

tangga, yang sehari-hari berkutat di rumah dan mengatur rumah

tangga. Namun, keadaan menuntutnya untuk bekerja, untuk

menyokong keuangan keluarga.Biasanya, para ibu yang mengalami

masalah demikian, cenderung merasa sangat lelah (terutama secara

psikis), karena seharian memaksakan diri untuk bertahan di tempat

kerja.

2) Faktor Eksternal

a) Dukungan suami

Dukungan suami dapat diterjemahkan sebagai sikap-sikap penuh

pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang

positif, ikut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga,

membantu mengurus anak-anak serta memberikan dukungan

moral dan emosional terhadap karir atau pekerjaan istrinya.

b) Kehadiran anak

Masalah pengasuhan terhadap anak, biasanya dialami oleh para

ibu bekerja yang mempunyai anak kecil. Semakin kecil usia anak,

maka semakin besar tingkat stress yang dirasakan. Rasa bersalah

karena meninggalkan anak untuk seharian bekerja, merupakan

persoalan yang sering dipendam oleh para ibu yang bekerja.

Apalagi jika pengasuh yang ada tidak dapat diandalkan/dipercaya,

sementara tidak ada famili lain yang dapat membantu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

c) Masalah pekerjaan

Pekerjaan, bisa menjadi sumber ketegangan dan stress yang besar

bagi para ibu bekerja. Hal demikian akan membuat ibu menjadi

amat lelah, sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh

keluarga di rumah. Kelelahan psikis dan fisik itu yang sering

membuat mereka sensitif dan emosional, baik terhadap anak-anak

maupun terhadap suami. Keadaan ini biasanya makin intens, kala

situasi di rumah tidak mendukung dalam arti, suami (terutama)

dan anak-anak (yang sudah besar) kurang bisa bekerja sama untuk

mau bergantian melayani dan membantu sang ibu, atau sekedar

meringankan pekerjaan rumah tangga.

2. ASI Eksklusif

a. Pengertian

Air Susu Ibu (ASI) adalah satu – satunya makanan dan minuman

terbaik untuk bayi dalam masa enam bulan pertama kehidupan. ASI

memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan susu formula. ASI

murah, sehat dan mudah diberikan. ASI mengandung zat imun yang

dapat meningkatkan daya tahan anak terhadap penyakit dan sesuai

dengan absorbi usus. ASI juga mengandung banyak komponen yang

diperlukan oleh bayi (Proverawati, 2010)

Pemberian ASI Eksklusif adalah Pemberian Air Susu Ibu saja tanpa

tambahan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai

usia 6 bulan (Kemenkes, 2014). ASI Eksklusif adalah ASI yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa

menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain

(PP no.33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif, pasal 1 ayat 2)

b. Klasifikasi

1) ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan

kepada bayi tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, sari

buah, madu, air teh, air putih, dan lain-lain serta tanpa tambahan

makanan padat seperti buah-buahan, bubur susu, biskuit, bubur

nasi, tim, dan lain-lain, kecuali obat dan vitamin atas rekomendasi

tenaga kesehatan (Dinkes Klaten, 2008)

2) Tidak ASI Eksklusif

Tidak ASI Eksklusif artinya bayi telah diberikan makanan atau

minuman tambahan selain ASI sebelum berusia 6 bulan. Baik yang

berbasis cairan lain seperti susu formula, sari buah, madu, air teh,

air putih, dan lain-lain ataupun makanan padat seperti buah-buahan,

bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan lain-lain.

c. Produksi ASI

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi

pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi. Menurut

Proverawati (2010) produksi ASI dipengaruhi beberapa faktor

diantaranya adalah sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

1) Frekuensi Penyusuan

Frekuensi penyusunan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi

hormon dalam kelenjar payudara.

2) Berat Lahir

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap

rendah dibandingkan dengan bayi berat lahir normal. Kemampuan

menghisap ASI yang rendah ini termasuk didalamnya frekuensi dan

lama penyusuan yang lebih rendah yang akan mempengaruhi stimulasi

hormon prolaktik dan oksitosin dalam memproduksi ASI.

3) Umur Kehamilan saat Melahirkan

Bila bayi lahir prematur maka bayi dalam kondisi lemah dan tidak

mampu menghisap secara efektif, sehingga produksi ASI lebih rendah

dari pada bayi lahir normal. Lemahnya kemampuan menghisap bayi

prematur disebabkan oleh berat badannya yang rendah dan belum

sempurnanya fungsi organ tubuh bayi tersebut.

4) Stress dan Penyakit Akut

Adanya stress dan kecemasan pada ibu menyusui dapat menganggu

proses laktasi, oleh karena pengeluaran ASI terhambat, sehingga akan

mempengaruhi produksi ASI. Penyakit infeksi kronis maupun akut

juga dapat menganggu proses laktasi dan mempengaruhi produksi

ASI. ASI akan keluar dengan baik apabila ibu dalam kondisi rileks

dan nyaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

5) Konsumsi Rokok dan Alkohol

Rokok dapat menstimulasi pelepasan adrenalin, dan adrenalin akan

menghambat pelepasan oksitosin, sehingga volume asi yang

dihasilkan akan berkurang.

d. Cara Penyimpanan ASI

1) Udara terbuka, ASI bertahan 6 - 8 jam.

2) Lemari es (400C), ASI bertahan sampai 24 jam.

3) Dalam freezer, ASI bertahan sampai 3 bulan.

ASI yang telah didinginkan bila akan dipakai tidak boleh direbus,

karena kualitasnya akan menurun yaitu unsur kekebalannya. ASI tersebut

cukup didiamkan beberapa saat di dalam suhu kamar agar tidak terlalu

dingin atau dapat pula direndam di dalam wadah yang berisi air panas

(Prasetyono, 2009).

e. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif.

1) Pendidikan dan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI

Menurut Notoatmodjo (2010), tingkat pendidikan membantu

seseorang dalam menangkap dan memahami suatu informasi,

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula

menjadi tahu dan ini juga didukung oleh umur dan pengalaman yang

didapat Jika pendidikan ibu rendah memungkinkan ia lambat dalam

mengadopsi pengetahuan baru khususnya hal- hal yang berhubungan

dengan ASI eksklusif (Haryani,2014).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Ibu membutuhkan bantuan dan informasi yang mendukung

sehingga menambah keyakinan bahwa mereka akan dapat menyusui

bayinya dengan sukses (Soetjiningsih, 2004). Bila ibu mempunyai

pengetahuan yang memadai, maka ibu akan lebih tentang cara

menyusui bayi yang tepat, manfaat ASI, berbagai dampak yang akan

ditemui bila ibu tidak menyusui bayinya, dan lain sebagainya

(Prasetyono, 2009).

2) Usia Ibu

Ibu dengan usia produktif yaitu 20-35 tahun lebih banyak

memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu – ibu yang lebih tua

karena proses degenerasi payudara mengenai ukuran dan kelenjar

alveoli mengalami regresi pada usia 30 tahun, sehingga pada usia

tersebut payudara cenderung kurang menghasilkan susu. Usia juga

berkaitan dengan perkembangan mental dimana semakin tua usia

seseorang maka proses perkembangan mentalnya semakin baik

(Haryani, 2014).

3) Perubahan Sosial Budaya

a) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.

b) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan

susu botol.

c) Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.

4) Faktor Psikologis

a) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

b) Tekanan batin.

5) Faktor Fisik Ibu dan Bayi

a) Kondisi Fisik Ibu

(1) Ibu mengalami penyakit infeksi kronis maupun akut juga

dapat menganggu proses laktasi dan mempengaruhi

produksi ASI. ASI akan keluar dengan baik apabila ibu

dalam kondisi rileks dan nyaman (Proverawati, 2010)

(2) Ibu memiliki penyakit yang tidak disarankan menyusui

seperti TBC akut, herpes pada payudara, dan penyakit

jantung.

(3) Ibu memiliki kondisi yang mengganggu proses menyusui

seperti abses payudara dan kanker payudara (Proverawati,

2010). Masalah payudara yang dapat menganggu proses

menyusui karena benjolan payudara menyebabkan enggan

menyusui ibu dan bayi mungkin saja rewel ketika

menyusu di payudara tersebut karena aliran ASI akan lebih

lambat dari biasanya. Hal ini mungkin disebabkan karena

adanya tekanan dari benjolan yang menekan saluran lain.

b) Kondisi Bayi

Bayi memiliki penyakit yang menyebabkan kesulitan menyusu,

seperti penyakit konginetal, masalah pencernaan, BBLR dan

prematur. Bayi dengan berat badan lahir (BBLR) dan prematur

biasanya mempunyai masalah dalam menyusi karena refleks


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

menghisap bayi masih relatif lemah (Proverawati, 2010). Bayi

dengan cacat bawaan seperti bibir sumbing memerlukan

kesabaran dan ketelatenan tersendiri dalam memberikan ASI,

Sebagian bayi yang mengalami cacat bawaan tidak bisa

menyusu langsung dari payudara, sehingga ibu mengalami

kesulitan dalam pemberian ASI.

6) Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang

mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian

ASI.

7) Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI

3. Hubungan antara status Pekerjaan Ibu dengan ASI Eksklusif

Pembangunan yang telah terlaksana selama ini membawa fenomena baru,

yaitu semakin besarnya jumlah wanita yang bekerja. Kebanyakan ibu

kurang menyadari pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi. Mereka

hanya mengetahui bahwa ASI adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa

memperhatikan aspek lainnya. Kegiatan atau pekerjaan ibu sering kali

dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif (Prasetyono, 2009).

Ibu yang bekerja akan menghadapi beberapa kendala dalam memberikan

ASI eksklusif kepada bayinya, antara lain: cuti yang pendek, tempat kerja

yang tidak mendukung pemberian ASI, kelelahan fisik psikis, dan alokasi

waktu.

Di tempat bekerja, banyak kantor atau institusi kerja tidak mendukung

program pemberian ASI. Meskipun telah ada kebijakan pemerintah terkait


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah asi melalui

Permenkes No.15 Tahun 2013 pasal 6 ayat 1 dan 2, namun masih banyak

kantor atau institusi kerja tidak mendukung program pemberian ASI. Hal

ini terbukti dengan masih banyak tempat kerja yang belum menyediakan

ruang laktasi dan perangkat pendukungnya (Kemenkes, 2014). Menurut

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 82 Pekerja/ buruh

perempuan hanya memperoleh cuti melahirkan selama 3 bulan, yaitu selama

1,5 (satu setengah) bulan sebelum melahirkan anak dan 1,5 (satu

setengah) bulan sesudah melahirkan. Ibu harus kembali bekerja setelah cuti

bersalin ketika bayi baru berumur kurang dari 2 bulan, hal ini dapat

menyebabkan penggunaan susu formula secara dini, untuk menggantikan

kedudukan ASI ketika ibu bekerja.

Pekerjaan, bisa menjadi sumber ketegangan dan stress yang besar bagi

para ibu bekerja. Hal demikian akan membuat ibu menjadi amat lelah,

sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga di rumah.

Kelelahan psikis dan fisik itu yang sering membuat mereka sensitif dan

emosional, baik terhadap anak-anak maupun terhadap suami Jacinta (2009).

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, misalnya

kegelisahan, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk

ketegangan emosional. Pada dasarnya keberhasilan menyusui bayi

ditentukan oleh dua hal, yakni refleks prolaktin dan let down reflek. Reflek

prolaktin didasarkan pada kondisi kejiwaan ibu yang mempengaruhi

rangsangan hormonal untuk memproduksi ASI. Semakin tinggi tingkat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

ganggguan emosional, semakin sedikit rangsangan hormon prolaktin yang

diberikan untuk memproduksi ASI. Untuk menghasilkan air susu yang

banyak, seorang ibu membutuhkan ketenangan. Perasaan tenang dapat

membuat ibu lebih rileks dalam menyusui bayi (Proverawati, 2010)

Wanita karier atau pekerja seringkali tidak dapat memberikan ASI

eksklusif dengan alasan pekerjaan. Keikutsertaan dalam kegiatan komersial

dan sosial yang menyita banyak waktu di luar rumah, Faktor ini juga

dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu, tetapi tidak sedikit pula ibu

yang bekerja tetap memberikan ASI. Cara lain untuk tetap dapat

memberikan ASI pada bayinya adalah dengan memberikan ASI perah pada

bayi selama ibu bekerja namun terkadang ibu tidak mau direpotkan dengan

kegiatan dalam memompa ASI di tempat bekerja. Bahkan sebagian ibu lebih

mementingkan diri sendiri, dengan alasan mengganggu keindahan tubuh

akhirnya ASI tidak diberikan sehingga menyebabkan mereka memilih untuk

menggunakan susu formula yang dianggap lebih menguntungkan dan

membantu mereka. (Prasetyono, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Dahlan (2013). Ibu yang memiliki status

pekerjaan bekerja hanya 16,7% ibu yang memberikan ASI eksklusif. Pada

ibu yang memiliki status pekerjaan tidak bekerja, sebagian besar yaitu

73,9% ibu memberikan ASI eksklusif. Ada hubungan antara status

pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil tersebut

menunjukan bahwa apabila status pekerjaan ibu bekerja maka besar

kemungkinan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

apabila status pekerjaan ibu tidak bekerja maka besar kemungkinan ibu

dapat memberikan ASI eksklusif. Sebagian besar ibu bekerja, memiliki

waktu yang lebih sedikit untuk merawat bayi, sehingga memungkinkan ibu

tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Dahlan, 2013).

Berdasarkan penelitian Ryan (2006) yang berjudul “The Effect of

Employment Status on Breastfeeding in the United States” menyebutkan

bahwa ibu yang bekerja paruh waktu memiliki tingkat signifikan (p <0,05)

lebih tinggi (68,8%) dibandingkan mereka yang bekerja penuh waktu

(65,5%), maupun dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (64,8%).

Status pekerjaan juga berdampak negatif pada durasi menyusui pada 6

bulan setelah melahirkan. Selain itu, ibu yang tidak bekerja dua kali lebih

mungkin untuk menyusui pada 6 bulan setelah melahirkan dibandingkan ibu

yang bekerja penuh waktu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Konsep

Status pekerjaan ibu Ibu bekerja

Tidak tersedianya Kesibukan dan Cuti yang Waktu banyak


ruang laktasi di tuntutan kerja pendek tersita diluar
tempat kerja rumah

Tidak bisa memerah Kelelahan fisik Kontak ibu dan


ASI secara rutin di dan psikis bayi berkurang
tempat kerja

Produksi ASI Waktu menyusui


berkurang bayi terbatas

Faktor yang
mempengaruhi pemberian
ASI Eksklusif: Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif
dan pendidikan, kondisi
ibu dan bayi, psikologis
ibu, sosial budaya,
tenaga kesehatan dan
promosi susu formula

Bagan 2.1. Kerangka Konsep

= Variabel independen

= Variabel dependen

= Variabel antara

= Variabel perancu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

C. Hipotesis

Ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan ASI Eksklusif di Desa

Bulurejo, Gondangrejo, Karanganyar.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai