Laporan Kasus Dead Conceptus Abdel 2019 Autosaved
Laporan Kasus Dead Conceptus Abdel 2019 Autosaved
DEAD CONCEPTION
Oleh
dr. Abdel Halim Adnan
Pembimbing
dr. Winda Nurhamda
DPJP
dr. Intan Wahyu, Sp.OG
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat waktu.
Laporan kasus berjudul “Dead Conception” ini disusun dalam rangka
mengikuti Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) angkatan III periode Agustus
2018.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:
1. dr. Intan Wahyu, Sp.OG selaku DPJP pasien
2. dr. Winda Nurhamda selaku pembimbing PIDI
3. dr. Baiq Yuliana A.P. selaku Direktur RSI Siti Hajar Mataram
4. Rekan-rekan dokter Internsip
5. Pihak-pihak lain yang telah banyak membantu
Penulis
PORTOFOLIO
1. Subjektif
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis kepada pasien pada tanggal 30 April
2019 pada pukul 06.00 di UGD RSI Siti Hajar Mataram.
Alloanamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang wanita 27 tahun dengan G2P0A1 Uk 8-9 minggu datang ke
poli kebidanan dr. Intan, Sp.OG dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir
kurang lebih 2 hari yang lalu. Perdarahan disertai mules-mules dan nyeri
pinggang. Darah yang keluar berwarna merah kehitaman tidak disertai
gumpalan-gumpalan darah, frekuensi ganti pembalut 2-3 kali sehari. pasien
mengaku sedang hamil tetapi tanda-tanda kehamilan yang sebelumnya ada
tiba-tiba menghilang, didapatkan HPHT 19 Ferbuari 2019. Ketika di USG oleh
dokter kandungan pada tanggal 29 April 2019 dinyatakan bahwa, terdapat 1
janin, DJJ janin sudah negatif, dengan usia gestasi 8-9 minggu. Pusing (+),
demam (-), mual (-), muntah (-).
b. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
Riwayat penyakit asma, darah tinggi, kencing manis, dan penyakit jantung
disangkal
Riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama disangkal
c. Lifestyle
Pasien makan 3 kali sehari. Aktivitas bekerja sebagai wiraswasta sehari-hari
dirasakan tidak terlalu berat. Jarang berolahraga. Kondisi ekonomi cukup.
Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol.
d. Lain-lain
Haid : Pasien menarche pada usia 14 tahun, pola haid teratur dengan
siklus 28 hari, jumlah normal dengan lama haid 3-4 hari.
Perkawinan : pasien menikah selama 1 tahun
HPHT : 19 April 2019
ANC : pasien belum melakukan ANC
Persalinan : riwayat abortus incomplete pada anak pertama usia
kehamilan 6 minggu
KB : tidak pernah
Operasi : riwayat curettage tahun 2018
2. Objektif
Pada survei primer, didapatkan
o Airway : Tidak ditemukan hambatan jalan nafas
o Breathing : Laju pernafasan 22x/menit, nafas regular, nafas cuping hidung
(-)
o Circulation : Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 100 x/menit
o Disability : GCS E4M6V5 = 15, Compos mentis
o Exposure / Environment : tidak ada keluhan, T= 36,8°C
Pada survei sekunder, didapatkan
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Deviasi septum (-), simetris, sekret (-)
Telinga : Normotia, sekret (-)
Mulut : Oral hygine baik, tidak ada kelainan
Tenggorok: Dinding faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Leher : Limfonodi tidak teraba, JVP 5 2 cmH2O
Thorax
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat, simetris (+/+)
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra,
vocal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-) murmur (-), SNV, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen
Inspeksi : gravidarum (+), bekas luka operasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal,
Perkusi : pekak pada seluruh lapang abdomen
Palpasi : terdapat janin (+), nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT <2 detik
Status Obstetri
1. Inspeksi : Tampak keluar darah dari vagina, Striae gravidarum (+)
2. Palpasi :
Leopold I : TFU 1 jari diatas symphisis pubis
Leopold II : tidak dapat dinilai
Leopold III : tidak dapat dinilai
Leopold IV : tidak dapat dinilai
3. Auskultasi : DJJ (-)
4. Pemeriksaan Inspekulo : tampak keluar darah dari ostium uteri
eksterna
5. Pemeriksaan dalam :
korpus uteri antefleksi, besar biasa, tanda hegar (+), tanda piskacek
(+), Adneksa kanan-kiri tidak dijumpai kelainan, Parametrium lemas,
Cavum douglas tidak menonjol, nyeri (-)
3. Pemeriksaan Penunjang:
a. Darah Lengkap (29 April 2019 pk 13:58)
Hematologi
Hb = 13,4 (dbn)
HCT = 39,2 (dbn)
AE = 4,62 (dbn)
AT = 293 (dbn)
AL = 8,10 (dbn)
Lainnya dalam batas normal
Faal Hemostasis
Masa perdarahan = 2’30’’ (dbn)
Masa pembekuan = 6’00’’ (dbn)
Lainnya tidak diperiksa
Kimia klinik
GDS = 123 (dbn)
Lainnya tidak diperiksa
Pasien seorang wanita 27 tahun dengan G2P0A1 Uk 8-9 minggu datang ke poli
kebidanan dr. Intan, Sp.OG dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir kurang
lebih 2 hari yang lalu. Perdarahan disertai mules-mules dan nyeri pinggang.
Darah yang keluar berwarna merah kehitaman tidak disertai gumpalan-gumpalan
darah, frekuensi ganti pembalut 2-3 kali sehari. pasien mengaku sedang hamil
tetapi tanda-tanda kehamilan yang sebelumnya ada tiba-tiba menghilang,
didapatkan HPHT 19 Ferbuari 2019. Ketika di USG oleh dokter kandungan pada
tanggal 29 April 2019 dinyatakan bahwa, terdapat 1 janin, DJJ janin sudah
negatif, dengan usia gestasi 8-9 minggu. Pusing (+), demam (-), mual (-), muntah
(-). Riwayat penyakit asma, darah tinggi, kencing manis, dan penyakit jantung
disangkal. Riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama disangkal.
Pasien makan 3 kali sehari. Aktivitas bekerja sebagai wiraswasta sehari-hari
dirasakan tidak terlalu berat. Jarang berolahraga. Kondisi ekonomi cukup. Pasien
tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol.
5. Assesment
7. Prognosis
2.3 Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang wanita 27 tahun dengan G2P0A1 Uk 8-9 minggu datang ke
poli kebidanan dr. Intan, Sp.OG dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir
kurang lebih 2 hari yang lalu. Perdarahan disertai mules-mules dan nyeri
pinggang. Darah yang keluar berwarna merah kehitaman tidak disertai
gumpalan-gumpalan darah, frekuensi ganti pembalut 2-3 kali sehari. pasien
mengaku sedang hamil tetapi tanda-tanda kehamilan yang sebelumnya ada
tiba-tiba menghilang, didapatkan HPHT 19 Ferbuari 2019. Ketika di USG
oleh dokter kandungan pada tanggal 29 April 2019 dinyatakan bahwa,
terdapat 1 janin, DJJ janin sudah negatif, dengan usia gestasi 8-9 minggu.
Pusing (+), demam (-), mual (-), muntah (-).
b. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
Riwayat penyakit asma, darah tinggi, kencing manis, dan penyakit
jantung disangkal
Riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama disangkal
c. Lifestyle
Pasien makan 3 kali sehari. Aktivitas bekerja sebagai wiraswasta sehari-hari
dirasakan tidak terlalu berat. Jarang berolahraga. Kondisi ekonomi cukup.
Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol.
d. Lain-lain
Haid : Pasien menarche pada usia 14 tahun, pola haid teratur dengan
siklus 28 hari, jumlah normal dengan lama haid 3-4 hari.
Perkawinan : pasien menikah selama 1 tahun
HPHT : 19 April 2019
ANC : pasien belum melakukan ANC
Persalinan : riwayat abortus incomplete pada anak pertama usia
kehamilan 6 minggu
KB : tidak pernah
Operasi : riwayat curettage tahun 2018
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Deviasi septum (-), simetris, sekret (-)
Telinga : Normotia, sekret (-)
Mulut : Oral hygine baik, tidak ada kelainan
Tenggorok : Dinding faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Leher : Limfonodi tidak teraba, JVP 5 2 cm H2O
Thorax
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat, simetris (+/+)
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula
sinistra, vocal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas jantung dalam batas
normal
Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-) murmur (-), SNV, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen
Inspeksi : Gravidarum (+), bekas luka operasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Pekak pada seluruh lapang abdomen
Palpasi : Terdapat janin (+), nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT <2 detik
2.6 Diagnosis
- G2P0A1 Uk 8-9 minggu dengan Dead Conception
2.8 Tatalaksana
Non Medikamentosa
Menjelaskan tentang diagnosis penyakit
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien untuk di lakukan
operasi kuret dan rawat inap
Medikamentosa
IVFD RL 20 tpm
Pasien dikonsulkan ke dr. Intan Wahyu, Sp.OG kemudian di rawat
inap di Ruang Siti Fatimah Marwah kelas I Ruang 3, diberikan IVFD
RL 20 tpm, pro kuret pk 20:30
2.9 Prognosis
Ad Vitam : Dubia Ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia Ad bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad bonam
3.1 Definisi
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi
sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya
kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya
janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan,seperti
denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot. Kematian janin fase awal
diartikan sebagai keluarnya hasil konsepsi pada 16 minggu kehamilan dan
didiagnosis pertama kali pada pemeriksaan USG1,2.
3.2 Epidemiologi
Anomali kromosom janin merupakan penyebab terbanyak terjadinya
kematian mudigah yakni sebesar 30 - 60%. Perkiraan ini didasarkan pada
karyotyping konvensional jaringan janin. Akan tetapi, kemungkinan angka
kejadian yang sebenarnya mungkin lebih tinggi dari kisaran ini. Namun,
prevalensi abnomalimitosis kromosom gross pada embriofase praimplantasi juga
sangat tinggi, yakni sekitar 90% dari semua embrio, bahkan pada wanita subur
muda.
3.3 Etiologi
Kematian mudigah tidak jarang menyebabkan terjadinya abortus pada
kehamilan muda. Sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin
dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Komplikasi yang berbahaya dari
abortus adalah perdarahan, infeksi, perforasi dan syok8. Hal-hal yang
menyebabkan kematian mudigah dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini1,2,3:
1. Kelainan Ovum :
Menurut Hertik dkk, dari 1000 abortus spontan 48,9 % disebabkan oleh
Ovum yang patologis. Ovum yang abnormal 6 % diantaranya terdapat
degenerasi vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh kelainan ovum
berkurang kemungkinannya terjadi abortus kalau kehamilan sudah lebih
dari 1 bulan, artinya makin muda kehamilan saat abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80 %).
2. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi :
Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin atau cacat.
Faktor-faktor yang rnenyebabkan kelainan dalam pertumbuhan hasil
konsepsi adalah :
a. Kelainan Kromosom
Abnormlitas dari kromosom 60% maka terjadi pada trimester
pertama dan kemungkinan hidup lahir hanya 0,6%. Kelainan
kromosom yang sering ditemukan pada abortus spontana dalah
Trisomi, Monosomi, Triploidi, Tetra-ploidi, dan kemungkinan pula
kelainan kromosom sek.
b. Lingkungan Endometrium Kurang Sempurna
Bila lingkungan endometrium di sekitar tempat implamantasi
kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari Luar
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya didalam uterus. Pengaruh
ini dinamakan pengaruh teratogen.
d. Kelainan Genitalia Ibu
- Anomali Kongenital I (Hipoplasia uteri, Uterus bikornis).
- Kelainan letak uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
- Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari
ovum seperti kurangnya progesterone atau estrogen,
eridometritis dan mioma submukosa.
- Servik inkompeten yang disebabkan kelemahan bawaan pada
servik, dilatasi serviks yang berlebihan, konisasi, amputasi atau
robekan servik yang tidak dijahit.
- Gangguan Sirkulasi Plasenta dijumpai pada ibu yang menderita
penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomaly
plasenta dan endateritis yang menyebabkan oksigen isasi
plasenta terganggu sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin.
3. Penyakit Ibu
1) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti
pneumonia, tifoid, pielitis, rubella dan malaria. Kematian fetus
yang di sebabkan karena toksin dan ibu atau invasi kuman atau
virus kepada fetus.
2) Keracunan, Nikotin dan Alkohol.
3) Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit
paru, dan anemia grafis.
4) Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,
kekurangan vitamin A, C, atau E danibu yang menderita
Diabetes Melitus.
5) Anthagonis Rhesus, pada anthagonis rhesus darah ibu yang
melalui plasenta merusak fetus dan berakibat meninggalnya
fetus.
6) Antiphospolipid Syndrome, Ada dua macam antibodi
antifosfolipid yang telah dikenal yaitu : Lupus Anticoagulant
( LA ), dan Anticardiolipin Antibody ( ACA ). Sedangkan
klasifikasi APS terdiri dari APS tanpa penyebab lain disebut
sebagai APS primer, sedangkan APS karena penyakit lain seperti
SLE dinamakan APS sekunder9.
7) Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus misalnya
terkejut, obat uterotonika, ketakutan, lapartatomi, dan dapat juga
trauma langsung terhadap fetus, selaput janin rusak langsung
karena instrumen, benda dan obat-obatan.
4. Penyakit Bapak
Usia lanjut, penyakit kronis, seperti TBC, anemia, dekompensasi kordis,
malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan, sinar rontgen dan avitaminosis.
3.4 Patofisiologi
Sindrom antibody antifosfolipid (APS) adalah salah satu diantara
banyak penyebab kematian hasil konseptus yang ditandai antibodi multiple yang
berbeda yang timbul bersama antibody antifosfolipid dengan thrombosis arteri
dan vena. APS dikenal juga sebagai sindrom Hughes.Trombosis telah diketahui
secara luas sebagai salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas kehamilan.
APS adalah penyebab utama trombosis dalam kehamilan yang bertanggung
jawab atas morbiditas dan mortalitas janin serta ibu seperti preeklampsia,
pertumbuhan janin terhambat, kematian janin dalam rahim, persalinan preterm
dan bahkan gangguan proses implantasi mudigahke dalam endometrium.
Jika terjadi kematian janin maka selanjutnya terjadi perdarahan desidua
basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap benda asing oleh uterus. Kemudian uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan hasil konsepsi tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8
minggu, villi khorialis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.
Pada kehamilan 8-12 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan secara sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada
plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih
hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus5
3.6 Diagnosis
Diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan penunjang :
A. Anamesis
✓ Evaluasi pasien mencakup rincian medis, riwayat bedah, keluarga,
genetik, dan riwayat haid, penggunaan obat-obatan, tembakau,
alkohol, dan kafein, dan riwayat terpapar zat – zat berbahaya. Semua
kehamilan sebelumnya harus diperiksa secara rinci, dengan
memperhatikan usia kehamilan saat terjadinya dead conceptus,
komplikasi, ultrasonografi, laporan patologi, dan analisis kromosom1,2.
B. Pemeriksaan Fisik
✓ Pemeriksaan fisik harus mencakup evaluasi adanya pembesaran tiroid
atau gondok, evaluasi payudara untuk galaktorea, dan pemeriksaan
untuk hirsutisme, yang bisa menunjukkan pasien memiliki disfungsi
tiroid atau hiper prolaktinemia. Pemeriksaan panggul harus mencakup
evaluasi serviks jika pasien telah terkena DES atau pernah menjalani
operasi serviks. Pembesaran ukuran rahim mungkin terkait dengan
fibroid, dan pemesaran ovarium mungkin mengindikasikan penyakit
ovarium polikistik1,2.
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Ultrasonografi
Histero salpingografi, saline ultrasonografi tiga-dimensi,
resonansi magnetik dan pencitraan dapat membantu mendeteksi
kelainan rahim. Histeros kopi dan laparoskopi berguna jika tes lain
telah menunjukkan bahwa kelainan harus dikonfirmasi, seperti septum
rahim. Di masa depan, prosedur ini cenderung diganti dengan
ultrasonografi tiga dimensi atau pencitraan resonansi magnetik.
Ultrasonografi harus dilakukan pada 6 sampai 6-1/2 minggu
dan diulang setiap 10 sampai 14 hari sampai sekitar 12 minggu
kehamilan. Sering ultrasonografi dan awal memiliki beberapa
keuntungan yakni : melihat kelayakan janin dan ini merupakan
indikator yang baik bahwa kehamilan akan berhasil, meningkatkan
kemungkinan bahwa jaringan plasenta dapat diperoleh untuk analisis
kromosom. Malformasi uterus, paling sering didapat adalah arkuata
dan septate uteruses (Gambar 1), terdeteksi dalam 10 sampai 25% dari
wanita dengan keguguran berulang tetapi hanya 5% dari kontrol, dan
evaluasi 20 dari rongga rahim (terutama untuk mencari septum) yang
direkomendasikan oleh organisasi profesipada wanita dengan
keguguran berulang. Vascular insufisiensi diperkirakan mendasari
dead kosneptus dalam kasus septate uterus1,2,3.
2) Laboratorium
Uji laboratorium harus dipilih pada dasar temuan riwayat klinis
masing-masing pasien dan hasil pemeriksaan. Tes darah mungkin
termasuk darah lengkap, jumlah sel darah, antibodi antinuklear,
anticardio lipin antibodi, lupus antikoagulan, kadar prolaktin, dan
kadar thyrotropin.
Kromosom kedua orang tua harus dievaluasi. Evaluasi
meliputi uji trombofilia untuk protein C, protein C teraktivasi, faktor
V Leiden dan mutasi protrombin, protein S, antithrombin, dan kadar
homosistein puasa. Biopsi endometrium dapat membantu
mengkonfirmasi ovulasi atau mengevaluasi fase luteal yang cacat.
Meskipun prosedur ini kontroversial, tetapi ini merupakan tes terbaik
untuk mengevaluasi kelainan endometrium. Pengujian untuk
sitomegalovirus, listeria, dan toksoplasmosis dapat juga dilakukan
mungkin, tetapi umumnya tidak dianjurkan1.
3.7 Tatalaksana
1. Antikoagulan Theraphy
Di antara wanita yang mengalami dead conceptus berulang dan positif
terdapat antibodi antifosfolipid tes, dua uji klinis menunjukkan perbaikan
tingkat kelahiran hidup dengan penggunaan dosis profilaksis unfractionated
heparin (misalnya, 5000 U subkutandua kali sehari) dan aspirin dosis rendah,
dibandingkan dengan aspirin alone. Strategi ini menjadi pengobatan standar
karena sindrom antifosfolipid, namun percobaan yang lebih baru yang
melibatkan beberapa wanita dengan sindrom ini tidak menunjukkan
peningkatan angka kelahiran hidup secara signifikan dengan penggunaan
dosis profilaksis rendah heparin dan aspirin dosis rendah. Dengan demikian,
peran perawatan ini khusus untuk pencegahan keguguran berulang masih
kontroversial1,10.
2. Manajemen Kelainan Genetik
Prognosis bervariasi tergantung pada kelainan. Risiko bayi lahir-hidup
dengan translokasi trisomi adalah rendah, umumnya kurang dari 1%. IVF
dengan diagnosis genetik praimplantasi telah digunakan dalam upaya untuk
mencegah terjadinya hal tersebut. Namun, kemungkinan jumlah keturunan
karyotypically yang normal dalam intervention ini membuat kegunaannya
dipertanyakan1.
3. Intervensi Imunologic
Meskipun allo immunity telah diduga menjadi kemungkinan penyebab
dead conseptus yang berulang, sebuah uji coba secara acak dari leukosit ayah
immuni-lisasi menunjukkan ada perbaikan dalam tingkat kelahiran yang
hidup1.
4. Penanganan Aktif
a. Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat dilakukan dilatasi
atau kuretase.
b. Untuk rahim yang usia lebih dari 12 minggu, dilakukan induksi persalinan
dengan oksitosin. Untuk oksitosin diperlukan pembukaan serviks dengan
pemasangan kateter foley intra uterus selama 24 jam7.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus Teori
keluhan keluar darah dari Perdarahan pada kehamilan muda hal yang mungkin terjadi
vagina sejak 2 hari yang lalu adalah abortus, mola hidatidosa, KET. Namun demikian,
pengakuan pasien bahwa perdarahan disertai mules-mules dan
nyeri pinggang mengarahkan diagnosis kepada abortus.
Perdarahan pada usia terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya
kehamilan 8-9 minggu disebabkan oleh faktor ovofetal. Pemeriksaan USG janin dan
histopatologi menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum yang
telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi
pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar
belakang kejadian abortus adalah kelainan chromosomal. Pada
20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk
melakukan implantasi dengan adekuat.
Dilakukan pemeriksaan USG Hal ini sesuai dengan teori bahwa Menurut mochtar pada
abdominal : Tampak 1 fetal (+), pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil,
Gestasional sac (+), Fetal kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak beraturan
movement (-), Fetal heart disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
movement (-), Terdapat sisa
hasil konsepsi (+)
Dilakukan Pemeriksaan Dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menilai kadar Hb
Laboratorium darah Rutin berhubungan dengan penanganan. Didapat Hb 13,4g/dl yang
artinya masih dalam batas normal karena dikatakan tidak normal
menurut teori adalah ketika HB < 11 g/dl pada trimester pertama.
PP Test/HCG test : positif Pemeriksaan penunjang ini diperlukan dalam keadaan abortus
imminens, abortus habitualis dan missed abortion:
Tes kehamilan : positif jika janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu setelah abortus.
Dilakukan kuretase Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat
dilakukan dilatasi atau kuretase. Untuk rahim yang usia lebih dari
12 minggu, dilakukan induksi persalinan dengan oksitosin. Pada
pasien ini usia kehamilan 8-9 minggu maka dilakukan kuretase.
DAFTAR PUSTAKA
1. Branch Ware, Gibson Mark, Robbert Silver. Reccurent Miscarriage. The New
England Journal Of Medicine 2010;363(18) 1740-7. Available at :
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp1005330
2. Kiwi, Robert. Recurrent pregnancy loss: Evaluation and discussion of the causes and
their management.Cleveland Clinic Journal Of Medicine 2007;73(10) 913-20.
Available at : http://www.ccjm.org/content /73/10/913.full.pdf
3. Silver, Robert M. Fetal Death. Obstetric and Gynecology 2007;109 (1) . Available
at : http://utilis.net/Morning%20Topics/Obstetrics/ Fetal%20Death.pdf
4. Pharoah POD, S.V. Glinianaia, J. Rankin. Congenital anomalies in multiple births
After early loss of a conceptus. Human Reproduction, 2009;24, (3) pp. 726–731.
Available at : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC
2646789/pdf/den436.pdf
5. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ. In: William’s Obstetrics. Ed 23. The Mc
Graw-Hill Companies. New York, 2010
6. Salker, et al. Natural Selection Of Human Embryos: Impaired Decidualization Of
Endometrium Disables Embryo-Maternal Interactions And Causes Recurrent
Pregnancy Loss. Plos One 2010;5 1-7. Available
at :http://www.plosone.org/article/fetchObjectAttachment.action?uri=info%3Adoi
%2F10.1371%2Fjournal.pone.0010287&representation=PDF
7. Manuaba. Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial untuk
profesi bidan. Jakarta : EGC ; 2008
8. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu bedah Kebidanan. Jakarta: Bina PustakA ; 2010
9. Haram Kjell, Eva-Marie Jacobsen and Per Morten Sandset. Antiphospholipid
Syndrome in Pregnancy,Antiphospholipid Syndrome. Intech (Ed);2012. Available
at:http://www.intechopen.com/books/antiphospholipid-yndrome/ antiphospholipid-
syndrome-in-pregnancy
10. Erkan D, Patel S, Nuzzo M, Gerosa M, Meroni PL, Tincani A, et al. Management Of
The Controversial Aspects Of The Antiphospholipid Syndrome Pregnancies: A
Guide For Clinicians And Researchers. Rheumatology (Oxford) 2008 Jun;47 Suppl
3:iii23-iii27.