NIM : 20210520191
Kelas :D
Pembiayaan daerah terdiri dari dua pos yaitu penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan. Pemerintah daerah memiliki kecenderungan untuk menutup defisit daerah dari
Sisa Lebih Penghitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya atau dengan
melakukan pinjaman daerah atau obligasi daerah yang berada di pos penerimaan pembiayaan.
Pos pengeluaran pembiayaan juga memiliki dua komponen utama yang banyak digunakan oleh
pemda yaitu penyertaan modal (investasi daerah) dan pembayaran pokok utang. Berdasarkan
realisasi APBD 2022 pendapatan daerah di DIY menganggarkan 1.135.851,30 M sedangkan
untuk realiasasinya sejumlah 985.576,32 M.
Untuk belanja daerah sendiri terbagi menjadi belanja pegawai, belanja barang dan jasa,
belanja modal dan juga belanja lainnya meliputi bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, tidak
terduga, bagi hasil, dan juga belanja bantuan keuangan. Untuk belanja daerah sendiri mencapai
939.519,45 M, sedangkan pada anggarannya tertulis 1.200.873,86 M dengen ketercapaian
78.24%. Untuk belanja pegawai sendiri pada PP Nomor 12 Tahun 2019 terdapat pada Pasa; 56
ayat 1 “ Yang dimaksud dengan "belanja pegawai" antara lain berupa gaji dan tunjangan,
tambahan penghasilan Pegawai ASN, belanja penerimaan lainnya pimpinan dan anggota
DPRD serta Kepala Daerah/wakil KepalaDaerah, insentif pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah, dan honorarium.”
Penerimaan Pembiayaan Daerah berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun
sebelumnya, pencairan dana cadangan, penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah, penerimaan
pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang tercantum.
Pada apbd 2022 realisasi penerimaan pembiayaan daerah sebesar 74.142,37 M. Namun pada
realisasi penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak ada atau 0,00 M sedangkan untuk
anggaran yang tertulis 162,29 M.