Anda di halaman 1dari 140

060 U

EMBRIOLOGI
Pembagian tabung usus

Sebagai akibat pelipatan mudigah ke sefalokaudal dan lateral, sebagian rongga yolk
sac yang dilapisi endoderm masuk ke mudigah untuk membentuk usus primitif. Dua
bagian rongga yang dilapisi endoderm lainnya, yolk sac dan alantois, tetap berada di
luar mudigah (Gambar 15.1A-D).

Di bagian sefalik dan kaudal mudigah, usus primitif membentuk tabung buntu, usus
depan dan usus belakang. Bagian tengah, usus tengah, tetap terhubung dengan yolk
sac untuk sementara melalui duktus vitellinus, atau yolk stalk (Gambar 15.1D).
Perkembangan usus primitif dan turunannya biasanya dibahas dalam empat bagian: (a)
Usus faring atau faring, berjalan dari membrana orofaringeal ke divertikulum
respiratorium dan merupakan bagian dari usus depan; bagian ini sangat penting untuk
perkembangan kepala dan leher. (b) Sisa usus depan terletak di sebelah caudal tabung
faring dan berjalan ke kaudal sejauh pertumbuhan tunas hati. (c) Usus tengah dimulai
dari sebelah caudal tunas hati dan berjalan ke persimpangan dua pertiga kanan dan
sepertiga kiri kolon transversum pada orang dewasa. (d) Usus belakang berjalan dari
sepertiga kiri kolon transversum ke membrana kloakalis (Gambar 15.1). Endoderm
membentuk lapisan epitel pada saluran cerna dan menghasilkan sel-sel spesifik
(parenkim) kelenjar, seperti hepatosit dan sel-sel eksokrin dan endokrin pankreas.
Stroma (jaringan ikat) untuk kelenjar berasal dari mesoderm viseral. Otot, jaringan ikat,
dan komponen peritoneum pada dinding usus juga berasal dari mesoderm visceral.
060 U
EMBRIOLOGI
Pembagian tabung usus

Sebagai akibat pelipatan mudigah ke sefalokaudal dan lateral, sebagian rongga yolk
sac yang dilapisi endoderm masuk ke mudigah untuk membentuk usus primitif. Dua
bagian rongga yang dilapisi endoderm lainnya, yolk sac dan alantois, tetap berada di
luar mudigah (Gambar 15.1A-D).

Di bagian sefalik dan kaudal mudigah, usus primitif membentuk tabung buntu, usus
depan dan usus belakang. Bagian tengah, usus tengah, tetap terhubung dengan yolk
sac untuk sementara melalui duktus vitellinus, atau yolk stalk (Gambar 15.1D).
Perkembangan usus primitif dan turunannya biasanya dibahas dalam empat bagian: (a)
Usus faring atau faring, berjalan dari membrana orofaringeal ke divertikulum
respiratorium dan merupakan bagian dari usus depan; bagian ini sangat penting untuk
perkembangan kepala dan leher. (b) Sisa usus depan terletak di sebelah caudal tabung
faring dan berjalan ke kaudal sejauh pertumbuhan tunas hati. (c) Usus tengah dimulai
dari sebelah caudal tunas hati dan berjalan ke persimpangan dua pertiga kanan dan
sepertiga kiri kolon transversum pada orang dewasa. (d) Usus belakang berjalan dari
sepertiga kiri kolon transversum ke membrana kloakalis (Gambar 15.1). Endoderm
membentuk lapisan epitel pada saluran cerna dan menghasilkan sel-sel spesifik
(parenkim) kelenjar, seperti hepatosit dan sel-sel eksokrin dan endokrin pankreas.
Stroma (jaringan ikat) untuk kelenjar berasal dari mesoderm viseral. Otot, jaringan ikat,
dan komponen peritoneum pada dinding usus juga berasal dari mesoderm visceral.
REGULASI MOLEKULAR PERKEMBANGAN TABUNG USUS
Spesifikasi regional tabung usus menjadi berbagai komponen terjadi pada saat lipatan
tubuh lateral membawa kedua sisi tabung mendekat (Gambar 15.2 dan 15.3).
Spesifikasi diawali oleh suatu gradien konsentrasi asam retinoat (RA) dari faring, yang
terpajan ke RA dalam konsentrasi rendah atau tidak sama sekali, ke kolon, yang
terpajan dengan RA dalam konsentrasi yang tinggi. Gradien RA ini menyebabkan faktor
transkripsi diekspresikan di berbagai regio tabung usus. Dengan demikian, SOX2
"menspesifikasi" esofagus dan lambung; PDX1, duodenum; CDXC, usus halus; dan
CDXA, usus besar dan rektum (Gambar 15.2A). Pembentukan pola awal ini distabilkan
oleh interaksi timbal balik antara endoderm dan mesoderm viseral yang berdekatan
dengan tabung usus (Gambar 15.2B-D). Interaksi epitel- mesenkim ini diawali oleh
ekspresi sonic hedgehog (SHH) di sepanjang tabung usus. Ekspresi SHH
meningkatkan faktor-faktor di mesoderm yang kemudian menentukan tipe struktur yang
dibentuk dari tabung usus, misalnya lambung, duodenum, usus halus, dsb. Sebagai
contoh, di regio batas kaudal usus tengah dan seluruh usus belakang, ekspresi SHH
menghasilkan ekspresi bertingkat dari gen-gen HOX di mesoderm (Gambar 15.2D).
Sewaktu mesoderm dispesifikasi oleh kode ini, kemudian kode ini menginstruksikan
endoderm untuk membentuk berbagai komponen regio usus tengah dan usus
belakang, termasuk sebagian usus halus, saekum, kolon, dan kloaka (Gambar 15.2).
Mesenterium

Bagian dari tabung usus dan turunannya digantung dari dinding tubuh dorsal dan
ventral oleh mesenterium, yaitu lapisan ganda peritoneum yang menyelubungi organ
dan menghubungkannya dengan dinding tubuh. Organ yang demikian disebut
intraperitoneum, sedangkan organ yang terletak menempel dinding tubuh posterior dan
diselubungi oleh peritoneum hanya di permukaan anteriornya saja (misal, ginjal) disebut
organ retroperitoneum. Ligamentum peritoneale adalah lapisan ganda peritoneum
(mesenterium) yang berjalan dari satu organ ke organ lainnya atau dari satu organ ke
dinding tubuh. Mesenterium dan ligamentum memberikan jalan bagi pembuluh darah,
saraf dan pembuluh limfe yang menuju ke dan berasal dari visera abdomen (Gambar
15.3 dan 15.4).

Pada awalnya usus depan, usus tengah dan usus belakang berkontak secara luas
dengan mesenkim dari dinding abdomen posterior (Gambar 15.3). Namun, pada
minggu kelima, jembatan jaringan-ikat telah menyempit dan bagian kaudal usus depan,
usus tengah, dan sebagian besar usus belakang digantung dari dinding abdomen oleh
mesenterium dorsal (Gambar 15.3C dan 15.4), yang membentang dari ujung bawah
esofagus ke regio kloaka usus belakang. Di regio lambung, mesenterium ini
membentuk mesogastrium dorsal atau omentum majus; di regio duodenum,
mesenterium ini membentuk mesoduodenum dorsal; dan di regio kolon, mesenterium
membentuk mesocolon dorsal. Mesenterium dorsal di lengkung jejunum dan ileum
membentuk mesenterium propria.

Mesenterium ventral, yang hanya terdapat di regio bagian terminal esofagus, lambung
dan bagian atas duodenum (Gambar 15.4), berasal dari septum transversum.
Pertumbuhan hati ke dalam mesenkim septum transversum membagi mesenterium
ventral menjadi (a) omentum minus, yang membentang dari bagian bawah esofagus,
lambung dan bagian atas duodenum ke hati dan (b) ligamentum falsiforme, yang
membentang dari hati ke dinding tubuh ventral (Gambar 15.4; lihat Bab 7).
Usus Depan
ESOFAGUS

Ketika mudigah berusia sekitar 4 minggu, divertikulum respiratorium (tunas paru)


muncul di dinding ventral usus depan di perbatasan dengan usus faring (Gambar 15.5).
Septum trakeoesofa- geale secara bertahap membentuk sekat pemisah di divertikulum
ini dari bagian dorsal usus depan (Gambar 15.6). Dengan cara ini, usus depan terbagi
menjadi bagian ventral, primordium respiratorium (lihat Bab 14), dan bagian dorsal,
esofagus.
Pada mulanya, esofagus berukuran pendek (Gambar 15.5A), tapi dengan turunnya
jantung dan paru, esofagus memanjang secara cepat (Gambar 15.5B). Lapisan otot,
yang dibentuk oleh mesenkim splanknik di sekelilingnya, bersifat lurik di dua pertiga
bagian atas dan disarafi oleh nervus vagus; lapisan otot bersifat polos di sepertiga
bawah dan disarafi oleh pleksus splanknikus.

Lambung
Lambung muncul sebagai pelebaran fusiform usus depan di minggu keempat
perkembangan (Gambar 15.8). Selama minggu-minggu berikutnya, penam- pakan dan
posisinya berubah banyak akibat perbedaan kecepatan pertumbuhan di berbagai regio
dindingnya dan perubahan posisi organ-organ di sekitarnya. Perubahan posisi lambung
paling mudah dijelaskan dengan menganggapnya berputar mengelilingi sumbu
longitudinal dan anteroposterior (Gambar 15.8).
Lambung berputar 90° searah jarum jam menge- lilingi sumbu longitudinalnya, yang
menyebabkan sisi kirinya menghadap ke anterior dan sisi kanan- nya menghadap ke
posterior (Gambar 15.8A-C). Dengan demikian, nervus vagus kiri, yang pada mulanya
menyarafi sisi kiri lambung, kini menyarafi dinding anterior; demikian juga nervus kanan
kini mensarafi dinding posterior. Selama perputaran ini, dinding posterior lambung yang
ash tumbuh lebih cepat daripada bagian anterior, sehingga membentuk kurvatura
mayor dan minor (Gambar 15.8C).

Ujung sefalik dan kaudal lambung aslinya terletak di garis tengah, namun selama
pertumbuhan selanjut nya, lambung berputar mengelilingi sumbu anteroposterior
sedemikian rupa sehingga bagian kaudal atau pilorus bergerak ke kanan dan ke atas,
dan bagian sefalik atau kardia bergerak ke kiri dan agak ke bawah (Gambar 15.8D,E).
Dengan demikian, lambung berada di posisi akhirnya, dengan sumbu yang berjalan dari
kiri atas ke kanan bawah.

Karena lambung melekat ke dinding tubuh dorsal melalui mesogastrium dorsal dan ke
dinding tubuh ventral melalui mesogastrium ventral (Gambar 15.4 dan 15.9A),
perputaran dan pertumbuhannya yang tidak seimbang mengubah posisi mesenterium
ini. Perputaran di sumbu longitudinal menarik mesogastrium dorsal ke kiri, menciptakan
suatu ruang di belakang lambung yang disebut bursa omentalis (kantong peritoneum
minor) (Gambar 15.9 dan 15.10). Perputaran ini juga menarik mesogastrium ventral ke
kanan. Sewaktu proses ini berlanjut di minggu kelima perkembangan, primordium limpa
muncul sebagai proliferasi mesoderm di antara dua lapisan mesogastrium dorsal
(Gambar 15.10 dan 15.11). Dengan berlanjutnya perputaran lambung, mesogastrium
dorsal memanjang dan bagian di antara limpa dan garis tengah dorsal memutar ke kiri
dan menyatu dengan peritoneum dari dinding abdomen posterior (Gambar 15.10 dan
15.11). Lapisan posterior mesogastrium dorsal dan peritoneum di sepanjang garis
penyatuan ini mengalami degenerasi. Limpa, yang tetap berada di intraperitoneum,
kemudian terhubung dengan dinding tubuh di bagian ginjal kiri melalui ligamentum
lienorenale dan ke lambung melalui ligamentum gastrolienale (Gambar 15.10 dan
15.11). Pemanjangan dan penyatuan mesogastrium dorsal ke dinding tubuh posterior
juga menentukan posisi akhir pankreas. Pada awalnya, organ ini tumbuh ke dalam
mesoduodenum dorsal, tapi pada akhirnya, kauda pankreas memanjang ke dalam
mesogastrium dorsal (Gambar 15.10A). Karena bagian bagian mesogastrium dorsal ini
menyatu dengan dinding tubuh dorsal, kauda pankreas menempel pada regio ini
(Gambar 15.11). Sewaktu lapisan posterior mesogastrium dorsal dan peritoneum
dinding tubuh posterior mengalami degenerasi di sepanjang garis penyatuan, kauda
pankreas diselubungi oleh peritoneum hanya di permukaan anteriornya saja sehing- ga
terletak di retroperitoneum. (Organorgan, seperti pankreas, yang awalnya diselubungi
oleh peritoneum, tapi kemudian menyatu dengan dinding tubuh posterior sehingga
terletak retro- peritoneum, dikatakan bersifat retroperitoneal sekunder).

Sebagai akibat dari perputaran lambung di sumbu anteroposteriornya, mesogastrium


dorsal menonjol ke bawah (Gambar 15.12). Mesogastrium ini terus tumbuh ke bawah
dan membentuk suatu kantong berlapis ganda yang meluas ke kolon transversum dan
lengkung usus halus seperti sebuah celemek (Gambar 15.13A). Celemek berlapis
ganda ini adalah omentum majus; kemudian lapisan- lapisannya menyatu membentuk
satu lembaran yang menggantung dari kurvatura mayor lambung (Gambar 15.13B).
Lapisan posterior omentum majus juga menyatu dengan mesenterium kolon
transversum (Gambar 15.13B).

Omentum minus dan ligamentum falciforme terbentuk dari mesogastrium ventral, yang
berasal dari mesoderm septum transversum. Ketika korda hati tumbuh ke dalam
septum, septum menipis untuk membentuk (a) peritoneum hati, (b) ligamentum
falciforme, yang membentang dari hati ke dinding tubuh ventral; dan (c) omentum
minus, yang meluas dari lambung dan bagian atas duodenum ke hati (Gambar 15.14
dan 15.15). Tepi bebas ligamentum falsiforme mengandung vena umbilikalis (Gambar
15.10A), yang mengalami obliterasi sesudah lahir dan memben- tuk ligamentum
rotundum hati (ligamentum teres hepatis). Tepi bebas omentum minus menghubungkan
duodenum dan hati (ligamentum hepatoduodenale) mengandung duktus biliaris, vena
porta, dan arteri hepatika (trias porta). Tepi bebas ini juga membentuk atap foramen
epiploikum Winslow, yang merupakan lubang yang menghubungkan bursa omentalis
(kantong minor) dengan sisa rongga peritoneum (kantong mayor) (Gambar 15.16).
DUODENUM

Bagian akhir usus depan dan bagian sefalik usus tengah membentuk duodenum. Taut
antara kedua bagian ini terletak tepat di distal pangkal tunas hati (Gambar 15.14 dan
15.15). Sewaktu lambung berputar, duodenum membuat bentuk lengkung C dan
berputar ke kanan. Perputaran ini, bersama dengan pertumbuhan kaput pankreas yang
cepat, menggeser duodenum dari posisi yang semula terletak di garis tengah ke sisi
kanan rongga abdomen (Gambar 15.10A dan 15.17). Duodenum dan kaput pankreas
menekan dinding tubuh dorsal, dan permukaan kanan mesoduodenum dorsal menyatu
dengan peritoneum di dekatnya. Kedua lapisan kemudian lenyap, dan duodenum dan
kaput pankreas menjadi terfiksasi dalam posisi retroperitoneum. Dengan demikian,
seluruh pankreas terletak di retroperitoneum. Mesoduodenum dorsal lenyap seluruhnya
kecuali di regio pilorus lambung, tempat sebagian kecil duodenum (duodenal cap)
mempertahankan mesenteriumnya dan tetap terletak intraperitoenum.

Selama bulan kedua, lumen duodenum mengalami obliterasi oleh proliferasi sel-sel di
dindingnya. Namun, lumen ini mengalami rekanalisasi tidak lama kemudian (Gambar
15.18A,B). Karena usus depan disuplai oleh arteri seliaka, dan usus tengah disuplai
oleh arteri mesenterika superior, maka duodenum disuplai oleh cabang-cabang dari
kedua arteri tersebut (Gambar 15.14).

Hati dan Kandung Empedu


Primordium hati muncul di pertengahan minggu ketiga sebagai penonjolan epitel
endodermis di ujung distal usus depan (Gambar 15.14 dan 15.15). Penonjolan ini,
divertikulum hati atau tunas hati, terdiri dari sel-sel yang berproliferasi cepat yang
menembus septum transversum, yaitu, lempeng mesoderm di antara rongga
perikardium dan tangkai yolk sac (Gambar 15.14 dan 15.15). Sementara sel-sel hati
terus menembus septum, hubungan antara divertikulum hati dan usus depan
(duodenum) menyempit, membentuk duktus biliaris. Duktus biliaris ini membentuk
tonjolan kecil di ventral dan tonjolan ini membentuk kandung empedu dan duktus
sistikus (Gambar 15.15). Selama perkembangan selanjutnya, epitel korda hati
bercampur dengan vena vitelina dan vena umbilikalis, yang membentuk sinusoid hati.
Korda hati berdiferensiasi menjadi parenkim (sel-sel hati) dan membentuk lapisan
duktus biliaris. Sel hematopoietik, sel Kupffer, dan sel jaringan ikat berasal dari
mesoderm septum transversum.

Ketika sel-sel hati telah menginvasi seluruh septum transversum, sehingga organ ini
menonjol di kaudal ke dalam rongga abdomen, mesoderm septum transversum yang
terletak di antara hati dan usus depan serta di antara hati dan dinding abdomen ventral
menjadi membranosa, masing- masing membentuk omentum minus, dan ligamentum
falciforme. Bersama-sama, setelah membentuk hubungan peritoneum antara usus
depan dan dinding abdomen ventral, keduanya dikenal sebagai mesenterium ventral
(Gambar 15.15).

Mesoderm di permukaan hati berdiferensiasi menjadi peritoneum viserale kecuali di


permukaan kranialnya (Gambar 15.15B). Di regio ini, hati tetap berkontak dengan sisa
septum transversum yang ash. Bagian septum ini, yang terdiri dari mesoderm yang
tersusun rapat, akan membentuk tendon sentral diafragma. Permukaan hati yang
berkontak dengan bakal diafragma tidak pernah tertutupi oleh peritoneum; inilah yang
disebut area terbuka hati (Gambar 15.15).
Di minggu ke-10 perkembangan, berat hati sekitar 10% dari berat badan total.
Walaupun hal ini mungkin sebagian disebabkan oleh banyaknya jumlah sinusoid, faktor
penting lainnya adalah fungsi hematopoietik hati. Sarang besar berisi sel-sel yang
berproliferasi, yang menghasilkan sel darah merah dan sel darah putih, terletak di
antara sel-sel hati dan dinding pembuluh darah. Aktivitas ini secara bertahap mereda
selama 2 bulan terakhir kehidupan intrauterin, dan hanya sedikit pulau hematopoietik
yang tersisa saat lahir. Berat hati saat lahir hanya 5% dari berat badan total.

Fungsi penting hati lainnya dimulai pada sekitar minggu ke-12, saat empedu dibentuk
oleh sel-sel hati. Sementara itu, karena kandung empedu dan duktus sistikus telah
berkembang dan duktus sistikus telah bergabung dengan duktus hepatikus membentuk
duktus biliaris (Gambar 15.15), empedu dapat masuk ke saluran cerna. Akibatnya, isi
saluran cerna menjadi berwarna hijau tua. Karena perubahan posisi duodenum, muara
duktus biliaris secara bertahap bergeser dari posisi awalnya di anterior menjadi ke
posterior sehingga duktus biliaris berjalan di belakang duodenum (Gambar 15.19 dan
15.20).
REGULASI MOLEKULAR PEMBENTUKAN HATI

Seluruh endoderm usus depan memiliki potensi untuk mengekspresikan gen


spesifik-hati dan berdiferensiasi menjadi jaringan hati. Meskipun demikian, ekspresi ini
dihambat oleh faktor-faktor yang diproduksi oleh jaringan di sekitarnya, termasuk
ektoderm, mesoderm non jantung dan terutama notokorda (Gambar 15.21). Kerja
inhibitor ini dihambat regio bakal hati oleh fibroblast growth factor (FGF2) yang
disekresikan oleh mesoderm jantung dan oleh sel endotel pembentuk-pembuluh darah
yang berdekatan dengan tabung usus di tempat tonjolan tunas hati. Dengan demikian,
mesoderm jantung bersama dengan sel endotel vaskular di sekitarnya "memerintahkan"
endoderm usus untuk mengekspresikan gen spesifik-hati dengan menghambat faktor
inhibitorik gen-gen serupa tersebut. Faktor lainnya yang berperan dalam "perintah" ini
adalah bone morphogenetic protein (BMP) yang disekresikan oleh septum transversum.
BMP muncul untuk meningkatkan kompetensi endoderm bakal hati untuk berespons
terhadap FGF2. Setelah "perintah" ini diterima, sel- sel di dalam medan hati
berdiferensiasi menjadi hepatosit dan turunan sel empedu, suatu proses yang paling
tidak sebagian diatur oleh hepatocyte nuclear transcription factor (HNF3 dan 4).
Pankreas
Pankreas dibentuk oleh dua tunas, dorsal dan ventral, yang berasal dari endoderm
yang melapisi duodenum (Gambar 15.19). Sementara tunas pankreas dorsal terletak di
mesenterium dorsal, tunas pankreas ventral terletak dekat dengan duktus biliaris
(Gambar 15.19). Sewaktu duodenum berputar ke kanan dan berbentuk C, tunas
pankreas ventral bergerak ke dorsal dalam cara yang serupa dengan pergeseran
muara duktus biliaris (Gambar 15.19). Pada akhirnya, tunas ventral berada tepat di
bawah dan di belakang tunas dorsal (Gambar 15.20). Selanjutnya, parenkim dan sistem
duktus dari tunas pankreas dorsal dan ventral menyatu (Gambar 15.20B). Tunas ventral
membentuk prosesus unsinatus dan bagian inferior kaput pankreas. Bagian kelenjar
sisanya berasal dari tunas dorsal. Ductus pancreaticus utama (Wirsung) dibentuk oleh
bagian distal duktus pankreatikus dorsal dan seluruh duktus pankreatikus ventral
(Gambar 15.20B). Bagian proksimal duktus pankreatikus dorsal dapat mengalami
obliterasi atau menetap sebagai sebuah saluran kecil, ductus pancreaticus accessorius
(Santorini). Ductus pancreaticus utama, bersama dengan duktus biliaris, masuk ke
duodenum di tempat papila mayor; muara duktus asesorius (bila ada) berada di papilla
minor. Pada sekitar 10% kasus, sistem duktus gagal duktus gagal menyatu dan sistem
ganda yang asli menetap. Pada bulan ketiga kehidupan janin, pulau pankreas
(Langerhans) terbentuk dari jaringan pankreas parenkimatosa dan tersebar di seluruh
pankreas. Sekresi insulin dimulai pada sekitar bulan kelima. Sel-sel
penyekresi-glukagon dan somatostatin juga dibentuk dari sel-sel parenkim. Mesoderm
viseral di sekitar tunas pankreas membentuk jaringan ikat pankreas.

Usus Tengah
Pada mudigah berusia 5 minggu, usus tengah digantung dari dinding abdomen dorsal
oleh mesenterium pendek dan berhubungan dengan yolk sac melalui duktus vitelinus
atau yolk stalk (Gambar 15.1 dan 15.24). Pada orang dewasa, usus tengah dimulai
tepat di distal muara duktus biliaris ke dalam duodenum (Gambar 15.15) dan berakhir di
tautan dua pertiga proksimal kolon transversum dengan sepertiga distalnya. Di seluruh
panjangnya, usus tengah disuplai oleh arteri mesenterika superior (Gambar 15.24).
Perkembangan usus tengah ditandai oleh peman- jangan cepat usus dan
mesenteriumnya, yang menghasilkan pembentukan lengkung usus primer (Gambar
15.24 dan 15.25). Di puncaknya, lengkung usus tetap berhubungan langsung dengan
yolk sac melalui duktus vitelinus yang sempit (Gambar 15.24). Bagian sefalik dari
lengkung berkembang menjadi bagian distal duodenum, jejunum dan sebagian ileum.
Bagian kaudal menjadi bagian bawah ileum, saekum, apendiks, kolon asendens, dan
dua pertiga proksimal kolon transversum.

Herniasi Fisiologis
Perkembangan lengkung usus primer ditandai dengan pemanjangan cepat, khususnya
pada bagian sefalik. Akibat dari pertumbuhan dan perluasan hati yang cepat, rongga
abdomen untuk sementara menjadi terlalu kecil untuk menampung seluruh lengkung
usus, dan lengkung usus ini masuk ke rongga ekstraembrional melalui tali pusat selama
minggu keenam perkembangan (herniasi umbilikalis fisiologis) (Gambar 15.26).
Perputaran Usus Tengah
Bersamaan dengan pertumbuhan panjangnya, lengkung usus primer berputar
mengelilingi sumbu yang dibentuk oleh arteri mesenterika superior (Gambar 15.25). Bila
dilihat dari depan, perputaran ini berlawanan arah dengan jarum jam, dan besarnya
sekitar 270° ketika selesai (Gambar 15.24 dan 15.25). Bahkan selama berputar,
pemanjangan lengkung usus halus terus berlanjut, dan jejunum beserta ileum
membentuk sejumlah lengkung berbentuk kumparan (Gambar 15.26). Usus besar juga
memanjang namun tidak ikut dalam fenomena pembentukan kumparan. Perputaran
terjadi selama herniasi (sekitar 901, dan juga selama kembalinya lengkung usus ke
dalam rongga abdomen (180° sisanya) (Gambar 15.27)
Retraksi Lengkung yang Mengalami Herniasi

Selama minggu ke-10, lengkung usus yang mengalami herniasi mulai kembali ke dalam
rongga abdomen. Walaupun faktor-faktor yang berperan untuk pengembalian usus ini
tidak diketahui pasti, diduga bahwa regresi ginjal mesonefrik, berkurangnya
pertumbuhan hati dan meluasnya rongga abdomen, memainkan peranan yang penting.
Bagian proksimal jejunum, bagian pertama yang masuk kembali ke rongga abdomen,
menjadi berada di sisi kiri (Gambar 15.27A). Lengkung usus yang masuk selanjutnya
secara bertahap terletak semakin ke kanan. Tunas saekum, yang muncul di minggu
keenam sebagai suatu pelebaran kecil berbentuk kerucut di bagian kaudal lengkung
usus primer, adalah bagian usus terakhir yang masuk kembali ke rongga abdomen.
Untuk sementara, bagian ini terletak di kuadran kanan atas tepat di bawah lobus kanan
hati (Gambar 15.27A). Dari sini, bagian ini turun ke dalam fossa iliaka kanan, yang
menempatkan kolon asendens dan fleksura hepatika di sisi kanan rongga abdomen
(Gambar 15.27B). Selama proses ini, ujung distal tunas sekum membentuk divertikulum
yang sempit, apendiks (Gambar 15.28). Karena apendiks berkembang selama turunnya
kolon, posisi akhirnya sering berada di posterior saekum atau kolon. Posisi-posisi
apendiks ini masing-masing disebut retro sekum atau retrokolon (Gambar 15.29).

Mesenterium Lengkung Usus


Mesenterium lengkung usus primer, mesenterium propria, mengalami perubahan
mencolok seiring dengan perputaran dan pembentukan kumparan usus. Sewaktu
bagian kaudal lengkung bergerak ke sisi kanan rongga abdomen, mesenterium dorsal
terpuntir mengelilingi pangkal arteri mesenterika superior (Gambar 15.24). Selanjutnya,
sewaktu kolon bagian asendens dan desendens menempati posisi definitifnya,
mesenterium kedua kolon ini menekan peritoneum dinding abdomen posterior (Gambar
15.30). Sesudah menyatunya kedua lapisan ini, kolon asendens dan desendens secara
permanen terletak di posisi retroperitoneum. Namun, apendiks, ujung bawah sekum,
dan colon sigmoideum, tetap mempertahankan mesenterium bebasnya (Gambar
15.30B).

Mesocolon transversum memiliki nasib yang berbeda. Mesocolon ini menyatu dengan
dinding posterior omentum majus (Gambar 15.30) tetapi tetap mempertahankan
mobilitasnya. Garis perlekatannya pada akhirnya membentang dari fleksura hepatika
kolon asendens hingga fleksura splenika kolon desendens (Gambar 15.30B).

Mesenterium lengkung jejunoileum mula-mula bersambungan dengan mesenterium


kolon asendens (Gambar 15.30A). Sewaktu mesenterium mesocolon ascendens
menyatu dengan dinding abdomen posterior, mesenterium lengkung jejunoileum
memperoleh garis perlekatan baru yang membentang dari area tempat duodenum
menjadi intraperitoneum hingga tautan ileosekum (Gambar 15.30B).
USUS BELAKANG
Usus belakang membentuk sepertiga distal colon transversum, kolon descendens,
colon sigmoideum, rektum dan bagian atas kanalis analis. Endoderm usus belakang
juga membentuk lapisan dalam pada kandung kemih dan uretra (lihat Bab 16).

Bagian akhir usus belakang masuk ke dalam regio posterior kloaka, kanalis anorektalis
primitif; alantois masuk ke bagian anterior, sinus urogenitalis primitif (Gambar 15.36A).
Kloaka itu sendiri merupakan rongga yang dilapisi oleh endoderm dan di batas
ventralnya dilapisi oleh ektoderm permukaan. Batas antara endoderm dan ektoderm ini
membentuk membrana kloakalis (Gambar 15.36). Lapisan mesoderm, septum
urorectal, memisahkan regio antara alantois dan usus belakang. Septum ini berasal dari
penyatuan mesoderm yang melapisi yolk sac dan alantois di sekitarnya (Gambar 15.1
dan 15.36). Seiring dengan pertumbuhan mudigah dan berlanjutnya pelipatan kaudal,
ujung septum urorektal menjadi berada dekat dengan membrana kloakalis (Gambar
15.36B,C). Pada akhir minggu ketujuh, membrana kloakalis ruptur, sehingga terbentuk
lubang anus untuk usus belakang dan lubang ventral untuk sinus urogenitalis. Di antara
keduanya, ujung septum urorectal membentuk corpus perineale (badan perineum)
(Gambar 15.36C). Bagian atas (dua pertiga) kanalis analis berasal dari endoderm usus
belakang; bagian bawah(sepertiga) berasal dari ektoderm di sekitar proctodeum
(Gambar 15.36B,C). Ektoderm di regio proctodeum di permukaan bagian kloaka
berproliferasi dan melakukan invaginasi untuk membuat celah anus (Gambar 15.37D).
Selanjutnya, degenerasi membrana kloakalis (kini disebut membran anus) membentuk
kontinuitas di antara bagian atas dan bawah kanalis analis. Karena bagian kaudal
kanalis analis berasal dari ektoderm, maka bagian ini disuplai oleh arteri rectalis inferior,
cabang dari arteri pudenda interna. Namun, bagian kranial kanalis analis berasal dari
endoderm sehingga disuplai oleh arteri rektalis superior yang merupakan kelanjutan
dari arteri mesenterika inferior, yaitu arteri usus belakang. Taut antara regio endoderm
dan ektoderm di kanalis analis ditandai oleh linea pektinata, tepat di bawah kolumna
analis. Di garis ini, epitel berubah dari epitel silindris menjadi epitel gepeng berlapis.

ANATOMI
TOPOGRAFI PERMUKAAN
Divisi topografis abdomen digunakan untuk menggambarkan lokasi organ-organ
abdomen dan rasa nyeri yang terkait dengan keluhan di abdomen. Dua skema yang
paling sering digunakan adalah:

1. Pola empat (4) kuadran

Suatu bidang horizontalis transumbilicalis melewati umbilicus dan discus intervertebralis


di antara vertebrae LIII dan LIV dan memotong bidang verticalis median, membagi
abdomen menjadi 4 kuadran—kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri
bawah.

1. Hepar dan vesica urinaria di kuadran kanan atas.


2. Gaster dan lien di kuadran kiri atas.
3. Caecum dan appendix vermiformis di kuadran kanan bawah.
4. Intestinum, colon, rectum, dikuadran kiri bawah
2. Pola sembilan (9) regio
Pola sembilan-regio didasarkan pada dua bidang horizontalis dan dua bidang verticalis

1. Bidang horizontalis superior (planum subcostale) berada tepat di inferior arcus


costafis, yang terletak di batas bawah cartilago costalislis 10 dan melewati
corpus vertebrae LIII.
2. Bidang horizontalis inferior (planum intertuberculare) menghubungkan
tuberculum crista iliaca, yang merupakan struktur yang dapat dipalpasi, 5 cm
posterior dari SIAS, dan melewati bagian atas corpus vertebra LV.
3. Bidang verticalis melintas dari titik tengah clavicula disebelah inferior menuju titik
pertengahan antara SIAS dan symphysis pubica.
CAVUM ORIS

Cavitas oris berada di inferior dari cavitas nasi. Struktur ini mempunyai atap dan dasar,
dan dinding lateral, yang membuka ke regiones faciales melalui rima oris/fissura oralis,
dan kontinyu dengan cavitas pharyngis dan isthmus faucium/isthmus oropharyngeum.

Atap cavitas oris terdiri dari palatum durum dan palatum molle. Dasarnya dibentuk
terutama oleh jaringan lunak, termasuk diaphragma musculorum dan lingua. Dinding
lateralnya (pipei) terdiri dari otot dan menyatu di anterior dengan labii yang mengelilingi
rima oris/fissura oralis (celah anterior cavitas oris).

Apertura posterior cavitas oris adalah isthmus faucium/oropharyngeum/cavum oris


propriums, yang membuka ke dalam pars oralis pharyngis.
Cavitas oris dipisahkan menjadi 2 daerah oleh arcus dentalis superior dan arcus
dentalis inferior yang terdiri dari dentes dan tulang alveolares yang menyangganya

1. Vestibulum oris bagian luar, yang berbentuk tapal kuda berada di antara arcus
dentalis dan permukaan profundus buccae/pipi dan labii-rima oris membuka ke
dalamnya dan dapat dibuka dan ditutup oleh musculi ekspresi wajah, dan oleh
pergerakan rahang bawah
2. Cavitas oris propria/cavium oris proprium di dalam tertutup oleh arcus
dentalis.
Cavitas oris mempunyai berbagai fungsi:

1. Cavitas oris merupakan tempat masuk systema digestorium yang terlibat dalam
proses awal makanan, yang dibantu oleh sekresi dari glandulae salivariae
2. Cavitas oris memanipulasi suara yang dihasilkan larynx dan sebagai hasilnya
adalah berbicara
3. Cavitas oris dapat digunakan untuk bernafas karena cavitas oris membuka pada
pharynx, yang merupakan jalur bersama untuk makanan dan air
Tulang-tulang yang berhubungan dengan cavitas oris adalah tulang maxilla, mandibula,
palatinum, temporale, sphenoidale, dan hyoideum

DENTES – GINGIVAE

Dentes melekat pada kantung-kantung (alveoli dentales) pada dua peninggian


lengkungan tulang pada mandibula di bawah dan maxilla di atas (arcus alveolaris). Jika
dentes disingkirkan, tulang alveolaris akan diresorbsi dan arcus alveolaris menghilang.
Gingivae (gusi) merupakan daerah khusus mucosa oris yang mengelilingi dentes dan
menutup daerah yang berdekatan pada tulang alveolaris.

Jenis-jenis dentes dibedakan berdasarkan dasar morfologi, posisi, dan fungsi

1. Dentes incisivi merupakan "gigi seri" dan mempunyai 1 radix dentis dan sebuah
corona dentis berbentuk pahat, untuk "memo tong".
2. Dentes canini terletak posterior dari dentes incisivi, adalah dentes terpanjang,
mempunyai sebuah corona dentis decidua 1 apex cus/susupidis, dan berfungsi
untuk "menangkap."
3. Dentes premolares (bicuspidus) mempunyai sebuah corona dentis dengan 2
apex cuspidis, 1 pada facies vestibuldecidua buccae(pipi) dentes dan yang lain
pada facies lingualis/sisi lingualis(lidah) atau palatal (palatdeciduaecara umum
mempunyia 1 radix dentis (tapi pada premolares superior pertama di samping
canini mungkin memiliki 2), dan "untuk mengunyah."
4. Dentes molares terletak di belakang dari dentes premorales dua yang
mempunyai 3 radix dan corona dentis dengan 3 atau 5 cuspidis, dan "untuk
mengunyah."
Pada dewasa, terdapat 32 dentes, 16 pada rahang atas dan 16 pada rahang bawah.
Pada tiap sisi baik dalam arcus maxillaris dan arcus mandibularis terdapat 2 dentes
incisivi, 1 dentes canini, 2 dentes premolares, dan 3 dentes molares

Dua puluh dentes decidua terdiri dari 2 dentes incisivi, 1 canini, dan 2 molares pada tiap
sisi rahang atas dan bawah.

Dentes decidua keluar dari gingivae di antara usia 6 bulan hingga 2 tahun. Dentes
permanentes mulai keluar dan menggantikan dentes decidua sekitar usia 6 tahun, dan
dapat berlanjut untuk keluar hingga usia dewasa.

Struktur gigi meliputi:

1. Mahkota (Corona Dentis)


2. Leher (Cervix Dentis)
3. Akar Gigi (Radix Dentis)
Vaskularisasi: Semua dentes disuplai oleh pembuluh-pembuluh darah yang bercabang
baik langsung atau tidak langsung dari arteria maxillaris
Inervasi: Semua nervi yang mempersarafi dentes dan gingivae merupakan
cabang-cabang dari nervus trigeminus [V]

LINGUA

Lingua merupakan sebuah struktur musculare yang membentuk bagian dasar cavitas
oris dan bagian dinding anterior oropharynx. Bagian anteriornya (pars presulcalis)
berada dalam cavitas oris dan berbentuk seperti segitiga dengan apex tumpul yang
disebut apex linguae. Apexnya mengarah ke anterior dan berada tepat di belakang
dentes incisivi. Radix linguae melekat pada tulang mandibula dan hyoideum.

Dorsum linguae pars presulcalis/facies superior oralis atau 2/3 anterior lingua
mengarah dalam bidang horizontalis. Dorsum lingua pars postsulcalis/facies
pharyngealis atau 1/3 posterior lingua melengkung ke inferior dan menjadi lebih
mengarah dalam bidang verticalis.

Pars presulcalis dan postsulcalis dorsum linguae dipisahkan oleh bentuk V dari sulcus
teminalis. Sulcus terminalis tersebut membentuk margo inferior isthmus faucium di
antara cavitas oris dan cavitas pharyngis. Pada apex sulcus yang berbentuk V terdapat
sebuah cekungan kecil (foramen caecum linguae), yang menandai tempat pada saat
embryo di mana epithelium menginvaginasi untuk membentuk glandula thyroidea
.

Dorsum linguae/facies superior atau pars oralis lingua tertutup oleh ratusan papillae
linguales:

1. Papillae filiformes merupakan proyeksi-proyeksi kecil mucosa berbentuk


kerucut yang berakhir dalam satu atau lebih titik-titik.
2. Papillae fungiformes berbentuk lebih bulat dan lebih besar dari pada papillae
filiformes, dan cenderung terkonsentrasi di sepanjang margo linguae.
3. Papillae terbesar adalah papillae vallatae, yang merupakan papillae silindris
dengan ujung tumpul yang menginvaginasi permukaan lingua hanya ada sekitar
8-12 papillae vallatae dalam sebuah garis berbentuk V tepat di anterior dari
sulcus terminalis lingua.
4. Papillae foliatae merupakan lipatan-lipatan mucosa segaris pada sisi-sisi lingua
di dekat sulcus terminalis lingua.
Lingua selengkapnya dibagi menjadi menjadi separuh kiri dan kanan oleh septum
sagittalis median yang dibentuk oleh jaringan ikat. Artinya semua musculi linguae
berpasangan. Terdapat musculi linguae intrinsik dan ekstrinsik.

Musculi intrinsik linguae berorigo dan berinsertio di dalam jaringan lingua. Musculi
tersebut dibagi menjadi musculi longitudinalis superior, longitudinalis inferior,
transversus linguae, dan verticalis linguae, dan musculi tersebut dapat mengubah
bentuk lingua.

Musculi ekstrinsik lingua berorigo pada struktur-struktur di luar lingua dan berinsertio
ke dalam lingua. Terdapat 4 musculi ekstrinsik utama pada tiap sisi, musculi
genioglossus, hyoglossus, styloglossus, dan palatoglossus. Musculi tersebut
memprotrusi, meretraksi, mendepresi, dan mengelevasi lingua.
Kecuali palatoglossus, yang dipersarafi oleh nervus vagus [X], semua musculi lingua
dipersarafi oleh nervus hypoglossus [XII]. Arteria utama pada lingua adalah arteria
lingualis.

GLANDULA SALIVARIAE

Glandulae salivariae merupakan glandulae yang melapisi atau bersekresi ke dalam


cavitas oris. Hampir semua merupakan glandulae salivariae minores yang berada
dalam submucosa atau tunica mucosa epithelium oris dan melapisi lingua, palatum,
buccae, dan labia, dan membuka pada cavitas oris langsung atau melalui ductuli kecil.
Selain glandulae salivariae minores tersebut terdapat glandulae salivariae majores,
yang termasuk sepasang glandulae parotidea, submandibularis, dan sublingualis.

Glandula Parotidea

Glandula parotidea pada tiap sisi seluruhnya berada di luar tepi-tepi cavitas oris di
dalam sebuah parit dangkal berbentuk segitiga yang dibentuk oleh:

1. Musculus sternocleidomastoideus di belakang;


2. Ramus mandibulae di depan; dan
3. Di superior, basis paritnya dibentuk oleh meatus acusticus externus dan
aspectus posterior arcus zygomaticus.

Glandula secara normal meluas ke anterior di atas musculus masseter, dan ke inferior
di atas venter posterior musculus digastricus.

Ductus paroticus berjalan ke anterior melintasi permukaan luar musculus masseter dan
kemudian melengkung ke medial untuk menembus musculus buccinator buccae dan
membuka pada cavitas oris yang berdekatan dengan corona dentis molaris superior
kedua.

Glandula parotidea menutupi arteria carotis externa, vena retromandibularis, dan origo
dari pars extracraniale nervus facialis [VII].

Glandula Submandibularis

Glandula submandibularis yang memanjang lebih kecil daripada glandula parotidea,


tapi lebih besar daripada glandula sublingualis. Tiap glandula berbentuk kait:

1. Lengan yang lebih besar (pars superficialis) mengarah langsung ke depan


dalam bidang horizontalis di bawah musculus mylohyoideus dan karena itu
berada di luar dari tepi-tepi cavitas oris-pars superficialis yang lebih besar dari
glandula ini berhadapan langsung dengan cekungan dangkal pada sisi medial
mandibula (fossa submandibularis) di inferior dari linea mylohyoidea.
2. Lengan yang lebih kecil dari kait (pars profundus) glandula melengkung di
sekitar tepi posterior musculus mylohyoideus untuk masuk dan berada di dalam
dasar cavitas oris di mana struktur tersebut terletak lateral dari radix linguae
pada permukaan lateral musculus hyoglossus.
Ductus submandibularis keluar dari sisi medial pars profundus glandula di dalam
cavitas oris dan berjalan ke depan untuk membuka pada puncak caruncula
sublingualis yang kecil (papillae) di samping basis frenulum lingua.

Nervus lingualis melengkung di bawah ductus submandibularis, awalnya menyilang


pada sisi lateral dan kemudian sisi medial ductus, saat nervus berjalan turun di
anteromedial melalui dasar cavitas oris dan berjalan naik menuju lingua.

Glandula Sublingualis
Glandula sublingualis merupakan yang terkecil dari 3 pasang glandulae salivariae
majores. Tiap glandula berbentuk kacang almond dan berada tepat di lateral dari ductus
submandibularis dan berhubungan dengan nervus lingualis dalam dasar cavitas oris.

Glandula sublingualis mengalir ke dalam cavitas oris melalui sejumlah ductus kecil
(ductus sublinguales minores), yang membuka pada crista plica sublingualis. Kadang,
bagian yang lebih anterior dari glandula dialiri oleh sebuah ductus (ductus sublingualis
major) yang membuka bersama dengan ductus submandibularis pada caruncula
sublingualis.

FARING

Pharynx merupakan sebuah tabung yang menghubungkan cavitas oris dan cavitas nasi
di dalam regio capitis yang menuju larynx dan esophagus di dalam regio cervicalis.
Cavitas pharyngis merupakan jalur bersama untuk udara dan makanan.

Pharynx melekat di atas pada basis cranii dan melanjutkan ke bawah, kurang lebih
setinggi vertebra CVI, dengan puncak esophagus.
Dinding-dinding pharynx melekat di anterior pada batas-batas cavitas nasi, cavitas oris,
dan larynx. Berdasarkan hubungan anterior tersebut, pharynx dibagi menjadi 3
regio—pars nasalis pharyngis/nasopharynx, pars oralis pharyngis/ oropharynx. dan pars
laryngea pharyngis/ laryngoph arynxum:

1. Apertura posterior (choanae) dari cavitas nasi membuka ke dalam nasopharynx


2. Celah posterior cavitas oris (isthmus faucium/ oropharyngeum) membuka ke
dalam oropharynx.
3. Aditus laryngis (laryngeal inlet) membuka ke dalam laryngopharyx.
Musculi pharynx disusun menjadi 2 kelompok berdasarkan orientasi sabut-sabut
musculi. Musculi constrictores pharyngis mempunyai sabut-sabut yang mempunyai
arah relatif melingkar/circularis terhadap dinding cavitases pharyngis, sedangkan
musculi longitudinalis mempunyai sabut-sabut yang mengarah verticalis.
Tiga musculi constrictores pharyngis pada tiap sisi merupakan kontributor utama
struktur-struktur dinding cavitas pharyngis dan nama-namanya sesuai dengan
posisinya—musculi constrictores pharyngis superior, medius, dan inferior. Di
posterior, musculi dari tiap sisi bergabung bersama raphe pharyngis. Di anterior,
musculi tersebut melekat pada tulang dan ligamenta yang berhubungan dengan margo
lateralis cavitas nasi dan cavitas oris dan larynx.

Musculi constrictores pharyngis saling tumpang tindih dalam susunan yang membentuk
dinding menyerupai 3 pot bunga yang ditumpuk satu sama lain. Constrictor pharyngis
inferior tumpang tindih dengan tepi bawah constrictor pharyngis medius, dalam cara
sama, constrictor pharyngis medius tumpang tindih dengan constrictor pharyngis
superior.

Bersama-sama musculi constrictores pharyngis mempersempit/mengkonstriksi cavitas


pharyngis. Ketika musculi constrictores pharyngis berkontraksi secara berurutan dari
atas ke bawah, seperti saat menelan, musculi tersebut menggerakkan bolus makanan
melalui pharynx dan menuju esophagus.

Semua constrictor pharyngis dipersarafi oleh rami pharyngei nervus vagus [X].

Tiga musculi longitudinalis dinding cavitas pharyngis diberi nama sesuai


asalnya-stylopharyngeus, dari processus styloideus tulang temporale;
salpingopharyngcus, dari pars cartilaginea tubae auditivae (salpinx merupakan
bahasa Yunani untuk "tuba"); dan palatopharyngeus dari palate molle. Dari asalnya,
musculi tersebut berjalan turun dan melekat pada dinding cavitas pharyngis.

Musculi longitudinalis mengangkat dinding cavitas pharyngis. atau selama menelan,


menarik dinding cavitas pharyngis ke atas dan selama bolus makanan digerakkan
melalui pharynx dan masuk ke dalam esophagus.

ESOFAGUS

Oesophagus adalah tuba muscular yang menghubungkan pharynx dengan lambung.


Fungsinya untuk meneruskan makanan yang ditelan menuju lambung. Oesophagus
memiliki panjang 25 cm dan berpangkal di kartilago cricoidea, berakhir di cardia
lambung.
Oesophagus tersusun atas 3 bagian:

1. Pars cervikalis (5-8 cm): disuplai A/V thyroidea inferior


2. Pars thoracica (16 cm): disuplai Aorta, Rr. Oesophageales, Vena cava superior
3. Pars abdominalis (1-4 cm): 7 disuplai A. gastrica sinistra dan A. phrenica inferior,
Vena cava supenor
Oesophagus memiliki tiga konstriksi:

1. Konstriksi cervical di kartilago krikoid (Angustia cricoidea; konstriksi


pharyngooesophageal)
2. Konstriksi thoracis di aorta (Angustia aortica; konstriksi aortobronchial)
3. Konstriksi diaphragmatica (Angustia diaphragmatica)
GASTER
Gaster adalah bagian tractus gastrointestinalis yang paling berdilatasi dan memiliki
bentuk seperti huruf J. Terletak di antara esophagus pars abdominalis dan intestinum
tenue, gaster berada di regio epigastrium, umbilicalis, dan hypochondriacum sinistra
abdomen.

Gaster dibagi menjadi 4 regio:

1. Pars cardiaca, yang mengelilingi lubang esophagus ke dalam gaster


2. Fundus gastricus, yang merupakan area di atas ostium cardiacum
3. Corpus gastricum, yang merupakan daerah terluas dari gaster
4. Pars pylorica, yang terbagi menjadi antrum pyloricum dan canalis pyloricum
dan merupakan ujung distal dari gaster
Bagian paling distal dari pars pylorica gaster adalah pylorus. Pylorus terlihat pada
permukaan gaster dengan adanya konstriksi pyloricus yang berisi suatu cincin
musculorum gaster yang menebal, sphincter pyloricum, yang mengelilingi lubang
distal gaster, ostium pyioricum. Ostium pyloricum berada tepat di sisi kanan garis
tengah pada suatu bidang yang melewati tepi bawah vertebra LI (planum
transpyloricum).

Ciri-ciri lain dari gaster meliputi:

1. Curvatura gastrica/ventriculi major, yang merupakan suatu tempat perlekatan


ligamentum gastrosplenicum/gastrolienale dan omentum majus
2. Curvatura gastrica/ventriculi minor, yang merupakan suatu tempat perlekatan
untuk omentum minus
3. Incisura cardiaca, yang membentuk sudut superior saatesophagus memasuki
gaster
4. Incisura angularis, merupakan takik pada curvatura gastrica/ventriculi minor
Suplai arterial gaster meliputi:

1. Arteria gastrica sinistra dari truncus coeliacus.


2. Arteria gastrica dextra dari arteria hepatica propria.
3. Arteria gastro-omentalis (epiploica) dextra dari arteria gastroduodenalis.
4. Arteria gastro-omentalis (epiploica) sinistra dari arteria splenica (lienalis)
5. Arteria gastrica posterior dari arteria splenica (lienalis) yang tidak selalu dapat
ditemukan.
DUODENUM
Bagian pertama dari intestinum tenue adalah duodenum. Struktur ini berbentuk seperti
huruf C. bersebelahan dengan caput pancreas, panjangnya sekitar 20-25 cm dan
berada di atas umbilicus: lumennya adalah yang terlebar dibandingkan bagian
intestinum tenue yang lain. Struktur ini terletak retroperitoneale kecuali bagian awalnya,
yang dihubungkan dengan hepar oleh suatu ligamenturn hepatoduodenale, yang
merupakan bagian dari omentum minus.

Duodeni terbagi menjadi 4 bagian:

1. Pars superior (bagian pertama) terbentang dari ostium pyloricum gaster sampai
collum vesicae fellea, berada tepat di sisi kanan corpus vertebrae LI, dan
berjalan di anterior ductus choledochus, arteria gastroduodenalis, vena portae
hepatis, dan vena cava inferior. Secara klinis, permulaan bagian ini disebut
sebagai ampulia atau duodenal cap, dan ulcus duodenalis paling sering ditemui.
2. Pars descendens (bagian kedua) duodeni berada tepat di sisi kanan garis
tengah tubuh dan terbentang dari collum vesica fellea sampai ke tepi bawah
vertebra LIII. Permukaan anteriornya disilang oleh colon transversum,
diposteriornya terdapat ren dextra, dan di medialnya terdapat caput pancreas.
Bagian duodeni ini berisi papilla duodeni major, yang merupakan pintu masuk
bersama bagi ductus choledochus dan ductus pancreaticus, dan papilla
duodeni mijor, yang merupakan pintu masuk bagi ductus pancreaticus
accessorius, dan pertemuan dari pre-enteron dan mesenteron tepat di bawah
papilla duodeni major.
3. Pars inferior/horizontalis (bagian ketiga) duodeni adalah bagian yang
terpanjang, menyilang vena cava inferior, aorta, dan columna vertebralis. Bagian
ini disilang di anteriornya oleh arteria dan vena mesenterica superior.
4. Pars ascendens (bagian keempat) duodeni berjalan naik pada, atau di sisi kiri
dari, aorta sampai kira-kira di tepi atas vertebra LII dan berakhir sebagai flexura
duodenojejunalis.

Suplai arterial untuk duodenum meliputi:

1. Cabang-cabang arteria gastroduodenalis


2. Arteria supraduodenalis dari arteria gastroduodenalis
3. Rami duodenales dari arteria pancreaticoduodenalis superior anterior (dari
arteria gastroduodenalis)
4. Rami duodenales dari arteria pancreaticoduodenalis superior posterior (dari
arteria gastroduodenalts)
5. Rami duodenales dari arteria pancreaticoduodenalis inferior anterior (dari arteria
pancreaticoduodenalis inferior—sebuah cabang dari arteria mesenterica
superior)
6. Rami duodenales dari arteria pancreaticoduodenalis inferior posterior (dari
arteria pancreaticoduodenalis infertor—sebuah cabang dari arteria mesenterica
superior)
7. Cabang pertama arteriae jejunales dari arteria mesenterica superior

Jejenum

● Jejenum merupakan bagian kedua dari usus halus yang panjangnya sekitar 2-3 meter
yang berkelok-kelok, dimulai dari flexura duodenojejunalis dimana traktus
gastrointestinalis kembali menjadi intraperiotoneal
● Sebagian besar jejenum berada di kuadran kiri atas abdomen dan lebih besar
diameternya serta memiliki dinding yang lebih tebal dibandingkan ileum
● Lapisan bagian dalam mukosa jejenum ditandai dengan adanya banyak lipatan
menonjol yang mengelilingi lumennya (plika sirkularis)
● Karakteristik unik jejenum adalah adanya arcade arteriae yang kurang jelas dan vasa
recta yang lebih panjng dibandingkan dengan yang ada di ileum
● Jejenum dipersyarafi oleh plexus nervus mesenterica superior

Ileum
● Ileum memiliki karakteristik yaitu agregasi dari nodul limfatik yang disebut plaque peyeri.
Setiap plaque peyeri adalah agregasi dari beberapa nodul limfatik yang berada pada
dinding ileum berlawanan dengan penempelan mesenterium
● Sebagian besar dari nodul limfatik menampilkan sentrum germinativum. Nodul limfatik
umumnya bersatu dan batas antara keduanya menjadi sukar dibedakan.
● Nodul limfatik berasal dari jaringan limfatik pada lamina propria. Plaque peyeri
mengandung banyak limfosit B, beberapa limfosit T, makrofag dan sel plasma. Tidak
terdapat vili pada area umen usus halus dimana nodul mencapai permukaan mukosa

Kolon ( usus besar)

Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama
organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon
transversum, kolon descendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum

Usus besar adalah suatu tabung muscular yang berongga dengan panjang sekitar
kurang lebih 1,5 meter, yang terbentang dari caecum sampai canalis analis, dan diameter
rata-rata 6,5 cm dan semakin ke bawah (dekat ke anus) diameternya semakin berkurang. Di
bagian bawah terdapat ileosekal (katup antara usus halus dan usus besar). Pada katup ini akan
membuka dan menutup untuk merespon gelombang/gerakan peristaltik, sehingga
memungkinkan kimus mengalir 15 ml dan total aliran sebanyak 500 ml/hari

Karakteristik usus besar :


● Diameter lebih besar dan tebal
● Taenia : lapisan otot longitudinal berkurang menjadi 3 pita yaitu taenia libera, taenia
mesocolica, dan taenia omentalis
● Haustra dan plicae semilunaris : haustra coli adalah sakulasi dinding usus yang
berhubungan dengan lipatan mukosa berbentuk sabit ( plica semilunaris) pada
permukaan dalam
● Appendices epiploicae : peritoneum kolon tertutup oleh lemak dari jaringan adiposae
tela subserosa

Usus besar dibedakan menjadi 2 bagian :

1. Caecum (blind gut) dengan appendix vermivormis


Caecum merupakan bagian pertama dari kolon berbentuk kantong tertutup yang
menggantung di bawah area katup ileosekal apendiks, dan mempunyai panjang 7 cm
2. Colon dibagi menjadi 4 daerah yaitu :
● Asendens (usus halus), berfungsi untuk menyerap nutrisi, menghaluskan makanan,
menghasilkan zat, penyerapan zat di dalam tubuh
● Transversum (usus datar) berfungsi untuk menerima sisa bagian usus antara usus buntu
dan rectum. Makanan yang tidak diserap oleh usus halus, menyerap air, menurunkan
tingkat keasaman dan mencegah infeksi, memperkuat sistem kekebalan tubuh
● Descendens (usus turun), berfungsi untuk menyerap air dan garam pada bagian ujung
usus buntu terdapat apendiks atau disebut sebagai umbai cacing. Apendiks berfungsi
sebagai sistem kekebalan tubuh. Apendiks berperan aktif dalam sistem imunoglobin
yang memiliki kelenjar limfoid di dalamnya. Kelenjar limfoid berfungsi untuk melindungi
tubuh dari kerusakan akibat zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Kelenjar limfoid
mampu membedakan sel-sel tubuh dengan zat zat asing yang masuk ke tubuh dan
berpotensi melakukan inaktivasi atau perusakan
● Sigmoideum (pelvikum), panjangnya sekitar kurang lebih 40 cm dan berbentuk
lengkungan huruf s dan bermuara di rectum. Terletak di intraperitoneal

Vaskularisasi
● Arteri dari cabang MSA, arteri ileocolica, arteri colica dextra
● Vena → dari vena colica dextra
● Inervasi : berasal dari plexus nervus mesentericus superior

Rectum (ANUS)
● Bagian kolon paling akhir disebut anus (rectum) yang panjangnya kurang lebih 15 cm.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses, menahan feses agar
tidak keluar secara tiba-tiba, membantu feses keluar dengan gerak peristaltik. Pada
anus terdapat otot volunteer yang dikendalikan oleh kehendak kita
● Bagian terminal, terutama bagian retroperiotoneal dan subperitoneaal pada intestinum
crissum. Bentuknya tidak lurus seperti pita tetapi memiliki 2 lengkungan yaitu lengkung
dorsovenral dan lateral
● Bagian tersempit disebut junctura retrosigmoidea
● Sedangkan, bagian terlebar disebut ampulla recti yang jika terisi akan timbul rasa ingin
defekasi (proses pembuangan feses)

Canalis analis
● Merupakan bagain akhir dari intestinum crissum, memiliki panjang 2,5-4 cm.
● Terdapat katup yang disebut valvula analis morgagni
● Canalis analis selalu dalam keadaan tertutup, dan akan terbuka pada waktu defekasi
● Otot-otot yang terdapat pada canalis analis adalah M. levator ani, M. Sphincter ani
eksternus, dan M. Spinchter ani internus
● Vaskularisasi rectum dan canalis analis : A. Haemoohoidalis superior, A. hamerrhoidalis
media dan inferior

ORGAN AKSESORIS

Hepar
● Hepar adalah organ terbesar di dalam tubuh yang menempati superior cavum abdominis
pada kwadran kanan atas abdomen. Sebagian besar hepar terleta di bawah arcus
costalis dexter dan diafragma setengah bagian kanan memisahkan hepar dari pleura,
paru-paru, pericardium dan jantung
● Secara skeletopi, hepar terletak setinggi costa V pada linea medioclavicularis dextra,
setinggi spatium intercosta V di linea mediaclavicularis sinistra, dimana bagian caudal
sextranya mengikuti arcus costarum costa IX-VII dan bagian caudal sinistranya
mengikuti arcus costarum costa VIII-VII
● Secara syntopi, hepar berbatasan dengan diaphragma dan berbatasan dengan
organ-organ lain seperti gaster, pars superior duodeni, glandula suprarenalis dexter,
sebagian colon transversum, flexura coli dextra, vesica fellea, oesophagus dan vena
cava inferior
● Permukaan luar hepar dibungkus dengan kapsul jaringan fibrosa dan dilingkupi oleh
peritoneum visceral
● Hepar mempunyai 2 lobus utama, yaitu lobus kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi
menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis dekstra yang tidak terlihat
dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamen falsiformis
yang terlihat dari luar. Lobus desktra, terletak di regio hipokondrium kanan, lebih besar
dibandingkan lobus sinistra. Lobus sinistra terletak di regio epigastrik dan hipokondrium
kiri

Vaskularisasi
● Hepar mendapat vaskularisasi dari beberapa pembuluh darah yaitu vena porta, arteri
hepatika, dan vena hepatika berada dalam omentum minus dan alirannya menuju porta
hepatis, sedang duktus hepatikus dan vasa limpatikus juga berada dalam omentum
minus dengan aliran meninggalkan porta hepatis. Vena hepatika meninggalkan hepar
melalui pars posterior untuk bermuara ke vena cava inferior
Inervasi hepar
Hepar mendapat persarafan dari nervus frenikus kanan serta nervus vagus kiri dan kanan (n
cranialis X). serabut saraf akan menuju hati melalui proses pleksus hepatica yang berasal dari
pleksus seliakus

Vesica Billiaris (fellea/kandung empedu)

● Vesica felea atau kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah pir yang
mengentalkan dan menyimpan sekitar 30-60 ml cairan empedu yang desekresikan hati
● Terletak di bagian sebelah dalam hati (scissura utama hati) di antara lobus kanan dan
lobus kiri hati
● Panjang kurang lebih 7,5-12 cm, dengan kapasitas normal sekitar 35-50 ml
● Kandung empedu terdiri dari fundus, korpus, infudibulum, dan kolum
● Fundus mempunyai bentuk bulat dengan ujung yang buntu. Korpus merupakan bagian
terbesar dari kandung empedu yang sebagian besar menempel dan tertanam di dalam
jaringan hati
● Kolum adalah bagian sempit dari kandung empedu
● Kandung empedu tertutup seluruhnya oleh peritoneum viseral, tetapi infudibulum
kandung empedu tidak terfiksasi ke permukaan hati oleh lapisan peritoneum. Apabila
kandung empedu mengalami distensi akibat bendungan oleh batu, bagian infudibulum
menonjol seperti kantong yang disebut kantong hartmann
● Duktus sistikus memiliki panjang yang bervariasi hingga 3 cm dengan diameter antara
2-4 mm. Dinding lumennya terdapat katup berbentuk spiral yang disebut katup spiral
heister dimana katup tersebut mengatur cairan empedu mengalir masuk ke dalam
kandung empedu, akan tetapi dapat menahan aliran cairan empedu keluar
● Duktus sistikus bergabung dengan duktus hepatikus komunis membentuk duktus biliaris
komunis
● Duktus hepatikus komunis memiliki panjang kurang lebih 2,5 cm merupakan penyatuan
dari duktus hepatikus kanan dan duktus hepatikus kiri. Selanjutnya penyatuan antara
duktus sistikus dengan duktus hepatikus komunis disebut sebagai common bile duct
(duktus koledokus) yang memiliki panjang sekitar 7 cm. Pertemuan (muara) duktus
koledokus ke dalam duodenum, disebut choledochoduodenal junction
● Duktus koledokus berjalan di belakang duodenum menembus jaringan pankreas dan
dinding duodenum membentuk papila vater yang terletak di sebelah medial dinding
duodenum. Ujung distalnya dikelilingi oleh otot sfingter oddi yang mangatur aliran
empedu masuk ke dalam duodenum.
● Duktus pankreatikus umumnya bermuara ditempat yang sama dengan duktus koledokus
di dalam papila vater, tetapi dapat juga terpisah
Vaskularisasi vesika felea

Inervasi
Inervasi kandung empedu berasal dari pleksus seliakus (simpatis), nervus vagus (parasimpatis),
nervus frenikus kanan dan pleksus hepatica. Saraf ini berjalan seiring dengan arteri sistikus
Pankreas
● Pankreas adalah suatu organ yang merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin,
berwarna abu-abu merah muda dengan tampilan seperti bulu unggas. Pankreas
memiliki panjang mencapai 15 cm, berlobus, dan mempunyai berat sekitar 80 gram
● Pankreas umumnya terletak di posterior gaster, sehingga masuk ke dalam bagian
retroperitoneal kecuali, cauda pankreas karena terletak di depan renal
● Bagian eksokrin mengeluarkan laurtan encer alkalis serta enzim pencernaan melalui
duktus pankreatikus ke dalam lumen saluran cerna. Di antara sel-sel eksokrin di seluruh
pankreas tersebar kelompok-kelompok atau pulau sel endokrin yang dikenal sebagau
pulai islets langerhans
● Sel endokrin pankreas yang terbanyak adalah sel beta, tempat sintesis dan sekresi
insulin, dan sel alfa yang menghasilkan glukagon. Sel delta yang lebih harang adalah
sintesis somatostatin
● Pankreas terbagi 5 bagian
○ Caput
Merupakan bagian kanan pancreas yang meluas dan terdapat di kurva
duodenum, anterior dari vena cava inferior serta vena renalis kiri
○ Prosesus unsinatus
Prosesus usinatus terbentang dari bagian bawah caput pankreatis yang melintasi
posterior dari vasa mesenterica superior
○ Collum pancreatis
Collum pancreatis menghubungkan bagian caput dan corpus pankreas, berada
di atas pembuluh darah mesenterika superior dan vena porta
○ Corpus pancreatis
Corpus pancreatis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan meluas
hingga ke hilum ginjal sinistra. Bagian ini melintang ke bagian anterior melalui
pelekatan mesonkolon transversum
○ Cauda pancreatis
Terletak di ligamentum lienorenalis dan berakhir pada hilum limpa
● Perdarahan dan drainase
○ Arteri yang memperdarahi pankreas berasal dari arteri lienalis dan arteri
pankreatikoduodenale
○ Arteri pankreatikoduodenale inferior, anterior, dan posterior memperdarahi
bagian caput pankreas
○ Sementara 10 cabang arteri lienalis memperdarahi bagian pankreas yang lain
● Inervasi pancreas
Inervasi pankreas berasal dari nervus splanknika dan vagus melalui pleksus seliakus
dan pleksus superior

HISTOLOGI
sistem pencernaan terdiri atas saluran cerna—rongga mulut, esofagus, lambung, usus
halus dan usus besar, rektum dan anus—dan kelenjar terkait—kelenjar liur, hati, dan
pankreas (Gambar 15–1). Disebut juga saluran gastrointestinal (GI) atau kanal
alimentari fungsinya adalah mendapatkan molekul-molekul yang diperlukan dari
makanan untuk pertahanan, pertumbuhan, dan kebutuhan energi tubuh. Molekul besar
seperti protein, lemak, karbohidrat kompleks, dan asam nukleat dipecah menjadi
molekul kecil yang mudah diabsorpsi melalui permukaan saluran cerna, kebanyakan di
usus halus. Kebanyakan air dan elektrolit yang diabsorpsi dalam usus besar. Selain itu,
lapisan dalam saluran cerna merupakan sawar pelindung antara isi lumen saluran dan
lingkungan internal tubuh dan pembuluh darah.

Struktur dalam saluran pencernaan memungkinkan berikut:


● Ingesti, atau introduksi pada makanan dan cairan ke dalam rongga mulut.
● Mastikasi, atau mengunyah, yang membagi makanan padat menjadi
potongan-potongan yang mudah dicerna.
● Motilitas, gerakan muskular pada bahan melalui saluran tersebut.
● Sekresi pada lubrikasi dan mukus protektif, enzim pencernaan, cairan asam dan
basa, serta empedu.
● Pelepasan hormon untuk kontrol lokal pada motilitas dan sekresi.
● Pencernaan bahan kimia atau degradasi enzimatik pada makromolekul besar
dalam makanan untuk molekul yang lebih kecil dan subunit.
● Absorpsi pada molekul kecil dan air ke dalam darah serta getah bening.
● Eliminasi yang tidak dapat dicernakan, komponen tidak terserap pada makanan.

STRUKTUR UMUM PADA SALURAN CERNA

Saluran cerna pada umumnya memiliki ciri struktural umum tertentu. Saluran ini
merupakan suatu tabung berongga yang terdiri atas lumen dengan diameter yang
bervariasi, dan dikelilingi oleh dinding yang terdiri atas empat lapisan utama:
mukosa,submukosa,muskularis,dan serosa. (Gambar15-2) menunjukkan gambaran
umum pada empat lapisan tersebut; fitur kunci di setiap lapisan diringkas di sini.

● Mukosa terdiri dari epitel pelapis; sebuah lamina propria jaringan ikat yang kaya
akan pembuluh darah, pembuluh limfe, limfosit dan sel-sel otot polos, yang
terkadang juga mengandung kelenjar; dan selapis tipis otot yang disebut
muscularis mucosae yang memisahkan mukosa dari submukosa dan
memungkinkan gerakan lokal pada mukosa. Mukosa sering disebut membran
mukosa.
● Submukosa terdiri dari jaringan ikat padat dengan banyak pembuluh darah dan
pembuluh limfe dan pleksus (Meissner) submukosa saraf otonom. Lapisan ini
juga dapat mengandung kelenjar dan jaringan limfoid.
● Lapisan muskularis tebal (atau muskularis eksterna) mengandung sel-sel otot
polos yang tersusun sebagai spiral dan terbagi dalam 2 atau lebih lapisan. Di
lapisan dalam (dekat lumen), susunan sel otot umumnya melingkar; di lapisan
luar, sebagian besar susunannya memanjang. Di jaringan ikat di antara
lapisan-lapisan otot terdapat pembuluh darah dan pembuluh getah bening serta
sebagai mienterikus (Auerbach) pleksus saraf dari banyak neuron autonomik
diagregasikan ke ganglia kecil dan interkoneksi oleh pre dan serabut saraf
postganglionik Pleksus ini dan pleksus submukosa bersama-sama membentuk
sistem saraf enterik lokal di saluran cerna. Kontraksi pada muskularis, yang
mencampur dan mendorong isi luminal ke depan, yang dihasilkan serta
dikoordinasikan oleh pleksus mienterikus.
● Serosa adalah lapisan tipis jaringan ikat longgar, yang kaya akan pembuluh
darah, pembuluh limfe dan jaringan lemak, serta epitel selapis gepeng sebagai
epitel pelapis atau mesotelium. Di dalam rongga perut, serosa menyatu dengan
mesenterium membran tipis yang dilapisi mesotel pada kedua sisinya, yang
menopang usus. Mesenterium yang menyatu dengan peritoneum, membran
serosa yang melapisi rongga tersebut. Akan tetapi, di tempat terbentuknya
hubungan organ pencernaan dengan organ atau struktur lain, seperti di esofagus
(Gambar 15-1), serosa tersebut digantikan oleh lapisan adventitia, lapisan
jaringan ikat yang mengandung pembuluh dan saraf tanpa adanya mesotelium.
Banyak sel imun bebas dan nodul limfoid di mukosa dan submukosa merupakan MALT
dijelaskan. dalam Bab 14. Saluran pencernaan biasanya berisi ribuan pada spesies
mikroba, termasuk kedua inhabitat berguna di usus serta potensial patogen tertelan
dengan makanan dan minuman. Mukosa terkait sistem pertahanan imun menyediakan
sebagai esensial pertahanan penting untuk pembatas fisik tipis pada lapisan epitel.
Lamina propria yang terdapat tepat di bawah epitel, yang kaya akan makrofag dan
sel-sel limfoid, dan beberapa diantaranya secara aktif menghasilkan antibodi IgA.
Antibodi ini terutama disekresi- kan ke dalam lumen usus yang dalam keadaan
tergabung dengan suatu protein sekresi yang dihasilkan oleh sel-sel epitel pelapis usus.
Kompleks IgA ini serangan proteolisis oleh enzim pencernaan dan memberikan
perlindungan penting terhadap patogen virus dan bakteri tertentu.
Rongga Mulut
Rongga mulut (Gambar 15-1) dilapisi epitel berlapis gepeng, berlapis tanduk (keratin)
atau tanpa lapisan tanduk, bergantung pada daerahnya. Diferensiasi epitel, keratinisasi,
dan interfasi antara epitel serta lamina propria mirip dengan fitur-fitur dalam epidermis
dan dermis serta dibahas lebih ekstensif dengan kulit (lihat Bab 18). Seperti keratinisasi
sel permukaan pada epidermis, sel-sel superfisial diratakan pada epitel mulut
mengalami deskuamasi kontinu, atau hilang di permukaan. Tidak seperti pada
epidermis, berganti bulu sel pada nonkeratin atau parakeratin epitel mulut menahan inti.

Lapisan keratin melindungi mulut terhadap kerusakan selama mukosa mengunyah dan
hanya terdapat pada gingiva dan palatum durum. Lamina propria daerah ini memiliki
sejumlah papila dan langsung melekat pada jaringan tulang. Mukosanya tidak
berkeratin epitel skuamosa mendominasi di lapisan mukosa atas palatum molle, pipi,
pada dasar mulut, dan faring, daerah posterior rongga mulut yang mengarah ke
esofagus. Lapisan mukosa berbaring di atas submukosa tebal mengandung banyak
kelenjar air liur minor, yang mengeluarkan secara kontinu untuk menjaga permukaan
mukosa basah, dan difusi jaringan limfoid. Sepanjang rongga mulut, epitel mengandung
transien dipresentasikan sel antigen dan banyak inervasi sensorik.

Inti berkembang dengan baik pada otot lurik di bibir, atau labia, (Gambar 15–3)
membuat struktur ini sangat mobilitas untuk ingesti, berbicara, dan bentuk dari
komunikasi lainnya. Kedua bibir memiliki tiga permukaan berbeda yang tertutup:

● Permukaan mukus internal memiliki lapisan mukosa dengan tebal, epitel


nonkeratin dan banyak minor labial kelenjar air liur.
● Zona vermilion merah pada setiap bibir ditutupi oleh keratin yang sangat tipis
epitel skuamosa berstrata dan transisional antara mukosa mulut serta kulit.
Regio ini tidak memiliki air liur atau kelenjar keringat dan tetap lembab dengan
air liur pada lidah. Jaringan ikat yang mendasari sangat banyak di kedua inervasi
sensorik dan kapiler, yang memberi warna merah muda untuk regio ini.
● Permukaan luar memiliki kulit tipis, yang terdiri dari lapisan epidermal dan
dermal, kelenjar keringat, serta banyak folikel rambut dengan kelenjar sebasea.
Lidah
Lidah adalah massa otot rangka yang ditutupi oleh suatu membran mukosa, yang
memanipulasi dicerna oleh bahan selama pengunyahan dan menelan. Serat-serat otot
yang berorientasi ke semua arah, memungkinkan tingkat pada mobilitas tinggi. Jaringan
ikat lamina propria menyusup ke dalam celah-celah di antara berkas-berkas otot,
membran mukosa melekat erat pada ototnya. Permukaan bawah dari lidah halus,
dengan mukosa lapisan tipikal. Permukaan dorsal lidah bertekstur iregular, yang ditutupi
di sebelah anterior oleh sejumlah besar tonjolan kecil yang disebut papilla dari dua
pertiga bagian anterior dan tonsila lingualis dan kumpulan posterior ketiga, atau akar
lidah (Gambar 15– 4). Papilar dan area tonsil pada permukaan lingual dipisah- kan oleh
batas berbentuk huruf V, yaitu sulcus terminalis.
Sejumlah besar papila di bagian anterior lidah merupakan peninggian membran
mukosa yang memiliki berbagai bentuk dan fungsi. Terdapat empat tipe papilla yang
dikenali (Gambar 15–4):
● Papilla filiformis (Gambar 15-5) berjumlah cukup banyak, berbentuk kerucut
memanjang dan memiliki banyak lapisan tanduk, yang membuat permukaannya
terlihat keabuan atau keputihan. Perannya bersifat mekanisme dalam
menyediakan permukaan kasar yang mempermudah pergerakan makanan
selama mengunyah.
● Papila fungiformis (Gambar 15-5) jauh lebih banyak, keratin ringan, dan diselingi
antara papila filiformis. Berbentuk jamur dengan ter vaskularisasi dan inervasi inti
pada lamina propria.
● Papilla foliata terdiri dari beberapa paralel rigi (ridges) pada setiap sisi lidah,
anterior untuk sulkus terminalis, tetapi belum sempurna pada manusia, terutama
individu yang lebih tua.
● Vallata (atau papilla circumvallata) (Gambar 15–5) adalah papilla terbesar,
dengan diameter sebesar 1 sampai 3 mm. Delapan sampai dua belas papilla
vallata biasanya disejajarkan hanya di depan sulkus terminal. Duktus dari
sejumlah kelenjar liur (von Ebner) serosa bermuara ke dalam alur dalam yang
mengelilingi setiap papilla vallata. Susunan seperti parit menimbulkan aliran
cairan secara kontinu di atas kuncup kecap yang berlimpah pada sisi papilla
tersebut, yang menyapu partikel makanan di dekatnya sehingga kuncup kecap
dapat menerima dan memproses stimulus pengecapan yang baru. Kelenjar ini
juga menyekresi suatu lipase yang mencegah pembentukan suatu lapisan
hidrofobik di atas kuncup kecap yang mungkin akan menghambat fungsinya.

Kuncup kecap merupakan struktur ovoid di dalam epitel


berlapis lidah, yang sampel umum komposisi kimia dari ingesti bahan (Gambar 15–4
dan 15–5). Sekitar 250 kuncup kecap yang terdapat pada permukaan lateral dari setiap
papilla vallata, dengan banyak lainnya terdapat pada papila fungi- formis dan foliata
(tetapi tidak filiformis keratin). Tidak dibatasi untuk papila dan juga secara luas tersebar
pada dorsal dan permukaan lateral pada lidah, di mana juga secara terus- menerus
dibasahi oleh berbagai kelenjar air liur minor.

Kuncup kecap memiliki 50 sampai 100 sel, sekitar


separuh sel merupakan sel gustatorik (kecap) yang panjang, yang berganti dengan
rentang hidup selama 7-10 hari. Sel-sel lain yang dijumpai berupa sel-sel penyangga,
sel imatur dan sel punca basal yang membelah dan membentuk kedua tipe sel lainnya.
Dasar setiap kuncup berada di lamina basal dan disusupi oleh akson sensorik aferen
yang membentuk sinaps di sel-sel gustatoriknya. Di ujung apikal sel-sel gustatorik,
mikorvili menonjol melalui 2-μm-lebar dalam struktur yang disebut pori kecap. Molekul
(zat kecap) yang terlarut dalam saliva berkontak dengan mikrovili melalui pori tersebut
dan berinteraksi dengan reseptor kecap di permukaan sel (Gambar 15–4).
Kuncup kecap mendeteksi sedikitnya lima kategori umum sensasi kecap: ion logam
(asin); ion hidrogen dari asam (asam); gula dan senyawa organik terkait (manis);
alkaloid dan toksin tertentu (pahit); dan asam amino seperti glutamate (umami; Jap.
umami, gurih). Rasa asin dan asam dihasilkan oleh kanal ion; kategori rasa lain
diperantarai oleh reseptor yang terangkai dengan protein G. Pengikatan reseptor
menghasilkan depolarisasi sel-sel gustatorik, yang menghasilkan serabut saraf sensorik
yang mengirimkan informasi ke otak untuk diolah. Persepsi sensasi kecap dalam
makanan memerlukan sensasi penghidu dan lainnya selain aktivitas kuncup kecap.

Gigi
Pada manusia dewasa, normalnya terdapat 32 gigi permanen, yang tersusun dalam
dua lengkung simetris bilateral di tulang maksila dan mandibula (Gambar 15–6a).
Setiap kuadran memiliki 8 gigi: 2 insisivus, 1 kaninus, 2 premolar, dan 3 molar tetap.
Dua puluh dari gigi-gigi permanen ini berasal dari gigi primer (gigi susu) yang akan
terlepas; sisanya adalah gigi molar tetap yang tidak memiliki prekursor desi-dua. Setiap
gigi memiliki mahkota yang menonjol di atas gingival, suatu bagian leher yang
menyempit di gusi, dan satu atau lebih akar di bawah gingiva yang menahan gigi pada
kantong tulang yang disebut alveoli gigi (Gambar 15–6b).

Mahkota gigi (korona dentis) ditutupi oleh email yang sangat keras dan akar gigi ditutupi
oleh jaringan yang mirip tulang disebut sementum. Kedua lapisan penutup ini bertemu
di bagian leher gigi. Bagian terbesar gigi terdiri atas materi berkapur lain, yaitu dentin,
yang mengelilingi ruang berisi jaringan ikat lunak yang dikenal sebagai rongga pulpa
(Gambar 15–6b). Pulpa gigi sangat vaskular dan juga diinervasi serta sebagian besar
terdiri dari jaringan ikat mesenkimal longgar dengan banyak substansi dasar, serat
kolagen tipis, fibroblas, dan sel-sel punca mesenkimal. Rongga pulpa menyempit di
akar sebagai kanal radiks, yang meluas ke apeks setiap radiks, tempat terdapatnya
sebuah lubang (foramen apikal) yang memungkinkan pembuluh darah, pembuluh limfe,
dan saraf keluar masuk rongga pulpa. Ligamen periodontal adalah berkas jaringan ikat
fibrosa dengan serat kolagen yang tertanam di dalam kedua sementum dan tulang
alveolar.
Dentin
Dentin adalah jaringan berkapur yang terdiri atas 70% kalsium hidroksiapatit sehingga
membuatnya lebih keras daripada tulang. Matriks organik mengandung serabut kolagen
tipe dan glikosaminoglikan yang disekresi oleh odontoblas, yaitu sel tinggi terpolarisasi
yang melapisi permukaan dalam gigi (Gambar 15–7a). Mineralisasi matriks predentin
melibatkan vesikel matriks pada suatu proses yang serupa pada osteoid

Prosesus-prosesus odontoblas apikal yang memanjang dan langsing berada dalam


tubulus dentis (Gambar 15-7b) yang mempenetrasi seluruh ketebalan dentin dan
semakin memanjang seiring bertambahnya ketebalan dentin. Di sepanjang struktur
tersebut, prosesus tersebut menjulurkan cabang-cabang halus menjadi cabang-cabang
lateral tubulus yang lebih kecil (Gambar 15-7c). Proses odontoblast yang penting bagi
pemeliharaan matriks dentin. Odontoblas tetap aktif menyekresi predentin pada usia
dewasa, yang membuat ukuran rongga pulpa semakin mengecil terstimulasi untuk
memperbaiki dentin jika gigi rusak.

Gigi sensitif terhadap beberapa stimulus, seperti panas, dingin, trauma, dan pH asam,
dan semua stimulus ini dirasakan sebagai nyeri. Pulpa banyak mengandung serabut
saraf dan sejumlah serabut saraf tak bermielin menjulur ke dalam tubulus dentis di
dekat rongga pulpa (Gambar 15-8). Berbagai stimulus dapat menyebabkan pergerakan
cairan dalam tubulus dentis, yang merangsang serabut saraf dan memproduksi
sensitivitas gigi.
EMAIL
Email adalah komponen tubuh manusia yang paling keras yang terdiri dari 96% kalsium
hidroksiapatit dan bahan organik hanya 2% hingga 3% termasuk sangat sedikit protein
dan tanpa kolagen. Ion lain seperti fluoride, dapat terikat atau terabsorbsi oleh kristal
hidroksiapatit; email yang mengandung fluorapatit lebih tahan terhadap disolusi asam
oleh mikroorganisme sehingga fluorida ditambahkan pada pasta gigi dan suplai air
minum.

Email terdiri atas batang atau kolom panjang, yaitu batang email (prisma),
masing-masing sekitar 5 μm dengan diameter dan dikelilingi oleh lapisan tipis dari
enamel lainnya. Setiap batang membentangi seluruh ketebalan lapisan email yang
rata-rata 2 mm. Tepat, pengaturan saling bertautan dari batang email sangat krusial
untuk kekerasan email dan resistan terhadap tekanan besar selama Mastikasi.

Pada gigi yang sedang berkembang, matriks email disekresi sel terpolarisasi, yang
disebut ameloblas, (Gambar 15–9a), yang merupakan bagian dari epitel khusus dalam
kuncup gigi yang disebut organ email. Ujung apikal ameloblast menghadapi yang dari
odontoblast memproduksi predentine (Gambar 15–10). Ekstensi apikal dari masing-
masing ameloblast, yang proses ameloblas (atau Tomes), yang mengandung sejumlah
besar granul sekresi berisikan protein yang membentuk matriks email. Disekresikan
matriks mengalami mineralisasi yang sangat cepat. Pertumbuhan kristal hidroksiapatit
untuk memproduksi setiap memanjangkan batang email dipandu oleh (20 kDa) protein
amelogenin kecil, protein struktural utama mengembangkan email.

Ameloblas berasal dari lapisan ektodermal dari rongga mulut embrio, sedangkan
odontoblas dan sebagian jaringan dari rongga pulpa berkembang dari sel pial neural
dan mesoderm, secara masing-masing. Bersama-sama, sel-sel tersebut menghasilkan
serangkaian 52 struktur di sekitar rongga mulut yang berkembang, 20 untuk gigi primer
dan 32 untuk gigi sekunder atau gigi pemanen. Perkembangan gigi primer yang
lengkap dan mulai erupsi sekitar 6 bulan setelah kelahiran. Perkembangan pada
kuncup gigi sekunder menahan di "tahap bel," yang ditunjukkan pada (Gambar 15-10a),
sampai sekitar usia 6 tahun, ketika gigi ini mulai erupsi sebagai gigi primer terlepas.
Periodonsium
Periodonsium terdiri atas struktur-struktur yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan gigi di dalam tulang maksila dan mandibula. Periodonsium terdiri atas
semen- tum, ligamen periodontal, tulang alveolar, dan gingiva. (Gambar 15–6b; Gambar
15–11).

Sementum menutupi dentin akar gigi dan susunannya serupa dengan tulang, tetapi
avaskular. Sementum lebih tebal di daerah apikal radiks, tempat sementosit berada di
lakuna, yaitu sel yang memiliki tampilan osteosit. Seperti tulang, sementum bersifat labil
dan bereaksi terhadap stres yang dialaminya dengan meresorpsi jaringan tua atau
menghasilkan jaringan baru.

Ligamen periodontal adalah fibrosa jaringan ikat dengan serat kolagen dibundel
(serabut Sharpey) mengikat sementum dan tulang alveolar (Gambar 15–11). Tidak
seperti ligamen tipikal, ini sangat selular dan memiliki banyak pasokan dari pembuluh
darah dan saraf, memberikan sensorik ligamen periodontal dan fungsi nutrisi sebagai
tambahan untuk perannya dalam penyangga gigi. Hal ini memungkinkan gerakan
terbatas gigi dalam alveolus dan membantu melindungi alveolus dari tekanan rekuren
diberikan selama mastikasi. Ketebalannya (150-350 μm) adalah hampir sama
sepanjang akar tetapi menurun dengan penuaan.

Tulang alveolar tidak memiliki pola pipih tipikal pada tulang dewasa tetapi memiliki
osteoblas dan osteosit terlibat dalam kontinu remodeling pada matriks tulang. Hal ini
dikelilingi oleh ligamen periodontal, yang berfungsi sebagai periosteumnya. Serat
bundel kolagen dari ligamen periodontal menembus tulang ini, mengikat ke sementum
(Gambar 15-11c).

Sekitar periodonsium gingiva membran mukosa yang melekat pada periosteum tulang
maksila dan mandibula (Gambar 15–11). Antara email dan epitel gingiva adalah sulkus
gingiva, alur yang hingga 3 mm mendalam di sekitar leher (Gambar 15–11a).

Bagian khusus epitel ini, yang disebut epitel pertautan, melekat pada email gigi melalui
kutikula yang menyerupai lamina basal tebal, sel-sel epitel melekat pada kutikula ini
melalui sejumlah besar hemidesmosom.
Esofagus
Esofagus adalah tabung berotot, panjang sekitar 25 cm pada orang dewasa, yang
mengangkut menelan materi dari faring ke dalam lambung. Empat lapisan saluran
pencernaan (Gambar 15-12) pertama menjadi mapan dan jelas terlihat dalam esofagus.
Mukosa esofagus memiliki mukosa tidak berkeratin epitel skuamosa berlapis, dan
submukosa mengandung kelenjar kecil pensekresi mukus kelenjar esofagus dengan
sekret yang memudahkan transpor makanan dan melindungi mukosa esofagus.
(Gambar 15–13a). Di dalam lamina propria daerah dekat lambung, terdapat kelompok
kelenjar, yaitu kelenjar kardiak esofagus, yang juga mensekresi mukus.
Menelan bermula dengan gerakan yang dapat dikendalikan, tetapi diakhiri dengan
peristalsis involunter. Pada sepertiga proksimal esofagus, lapisan muskular hanya
terdiri atas otot rangka seperti otot rangka lidah. Sepertiga tengah mengandung
kombinasi serabut otot rangka dan polos (Gambar 15–13b), dan di sepertiga bagian
distal esofagus, lapisan muskular hanya terdiri atas sel-sel otot polos. Hanya distal 1
sampai 2 cm dari esofagus, di dalam rongga peritoneum, yang ditutupi lapisan serosa;
sisanya ditutupi selapis jaringan ikat long

Lambung
Lambung adalah segmen sangat melebar dari saluran pencernaan yang fungsi
utamanya adalah:
● Untuk melanjutkan pencernaan karbohidrat diinisiasi oleh amilase saliva,
● Untuk menambah cairan asam kepada makanan, mengubah makanan oleh kerja
otot menjadi suatu massa disebut kental oleh aktivitas berputar dari muskularis
itu,
● Untuk memulai pencernaan trigliserida oleh lipase yang disekresikan, dan
● Dan membantu dimulainya pencernaan protein oleh enzim pepsin.
Inspeksi umum memperlihatkan empat daerah: kardia, fundus, korpus, dan pilorus
(Gambar 15–14a). Kardia adalah zona transisi yang sempit, lebar 1,5-3 cm, antara
esofagus dan lambung; pilorus adalah regio berbentuk corong yang membuka ke dalam
usus halus. Kedua regio ini terutama terlibat dengan produksi mukus dan serupa secara
histologis. Karena struktur bagian fundus dan tubuh identik secara mikroskopis dan
merupakan situs dari kelenjar lambung melepaskan asam lambung asam. Mukosa dan
submukosa lambung yang kosong memperlihatkan lipatan-lipatan memanjang yang
dikenal sebagai rugae, yang akan mendatar bila lambung terisi makanan. Dinding pada
semua regio lambung tersusun atas empat lapisan utama (Gambar 15–14c dan 15–15).
Mukosa
Dengan perubahan mendadak di taut esofagogastrik (Gambar 15–14b), mukosa
lambung terdiri atas epitel permukaan yang berlekuk ke dalam lamina propria dengan
kedalaman yang bervariasi. Invaginasi membentuk jutaan dari lubang gastrik,
masing-masing dengan membuka untuk lumen lambung (lihat Gambar 15–14; Gambar
15–16). Permukaan sel mukosa yang melapisi lumen dan lubang gastrik menyekresi
tebal, adheren, serta sangat kental lapisan mukosa yang banyak dalam ion bikarbonat
dan melindungi mukosa dari kedua efek abrasif pada makanan intraluminal dan efek
korosif dari asam lambung.
Lubang gastrik menunjukkan kelenjar tubular yang panjang dan bercabang serta
memperpanjang melalui ketebalan penuh dari lamina propria. Sel punca untuk epitel
yang melapisi kelenjar, lubang, dan lumen lambung ditemukan di segmen sempit
(isthmus) antara setiap lubang gastrik serta kelenjar gastrik. Sel punca pluripoten
membagi secara asimetris, memproduksi sel-sel progenitor untuk semua sel epitel yang
lain. Sejumlah sel anak bergerak ke atas dan menggantikan sel mukosa di foveola dan
permukaan, yang mempunyai waktu pergantian 4-7 hari. Sel-sel progenitor lainnya
bermigrasi lebih dalam dan berdiferensiasi ke dalam sel-sel sekretori dari kelenjar yang
membalikkan lebih banyak secara lambat dari permukaan sel-sel mukosa.

Lamina propria yang tervaskularisasi dan mengelilingi serta menunjang sumur dan
kelenjar tersebut mengandung serabut otot polos, sel limfoid kapiler, dan limfatik. Yang
memisahkan mukosa dari submukosa di bawahnya adalah selapis otot polos, yaitu
muskularis mukosa (Gambar 15– 15).

Di dalam fundus dan tubuh kelenjar gastrik sendiri mengisi sebagian besar dari
mukosa, dengan beberapa seperti kelenjar yang dibentuk oleh percabangan di isthmus
atau leher dari masing-masing lubang gastrik. Sel epitel sekretori pada kelenjar gastrik
yang distribusi tidak merata dan pembebasan produk yang merupakan kunci untuk
fungsi lambung. Sel-sel ini dari empat jenis utama dan sifat penting dari masing-masing
sebagai berikut:
● Sel mukosa leher terdapat berkelompok atau sendiri- sendiri di antara sel-sel
parietal di bagian leher kelenjar gastrik dan mencakup banyak progenitor serta
permukaan sel mukosa yang belum matang (Gambar 15–17). Kurang kolumnar
dari permukaan sel-sel mukosa lapisan lubang gastrik, sel-sel di leher mukosa
sering terdistorsi oleh sel sekitarnya, tapi dengan inti di dasar sel dan granul
sekresi di dekat permukaan apikal. Sekresi mukusnya bersifat kurang alkali dan
agak berbeda dari sekresi mukus yang berasal dari sel mukosa epitel
permukaan.
● Sel parietal menyekresi asam hidroklorida (HCI) dan terdapat di antara sel-sel
leher mukosa serta seluruh bagian lebih dalam dari kelenjar. Bentuknya bulat
atau berbentuk piramid, masing-masing dengan satu (kadang-kadang dua)
sentral dikelilingi nukleus. Sitoplasma adalah sangat eosinofilik karena padatnya
mitokondria (Gambar 15–17). Ciri yang paling mencolok dari sebuah sel yang
aktif menyekresi yang dilihat dengan mikroskop elektron adalah invaginasi dalam
yang sirkular pada membran sel apikal yang membentuk kanalikulus intrasel
dengan luas permukaan besar yang dihasilkan oleh ribuan mikrovili (Gambar
15–18). Seperti diperlihatkan pada (Gambar 15-19), karbonik anhidrase
mengkatalisis konversi air sitoplasma dan CO2 ke HCO3+ dan H+. HCO3+
diangkut dari sisi basal sel dan H+ dipompa dari sel apikal, bersama dengan Cl−.
Dalam lumen H+ dan ion Cl− bergabung untuk membentuk HCl. Sedangkan
sekresi gastrik menjadi sangat asam, mukosa sendiri tetap pada sebagian PH
lebih netral karena dari bikarbonat dibebaskan ke lamina propria. Mitokondria
banyak menghasilkan energi terutama untuk operasi pompa ion sel.

Sel parietal juga mengeluarkan faktor intrinsik suatu glikoprotein yang diperlukan untuk
ambilan vitamin B12 di usus halus.

Aktivitas sekretorik sel-sel parietal dirangsang oleh ujung saraf kolinergik stimulasi
parasimpatis dan oleh histamin dan suatu polipeptida gastrin dari sel enteroendokrin.
● Sel zimogen (chief cell) sel mendominasi di regio yang lebih rendah dari kelenjar
gastrik (Gambar 15–17) dan memiliki semua karakteristik dari sel protein yang
mensekresi aktif. Secara ultrastruktur sel chief menunjukkan RER berlimpah dan
banyak apikal granula sekretori (Gambar 15–20). Granul di dalam mengandung
enzim pepsinogen yang tidak aktif, prekursor ini dengan cepat dikonversi
menjadi enzim proteolitik pepsin yang sangat aktif setelah dibebaskan ke dalam
lingkungan lambung yang asam (Gr. Peptein, untuk dicerna). Pepsin adalah
endoproteinase dengan spesifisitas luas dan maksimal aktivitas pada pH antara
1,8 serta 3,5. Pepsin inisiasi hidrolisis dari ingesti protein dalam lambung. Sel
chief juga memproduksi lipase gastrik, yang mencerna banyak lipid.
● Sel enteroendokrin merupakan tipe sel epitel pada mukosa gastrik dengan
endokrin atau fungsi parakrin. Dalam fundus sel enteroendokrin ditemukan
dilamina basal kelenjar gastrik kecil mensekresi serotonin (5- hidroksitriptamin)
(Gambar 15-20). Pada pilorus dan bagian bawah lambung, sel enteroendokrin
lainnya berkontak dengan lumen kelenjar, termasuk sel G yang menghasilkan
polipeptida gastrin.
Berbagai sel enteroendokrin mensekresi hormon yang berbeda, biasanya peptida, juga
ditemukan dalam mukosa usus dan dari utama pentingnya untuk fungsi pada saluran
pencernaan. Contoh penting diringkas dalam Tabel 15-1. Jarang terlihat oleh rutin
mikroskop cahaya, sel-sel ini dapat divisualisasikan oleh TEM pengobatan jaringan
dengan kromium atau perak garam. Ini tersedia alternatif nama sel enterokromatin (EC)
dan sel argentafin, secara masing-masing. Sekarang biasanya divisualisasikan secara
imunohistokimia menggunakan antibodi terhadap produk ini, yang diberi nama dengan
huruf awal dari hormon utama produksi ini (lihat Tabel 15–1). Sebagian besar dari
sel-sel proses amina dan juga secara kolektif disebut sel APUD karena itu aktivitas
"amina prekursor serapan dan dekarbok- silasi". Semua sel tersebut secara umum lebih
dianggap bagian dari sistem neuroendokrin difus (DNES)
Setelah stimulasi, sel-sel ini membebaskan produk hormon yang kemudian
menggunakan parakrin (lokal) atau endokrin (sistemik) melalui efek vaskulatur. Sel-sel
dari saluran pencernaan DNES dibagi ke dalam dua kelas: jenis "tertutup", di mana
apeks selular ditutupi oleh sel epitel berdekatan (Gambar 15-20), dan jenis "terbuka", di
mana konstriksi apikal akhir pada sel kontak lumen dan menanggung kemoreseptor isi
lumen yang sederhana. Efek dari hormon termasuk regulasi dari peristaltik dan saluran
motilitas; sekresi pada enzim pencernaan, air, serta elektrolit; dan merasakan sensasi
setelah makan.
Di dalam regio kardia dan pilorus dari lambung, mukosa juga mengandung kelenjar
tubular, dengan lubang-lubang yang panjang, bercabang menjadi bagian sekretori
bergelung, disebut kelenjar kardial dan kelenjar pilorik (Gambar 15-21). Kelenjar kedua
kurang parietalis dan sel chief, terutama mensekresi mukus yang berlebihan.
Lapisan lainnya
Lapisan utama lainnya dari dinding lambung dirangkum dalam (Gambar 15-14 dan
15-15). Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat padat yang mengandung pembuluh
darah dan pembuluh limfe; lapisan ini sel-sel limfoid, makrofag, dan sel mast. Lapisan
muskularis terdiri atas serabut otot polos yang tersusun dalam tiga arah utama, lapisan
luar tersusun longitudinal, lapisan tengah tersusun sirkular, dan lapisan dalam tersusun
oblik. Kontraksi ritmis muskularis berfungsi mencampur makanan dan kimus yang
tercerna dengan produk sekresi mukosa lambung
Usus Halus
Usus halus adalah tempat akhir berlangsungnya pencernaan, dan nutrisi (produk
pencernaan) diserap oleh sel-sel dari lapisan epitel. Usus halus relatif panjang sekitar 5
m dan terdiri atas tiga segmen; duodenum, jejunum, dan ileum. Segmen-segmen
tersebut memiliki banyak kemiripan ciri dan akan dibahas bersama-sama.

Mukosa
Bila dilihat dengan mata telanjang, permukaan usus halus memperlihatkan
lipatan-lipatan permanen sirkular atau semilunar (plicae circulares) yang terdiri atas
mukosa dan submukosa (Gambar 15–22a dan 15–23), yang paling berkembang di
jejunum. Menutupi secara padat seluruh mukosa dari usus kecil yang pendek (0.5-
sampai 1,5-mm) perkembangan mukosa disebut vili yang memproyeksi ke dalam lumen
(Gambar 15–22). Jari atau lapisan seperti proyeksi ditutupi oleh epitel kolumnar
sederhana pada sel absorbtif disebut enterosit, dengan banyak diselingi sel goblet.
Setiap villus memiliki inti pada jaringan ikat longgar yang memanjang dari lamina
propria dan mengandung fibroblas, serat otot polos, limfosit serta sel plasma, kapiler
fenestrasi, dan pusat limfatik yang disebut sebuah lakteal.

Di antara vili terdapat muara kecil kelenjar tubular simpleks yang disebut (kriputus
intestinal atau kriptus Lieberkühn) dan epitel setiap vili kontinu dengan epitel dari
kelenjar intervensi (Gambar 15-22c). Sel epitel kelenjar usus termasuk diferensiasi dan
sel-sel punca pluripoten untuk semua jenis sel pada usus halus. Termasuk berikut ini:
● Enterosit, yaitu sel absortif, merupakan sel silindris tinggi, masing-masing
dengan inti lonjong di bagian basal sel (Gambar 15–24). Di apeks sel terdapat
lapisan homogen yang disebut brush (striated) border. Secara ultrastruktural
perbatasan lurik adalah lapisan dipandang dari mikrovili dikemas secara padat
ditutupi oleh glikokaliks melalui nutrisi yang diambil ke dalam sel (Gambar
15–22e dan 15–24c). Seperti dibahas pada Bab 4, setiap mikrovilus merupakan
tonjolan silindris dari sitoplasma apikal dengan panjang 1 μm dan diameter 0,1
μm dan terdiri atas filamen aktin dan dibungkus membran sel. Setiap sel
absorptif diperkirakan memiliki rerata 3000 mikrovili, dan 1 mm2 mukosa
mengandung sekitar 200 juta struktur ini. Mikrovili memperluas daerah kontak
antara permukaan usus dengan nutrien, suatu fungsi plica dan vili, yaitu ciri
penting suatu organ yang dikhususkan untuk absorpsi. Plica diper- kirakan
memperluas permukaan usus sebesar 3 kali lipat, vili memperluasnya 10 kali,
dan mikrovili mem- perluasnya 20 kali. Sehingga total daerah serap lebih dari
200 m2 di usus kecil!
Mekanisme penyerapan nutrien bervariasi dengan molekul berbeda yang dihasilkan
oleh pencernaan. Disakaridase dan peptidase yang disekresi sel-sel tersebut dan
terikat pada mikrovili, menghidrolisis disakarida dan dipeptida menjadi monosakarida
dan asam amino. Ini mudah diserap oleh transpor aktif dan segera dilepaskan lagi dari
enterosit untuk penyerapan oleh kapiler. Pencernaan lemak oleh lipase pankreas dan
empedu menghasilkan subunit lipid, termasuk gliserol, monogliserida, dan asam lemak,
yang emulsi dengan garam empedu ke dalam (2 nm) misel kecil dari lipid yang
masukkan enterosit oleh pasif difusi dan membran transporter. Lipid ini reesterifikasi
menjadi trigliserida di dalam enterosit ER halus dan kemudian dikompleks dengan
apoprotein dalam aparatus Golgi, memproduksi kilomikron terpasang dari per- mukaan
basolateral sel untuk penyerapan oleh lakteal tersebut. (Gambar 15-25)
menggambarkan konsep dasar absorpsi lipid
● Sel goblet tersebar di antara sel absorptif (lihat Gambar 15–22d dan 15–24 a,b).
Sel-sel ini menghasilkan musin glikoprotein yang terhidrasi dan berikatan silang
membentuk mukus dengan fungsi utama melindungi dan melumasi lapisan usus.
● Sel Paneth di bagian basal kriptus intestinal di bawah sel punca adalah sel
eksokrin dengan granul sekresi eosinofilik berukuran besar di sitoplasma apikal
(Gambar 15–26). Granula sel Paneth mengalami eksositosis untuk melepaskan
lisozim, fosfolipase A2, dan peptida hidrofobik yang disebut defensin, yang ke-
semuanya mengikat dan menguraikan membran mikroorganisme dan dinding
bakteri. Sel-sel paneth berperan penting pada imunitas alami dan dalam
mengatur lingkungan mikro di kriptus intestinal.
● Sel-sel enteroendokrin terdapat dalam berbagai jumlah di seluruh area usus
halus, yang mensekresikan berbagai peptida (lihat Tabel 15–1). Banyak dari jenis
ini "terbuka", dalam apikal konstriksi akhir dari sel kontak lumen usus dan
memiliki kemoreseptor mirip dengan kuncup kecap, tingkat contoh pada nutrisi
tertentu seperti gula untuk meregulasi pembebasan hormon secara basal
(Gambar 15–27).
● Sel M (microfold) adalah sel epitel khusus pada ileum yang menutupi folikel
limfoid pada plak peyer. Seperti dibhas dalam Bab 14, sel ini ditandai dengan
banyaknya invaginasi membran basal yang membentuk sumur- sumur yang
mengandung banyak limfosit intraepitel dan sel penyaji-antigen (lihat Gambar
14–13). Sel M mengendositosis antigen secara selektif dan mentrans- pornya
kepada makrofag dan limfosit serta sel dendritik, yang kemudian bermigrasi ke
kelenjar limfe tempat dimulainya respons imun terhadap antigen asing.
Lapisan lainnya
Secara keseluruhan jaringan ikat longgar usus halus pada mukosa lamina propria
mengandung darah ekstensif dan mikrovaskular getah bening, serabut saraf, sel otot
polos, dan difusi jaringan limfoid. Lamina propria menembus pusat vili usus, yang
membawa serta mikrovaskulatur, limfe, dan saraf (lihat Gambar 15–22c; Gambar
15–28). Serabut otot polos di dalam vili berperan menimbulkan pergerakan ritmis di vili,
yang penting untuk penyerapan yang efektif. Muscularis mucosae juga menimbulkan
pergerakan setempat vili dan plicae circulares bahwa getah bening mendorongkan
bantuan dari lakteal ke submukosa dan mesenterik limfe.
Submukosa memiliki darah lebih besar dan pembuluh getah bening serta berdifusi,
neuron yang saling berhubungan pada pleksus saraf submukosa (Meissner). Bagian
proksimal duodenum memiliki terutama di lapisan submukosanya tetapi meluas ke
mukosa banyak kelenjar mukosa tubular, yaitu kelenjar duodenum (atau kelenjar
Brunner) dengan muara duktus ekskretorius kecil di antara kriptus-kriptus intestinal
(Gambar 15–29). Produk kelenjar sangat bersifat basa (pH 8.1-9.3), yang menetralkan
kimus yang memasuki duodenum dari pilorus, yang melindungi membran mukosa
duodenum dan membuat pH isi usus menjadi optimal untuk kerja enzim pankreas.
Dalam ileum, lamina propria dan submukosa mengandung berkembang dengan baik
mukosa terkait jaringan limfoid (MALT), yang terdiri dari agregat nodul limfoid besar
yang dikenal sebagai plak Peyer men- dasari sel epitel M.

Muskularis yang berkembang di dalam usus kecil, yang terdiri dari lapisan sirkular
internal, lapisan longitudinal eksternal, dan di antaranya neuron dari mienterikus
(Auerbach) pleksus saraf (Gambar 15–30). Neuron dari kedua submukosa dan pleksus
mienterikus sebagian besar autonomik serta secara kolektif menyusun sistem saraf
enterik besar. Usus halus ditutupi oleh serosa tipis dengan mesotelium kontinu dengan
dari mesenterium (lihat Gambar 15-22a).
Usus Besar
Usus besar atau usus, yang absorpsi air dan elektrolit serta membentuk bahan yang
tidak dapat dicerna ke dalam feses, memiliki regio berikut: sekum pendek, dengan
katup ileosekal dan apendiks; yang naik, melintang, turun, serta kolon sigmoid; dan
rektum, di mana feses disimpan sebelum evakuasi. (Gambar 15–31). mukosa
kekurangan vili dan kecuali di dalam rektum tidak memiliki lipatan utama. Kurang dari
sepertiga selama usus halus, usus besar memiliki diameter yang lebih besar (6-7 cm).
Dinding usus yang mengkerut ke dalam serangkaian dari kantung besar yang disebut
haustra (L. sing. haustrum, bucket, scoop).
Mukosa pada usus besar penetrasi seluruh panjangnya oleh tubular kelenjar intestinal.
Kelenjar usus tubular yang dilapisi oleh sel goblet dan sel absorptif dengan sedikit sel
enteroendokrin (Gambar 15–32 dan 15–33). Sel absorptif atau kolonosit berbentuk
silindris dengan mikrovili pendek irregular dan ruang interselular dilatasi menunjukkan
absorbsi cairan aktif (Gambar 15–33d). Sel goblet memproduksi pelumas mukus
menjadi lebih banyak sepanjang dari kolom dan dalam rektum. Sel punca untuk epitel
usus besar berada pada sepertiga bawah kelenjar.

Lamina propria kaya kan sel limfoid dan nodul limfoid yang sering kali menyebar sampai
ke dalam submukosa (Gambar 15–32). Banyaknya jaringan MALT berkaitan dengan
banyaknya bakteri di usus halus. Meskipun apendiks tidak memiliki fungsi pencernaan,
struktur tersebut merupakan komponen penting MALT

Muskularis terdiri atas berkas-berkas longitudinal dan sirkuler, tetapi berbeda dari
lapisan muskularis di usus halus dengan serabut lapisan luarnya yang mengelompok
dalam 3 pita longitudinal yang disebut taenia coli (L., pita usus besar) (Gambar 15-32a).
Bagian intraperitoneal kolon dilapisi oleh serosa, yang ditandai dengan tonjolan kecil
yang terdiri atas jaringan adiposa.
Ujung distal dari saluran GI adalah kanalis analis, panjang 3-4 cm. Di taut rectoanal,
lapisan mukosa usus diganti oleh epitel berlapis gepeng (Gambar 15–34). Di daerah
anus, membran mukosa dan submukosa membentuk sederetan lipatan memanjang,
yaitu columna analis (Gambar 15–31b), di daerah lamina propria dan submukosa
termasuk sinus dari pleksus vena rektum. Dekat anus lapisan sirkular pada muskularis
rektum membentuk sfingter anal internal. Buang air besar melibatkan aksi dari otot
volunter terdiri dari sfingter anal eksternal. (Gambar 15-31b).

Tabel 15-2 merangkum fitur histologis membedakan masing-masing regio pada saluran
pencernaan.
FISIOLOGI
A. Proses pencernaan dasar
○ Motilitas - gerakan suatu organ untuk melakukan aktivitas tanpa adanya
perpindahan. Pada sistem pencernaan motilitas dibagi 2, yaitu gerakan propulsif
(mendorong isi maju saluran cerna) dan gerakan mencampur
○ Sekresi - hasil sintesis kelenjar endokrin dan eksokrin saluran cerna untuk
memudahkan berjalannya sistem pencernaan
○ Digesti - mekanisme penguraian struktur molekul secara kimiawi yang
dikonsumsi menjadi satuan-satuan unsur yang lebih kecil agar mudah diserap
tubuh
○ Absorbsi - proses penyerapan hasil digesti
B. Cavum oris
Mulut merupakan pintu masuk benda yang dicerna oleh sistem pencernaan dari luar
tubuh. Di mulut terdapat mekanisme mekanik yaitu mastikasi (mengunyah)

Mastikasi (mengunyah
● Mengunyah merupakan proses tercampurnya makanan di dalam mulut untuk
kemudian di cerna di dalam saluran cerna. Mengunyah merupakan gerak
volunteer dan dilakukan secara sadar meskipun sebelumnya dirangsang secara
refleks
● Pemeran fisik
○ Cavum oris (mulut)
○ Gigi insisivi
○ Gigi molar
○ Otot pengunyahan
● Rangsangan mengunyah
○ Pusat pengecapan di batang otak - retikularis spesifik
○ Hipotalamus
○ Amigdala
○ Korteks serebri
C. Lingua (Lidah)
○ Lidah merupakan organ yang sebagian besar disusun oleh otot lurik (otot rangka)
○ Terdapat dua macam otot pada lidah, yaitu otot ekstrinsik dan otot intrinsik
a. Otot ekstrinsik
i. Muscularis ginioglossus - fungsi untuk menarik turun lingua;
bagian posterior menjulurkan lingua keluar, memajukan dan
menekan lidah. Inervasi oleh N hypoglossus
ii. Musculus hypoglossus - fungsi untuk menarik lingua turun dan ke
belakang, retraksi dan menekan lidah. Inervasi oleh N.
hypoglossus
iii. Musculus styloglossus - fungsi untu menarik lingua ke belakang
dan mengangkatnya untuk membentuk alur guna menelan.
Inervasi n hypoglossus
iv. Musculus palatoglossus - fungsi mengangkat bagian posterior
lingua. Inervasi oleh radix cranialis (n. Cranialis XI lewat ramus
pharyngealis, n. Cranialis X, dan plexus pharyngeus)
b. Otot intrinsik
i. Musculus longitudinalis superior - fungsi untuk retraksi dan
melebarkan lidah, mengangkat ujung lidah, menurunkan ujung
lidah, apex linguae. Inervasi oleh N hypoglossus
ii. Musculus longitudinalis inferior - fungsi untuk retraksi dan
melebarkan lidah, mengangkat ujung lidah, menurunkan ujung
lidah, apex linguae. Inervasi oleh n hypoglossus
iii. Musculus transversus linguae - fungsi untuk menyempitkan lidah,
memanjangkan lidah bersama-sama dengan musculus verticalis
linguae. Inervasi N hypoglossus
iv. Musculus verticalis linguae - fungsi untuk melebarkan lidah

D. Saliva
○ Saliva adalah hasil sekresi di mulut yang memiliki peran utama dalam menjaga
kebersihan rongga mulut terhadap mikroorganisme asing. Oleh karenanya, saliva
mengandung dua jenis sekresi protein berupa serosa dan mucus
○ Lokasi sekresi
i. 3 kelenjar utama : glandula parotis (sebagian mensekresi kelenjar
serosa), glandula submandibularis dan glandula sublingualis (kedua
kelenjar ini menyekresi baik kelenjar serosa maupun mukosa)
ii. Kelenjar kecil yang bernama bukalis, kelenjar ini menyekresi mukus
○ Peran jenis kelenjar yang disekresi
i. Sekresi serosa mengandung enzim ptialin (suatu amilasi) untuk
mencerna karbohidrat
ii. Sekresi mukus - mengandung musin untuk pelumasan dan perlindungan
permukaan
○ Waktu sekresi setiap hari dan setiap terjadi rangsangan
○ Volume normal sekresi saliva perhari 800 ml-1.500 ml
○ Tahap 1 sekresi saliva (melibatkan duktus asini) - terjadi sekresi primer dimana
enzim ptialin dan musin disekresi dan mengalir melalui duktus asini menuju
salivarius. Selama produk sekresi itu mengalir, terjadi transport zat secara aktif
ion-ion yang mengakibatkan perubahan konsentrasi yang signifikan dalam saliva
○ Tahap 2 (melibatkan duktus salivarius) - terjadi transport zat yang mempengaruhi
perubahan konsentrasi ion di dalam saliva sepanjang duktus salivarius.
Mekanisme tersebut berupa reabsorbsi dan sekresi yang berupa :
i. Reabsorbsi natrium mengakibatkan sekresi kalium sebagai gantinya
ii. Sekresi ion bikarbonat akibat reabsorbsi natrium yang lebih adekuat
dibanding sekresi kalium menyebabkan ductus dalam kondisi kenegatifan
- 70 milivolt. Sehingga, untuk menyeimbangi sekresi ion bikarbonat
tersebut, terjadilah reabsorpsi klorida
○ Pengaturan sekresi saliva : sekresi saliva dikontrol oleh beberapa mekanisme
yaitu
i. Pengontrol utama - saraf parasimpatis yang berawal dari nukleus
salivatorius superior dan inferior di batang otak, tepatnya berlokasi di
pertemuan antara medula dan spons
ii. Rangsang taktil akibat adanya benda halus di dalam rongga mulut
iii. Pengecapan pada lidah, daerah-daerah rongga mulut dan faring
iv. Rangsangan oleh daerah nafsu makan di otak yang terletak pada pusat
parasimpatis. Hipotalamus anterior sebagai respons pengecapan dan
penghidu yang terletak pada korteks serebri dan amigdala
v. Respons refleks dari lambung dan usus halus bagian atas akibat adanya
makanan yang mengiritasi
vi. Rangsangan sekunder pertama oleh saraf simpatis (jauh lebih sedikit dari
rangsangan saraf parasimpatis) yang berpusat di ganglion servikalis
superior dan berjalan sepanjang permukaan dinding pembuluh darah
menuju kelenjar-kelenjar saliva
vii. Rangsangan sekunder kedua adalah suplai darah ke kelenjar. Hal ini
karena kelenjar sekresi membutuhkan nutrisi adekuat dari darah. Sinyal
saraf parasimpatis yang merangsang salvitasi yang banyak juga secara
sedang melebarkan pembuluh darah
○ Fungsi saliva digesti adalah untuk bekerja sebagai pencerna karbohidrat
menggunakan enzim amilase
○ Fungsi saliva lubrikasi
i. Mukus pada saliva berperan sebagai pelumas dan pembungkus makanan
yang masuk agar dapat dicerna dengan mudah
ii. Saliva juga berfungsi sebagai bahan pelarut molekul yang merangsang
tunas kecap (taste bud), maka jika makanan tidak dikenai oleh saliva,
tidak mampu dideteksi rasa oleh taste bud. Dan saliva juga yang
menyapu sisa rasa makanan yang terasa sebelumnya agar kita dapat
merasakan makanan di gigitan selanjutnya
○ Fungsi saliva proteksi adalah menjaga higienitas mulut dengan enzim lisozim
sebagai suatu enzim yang melisiskan bakteri tertentu dengan merusak dinding
selnya, disertai pula peran igA saliva
E. Faring
○ Faring memiliki dua bagian yang berperan dalam sistem pencernaan yaitu
orofaring dan laringofaring
○ orofaring : berasal dari kata oris (mulut) dan faring yaitu jalan yang dimulai dari
mulut menuju faring
○ Laringofaring berasal dari kata laring dan faring yaitu bagian faring yang melalui
faring dan laring
○ Orofaring
i. Mekanisme di orofaring berawal dari ketika makanan mulai ditelan
ii. Mekanisme menelan atau deglutasi tersebut diawali oleh lingua
menggunakan otot pada lidah yaitu musculus styloglossus yang
mengangkat bolus makanan ke bagian posterior. Mekanisme ini juga
merangsang penghambatan sistem respiratorius di batang otak sehingga
tidak terganggu jalannya pernapasan dan penelanan makanan di waktu
yang bersamaan. Uvula berperan untuk mencegah makanan masuk ke
nasal tempat dimana sistem pernapasan berlangsung
iii. Seperti kita tahu, pada bagian leher terdapat dua pintu masuk sistem
yang berjalan yaotu sosyem pernapasan dan pencernaan. Di pintu masuk
antara trakea dan esofagus terdapat katup yang bernama epiglotis.
Selain dibantu oleh otot lidah dengan posisi lidah yang mencegah
mekanan kembali masuk ke mulut, corda vocalis yang terdapat di
epiglotis tertutup rapat begitu makanan masuk ke faring. Tidak sampai
disitu, faring dengan otot-ototnya di setiap dinding tunikanya, mendorong
bolus makanan tersebut ke bawah menajuhi epiglotis menuju esofagus,
dimana bolus makanan akan digerakkan secara khusus oleh mekanisme
peristaltic esofagus
○ Laringofaring
i. Di esofagus, bolus makan diberikan perlakuan khusus menggunakan
mekanisme peristaltic berupa dorongan kontraksi oleh dinding otot
esofagus yang didominasi oleh otot polos hingga masuk ke gaster.
Sebelum masuk ke gaster, terdapat sphincter bagian bawah esofagus
yang juga nantinya berfungsi agar makanan yang berada di gaster tidak
refluks naik kembali ke esofagus. Mekanisme yang ditekankan di faring
hingga esofagus ini memperlihatkan betapa dijaganya agar bolus
makanan yang kita makan tidak kembali lagi keluar atau mengalami
refluks yang terasa sangat tidak nyaman
F. Esofagus
○ Adalah saluran berotot, lurus, terbentang antara faring hingga gaster
○ Fungsinya adalah menyalurkan makanan dari faring ke gaster dan gerakannya
diatur khusus untuk fungsi tersebut
○ ⅓ bagian atas kerja esofagus diatur oleh otot lurik yang bekerja secara sadar
atau volunteer
○ ⅔ bagian bawah kerja esofagus diatur oleh otot polos yang bekerja secara
refleks atau involunteer
○ Esofagus memiliki 2 sfingter yaitu sfingter faringoesofagus dan sfingter
gastroesofagus
○ Di esofagus terdapat mekanisme khusus sesuai fungsinya yaitu deglutasi
(menelan)
○ Mekanisme kombinasi antara tindakan volunter dan involunter ketika bolus
makanan memasuki faring dan esofagus menuju lambung untuk dicerna lebih
lanjut
○ Proses involunter menelan ini merupakan tindakan refleks yang kemudian
merangsang impuls aferen melalui nervus V (trigeminus), VII, XII, dan X (vagus)
○ Menelan tahap 1 volunteer
i. Pemeran fisik : lidah
ii. Lidah membentuk dasar rongga mulut, terdiri dari otot rangka yang
dikontrol secara volunteer
iii. Gerakan pada tahap ini dilakukan secara sadar bahwa makanan ditekan
atau didorong ke arah posterior masuk ke dalam faring oleh tekanan lidah
iv. Kemudian, proses penelanan selanjutnya didominasi oleh mekanisme
otomatis dan umumnya tidak dapat dihentikan
○ Menelan tahap 2 faringeal
i. Pemeran fisik : faring
ii. Waktu kurang lebih 6 detik
iii. Pusat penelanan secara khusus menghentikan sejenak pusat
pernapasan medulla dalam waktu tersebut dan dalam siklusnya,
memungkinkan penelanan
○ Menelan tahap 3 esofageal
i. Pemeran fisik adalah esofagus
ii. Terdapat 4 mekanisme
iii. Mekanisme 1 adalah peristaltik esofagus
1. Peristaltik primer - faring ke esofagus. Dimulai di faring dan
menyebar ke esofagus selama proses penelanan di dalam
esofagus kurang lebih 8-10 detik. Bertugas menggerakan
makanan yang masuk sepanjang saluran esofagus. Apabila
peristaltik primer ini tidak bekerja karena makanan tertahan, akan
dilanjutkan oleh peristaltik sekunder
2. Peristaltik sekunder - esofagus ke lambung. Dihasilkan dari
peregangan esofagus oleh makanan yang tertahan. Terus
berlanjut hingga makanan masuk ke dalam lambung
iv. Mekanisme 2 adalah relaksasi reseptif lambung
1. Gelombang relaksasi timbul ketika adanya hantaran dari
gelombang peristaltik pada esofagus
2. Sebelum peristaltik esofagus mendekati lambung, didahului oleh
gelombang relaksasi yang dihantarkan oleh neuron penghambat
menterikus
3. Seluruh lambung bahkan duodenum sampai batas tertentu
terelaksasi saat gelombang ini mencapai bagian akhir esofagus.
Sehingga, organ tersebut siap lebih awal untuk menerima
makanan

v. Mekanisme 3 adalah fungsi sfingter esofagus bagian atas


(faringoesofagus) dan bawah (gastroesofagus/les).
1. Sfingter esofagus berupa lumen seperti cincin yang dikontraksi
oleh otot polos fasik (tonus) dengan tekanan intraluminal kurang
lebih 30 mmhg.
2. Sfingter esofagus bagian atas - menjaga pintu masuk ke esofagus
untuk mencegah masuknya udara dalam jumlah besar ke dalam
esofagus dan lambung ketika bernapas. Apabila jumlah udara
yang masuk ke dalam esofagus, akan menimbulkan eruktasi
(sendawa)
3. Sfingter esofagus bagian bawah - menjaga agar esofagus tidak
terpajan sekresi lambung yang sangat asam dalam kurun waktu
yang lama, hal ini karena esofagus kecuali ⅛ bagian bawahnya
tidak mampu menahan sekresi lambung. Konstriksi tonik sfingter
pada bagian ini mampu mencegah refluks isi lambung
vi. Mekanisme 4 adalah pencegahan tambahan refluks esofagus (penutupan
seperti katup)
1. Mekanisme seperti katup pada bagian esofagus yang pendek dan
sedikit memanjang ke dalam lambung mampu mencegah akibat
dari tekanan intra abdomen yang mendesak esofagus ke dalam.
2. Kalau tidak, setiap kita jalan, batuk, bernafas kuat, mungkin akan
mendorong keluar asam lambung tersebut
G. Gaster

○ Gaster atau lambung adalah organ terakhir dalam sistem pencernaan bagian
atas sebelum akhirnya masuk ke dalam duodenum
○ Secara anatomis lambung dibagi menjadi fundus gaster, korpus gaster, dan
antrum gaster
○ Secara fisiologis lambung dibagi menjadi 2, orad yang meliputi ⅔ bagian
proksimal korpus gaster dan kaudad yang meliputi ⅓ sisa bagian korpus dan
antrum gaster
○ Fungsi motorik lambung
i. Penyimpanan makanan sebelum dapat dicerna oleh usus halus dan usus
besar
ii. Makanan yang paling baru masuk terletak paling dekat dengan dinding
luar lambung
iii. Lambung dapat meregang akibat kuantitas makanan yang dikonsumsi
dengan bantuan refleks vasovagal dari lambung ke batang otak kemudian
ke lambung lagi
iv. Relaksasi sempurna lambung yaitu 800-1500 ml. Tekanan lambung tetap
rendah sampai batas relaksasi sempurna ini tercapai
○ Pencampuran makanan dengan sekresi lambung, sehingga membentuk
campuran setengah cairan yang disebut kimus
i. Di lambung terdapat kelenjar gastrik yang terdapat hampir di seluruh
dinding korpus lambung kecuali, curvatura gastrica major. Kelenjar ini
menghasilkan getah pencernaan lambung yang disekresi segera setelah
makanan berkontak dengan permukaan mukosa lambung
ii. Selama makanan ada di lambung, terdapat gelombang pencampur
seperti blender yang disebut dengan gelombang konstriktor lemah atau
gelombang pencampur di bagian tengah (korpus) sampai ke atas dinding
lambung dan bergerak ke arah antrum (propulsi). Gelombang ini bergerak
satu kali setiap 15-20 detik. Gelombang ini timbul akibat adanya irama
listrik dasar pada dinding lambung
iii. Namun, ketika gelombang mencapai bagian antrum lambung dimana
tekanan kemudian akan sangat kuat hingga berhasil naik ke pilorus, akan
menimbulkan cincin konstriktor yang digerakkan oleh potensial aksi
peristaltic yang kuat. Sehingga makanan yang berada di antrum dapat
naik ke pilorus
iv. Apabila bagian pilorus masih kontraksi dan belum siap untuk membuka
jalur makanan ke duodenum karena pengosongan lambung belum
dilakukan, maka akan terjadi mekanisme retropulsi atau mekanisme
pencampuran isi lambung oleh gerakan cincin konstriktif dengan cara
memeras terbalik dari antrum ke bagian tengah (korpus) yang didukung
○ Pengosongan lambung ketika makanan sudah siap dicerna oleh usus
i. Pengosongan lambung diakibatkan oleh kontraksi peristaltik yang kuat di
dalam antrum lambung sehingga menyebabkan pilorus dilatasi dan
membiarkan makanan masuk ke duodenum. Namun, pengosongan
lambung tidak selalu dilakukan karena terdapat faktor yang dapat
menghambatnya pula
ii. Faktor yang dapat menghambat adalah peregangan duodenum, adanya
iritasi dalam mukosa duodenum, kimus di dalam duodenum bersifat
terlalu asam atau terdapat pemecahan protein dan lemak yang berlebih
sehingga harus dicerna maksimal
iii. Jumlah kimus yang terlalu banyak di usus halus dan sedang dalam tahap
dicerna
iv. Osmolalitas kimus
○ Sekresi lambung
i. Di dalam mukosa lambung terdapat sekresi mukus dan dua kelenjar
tubuler penting
ii. Kelenjar oksintik (gastrik) - pembentuk asam, lokasi ada di bagian dalam
fundus dan korpus lambung pada 80% bagian proksimal lambung (bagian
atas). Hasil sekresi nya adalah HCL, pepsinogen, faktor intrinsik, dan
mukus
iii. Kelenjar pilorus berlokasi di 20% bagian distal lambung (bagian bawah).
Hasil sekresi mukus sebagai pelindung pilorus dari asam lambung dan
hormon gastrin
○ Fase sekresi lambung

i. Fase sefalik
Fase ini dimulai bahkan sebelum makanan masuk ke lambung. Fase ini
dapat timbul akibat melihat, membaui, memikirkan, atau mencicipi
makanan. Semakin besar nafsu makan, semakin besar rangsangan
tersebut. Berasal dari korteks serebri dan pusat nafsu makan di amigdala
dan hipotalamus. Sinyal ditransmisikan melalui nukleus motorik dorsalis,
nervus vagus, dan kemudian melalui saraf vagus ke lambung. Fase ini
dapat menghasilkan sekitar 30% sekresi pada lambung
ii. Fase gastrik
Terdiri atas 3 mekanisme yaitu 1 adalah refleks vasovagal yang
menyebabkan gerakan propulsi pada lambung, 2 adalah refleks enterik
setempat, dan 3 adalah mekanisme gastrin yang menyebabkan
disekresikannya getah pencernaan lambung setelah makanan beberapa
jam di dalam lambung. Fase ini membentuk sekitar 60% sekresi lambung
iii. Fase intestinal
Fase dimana makanan mulai memasuki bagian atas usus halus. Pada
fase ini, mengakibatkan lambung terus menyekresi getah pencernaan
lambung yang kemungkinan besar disebabkan oleh mukosa duodenum
yang melepaskan hormon gastrin. Sekresi pada bagian ini meliputi 10%
respons asam terhadap makanan.
○ Fungsi hasil sekresi lambung
i. HCL- berfungsi sebagai disinfektan atau pembunuhan kuman,
merangsang usus, hati, dan pancreas untuk mencerna makanan serta
untuk membantu penyerapan air, protein, dan pepsin
ii. Pepsinogen - merupakan perkursor enzim peptin yang berfungsi dalam
mencerna protein.
iii. Faktor intrinsik - disekresi oleh fundus lambung. Faktor intrinsik lambung
berupa glikoprotein yang berperan penting dalam penyerapan vitamin
B12 dalam usus
iv. Mukus - pelindung dinding lambung dari asam lambung yang berlebih
v. Hormon gastrin - merupakan hormon yang berbentuk peptide besar
dalam dua bentuk yaitu G-34 dengan 34 asam amino dan G-17 dengan
17 asam amino. Hormon ini diproduksi oleh sel-sel gastrin atau sel-sel G
di lambung, tepatnya di pilorus, di ujung distal lambung. Fungsinya untuk
merangsang pembentukan HCL lambung
H. Regulasi pencernaan
○ Regulasi pencernaan motilitas dan sekresi pencernaan diatur oleh tubuh untuk
memaksimalkan pencernan dan penyerapan makanan. Ada 4 faktor yang
berperan dalam mengatur fungsi sistem pencernaan
○ Faktor 1 adalah fungsi otonom otot polos : sebagian sel sel otot polos dapat
memacu variasi ritmik spontan potensial membran. sel -sel mirip sel otot tetapi
tidak berkontraksi yang dikenal sebagai sel interstisium cajal. Sel interstisium
cajal adalah sel pemacu yang memicu aktivitas gelombang lambat siklik. Sel-sel
pemacu ini terletak dibatas antara lapisan otot polos longitudinal dan sirkular.
Jenis aktivitas lisstrik spontan di otot polos pencernaan adalah potensial
gelombang lambat, yang disebut juga basic electrical rhythm (BER, irama listrik
dasar) saluran cerna. Jika gelombang ini memcapai ambang puncak
depolarisasi, maka dapat menimbulkan aksi yang berujung kepada
kontraksi-kontraksi oto yang berirama
○ Faktor 2 adalah pleksus saraf intrinsik : pleksus saraf intrinsik adalah dua
anyaman utama serat saraf, pleksus submukosa (pleksus meissner) dan pleksus
mienterikus (pleksus auerbach), yang seluruhnya berada di dalam didning
saluran cerna dan berada di sepanjang saluran cerna, kedua pleksus ini sering
disebut sistem saraf enterik. Pleksus submukosa, dari namanya terletak di antara
lapisan otot sirkular dan mukosa sedangkan pleksus mienterikus terletak diantara
lapisan otot sirkular dan otot longitudinal. Pleksus intrinsik mengandung berbagai
jenis neuron yang menyarafi sel otot polos maupun kelenjar eksokrin dan
endokrin. Neuron pleksus mienterikus mengontrol motilitas gastrointestinal,
sementara pleksus submukosa mengontrol sekresi getah pencernaan dan
peredaran darah. Anyaman saraf intrinsik dapat mengkoordinasikan aktivitas
lokal di dalam saluran cerna. Misalnya, jika sepotong makanan terganjal di
esofagus, maka pleksus-pleksus intrinsik mengoordinasikan respon lokal untuk
mendorong maju makanan
○ Faktor 3 adalah saraf ekstrinsik : saraf ekstrinsik adalah serat saraf dari kedua
cabang saraf otonom yang berasal dari luar saluran cerna dan menyarafi
berbagai organ pencernaan. Saraf otonom mempengaruhhi motilitas dan sekresi
saluran cerna dengan memodifikasi aktivitas yang sedang berlangsung di
pleksus intrinsik, mengubah tingkat hormon pencernaan atau bekerja langsung
pada beberapa otot polos dan kelenjar. Sistem simpatis cenderung
memperlambat kontraksi dan sekresi saluran cerna. sebaliknya , sistem
parasimpatis mendominasi dan mendorong pencernaan optimal. Serat saraf
simpatis dapat meningkatkan motilitas otot polos dan mendorong sekresi enzim
maupun hormon
○ Yang keempat adalah hormon pencernaan : di dalam mukosa bagian-bagian
tertentu saluran cerna terdapat sel-sel kelenjar endokrin khusus yang
mengeluarkan hormon pencernaan yang dapat menimbulkan efek eksitatorik
atau inhibitorik pada otot polos pencernaan serta sel-sel eksokrin.
I. Pankreas
○ Pankreas mengandung jaringan endokrin (hormon glukagon dan insulin) dan
eksokrin
○ Pankreas eksokrin
i. Enzim pankreas oleh sel asinus, disimpan di granula zimagen. Enzim
proteolitik pankreas dalam bentuk inaktif yaitu tripsinogen (menjadi
tripsin) oleh enterokinase, kimotripsinogen (menjadi kimotripsin) dan
procarboxypeptidase (menjadi karboksipeptidase) oleh tripsin. Enzim
tersebut mencerna protein menjadi produk akhir berupa rantai peptida
pendek dan asam amino. Amilase pankreas dalam bentuk aktif, berperan
dalam pencernaan karbohidrat mengubahnya menjadi glukosa
monosakarida, maltosa disakarida, dan polisakarida. Lipase pankreas
dalam bentuk aktif, satu-satunya enzim yang mencerna lemak, yang akan
menghidrolisis trigliserida menjadi monogliserida dan asam lemak bebas
yang dapat diserap
ii. Larutan natrium bikarbonat (NaHCO3) oleh sel duktus pankreatikus.
Cairan yang bersifat alkalis (basa) ini berfungsi untuk menetralkan kimus
yang masuk ke duodenum dari gaster yang akan mengoptimalkan
enzim-enzim pankreas dan mencegah kerusakan mukrosa
iii. Pengatur seskresi eksokrin
1. Sekretin → dirangsang oleh keasaman duodenum, kemudian
sekretin dibawa oleh darah ke pankreas untuk merangsang sel
duktus mensekresikan cairan NaHCO3, yang setara dengan
keasaman duodenum
2. Kolesistokinin (CCK) → dirangsang oleh produk lemak dan protein
di duodenum, kemudian CCK dibawa oleh darah ke pankreas,
untuk merangsang sel asinus mensekresikan enzim-enzim
pankreas dengan proporsi yang sama, tidak dibedakan
berdasarkan makanannya
J. Hati, kandung empedu, salurannya
○ fungsi , aliran serta susunan hati
Terdapat sel hepatosit yang melakukan berbagai tugas, salah satu perannya di
sistem pencernaan adalah sekresi garam empedu yang membantu pencernaan
dan penyerapan lemak. Adapun sel kuppfer yang berfungsi untuk fagositosis.
Aliran darah hati diantaranya arteri hepatika datang dari jantung yang
menyalurkan oksigen dan metabolit darah. Lalu ada vena porta hepatika suatu
koneksi vaskular unik antara saluran cerna dan hati, yang mana vena dari
lambung dan usus akan masuk ke vena porta hepatika, kemudian oleh hati akan
diproses, disimpan, dan detoksifikasi. Dan vena lainnya, vena hepatika yang
melalui vena sentralis yang mengembalikan darah dari hati untuk kembali ke
jantung. Hati tersusun atas unit fungsional yang membentuk heksagonal disebut
lobulus dengan di tengahnya vena sentralis. Di setiap sudutnya terdapat segitiga
kiernan terdiri dari arteri hepatika, vena porta hepatika, dan duktus biliaris.
○ Sekresi dan penyimpanan empedu
Hepatosit akan terus menerus mengeluarkan empedu ke dalam saluran tipis
yaitu duktus biliaris yang akhirnya menyatu membentuk duktus biliaris komunis.
Empedu akan masuk ke duodenum melalui sfingter oddi, pula akan menutup
untuk mencegah empedu masuk ketika tidak saat mencerna makanan. Empedu
akan menabrak sfingter oddi dan dialihkan balik ke dalam kandung empedu
(vesica vellea) disimpan dan dipekatkan. Setelah makan, empedu akan masuk
ke duodenum dengan adanya relaksasi sfingter oddi dan kontraksi kandung
empedu
○ Daur ulang garam empedu
Garam empedu akan diserap kembali ke dalam darah dan dikembalikan ke
sistem porta hati yaitu disebut sirkulasi enterohepatik. Sekitar 5% empedu
disekresikan oleh feses, sisanya tetap dijaga konstan
○ Pencernaan dan penyerapan
Lemak akan diemulsikan oleh garam empedu agar permukaannya lebih banyak
sehingga lipase akan bekerja maksimal. Garam empedu akan tetap menempel
khususnya di produk lemak tersebut (monogliserida dan asam lemak bebas).
Lalu dibantu lesitin untuk membentuk misel, sehingga bagian tengah larut lemak
dan selubungnya larut air
○ Pengaturan sekresi garam empedu (koleretik)
i. Mekanisme kimiawi (garam empedu) → garam empedu yang sedang
digunakan akan meningkatkan sekresi empedu
ii. Mekanisme hormon (sekretin) → peningkatan sekresi empedu alkalis cair
iii. Mekanisme saraf (saraf vagus)
iv. CCK dipicu oleh lemak yang berada di duodenum dan CCK memicu
pengosongan kandung empedu
○ Bilirubin
Bilirubin adalah produk sisa dari penguraian heme sel darah merah yang
disekresikan ke dalam empedu untuk menjadi pigmen utama empedu yang
berwarna kuning. Bilirubin ini akan terlihat di urin dengan adanya warna kuning
dan di feses berwarna kecoklatan karena sudah dimodifikasi enzim bakteri.
Bilirubin dapat menyebabkan ikterus. Yang pertama adalah ikterus pra hepatik →
pemecahan (hemolisis) sel darah merah berlebihan, lalu ikterus hepatik dimana
hepar yang mengalami gangguan, setelah itu ke 3 adalah ikterus pasca hepatik
seperti tersumbatnya saluran empedu
K. Usus halus
○ Motilitas
i. Segmentasi → segmentasi terdiri dari kontraksi-kontraksi berbentuk
cincin di sepanjang usus halus. Dalam hitungan detik, segmen yang
semula berkontraksi akan melemas dan bagian yang semula melemas
berkontraksi. Kontraksi ini mencampur kimus dengan merata di lumen
usus halus dan menjalankannya ke permukaan absorptif. Kontraksi
segmentasi terjadi di duodenum kecepatan 12 kali/menit dibanding ileum
hanya 9 kali/menit, karenanya kimus secara perlahan bergerak dari
bagian atas ke bawah
ii. Kompleks motilitas bermigrasi → migrating motility complex atau MMC
ditujukan untuk menyapu sisa sisa makanan sebelumnya serta debris
mukosa dan bakteri maju menuju kolon “pembersih usus”. Hal tersebut
diatur hormon motilin yang disekresikan disaat sedang istirahat ‘tidak
makan’
○ Proteksi
Antara usus halus dan usus besar terdapat katup ileosekum dan sfingter
ileosekum yang akan membuka dari usus halus ke usus besar, namun akan
tertutup erat ketika isi sekum berupaya mengalirkan balik. Hal ini bertujuan
mencegah kontaminasi usus halus oleh bakteri kolon. Di lapisan mukosa
terdapat kriptus lieberkuhn sebagai sumur sel punca. Selain itu juga terdapat sel
paneth yang menghasilkan lisozim sebagai pelisis bakteri dan defensin sebagai
antibakteri
○ Sekresi
Usus halus sekresikan 1,5 liter larutan cair garam dan mukus disebut sukus
enterikus untuk melindungi, melumasi, dan berperan dalam enzimatik makanan.
Usus halus tidak mensekresikan enzim ke lumen, melainkan hanya enzom di
membran brush border sel epitel
i. Enterokinase → aktifkan enzim tripsinogen
ii. Disakaridase → bekerja pada maltose, dekstrin a-limit, dan disakarida
iii. Aminopeptidase → hidrolisis fragmen peptida kecil menjadi komponen
asam amino
○ Digesti
○ Absorbsi
i. Na+,Cl-, dan H2O → natrium masuk ke epitel menembus batas luminal
secara pasif melalui saluran Na+. natrium dipompa secara aktif keluar sel
oleh pompa Na+, K_ di basolateral ke cairan interstitium, dan akhirnya
berdifusi ke kapiler darah dan klorida secara pasif mengalir menuruni
gradien listrik oleh absorbsi Na+. penyerapan O2 tergantung pada
banyaknya Na+ ke dalam ruang lateral. Selain itu, tekanan osmotik tinggi
yang bersifat lokal memicu H2O berpindah dari lumen menembus sel
ii. Karbohidrat → disakarida yang terletak di brush border epitel usus akan
menjadi monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa (sebagian
besar), galaktosa dan fruktosa
1. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transpor aktif dependen
energi dan Na, yaitu simporter SGLT, lalu difusi pasif terfasilitasi
melalui GLUT-2 ke dalam darah.
2. Fruktosa masuk ke sel melalui difus pasif terfasilitasi melalui
GLUT-5, lalu difusi pasif terfasilitasi melalui GLUT-2 ke dalam
darah
iii. Protein
Protein diserap dalam bentuk asam amino dan beberapa peptida kecil.
(1) asam amino diserap oleh transpor aktif dependen energi dan Na
melalui simporter dengan sifat spesifik, lalu difusi pasif terfasilitasi ke
dalam darah. (2) peptida kecil diserap oleh transpor aktif tersier dependen
energi H+ dan Na melalui simporter, lalu akan diuraikan kembali menjadi
asam amino oleh peptidase intrasel, kemudian difusi pasif terfasilitasi ke
dalam darah

iv. Lemak
Ketika misel sudah terbentuk oleh adanya keterlibatan garam empedu,
misel akan mendekati permukaan epitel absorbtif, monogliserida dan
asam lemak akan berdifusi menembus membran luminal dan
meninggalkan misel. Lalu monogliserida dan asam lemak akan di
resintesis menjadi trigliserida. Trigliserida akan menyatu dan dibungkus
lapisan lipoprotein dan RE untuk membentuk kilomikron larut air.
Kilomikron akan eksositosis dan masuk ke kapiler limfe (lakteal sentral)
v. Vitamin
1. Vitamin larut air diserap secara pasif bersama air
2. Vitamin larut lemak bergabung dengan misel
3. Vitamin B12 perlu berikatan dengan sel intrinsik lambung dan
akan endositosis oleh reseptor ileum
vi. Besi dan kalsium
vii.
L. Usus besar

○ Motilitas → usus besar berfungsi untuk menyimpan residu makanan (bahan yang
tidak tercerna) berkisar 500ml kimus/hari. Di sepanjang kolon, terbentuk kantung
haustra yang akan berkontraksi. Gerak lambat dan tidak mendorong (seperti
maju mundur), dipicu ritmistas autonom sel otot polos, dikontrol reflex lokal
melibatkan pleksus intrinsik. Otot yang tadinya melemas (yang membentuk
kantung) kemudian berkontraksi, begitu pula sebaliknya. Ketika makanan masuk,
dan menyebabkan kolon penuh, maka akan terdapat pergerakan massa yang
akan dipicu refleks gastrokolon (antara gaster dan kolon) yang akan
memindahkan isi lumen kolon ke arah distal (rektum) untuk menyediakan tempat
bagi makanan baru. Selain itu terdapat refleks gastroileum yang memindahkan
dari usus halus ke usus besar
○ Sekresi → usus besar mensekresikan mukus yang berfungsi sebagai pelumas,
selain itu juga berfungsi sebagai pelumas, selain itu juga bersifat basa NaHCO3
yang dapat menetralkan asam yang diproduksi fennetasi bakteri lokal, dan
melindungi mukosa usus dari cedera mekanis atau kimiawi. Pengeluaran sekret
diperantarai refleks pendek dan saraf simpatis. Selain mukus yang sebagai
proteksi, bakteri yang berada di usus besar juga dapat melindungi tubuh dan
bermanfaat
i. Tingkatkan imunitas dengan cara berkompetisi dengan bakteri patogen
ii. Mendorong motilitas kolon
iii. Memelihara integritas mukosa
iv. Kontribusi nutrisi seperti mensintesis vitamin k yang dapat diserap
○ Absorbsi → permukaan usus besar lebih halus dan tidak ada vili sehingga
permukaan absorbsi lebih kecil. Usus besar menyerap natrium secara aktif dan
C1 secara pasif. H20 secara osmotik. Juga menyerap elektrolit lain seperti vit K.
kimus 500 ml masuk, 350 ml diabsorbsi, 150 ml tertinggal yang terdiri dari bahan
padat, selulosa, bilirubin, bakteri, dan sejumlah kecil garam. Bila kolon terlalu
menyerap (absorbsi) H2O feses karena penundaan terlalu lama maka akan
terjadi konstipasi. Hal tersebut dikarenakan
i. Mengabaikan BAB
ii. Kurangnya motilitas
iii. Obstruksi pergerakan
iv. Gangguan reflex defekasi
○ Defekasi → terjadinya defekasi
i. Feses di rektum merenggangkan rektum → timbul refleks defekasi
ii. Sfingter anus interna (otot polos) melemas
iii. Rektum dan kolon kontraksi
iv. Sfingter anus eksternus (otot skeletal) dilemaskan → terjadilah defekasi.
Bila tidak memungkinkan untuk defekasi, maka sfingter anus akan mencegah
dan dinding rektum dan kolon akan kembali melemas
Ada beberapa hal yang menjadi faktor dalam pendorongan tinja yaitu
peningkatan gerakan volunter kontraksi intra abdomen, dengan bantuan
ekspirasi paksa dan glotis tertutup. Gas yang tertelan ataupun gas hasil
fermentasi bakteri banyak dikeluarkan dengan cara eruktasi (sendawa) atau pun
dengan flatus (gas usus). Flatus terjadi dengan cara : kontraksi abdomen
tingkatkan tekanan, sfingter anus eksternus tertekan → gradien tekanan
memaksa udara keluar dengan kecepatan tinggi → bersuara dan bergetar

Biokimia

Anda mungkin juga menyukai