Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usus manusia secara umum terdiri atas usus besar dan usus
halus. Segmen pada usus halus terdiri dari duodenum !e!unum dan
ileum. Duodenum akan diikuti oleh bagian usus "ang pan!ang "ang
disebut !e!unum. #e!unum diikuti oleh ileum "ang merupakan bagian
terakhir dari usus halus "ang akan menghubungkan usus halus dengan
usus besar. Apabila bagian dari usus ini gagal untuk berkembang pada
masa $etus akan mengakibatkan ter!adin"a sumbatan pada usus "ang
disebut dengan atresia intestinal %&amer et al '())*.
Atresia merupakan kondisi tidak ada atau tertutupn"a lubang
pada tubuh atau organ "ang berbentuk tubular secara congenital +(,
kasus atresia intestinal ter!adi pada duodenum dan -.,kasus ter!adi
pada !e!unoileal.. Intestinum adalah bagian dari saluran pencernaan "ang
dimulai dari struktur setelah pilorus gaster hingga anus dan terdiri dari
usus halus dan usus besar "ang $ungsin"a melengkapi proses
pencernaan memberi air ke tubuh elektrolit /at gi/i dan men"impan
ampas $ekal hingga dikeluarkan %Dorland '(('*.
Angka ke!adian atresia intestinal di Amerika Serikat mencapai )
dari 0((( kelahiran hidup tetapi di Benua A$rika angka ke!adian ini
bisa lebih ban"ak "aitu ) dari )((( kelahiran hidup. 1asus atresia
intestinal akan menun!ukkan ge!ala beberapa !am setelah kelahiran
tetapi pada beberapa kasus "ang telah ter!adi sering tidak dilaporkan
sehingga tidak mendapatkan pela"anan medis. Sebelum tahun )2+'
kematian akibat atresia !e!uno ileal mencapai 2(,. Di antara tahun )2+'
dan )2++ kematian mencapai 3(, ketika anastomosis primer ter!adi
tanpa reseksi usus. Pada saat reseksi dan dilatasi usus bisa dilakukan
angka kematian menurun hingga '',. 1ematian menurun kembali
hingga )(, pada tahun )2+2 sampai '(((. Beberapa $aktor "ang
berkontribusi dalam kematian antara lain in$ark usus proksimal
peritonitis kelemahan anastomosis atresia distal "ang tidak diketahui
dan sepsis %4illar et al., '((0*.
B. &u!uan
&u!uan pembuatan re$erat ini adalah untuk memaparkan hal5hal "ang
berkaitan dengan anatomi dan $isiologi usus serta kelainan "ang berupa
atresia duodenum
BAB II
&IN#AUAN PUS&A1A
A. Embriogenesis
Secara embriologi saluran pencernaan berasal dari $oregut
midgut dan hindgut. 6oregut akan membentuk $aring sistem perna$asan
bagian ba7ah eso$agus lambung sebagian duodenum hati dan sistem
bilier serta pankreas. 4idgut membentuk usus halus sebagian
duodenum sekum appendik kolon asenden sampai pertengahan kolon
trans8ersum. Hindgut meluas dari midgut hingga ke membrana kloaka
membrana ini tersusun dari endoderm kloaka dan ektoderm dari
protoderm atau analpit. Usus terbentuk mulai minggu keempat disebut
sebagai primiti$ gut. 1egagalan perkembangan "ang lengkap dari
septum urorektalis menghasilkan anomali letak tinggi atau supra le8ator.
Sedangkan anomali letak rendah atau in$ra le8ator berasal dari de$ek
perkembangan proktoderm dan lipatan genital. Pada anomali letak
tinggi otot le8ator ani perkembangann"a tidak normal. Sedangkan otot
s$ingter eksternus dan internus dapat tidak ada atau rudimenter
%Langman '((2*.
Deodenum dibentuk dari bagian akhir usus depan dan bagian
se$alik dari usus tengah. &itik pertemuan kedua bagian ini terletak tepat
di sebelah distal pangkal tunas hati. 1etika lambung berputar
duodenum mengambil bentuk melengkung seperti huru$ 9 dan memutar
ke kanan. Perputaran ini bersama5sama dengan tumbuhn"a kaput
pankreas men"ebabkan duodenum membelok dari posisi tengahn"a
"ang semula ke arah sisi kiri rongga abdomen. Deodenum dan kaput
pankreas ditekan ke dinding dorsal badan dan permukaan kanan
mesoduodenum dorsal men"atu dengan peritonium "ang ada
didekatn"a. 1edua lapisan tersebut selan!utn"a menghilang dan
duodenum serta kaput pankreas men!adi ter$ikasasi di posisi
retroperitonial. 4esoduodenum dorsal menghilang sama sekali kecuali
di daerah pilorus lambung dengan sebagian kecil duodenum % tutup
duodenum* "ang tetap intraperitonial. Selama bulan ke dua lumen
duodenum tersumbat oleh plori$erasi sel di dindingn"a. Akan tetapi
lumen ini akan mengalami rekanalisasi sesudah bulan kedua. Usus
depan akan disuplai oleh pembuluh darah "ang berasal dari arteri
se$alika dan usus tengah oleh arteri mesenterika superior sehingga
duodenum akan disuplai oleh kedua pembuluh darah tersebut.
B. Anatomi
Duodenum
Duodenum atau !uga disebut dengan usus duabelas !ari
merupakan usus "ang berbentuk seperti huru$ 9 "ang menghubungkan
antara gaster dengan !e!unum. Duodenum melengkung di sekitar caput
pancreas. Duodenum merupakan bagian terminal atau muara dari sistem
apparatus biliaris dari hepar maupun dari pancreas. Selain itu duodenum
!uga merupakan batas akhir dari saluran cerna atas. Dimana saluran
cerna dipisahkan men!adi saluran cerna atas dan ba7ah oleh adan"a
ligamentum &reit/ %m. suspensorium duodeni* "ang terletak pada
$le:ura duodeno!e!unales "g merupakan batas antara duodenum dan
!e!unum. Di dalam lumen duodenum terdapat lekukan5lekukan kecil
"ang disebut dengan plica sircularis. Duodenum terletak di ca8um
abdomen pada regio epigastrium dan umbilikalis %Snell '((.*.
Duodenum memiliki penggantung "g disebut dg mesoduodenum.
;ambar ). Bagian < bagian usus
;ambar '. Bagian5bagian duodenum
Duodenum terdiri atas beberapa bagian=
). Duodenum pars superior
Bagian ini bermula dari p"lorus dan ber!alan ke sisi
kanan 8ertebrae lumbal I dan terletak di linea transp"lorica.
Bagian ini terletak setinggi 8ertebrae lumbal I dan memiliki
sintopi=
a. Anterior = Lobus >uadrates hepatis 8esica 8elea
b. Posterior = Bursa omentalis a. gastroduodenalis
ductus choledocus 8. portae hepatis dan 8. ca8a in$erior
c. Superior = 6oramen epiploica 7inslo7
d. In$erior = 9aput pankreas
'. Duodenum pars decendens
Bagian dari duodenum "ang ber!alan turun setinggi
8ertebrae lumbal II5III. Pada duodenum bagian ini terdapat
papilla duodeni ma!or dan minor "ang merupakan muara dari
ductus pancreaticus ma!or dan ductus choledocus serta
ductus pancreaticus minor "ang merupakan organ apparatus
billiaris dan termasuk organ dari s"stem enterohepatic.
Duodenum bagian ini memiliki sintopi =
a. Anterior = 6undus 8esica $elea colon transersum
lobus hepatis de:tra
b. Posterior = Ureter de:tra hilus renalis de:tra
c. 4edial = 9aput pankreas
d. Lateral = 9olon ascendens $leksura coli de:tra
lobus hepatis de:tra
0. Duodenum pars horizontal
4erupakan bagian dari duodenum "ang ber!alan
hori/ontal ke sinistra mengikuti pinggir ba7ah caput
pancreas dan memiliki skeletopi setinggi 8ertebrae lumbal II.
Duodenum bagian ini memiliki sintopi =
a. Anterior = 4esenterium usus halus 8asa
mesenterica superior lekukan !e!unum
b. Posterior = Ureter de:tra m. psoas de:tra aorta
c. Superior = 9aput pancreas
d. In$erior = Lekukan !e!unum
-. Duodenum pars ascendens
4erupakan bagian terakhir dari duodenum "ang bergerak
naik hingga pada $le:ura duodenu!e!unales "ang merupakan
batas antara duodenum dan !e!unum. Pada $le:ura
duodeno!e!unales ini terdapat ligamentum "ang
menggantung "ang merupakan lipatan peritoneum "ang
disebut dengan ligamentum &reit/ %m. suspensorium
duodeni* "ang dimana ligamentum ini !uga merupakan batas
"ang membagi saluran cerna men!adi saluran cerna atas dan
saluran cerna ba7ah. Duodenum bagian ini memiliki
skeletopi setinggi ?ertebrae Lumbal I atau II. Duodenum
bagian ini memiliki sintopi =
a. Anterior = 4esenterium lekukan !e!unum
b. Posterior = Pinggir kiri aorta pinggir medial m.
psoas sinistra
%Snell '((.*
Vaskularisasi duodenum
?askularisasi duodenum baik arteri maupun 8ena n"a terbagi
men!adi '. Untuk duodenum pars superior hingga duodenum pars
descendens diatas papilla duodeni ma!or %muara ductus pancreticus
ma!or* di8askularisasi oleh @. superior a. pancrearicoduodenalis cabang
dari a. gastroduodenalis cabang dari a. hepatica communis cabang dari
triple haller" "ang dicabangkan dari aorta setinggi ?ertebae &horacal
AII < ?ertebrae Lumbal I. dan aliran 8ena n"a langsung bermuara ke
s"stem portae. Sedangkan diba7ah papilla duodeni ma!or duodenum
di8askularisasi oleh @. duodenalis a. mesenterica superior "g
dicabangkan dr aorta setinggi ?ertebrae Lumbal I. Sedangkan aliran
8ena n"a bermuara ke 8. mesenterica superior %Snell '((.*.
Inervasi duodenum
Duodenum di inner8asi oleh persara$an simpatis oleh truncus
s"mpaticus segmen thoracal ?I5AII sdgkn persara$an parasimpatis n"a
oleh n. 8agus %n. A* %Snell '((.*.
9. Atresia duodenum
). De$inisi
Atresia duodenum adalah suatu kondisi dimana duodenum
%bagian pertama dari usus halus* tidak berkembang dengan baik
sehingga tidak berupa saluran terbuka dari lambung "ang tidak
memungkinkan per!alanan makanan dari lambung ke usus. Pada
kondisi ini duodenum bisa mengalami pen"empitan secara komplit
sehingga menghalangi !alann"a makanan dari lambung menu!u usus
untuk mengalami proses absorbs. Apabila pen"empitan usus ter!adi
secara parsial maka kondisi ini disebut dengan duodenal stenosis
%Ha"den et al '((0*.
'. Epidemiologi
Secara statistik insidensi atresia duodenum dilaporkan terdapat )
diantara +(((5)(((( kelahiran di A$rika. Atresia duodenum dan
!e!unoileal peringkat kedua paling ban"ak pen"ebab obstruksi
intestinal pada populasi A$rika%4illar '((+*. Sekitar '(50(, ba"i
dengan atresia duodenal memiliki sindrom do7n. Atresia duodenal
selalu dihubungkan dengan de$ek kelahiran lain %B"llie '((C*.
0. Etiologi
Pen"ebab atresia duodenum belum diketahui tetapi diperkirakan
hasil dari permasalahan selama perkembangan embrio dimana
duodenum tidak berubah bentuk secara normal %B"llie '((C*. 4asa
kehamilan minggu ke + sampai ke )( duodenum berupa chord
padat. Dbstruksi instriksi hasil dari kegagalan 8akuoliasasidan
rekanalisasi. Pancreas annular hasil dari $usi bagian anterior dan
posterior pembentukkan cincin !aringan pankreas "ang disekitar
duodenum. Dbstruksi ekstrinsik hasil dari berbagai macam kelainan
perkembangan embriologi spesi$ik pen"ebab patologi %4illar
'((+*.
Atresia duodenal sering ditemukan bersamaan dengan
mal$ormasi pada neonates lainn"a "ang menun!ukkan kemungkinan
bah7a anomal" ini disebabkan karena gangguan "ang dialami pada
a7al kehamilan. Pada beberapa penelitian anomal" ini diduga
karena gangguan pembuluh darah mesenterika. ;angguan ini bisa
disebabkan karena 8ol8ulus malrotasi gastroskisis maupun
pen"ebab "ang lain. Pada atresia duodenum !uga diduga disebabkan
karena kegagalan proses rekanalisasi. Disamping itu beberapa
penelitian men"ebutkan bah7a annular pancreas berhubungan
dengan ter!adin"a aresia duodenal %@ichard et al '(()*.
-. 1lasi$ikasi
Atresia duodenum dapat diklasi$ikasikan ke dalam 0 mor$ologi
"aitu =
a. &ipe )
Atresia duodenum "ang ditandai oleh adan"a webs atau
membrane pada lumen duodenum.
b. &ipe '
Atresia duodenum dengan segmen proksimal dan distal
dihubungkan dengan $ibrous cord.
c. &ipe 0
Atresia dengan diskontinuitas komlit antar segmen proksimal
dan distal.
;ambar 0. &ipe atresia duodenum
+. Patogenesis
Ada $aktor ekstrinsik serta ekstrinsik "ang diduga men"ebabkan
ter!adin"a atresia duodenal. 6aktor intrinsik "ang diduga
men"ebabkan ter!adin"a anomali ini karena kegagalan rekanalisasi
lumen usus. Duodenum dibentuk dari bagian akhir $oregut dan
bagian se$alik midgut. Selama minggu ke +5. lumen tersumbat oleh
proli$erasi sel dindingn"a dan segera mengalami rekanalisasi pada
minggu ke 35 )(. 1egagalan rekanalisasi ini disebut dengan atresia
duodenum. Perkembangan duodenum ter!adi karena proses
plori$erasi endoderm "ang tidak adekuat %elongasi saluran cerna
melebihi plori$erasin"a atau disebabkan kegagalan rekanalisasi
epitelial %kegagalan proses 8akuolisasi* %Alan et al, '(()*.
Ban"ak penelitian "ang menun!ukkan bah7a epitel duodenum
berplori$erasi dalam usia kehamilan 0(5.( hari ataupada kehamilan
minggu ke + atau minggu ke . kemudian akan men"umbat lumen
duodenum secara sempurna. 1emudian akan ter!adi proses
8akuolisasi. Pada proses ini sel akan mengalami proses apoptosis
"ang timbul pada lumen duodenum. Apoptosis akan men"ebabkan
ter!adin"a degenerasi sel epitel ke!adian ini ter!adi pada minggu ke
)) kehamilan. Proses ini mengakibatkan ter!adin"a rekanalisasi pada
lumen duodenum. Apabila proses ini mengalami kegagalan maka
lumen duodenum akan mengalami pen"empitan. Pada beberapa
kondisi atresia duodenum dapat disebabkan karena $aktor
ekstrinsik. 1ondisi ini disebabkan karena gangguan perkembangan
struktur organ sekitarn"a seperti pankreas. Atresia duodenum
berkaitan dengan pankreas anular. Pankreas anular merupakan
!aringan pankreatik "ang mengelilingi sekeliling duodenum
terutama deodenum bagian desenden. 1ondisi ini akan
mengakibatkan gangguan perkembangan duodenum %6ree et al,
'((-*.
.. Penegakkan diagnosis
a. 4ani$estasi klinis
Pasien dengan atresia duodenal memiliki ge!ala obstruksi
usus. ;e!ala akan nampak dalam '- !am setelah kelahiran. Pada
beberapa pasien dapat timbul ge!ala dalam beberapa !am hingga
beberapa hari setelah kelahiran. 4untah "ang terus menerus
merupakan ge!ala "ang paling sering ter!adi pada neonatus
dengan atresia duodenal. 4untah "ang terus5menerus ditemukan
pada 3+, pasien. 4untah akan ber7arna kehi!auan karena
muntah mengandung cairan empedu %biliosa*. Akan tetapi pada
)+, kasus muntah "ang timbul "aitu non5biliosaapabila atresia
ter!adi pada proksimal dari ampula 8eteri. 4untah neonatus akan
semakin sering dan progresi$ setelah neonates mendapat ASI.
1arakteristik dari muntah tergantung pada lokasi obstruksi. #ika
atresia diatas papila maka !arang ter!adi. Apabila obstruksi pada
bagian usus "ang tinggi maka muntah akan ber7arna kuning
atau seperti susu "ang mengental. Apabila pada usus "ang lebih
distal maka muntah akan berbau dan nampak adan"a $ekal.
Apabila anak terus menerus muntah pada hari pertama kelahiran
ketika diberikan susu dalam !umlah "ang cukup sebaikn"a
dikon$irmasi dengan pemeriksaan penun!ang lain seperti
roentgen dan harus dicurigai mengalami obstruksi usus. Ukuran
$eses !uga dapat digunakan sebagai ge!ala penting untuk
menegakkan diagnosis. Pada anak dengan atresia biasan"a akan
memiliki mekonium "ang !umlahn"a lebih sedikit
konsistensin"a lebih kering dan ber7arna lebih abu5abu
dibandingkan mekonium "ang normal. Pada beberapa kasus
anak memiliki mekonium "ang nampak seperti normal %1essel
et al, '())*
Pengeluaran mekonium dalam '- !am pertama biasan"a
tidak terganggu. Akan tetapi pada beberapa kasus dapat ter!adi
gangguan. Apabila kondisi anak tidak ditangani dengan cepat
maka anak akan mengalami dehidrasi penurunan berat badan
gangguan keseimbangan elektrolit. #ika dehidrasi tidak
ditangani dapat ter!adi alkalosis metabolik hipokalemia atau
hipokloremia. Pemasangan tuba orogastrik akan mengalirkan
cairan ber7arna empedu %biliosa* dalam !umlah bermakna. Anak
dengan atresi duodenum !uga akan mengalami aspirasi gastrik
dengan ukuran lebih dari 0( ml. Pada neonatus sehat biasan"a
aspirasi gastrik berukuran kurang dari + ml. Aspirasi gastrik ini
dapat mengakibatkan ter!adin"a gangguan pada !alan na$as anak.
Pada beberapa anak mengalami demam. 1ondisi ini disebabkan
karena pasien mengalami dehidrasi. Apabila temperatur diatas
)(0E 6 maka kemungkinan pasien mengalami ruptur intestinal
atau peritonitis %1essel et al '())*.
b. Pemeriksaan $isik
Pada pemeriksaan $isik ditemukan distensi abdomen.
Akan tetapi distensi ini tidak selalu ada tergantung pada le8el
atresia dan lama"a pasien tidak dira7at. #ika obstruksi pada
duodenum distensi terbatas pada epigastrium. Distensi dapat
tidak terlihat !ika pasien terus menerus muntah. Pada beberapa
neonatus distensi bisa sangat besar setelah hari ke tiga sampai
hari ke empat kondisi ini ter!adi karena ruptur lambung atau
usus sehingga cairan berpindah ke ka8um peritoneal. Neonatus
dengan atresia duodenum memiliki ge!ala khas perut "ang
berbentuk ska$oid %1essel et al '())*.
Saat auskultasi terdengar gelombang peristaltik gastrik
"ang mele7ati epigastrium dari kiri ke kanan atau gelombang
peristaltik duodenum pada kuadran kanan atas. Apabila
obstruksi pada !e!unum ileum maupun kolon maka gelombang
peristaltik akan terdapat pada semua bagian dinding perut
%1essel et al '())*.
c. Pemeriksaan penun!ang
Pre natal
Secara general atresia duodenum sulit untuk di diagnosis
selama kehamilan. Diagnosis prenatal selalu berdasarkan tanda
non spesi$ik pada $etal ultrasound seperti dilatasi lambung.
1arena cairan amnion ditelan dan dicerna secara normal oleh
$etus atresia duodenum dapat men"ebabkan peningkatan cairan
dalam sakus amnion hidramnion. Ini mungkin merupakan tanda
a7al atresia duodenum %4illar '((+*. Diagnosis saat masa
prenatal "akni dengan menggunakan prenatal ultrasonogra$i.
Sonogra$i dapat meng5e8aluasi adan"a polihidramnion dengan
melihat adan"a struktur "ang terisi dua cairan dengan gambaran
double bubble pada --, kasus. Sebagian besar kasus atresia
duodenum dideteksi antara bulan ke C dan 3 kehamilan
%6ellicitas et, '((2*
;am
bar -. ;ambaran US; prenatal pada atresia duodenal
Post natal
Pemeriksaan "ang dilakukan pada neonatus "ang baru
lahir dengan kecurigaan atresia duodenum "akni pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiogra$i. Pemeriksaan
laboratorium "ang diperiksa "akni pemeriksaan serum darah
lengkap serta $ungsi gin!al pasien. Pasien bisan"a muntah "ang
semakin progresi8e sehingga pasien akan mengalami gangguan
elektrolit. Biasan"a mutah "ang lama akan men"ebabkan
ter!adin"a metabolik alkalosis dengan hipokalemia atau
hipokloremia dengan paradoksikal aciduria. Dleh karena itu
gangguan elektrolit harus lebih dulu dikoreksi sebelum
melakukan operasi. Disamping itu dilakukan pemeriksaan darah
lengkap untuk mengetahui apakah pasien mengalami demam
karena peritonitis dan kondisi pasien secara umum %Ha"den et
al '((0*.
Pemeriksaan roentgen "ang pertama kali dilakukan "akni
plain abdominal :5ra". A5ra" akan menu!ukkan gambaran
double5bubble sign tanpa gas pada distal dari usus. Pada sisi kiri
proksimal dari usus nampak gambaran gambaran lambung "ang
terisi cairan dan udara dan terdapat dilatasi dari duodenum
proksimal pada garis tengah agak kekanan. Apabila pada :5ra"
terdapat gas distal kondisi tersebut tidak mengekslusi atresia
duodenum. Pada neonatus "ang mengalami dekompresi
misaln"a karena muntah maka udara akan berangsur5angsur
masuk ke dalam lambung dan !uga akan men"ebabkan gambaran
double5bubble %@ichard et al '(()*.
;ambar +. ;ambaran double bubble pada atresia duodenum
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum "aitu =
5 Pemasangan tube orogastrik untuk mendekompresi lambung
5 4emberikan cairan elektrolilt melalui intra8ena %mengkoreksi
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit*.
5 4engatasi sindrom do7n.
5 Pembedahan untuk mengkoreksi kebuntuan duodenum perlu
dilakukan namun tidak darurat. Pembedahan ini tergantung pada
si$at abnormalitas. Prosedur operati$ standar saat ini berupa
duodenoduodenostomi.
a. Pre operasi
Penatalaksanaan terdiri dari dekompresi nasogastrik dan
men"ediakan penggantian cairan dan elektrolik. Ban"ak
penderita merupakan prematur dan umur kelahirann"a rendah
maka harus men!aga tubuh dari panas dan menghindari
hipoglikemia terutama pada kasus berat ba"i lahir rendah
pen"akit !antung kongenital sindroma distres respirasi %4illar
'((+*.
Setelah diagnosis ditegakkan maka resusitasi "ang tepat
diperlukan dengan melakukan koreksi terhadap keseimbangan
cairan dan abnormalitas elektrolit serta melakukan kompresi
pada gastrik. Dilakukan pemasangan orogastrik tube dan
men!aga hidrasi I?. 4anagemen preoperati$ ini dilakukan mulai
dari pasien lahir. Sebagian besar pasien dengan duodenal atresia
merupakan pasien premature dan kecil sehingga pera7atan
khusus diperlukan untuk men!aga panas tubuh ba"i dan
mencegah ter!adin"a hipoglikemia terutama pada kasus berat
badan lahir "ang sangat rendah 9HD dan pen"akit pada
respirasi. Sebaikn"a pesien dira7at dalam incubator %&amer et
al '())*.
b. Intraoperasi
&indakan ini memerlukan anestesi general dengan
intubasi endotrakeal. Fang sering ban"ak digunakan dengan
insisi pemotongan otot trans8ersal insisi kuadran kanan atas.
Namun beberapa menggunakan motode laparoskopi untuk
memperbaiki %Blanco5@odrGgue/ '((3*.
Sisi ke sisi duodenoduodenostomi merupakan standar
perbaikan untuk stenosis duodenal atresia atau obstruksi "ang
disebabkan 8ena porta preduodenal. 1etika pankreas annular
dihubungkan dengan obstruksi duodenal bertemu pilihan
pen"embuhan dengan duodenoduodenostomi antara segmen
duodenum "ang diatas dan diba7ah pada area cincin pankreas
%Blanco5@odrGgue/ '((3*.
4enurut 6elicitass %'())* teknik pembedahan pada
atresia duodenum =
)* Side to side anastomosis
Dimulai dari bagian dorsal dari anastomosis sebuah
duodenostomi melintang dibuat di segmen proksimal.
Bagian u!ung dari lambung dan duodenum dilakukan
duodenotomi. Insisi pararel dibuat pada distal
duodenum kemudian lapisan posterior anastomosis
di!ahitkan.
'* 6or diamond shape duodenostomi
Diperlukan mobilisasi untuk menempatkan dinding
duodenum proksimal terlihat dengan !elas. 1emudian
dibuat sa"atan melintang di proksimal membu!ur ke
duodenum bagian distal.
0* 6or a duodenal 7eb
Untuk 7eb duodenum membrane biasan"a terletak
di kedua bagian duodenum Lokasi membrane dapat
dibantu oleh pemasangan N;& ke dalam duodenum.
-* 6or membrane resection
Untuk reseksi membrane sa"atan dibuat meman!ang.
1emudian mengidenti$ikasi ampula 8ater. Eksisi
dimulai dengan insisi radial di pusat ostium. Sebelum
menutup duodenum secara melintang patensi
duodenum bagian distal diu!i terlebih dahulu dengan
menggunakan kateter silicon kecil.
Selain itu tindakan bedah dapat dilakukan sesuai dengan
tipe dari atresia duodenum.
)* &ipe )
Atresia duodenum "ang ditandai oleh adan"a 7ebs
atau membrane pada lumen duodenum. &indakan
bedah "ang dilakukan adalah menginsisi dinding
duodenum kemudian mengeksisi membrane bagian
dalamn"a kemudian di!ahit.
;ambar .. &indakan bedah pada atresia duodenum tipe )
'* &ipe '
Atresia duodenum dengan segmen proksimal dan
distal dihubungkan dengan $ibrous cord. &indakan
pembedahan "ang dilakukan adalah
dudenoduodenostomi. Bagian "ang mengalami
atresia dihilangkan kemudian kedua u!ung tersebut
digabungkan.
0* &ipe 0
Atresia dengan diskontinuitas komlit antar segmen
proksimal dan distal. &indakan bedah "ang dilakukan
adalah gastro!e!unum "aitu menggabungkan antara
utung !e!unum langsung ke lambung.
;ambar C. &indakan operasi pada atresia duodenum
tipe ' %atas* dan atresia duodenum tipe 0 %ba7ah*
c. Post operasi
Penggunaan selang transanastomik berada dalam di
!e!unum pemberian makan dapat diberikan setelah -3 !am paska
operasi. Nutrisi parenteral 8ia central atau peri$er dimasukan
kateter dapat sangat e$ekti$ untuk men!aga nutrisi 7aktu "ang
lama !ika transanastomik enteral tidak cukup atau tidak dapat
ditolenrasi oleh tubuh pasien %4illar '((+*.
3. 1omplikasi
5 1omplikasi "ang dapat ditemukan ialah kelainan congenital
lainn"a.
5 4udah ter!adi dehidrasi
1omplikasi post operasi dilaporkan pada )-5)3, pasien dan
beberapa pasien memerlukan operasi kembali. Beberapa kondisi
"ang sering ter!adi dan men"ebabkan pasien perlu dioperasi
kembali "aitu =
5 1ebocoran anostomosis
5 Dbstruksi $ungsional duodenum
5 Adhesi
5 Bengkak pada bagian pertama usus halus %megaduodenum*
5 Permasalahan pergerakan usus
5 @e$luks gastroeso$ageal
5 Sepsis intraabdomen
%@ichard et al '(()*
2. Prognosis
Angka harapan hidup untuk ba"i dengan atresia duodenum
adalah 2( 5 2+,. 4ortalitas "ang tinggi disebabkan karena
prematuritas serta abnormalitas congenital "ang men"ertain"a.
4orbiditas dan mortalitas telah membaik secara bermakna selama
+( tahun terakhir. Adan"a kema!uan dibidang anestesi pediatric
neonatologi dan teknik pembedahan angka kesembuhann"a telah
meningkat hingga 2(,. 4enurut 4ilar %'((+* 7alaupun prognosis
atresia duodenal secara general bagus namun angka kematian
sebesar C,. Hubungan kelainan kongenital diindenti$ikasikan
sebagai $aktor risiko independent. Berat lahir rendah dan permasalah
prematur lebih !auh meningkatkan resiko kematian %@ichard et al
'(()*.
BAB III
1ESI4PULAN
). Atresia duodenum merupakan kondisi dimana duodenum tidak
berkembang dengan baik.
'. Pen"ebab ter!adin"a atresia duodenum sampai saat ini belum
diketahui namun sering ditemukan bersamaan dengan mal$ormasi
pada neonates lainn"a seperti sindrom do7n maupun pen"akit
!antung.
0. Penegakkan diagnosis "aitu dengan anamnesis didapatkan pasien
memiliki ge!ala obstrukti$ usus "aitu muntah terus menerus. Pada
pemeriksaan $isik ditemukan distensi abdomen. Pada pemeriksaan
penun!ang ditemukan double bublle.
-. &indakan bedah "ang dilakukan ialah sesuai dengan tipe atresi
duodenum.
Da$tar pustaka
Alan PL #ames A4. 9ongenital Duodenal Abnormalies in a Adult. Arch
Surgery.'(()H)0.=+C35+.)
Blanco5@odrGgue/ ;. Pench"na5;rub #. Porras5HernInde/ #D. &ru!illo5
Ponce A. '((3. Transluminal Endoscopic Electrosurgical Incision of
Fenestrated Duodenal embranes. Pediatric Surger" Int. Epub =C))<
C)-.
Dorland B. A. N. '(('. 1amus 1edokteran Dorland Edisi '2. #akarta= E;9.
Hal '(. dan )))0.
6ree 6A Barr" ;. Duodenal Dbstruction in the Ne7born Due &o Annular
Pancreas. Surg.'((-H)(0=0')50'+
Ha"den 91 4arshall JS 4ichael D Leonard ES. 9ombine Esophageal and
Duodenal Atresia= Sonograpic 6indings. Arch Surg.'((0H)-(=''+5'0(
1essel D Bru"n D Drake 6. 9ase report= Ultrasound Diagnosis D$ Duodenal
Atresia 9ombined Bith Isolated Desophageal Atresia. The !ritish
"ournal of #adiology.$%&&'(() 3.533
4illar A. #. B. ;osche #. @. and Lakhoo 1. '((0. Intestinal Atresia and
Stenosis. *aediatric Surgery) A +omprehensi,e Te-t for Africa
+hapter (.. p.03+5033.
@ichard 6L Benneth AL Norman ;B Anthon" #B Brian @#.
Snell @ichard S. '((.. Anatomi /lini0 untu0 mahasiswa 0edo0teran.#akarta =
E;9.
&amer S 4usta$a 1 Ulas A Ali S1 Duodenal Atresia and Hirchsprung
Disease in a Patient 7ith Do7n S"ndrome. Eur " 1en
ed.'())H3%'*=)+C52
B"llie @. '((C. Intestinal Atresia Stenosis and 4alrotation= 2elson Te-tboo0
of *ediatrics. )3th ed. Philadelphia= Saunders Else8ierH 0'C.

Anda mungkin juga menyukai