Anda di halaman 1dari 32

A.

ANATOMI SISTEM PENCERNAAN (DIGESTIV)

Gambar Tinjauan traktus digestivus.


Oesophagus adalah tuba muskular yang menghubungkan Pharynx dengan lambung (Gaster).
Oesophagus meneruskan makanan yang ditelan

1. ANATOMI MULUT

Gambar Rongga mulut, Cavitas oris; dilihat dari frontal; mulut terbuka.
Lubang mulut (Rima oris) merupakan pintu masuk ke saluran cerna dan Cavitas oris. Cavitas
oris dibagi menjadi Vestibulum oris dan rongga mulut sebenarnya (Cavitas oris proprial.
Batas-batas Vestibulum oris adalah bibir dan pipi di bagian luar serta, Processus alveolaris
dan gigi di bagian dalam. Jika gigi menutup, maka terdapat ruang di belakang gigi
geraham/molar terakhir di kedua sisi (Spatium retromolare) yang memungkinkan akses ke
rongga mulut/Cavitas oris. Di daerah Isthmus faucium, Cavitas oris menjadi Pars oralis dari
Pharynx (Oropharynx). Saluran-saluran ekskretorik dari banyak kelenjar liur kecil dan
saluran dari tiga pasang kelenjar liur besar bermuara ke Vestibulum oris dan Cavitas oris
propria. Badan lidah (Corpus linguae) mengisi sebagian besar dari bagian dalam Cavitas
oris.

Gambar Lidah, Lingua; dilihat dari superior


Di dorsum lidah (Dorsum linguae), Sulcus medianus linguae membagi lidah menjadi belahan
kanan dan kiri. Sulcus terminalis linguae (suatu alur berbentuk V) membatasi Corpus linguae
dari Radix linguae dan memisahkan lidah menjadi Pars anterior dan Pars posterior. Di ujung
Sulcus terminalis Iinguae, epitel permukaan membentuk suatu cekungan, Foramen caecum
linguae. Foramen ini adalah tempat di mana kelenjar tiroid memulai penurunannya (pangkal
Ductus thyroglossalis) dari ektoderm di dasar mulut menuju tujuan akhirnya di depan Larynx.
Mukosa Pars anterior teraba kasar karena mengandung banyak Papilla kecil yang terlihat
sebagian secara makroskopis (Papillae linguales, filiformes, foliatae, fungiformes, dan
vallatae) yang berperan dalam persepsi sentuh dan menyalurkan persepsi sensorik cita rasa
(pengecap). Pangkal lidah (Radix linguae) dilapisi oleh Tonsilla lingualis, dibatasi secara
bilateral oleh dua Arcus palatinus (Arcus palatoglossus dan palatopharyngeus), dan di
posterior oleh Epiglottis. Plica glossoepiglotica mediana yang tunggal dan Plicae
glossoepiglotticae laterales yang berpasangan berproyeksi.

Gambar 8.139 Lidah, Lingua, dan otot-otot lidah, Mm. linguae; potongan median.
Lidah adalah badan otot yang sangat lentur. Lidah sangat diperlukan untuk mengunyah dan
menelan makanan, memfasilitasi penghisapan, dan memberikan kemampuan berbicara.
Selain itu, lidah sangat peka terhadap sentuhan dan merupakan organ untuk indera
pengecapan. Lidah terdiri dari otot-otot intrinsik, yang membentuk Corpus linguae,
dan otot-otot ekstrinsik, yang memiliki origo di rangka dan berproyeksi ke lidah. Otot-otot
ekstrinsik lidah mengubah posisi lidah, sedangkan otot-otot intrinsik mengubah bentuk lidah.
Sebagian besar dari otot lidah berinsersi di Aponeurosis linguae, suatu lempeng kuat jaringan
ikat di bawah mukosa dorsum lidah.

Gambar Lidah, Lingua, dan otot-otot intrinsik lidah, Mm. nguae interni; potongan
melintang di ujung lidah. Seperti anyaman, otot-otot intrinsik lidah saling terjalin dalam
ketiga dimensi. Di bidang median, Septum linguae memotong lidah secara tidak sempurna
menjadi dua belahan. Otot-otot agonistik dan antagonistik meningkatkan fleksibilitas lidah.
Di kedua sisi di ujung lidah terdapat kelenjar mukosa (Glandula lingualis, kelenjar
BLANDIN).

2. ANATOMI OESOPHAGUS

Gambar Oesophagus, Trachea dan Pars thorcica aortae; dilihat dari ventral.
Panjang Oesophagus 25 cm dan tersusun dalam tiga bagian: Pars cervicalis (5-B cm) Pars
thoracica (16 cm) Pars abdominalis (1-4 cm)
Pars cervicalis bersebelahan dengan kolumna vertebralis. Pars thoracica melintasi arcus
aortae yang bersebelahan pada sisi kiri bagian dorsal. Bagian ini berjalan bersama bronkus
utama kiri dan turun ke depan dengan semakin menjauhi kolumna vertebralis. Sudut pandang
dorsal menunjukkan kedekatan Pars thoracica dengan Pericardium dan dengan atrium kiri.
Setelah melewati Hiatus oesophagus diafragma, dimulailah Pars abdominalis yang pendek
yang terletak intraperitoneum.
3. ANATOMI LAMBUNG

Gambar Gaster dan Duodenum; dilihat dari ventral.


Mukosa Gaster memiliki relief khas yang memperluas permukaan dalam. Lipat Gaster (Plicae
gastricae) yang dapat dikenali secara makroskopis berorientasi longitudinal dan membentuk
kanal fungsional sepanjang
Curvatura minor (kanal Gaster). Lipat mukosa memperlihatkan area mikroskopik kecil
(Areae gastricae; Di tempat keluar Gaster (Pylorus), lapisan otot sirkular menebal untuk
membentuk M. sphincter pyloricus.

Gambar 6.23 Proyeksi organ dalam (Viscera) Abdomen ke permukaan tubuh; dilihat
dari ventral. Usus halus (4-6 m) memiliki tiga bagian: Duodenum, 25-30 cm Jejunum, dua
perlima panjang total Ileum, tiga perlima panjang total
Duodenum berawal di Pylorus lambung dan berakhir pada Flexura duodenojejunalis. Selain
bagian pertamanya (Pars superior), Duodenum menetap pada posisi retroperitoneal dan
terpisah dari bagian usus halus lain. Sebaliknya, bagian yang tergulung intraperitoneal yaitu
Jejunum dan Ileum tidak dapat dipisahkan secara makroskopis dan mencapai bagian distal
menuju Valva iliocaecalis (katup BAUHIN) saat transisi menjadi usus besar.

4. ANATOMI USUS HALUS

Gambar 6.27 dan Gambar 6.28 Pembagian Duodenum, sendiri ( Gambar 6.27) dan
bersama-sama Ductus biliaris ekstrahepatik Gambar 6.28); dilihat dari ventral.
Duodenum memiliki empat bagian: Pars superior Pars descendens Pars horizontalis Pars
ascendens Pars superior adalah satu-satunya bagian intraperitoneal dan lumen proksimalnya
yang lebih lebar disebut Ampulla (Bulbus) duodeni.
Ductus excretorius pada Pancreas (Ductus pancreaticus, saluran WIRSUNG) sering masuk
Pars descendens duodeni bersama-sama Ductus choledochus pada Papilla duodeni major
(Papilla VATERI) yang ditemukan 8-10 cm di sebelah distal Pylorus. Sering, 2 cm
proksimalnya, ditemukan Papilla duodeni minor yang lebih kecil tempat Ductus pancreaticus
accessorius (saluran SANTORINI) mengeluarkan sekresinya. Pars horizontalis menyilang
Columna vertebralis dan berlanjut sebagai Pars ascendens

Gambar 6.29 Relief dalam Duodenum; potongan frontal; dilihat dari ventral.
Duodenum memiliki empat bagian berikut: 1. Pars superior. 2. Pars descendens. 3. Pars
horizontalis, dan 4. Pars ascendens. Untuk menambah permukaan absorptif, relief dalam
Duodenum memperlihatkan lipatan mukosa sirkular (Plicae circulares, lipatan
KERCKRING) sama seperti bagian lain pada usus halus. Pars descendens berisi Papilla
duodeni major (Papilla VATERI) di tempat masuknya Ductus pancreaticus
(saluran WIRSUNG) dan Ductus choledochus, keduanya bersatu membentuk Ampulla
hepatopancreatica. Pars ascendens melekat pada Aorta dekat pangkal A. mesenterica superior
melalui serat otot polos (M. suspensorius duodeni, otot TREITZ) dan jaringan ikat padat (Lig.
suspensorium duodeni), tepat sebelum transisi Duodenum menjadi Jejunum intraperitoneal
pada Flexura duodenojejunalis.

5. ANATOMI USUS BESAR


Gambar pembagian usus besar, Intestinum Crassum; dilihat dari ventral.
 Usus besar memiliki panjang sekitar 1,5 cm dan terdiri dari empat bagian:
 Caecum (blind gut) dengan Appendix vermiformis
 Colon dengan Colon ascendens, Colon transversum, Colon descendens, dan Colon
sigmoideum.
 Rectum
 Canalis analis

6. ANATOMI HEPAR
Gambar 6.59 Hepar; dilihat dari kranial.
Hepar merupakan kelenjar paling besar (1200-1800 g) dan organ metabolik utama pada
tubuh. Facies diaphragmatica berdekatan dengan Diaphragma dan Facies visceralis dengan
tepi bawah anterior (Margo inferior) mengarah ke organ-organ dalam Abdomen ( Gambar
6.57 dan 6.58). Facies diaphragmatica menempel sebagian pada Diaphragma dan tidak
memiliki lapisan peritoneal di area tersebut (Area nuda). Hepar dibagi menjadi lobus kanan
yang lebih besar dan kiri yang lebih kecil (Lobus dexter dan Lobus sinister) yang dipisahkan
oleh Lig. falci{orme di sebelah ventral. Lig, falciforme berlanjut sebagai Lig. coronarium
yang kemudian menjadi Lig. triangulare dextrum dan sinistrum yang menghubungkan
Diaphragma, Lig. triangulare sinistrum berlanjut menjadi Appendix fibrosa hepatis. Tepi
bebas Lig. falciforme mengandung Lig. teres hepatis (sisa V. umbilicalis prenatal). Kedua
Ligamentum ini berhubungan dengan dinding abdomen ventral. Di Facies visceralis Fissura
ligamenti teretis hepatis berlanjut ke Porta hepatis yang menjadi tempat berlabuhnya struktur
vaskular ke
dan dari Hepar (V. portae hepatis, A. hepatica propria, Ductus hepaticus communis). Di
kranial, terlihat Lig. venosum (sisa Ductus venosus prenatal). Di sisi kanan Porta hepatis
{Hilum hepatis), V. cava inferior terletak pada Sulcus venae cava inferior dan Vesica biliaris
tertanam dalam Fossa vesicae biliaris di inferior. Lig. teres hepatis, Lig. venosum, V. cava
inferior, dan Vesica biliaris menggambarkan dua area persegi pada kedua sisi Porta hepatis
pada sisi inferior Lobus hepatis dexter, Lobus quadratus di ventral dan Lobus caudatus di
dorsal. Hepar tidak ditutup Peritoneum di empat area yang lebih besar: Area nuda, Porta
hepatis, bantalan Vesica biliaris, dan Sulcus venae cava inferior. ln vivo, Hepar dapat
mengalami perubahan bentuk dan menyesuaikan diri dengan bentuk organ-organ sekitar.
Pada keadaan terfiksasi, organ-organ berdekatan menyebabkan impresi yang merupakan
artefak tanpa relevansi lebih lanjut, namun memberikan informasi mengenai posisi Hepar.

7. ANATOMI PANKREAS

Gambar Organ-organ retroperitoneal epigastrium: Pancreas, Duodenum serta ginjal,


Ren, dan kelenjar adrenal, Glandula suprarenalis di kedua sisi; dilihat dari ventral.
Pancreas berada pada posisi retroperitoneal sekunder. Caput pancreatis berdekatan dengan
Pars descendens duodeni dan memiliki Proc. uncinatus di dorsal yang merangkul A. dan V.
mesenterica superior. Di kaudal berdekatan Pars horizontalis duodeni. Ke sisi kiri, Caput
pancreatis berlanjut sebagai Corpus pancreatis yang melewati Columna vertebralis. Cauda
pancreatis kemudian berjalan melewati ginjal kiri untuk mencapai Hilum splenicum.
Pancreas memiliki permukaan anterior dan posterior (Facies anterior dan Facies posterior)
yang dipisahkan oleh batas atas dan bawah yang tumpul (Margo superior dan Margo
inferior). Aspek anterior Pancreas ditutupi oleh Peritoneum parietale dan membentuk dinding
posterior Bursa omentalis. Aspek posterior Pancreas berf usi dengan Peritoneum parietale
yang berasal dari dinding abdomen posterior karena Pancreas berpindah posisi ke dalam
ruang retroperitoneal vselama perkembangannya. Area yang berfusi tampak sebagai Fascia
saat diseksi.
Gambar Sistem ductus excretorius pada Pancreas; dilihat dari ventral; Ductus
pancreaticus setelah reseksi sebagian Duodenum dan Pancreas bagian ventral. Pada
60% kasus, Ductus excretorius utama (Ductus pancreaticus [saluran WIRSUNG]) berfusi
dengan segmen terminal Ductus choledochusuntuk membentuk Ampulla hepatopancreatica.
Ampulla
masuk Pars descendens duodeni pada Papilla duodeni major (papilla VATERI). Dalam
perkembangan Ductus pancreaticus accessorius [saluran SANTORINI] ditemukan pada 65%
dari seluruh kasus yang bermuara ke dalam Duodenum, 2 cm lebih proksimal dari seluruh
Papilla duodeni minor.

8. ANATOMI BAGIAN ABDOMEN: OMENTUM MAJUS


Gambar Posisi visera, Situs viscerum, pada epigastrium dan Omentum majus; dilihat
dari ventral.
Cavitas abdominalis dibuka dan Umbilicus dipotong dari sisi kiri untuk mempertahankan Lig.
teres hepatis di antara Hepar dan dinding abdomen ventral. Colon transversum horizontal
membagi Abdomen menjadi epigastrium dan hypogastrium. Viscera pada Abdo, men bagian
bawah hampir seluruhnya ditutupi oleh Omentum majus yang menempel pada Curvatura
major lambung. Omentum dihubungkan dengan Epigastrium karena aliran darahnya berasal
dari pembuluh darah pada Curvatura major lambung (Rr. omentales dari Aa.
gastroomentales; Gambar 6.116). Omentum majus adalah duplicatur peritoneal yang terdiri
dari Lig. gastrocolicum, Lig. gastrosplenicum dan bagian seperti apron bebas. Omentum
majus berperan penting tidak hanya pada proteksi mekanis dan insulasi termal tetapi juga
pada sekresi dan absorpsi cairan peritoneal. Omentum majus juga mengandung jaringan
limfatik dan memiliki fungsi imunologis.

B. HISTOLOGI
1. RONGGA MULUT
a. BIBIR

Kulit atau epidermis (11) tipis melapisi permukaan luar bibir. Epidermis (11) terdiri dari
epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk dengan sel pemukaan mengalami deskuamasi
(10). Di bawah epidermis (11) adalah dermis (14) dengan kelenjar sebasea (2, 12) yang
berhubungan dengan folikel rambut (4, 15), dan kelenjar keringat (16) tubular simpleks yang
terletak di dermis (14) bagian dalam. Dermis (14) juga mengandung musculus arrector pili (3,
13), otot polos yang melekat pada folikel rambut (4, 15). Juga terlihat di bagian tepi bibir
adalah pembuluh darah, sebuah arteri (6a) dan vanula (6b). Bagian tengah bibir mengandung
satu lapisan otot lurik, orbicularis oris (5, 17).

b. LIDAH

Gambar ini menunjukkan potongan longitudinal bagian anterior lidah. Rongga mulut dilapisi
oleh mukosa (5) protektif yang terdiri dari lapisan epitel luar (5a) dan lapisan jaringan ikat
dibawahnya yang dinamai lamina propria (5b).
Permukaan dorsal lidah teraba kasar dan ditandai oleh banyak tonjolan mukosa yang dinamai
papila (1, 2, 6). Sebaliknya, mukosa (5) permukaan ventral lidah teraba licin. Papila
filiformis (2, 6) yang langsing dan berbentuk kerucut adalah papila terbanyak dan menutupi
keseluruhan permukaan dorsal lidah. Ujung papila filiformis (2, 6) memperliatkan keratinasi.
Yang jumlahnya lebih sedikit adalah papila fungiformis (1) dengan permikaan epitel tidak
berkeratin yang bulat dan lebar dan lamina propria (5b) yang menonjol.
Bagian tengah lidah terdiri dari berkas-berkas otor rangka (3, 7) yang saling silang.
Karenanya, otot rangka lidah biasanya terlihat dalam bidang potongan transversal,
longitudinal, atau oblik. Di jaringan ikat (9) di sekitar berkas otot, mungkin ditemukan
pembuluh darah(4, 8), misalnya arteri (4a, 8a) dan vena (4b, 8b) sera serat saraf (11).
Di separuh bawah lidah dan dikelilingi oleh serat otot rangka (3, 7) terlihat sebagian dari
kelenjar lingualis anterior (10). Kelenjar ini adalah kelenjar campuran dan mengandung
baik asinus mukosa (10b) maupun asinus serosa (10c), serta asinus campuran. Duktus
interlobularis (10a) dari kelenjar lingualis anterior (10) berjalan ke dalam duktus
ekskretorius besar kelenjar lingualis (12) yang bermuara ke rongga mulut di permukaan
ventral lidah.

c. GIGI

Suatu gigi yang sedang tumbuh diperlihatkan tertanam di dalam rongga, alveolus dentalis
(23) di tulang (9) rahang. Gigi yang sedang tumbuh dilapisi oleh epitel oral (1, 11) berlapis
gepeng tanpa lapisan tanduk. Jaringan ikat saluran pencernaan disebut lamina propria (2,
12). Pertumbuhan ke bawah dari epitel mulu (1, 11) yang masuk ke dalam lamina propria (2,
12) dan jaringan ikat primitif sebagai lamina dentalis (3). Suatu lapisan jaringan ikat (8,
17) primitif mengelilingi gigi yang sedang tumbuh dan membentuk lapisan padat di sekitar
gigi, saccus dentalis (8, 17).
Lamina dentalis (3) dari epitel oral (1, 11) berproliferasi dan menghasilkan organ email
berbentuk topi yang terdiri dari epitel email eksternal (4), retikulum stelata (5, 14)
ekstrasel, dan emeloblas pembentuk email pada epitel email dalam (6). Ameloblas epitel
email dalam (6) mengeluarkan email (7, 13) keras disekitar dentin (16). Email (7, 13)
tampak sebagai pita sempit bahan yang terpulas merah gelap.
Di bagian konkaf atau berlawanan dari organ email, terdapat papila dentalis (21) yang
berasal dari jaringan ikat primitif mesenkim (21) dan membentuk pulpa gigi atau bagian
tengah gigi yang tengah tumbuh. Pembuluh darah (20) dan saraf menjulur ke dalam dan
menyarafi papila dentalis (21) dari bawah. Sel-sel mesenkim di papila dentalis (21)
berdiferensiasi menjadi odontoblas (15, 19) dan membentuk batas luar papila dentalis (21).
Odontoblas (15) mengeluarkan dentin tak-terkalsifikasi yang dinamai pradentin (18).
Sewaktu mengalami kalsifikasi, pradentin (18) membentuk lapisan dentin (16) terpulas merah
muda yang terletak di dekat email yang terpulas gelap (7, 13).
Di basis gigi, epitel email eksternal (4) dan ameloblas epitel email internal (6) terus tumbuh
ke bawah dan membentuk selubung akar epitel (Hertwig) (10, 22) berlapis ganda. Sel-sel
selubung akar epitel (10, 22) menginduksi sel-sel mesenkim (21) sekitar untuk berdiferensiasi
menjadi odontoblas (15, 19) dan membentuk dentin (16).

2. ESOFAGUS

Esofagus adalah salurah berongga panjang yang dindingnya terdiri dari mukosa, submukosa,
muskularis eksterna, dan adventisia.
Mukosa (1) esofagus terdiri atas tiga bagian: epitel berlapis gepeng (1a) tanpa lapisan
tanduk di sebelah dalam; selapis tipis jaringan ikat di bawahnya, lamina propria (1b); dan
selapis serat otot polos memanjang, yaitu muskularis mukosa (1c), ditunjukkan di gambar
ini dalam bidang melintang. Papila jaringan ikat (9) lamina propria membentuk indentasi di
epitel (1a). Lamina propria (2) mengandung pembuluh darah (8) kecil, jaringan limfoid
difus, dan nodulus limfoid (7) kecil.
Submukosa (3) esofagus adalah lapisan luas jaringan ikat tidak teratur agak padat yang
sering mengandung jaringan adiposa (12). Asini mukosa kelenjar sofagus propria (2)
terdapat di submukosa (3) dengan interval di sepanjang esofagus. Duktus ekskretorius (10)
kelenjar esofagus (2) berjalan menembus muskularis mukosa (1c) dan lamina propria (1b)
dan bermuara ke dalam lumen esofagus. Epitel duktus yang terpulas-gelap menyatu dengan
epitel permukaan berlapis gepeng (1a) esofagus (lihat Gambar 12.2). Di dalam jaringan ikat
submukosa terdapat banyak pembuluh darah, misalnya vena dan arteri (11).
Di bawah submukosa (3), terdapat muskularis eksterna (4), yang terdiri dari dua lapisan
otot, lapisan otot sirkular dalam (4a) dan lapisan otot longitudinal luar (4b), yang serat-
serat ototnya disini terliat terpotong secara transversal. Suatu lapisan tipis jaringan ikat (13)
terletak diantara lapisan otot sirkular dalam (4a) dan lapisan otot longitudinal luar (4b).
Muskularis eksterna (4) esofagus sangat bervariasi pada spesies yang berbeda. Pada manusia,
muskularis eksterna (4) di 1/3 atas esofagus terutama terdiri dari otot rangka. Di sepertiga
tengah esofagus, lapisan sirkular dalam (4a) dan lapisan longitudinal luar (4b)
memperlihatkan campuran serat otot rangka dan polos. Di 1/3 bawah esofagus, hanya ada
otot polos.
Adventisia (5) esofagus terdiri dari lapisan jaringan ikat longgar yang menyatu dengan
adventisia trakea dan struktur sekitar. Jaringan adiposa (14), pembuluh darah besar, arteri
dan vena (15), dan serat saraf (6) banyak di jaringan ini.

3. LAMBUNG
Lambung dibagi dalam 3 bagian histologik: kardia, fundus dan korpus, dan pilorus. Fundus
dan korpus adalah bagian lambung yang terluas. Dinding lambung terdiri atas empat lapisan :
mukosa (1, 2, 3), submukosa (4), muskularis eksterna (5, 6, 7), dan serosa (8).
Mukosa terdiri atas epitel permukaan (1), lamina propria (2), dan muskularis mukosa (3).
Permukaan lambung dilapisi oleh epitel selapis slindris (1,11) yang meluas ke dalam dan
melapisi foveola gastrica (10), yaitu invaginasi tubular epitel permukaan (11). Di fundus,
foveola gastrica (10) terletak tidak dalam dan masuk ke dalam mukosa kira-kira seperempat
ketebalannya. Dibawah epitel terdapat jaringan ikat longgar lamina propria (2,12) yang
mengisi celah-celah di antara kelenjar gastrika. Batas luar mukosa dibentuk oleh selapis tipis
otot polos muskularis mukosa (3,15) yang terdiri atas lapisan sirkular dalam dan lamina
propria (2,12) di antara kelenjar gastrika (13,14) ke arah epitel permukaan (1,11) yang
terlihat pada pembesaran lebihkuat di Gambar 12.9, nomor 8.
Kelenjar gastrika (13,14) berhimpitan di dalam lamina propria (2,12) dan menempati
keseluruhan mukosa (1, 2, 3). Kelenjar gastrika bermuara ke dalam dasar fovela gastrica (10).
Epitel permukaan mukosa lambung mengandung jenis sel yang sama, dari daerah kardia
sampai pilorus. Namun, terdapat perbedaan regional pada jenis sel yang menyusun kelenjar
gastrika. Dua jenis sel dapat diidentifikasi di kelenjar gastrika. Sel parietal (13) asidofilik
terletak di bagian atas kelenjar, sedangkan sel zimogenik (chief cell) (14) basofilik
menempati bagian bawah . Daerah di bawah kelenjar pada lamina propria (2,12) mengan
dung jaringan limfoid atau nodulus limfoid (16) kecil.
Mukosa lambung yang kosong memperlihatkan banyak lipatan temporer yaitu rugae (9).
Rugae terbentuk akibat kontraksi lapisan otot polos, muskularis mukosa (3, 15). Saat
lambung terisi, rugae menghilang dan mukosa tampak licin.
Submukosa (4) terletak di bawah muskularis mukosa (3, 15). Pada lambung kosong,
submukosa (4) dapat meluas ke dalam rugae (9). Submukosa (4) mengandung jaringan ikat
padat tidak teratur dan lebih banyak serat kologen (17) daripada lamina propria (2, 12).
Selain itu, submukosa (4) mengandung banyak pembuluh limfe, kapiler (21), arteriol (18)
besar, dan venula (19). Di bagian yang lebih dalam pada submukosa terlihat kelompok
ganglion parasimpatis pleksus saeaf submukosa (Meissner) (20) yang terisolasi
Muskularis eksterna (5, 6, 7) terdiri dari tiga lapisan otot polos, masing-masing terorientasi
dalam bidang berbeda: lapisan oblik (5) di sebelah dalam, sirkular (6) di tengah, dan
longitudinal (7) di sebelah luar. Lapisan oblik tidak utus dan tidak selalu tampak pada irisan
dinding lambung. Pada gambar ini, lapisan sirkular terpotong memanjang dan lapisan
longitudinal terpotong melintang. Di antara lapisan otot polos sirkular dan longitudinal
terdapat pleksus saraf mienterikus (Auerbach) (22) ganglion parasimpatis dan serat saraf.
Serosa (8) terdiri dari lapisan tipis jaringan ikat yang menutupi muskularis eksterna (5, 6, 7)
dan dilapisi oleh mesotel selapis gepeng peritoneum viscerale (8). Serosa dapat
mengandung banyak sel adiposa (23).

4. USUS HALUS: DUODENUM

Dinding duodenum terdiri atas empat lapisan: mukosa dengan epitel (7a), lamina propria
(7b), dan muskularis mukosa (9, 12); jaringan ikat submukosa dibawahnya, dengan
kelenjar duodenal (Brunner) (3,13); dua lapisan otot polos muskularis eksterna (14); dan
peritoneum viscerale serosa (15). Lapisan-lapisan ini menyatu dengan lapisan yang serupa di
lambung, usus halus, dan usus besar (kolon).
Usus halus ditandai oleh banyak tonjolan mirip-jari yang disebut vili (7) (tunggal: vilus);
epitel (7a) sel kolumnar dengan mikrovili yang membentuk limbus striatus; sel goblet (2)
yang terpulas-pucat; dan kelenjar intestinal (kriptus Lieberkuhn) (4,8) tubular pendek di
lamina propria (7b). Kelenjar duodenal (3, 13) di submukosa (13) merupakan ciri khas
duodenum. Kelenjar ini tidak terdapat di bagian lain usus halus (jejunum dan ileum) dan usus
besar.
Vili (7) merupakan modifikasi permukaan mukosa. Di antara vili (7) terdapat ruang
intervilus. Epitel (7a) melapisi masing-masing vilus dan kelenjar intestinal (4 , 8) . Setiap
vilus memiliki bagian tengan lamina propria (7b), berkas serat otot polos (10) yang meluas
ke dalam vili dari muskularis mukosa (9, 12) dan sebuah pembuluh limfe sentral yaitu lakteal
(11).
Kelenjar intestinal (4, 8) terletak di lamina propria (7b) dan bermuara ke dalam ruang
intervilus (1). Pada irisan duodenum tertentu, kelenjar submukosa duodenal (13) meluas ke
dalam lamina propria (3). Lamina propria (7b) juga mengandung serat jaringan ikat halus
dengan sel retikular, jaringan limfoid difus, dan nodulus limfoid (5).
Submukosa (13) di duodenum hampir terisi penuh oleh kelenjar duodenal (13) tubular yang
becabang. Muskularis mukosa (9, 12) terputus jika kelenjar duodenal menembus ke dalam
lamina propria (3). Sekresi dari kelenjar duodenal (3). Sekresi dari kelenjar duodenal (3)
masuk di dasar kelenjar intestinal (3, 4, 8).
Pada potongan melintang duodenum, muskularis eksterna (14) terdiri atas lapisan sirkular
dalam (14a) dan lapisan longitudinal luar (14b) otot polos. Namun, dalam gambar
ini,duodenum terpotong memanjang, dan arah serat kedua lapisan otot polos ini berkebalikan.
Sel ganglion parasimpatis pleksus saraf mienterikus (auebach) (6), ditemukan di usus halus
dan usus besar, terlihat di jaringan ikat antara kedua lapisan otot muskularis eksterna (14).
Pleksus sel ganglion serupa, namun lebih kecil, juga ditemukan di submukosa (tidak tampak)
di susu halus dan usus besar.
Serosa (peritoneum viscerale) (15) mengandung sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan sel
adiposa. Serosa membentuk lapisan terluar bagian pertama duodenum.

5. USUS BESAR: COLON


Dinding kolon memiliki lapisan-lapisan dasar yang serupa dengan lapisan yang ada di usus
halus. mukosa (4-7) terdiri atas epitel (4) selapis silindris, kelenjar intestinal (5), lamina
propria (6), dan muskularis mukosa (7). Submukosa (8) di bawahnya mengandung sel dan
serat jaringan ikat, berbagai pembuluh darah, dan saraf. Muskularis eksterna (13) dibentuk
oleh dua lapisan otot polos. Serosa (peritoneum viscerale dan mesen terium) (3, 17)
melapisi kolom transversum dan kolon signoid. Adanya beberapa modifikasi di dinding kolon
yang membedakan bagian ini dari bagian lainnya di saluran pencernaan.
Kolon tidak memiliki vili atau plika sirkularis, dan permukaan luminal mukosa licin. Di
kolon yang tidak melebar, mukosa (4-7) dan submukosa (8) memperlihatkan banyak lipatan
temporer (12). Di lamina propria (6) dan submukosa (8) kolon dijumpai nodulus limfoid (9,
11).
Lapisan otot polos di muskularis eksterna (13) kolon mengalami modifikasi. Lapisan
sirkular dalam (16) terlihat utuh di dinding kolon, sedangkan lapisan longitudinal luar otot
polos dibagi menjadi tiga pita memnajang yang lebar yaitu taenia coli (1, 10). Lapisan otot
longitudinal luar (15) yang sangat tipis, yang sering terputus-putus, dijumpai di antara taenia
coli (1,10). Sel-sel ganglion para simpatis pleksus saraf mienterikus (Auerbach) (2,14)
terdapat di antara kedua lapisan otot polos muskularis eksterna (13).
Kolon transversum dan kolon sigmoid melekat pada dinding tubuh melaui mesenterium
(18). Oleh karena itu, serosa (3,17) menjadi lapisan terluar.

6. APENDIKS
Pada perbandingan antara mukosa apendiks dan mukosa kolon, epitel pelapis (1)
mengandung banyak sel goblet, lamina propria (3) dibawahnya mempunyai kelenjar usus
(5) (Kriptus Lieberkuhn), dan terdapat muskularis mukosa (2). Kelenjar usus (5) di apendiks
relatif kurang berkembang, lebih pendek, dan sering terpisah lebih jauh antar satu sama lain
dibandingkan dengan yang di kolon. Jaringan limfe difus (6) di lamina propria (3) banyak
ditemukan submukosa (8).
Nodulus limfatik (4, 9) dengan sentrum germinativum banyak ditemukan dan sangat khas
untuk apendiks. Nodulus-nodulus ini berada di lamina propria (3) dan mungkin meluas dari
epitel (1) permukaan hingga submukosa (8).
Submukosa (8) memiliki banyak pembuluh darah (11). Muskuaris eksterna (7) terdiri dari
lapisan sirkular dalam (7a) dan lapisan longitudinal luar (7b). Ganglion parasimpatis (12)
pleksus mienterikus (12) terletak diantara lapisan otot polos dalam (7a) dan luar (7b)
muskularis eksterna.
Lapisan terluar apendiks adala serosa (10) yang dibawahnya mengandung sel adiposa (13).

7. REKTUM

Epitel (1) permukaan lumen (5) adalah epitel kolumnar selapis dengan striated (brush) border
dan sel goblet. Kelenjar usus (4), sel adiposa (12), dan nodulus limfatik (10) di lamina propria
(2) serupa dengan yang ada di kolon. Kelenjar usus lebih panjang, lebih berdekatan, dan terisi
dengan sel goblet. Di bawah lamina propria terdapat muskularis mukosa (11).
Lipatan longitudinal (3) di rektum atas dan kolon bersifat temporer. Lipatan (3) ini
mengandung inti submukosa (8) yang dilapisi oleh mukosa. Lipatan longitudinal permanen
(kolom rektal) ditemukan di rektum bawah dan kanalis anus.
Taenia coli pada colon berlanjut hingga ke rektum tempat muskularis eksterna (13)
mempunyai lapisan otot polos sirkular dalam (13a) dan longitudinal luar (13b) yang tipikal.
Di antara kedua lapisan otot polos tersebut, terdapat ganglion parasimpatis pleksus
mienterikus (Auerbach) (14).
Adventisia (9) menutupi sebagian rektum, dan serosa menutupi bagian lainnya. Banyak
pembuluh darah (6, 7, 15) ditemukan di submukosa (8) dan adventisia (9).

8. HATI

Pada hati babi, jaringan ikat dari hilus meluas di antara lobus hati sebagai septum
interlobularis (5, 9) dan membatasi lobulus hati (7). Untuk menunjukkan batas jaringan ikat
yang membentuk masingmasing lobulus hati (7), sediaan hati babi dipulas dengan Mallory-
azan, yang mewarnai septum jaringan ikat (5, 9) biru tua.
9. HISTOLOGI KANTUNG EMPEDU

10. HISTOLOGI PANKREAS

Pankreas memiliki komponen eksokrin dan endokrin. Komponen eksokrin membentuk


sebagian besar pankreas dan terdiri dari asini serosa dan sel zimogenik (1) yang tesusun rapat
dan membentuk banyak lobulus kecil. Lobulus dikelilingi oleh septum jaringan ikat
intralobularis dan interlobularis (4, 13) yang mengandung pembuluh darah (5, 9), duktus
interlobularis (12), saraf, dan kadang-kadang, reseptor sensorik yaitu corpusculum
lamellosum (Pacinian corpuscle) (11). Di dalam asni serosa (1) terdapat insula pancreatica
(pulau Langerhans) (3, 7) yang terpisah. Insula pancreatica (3, 7) menunjukkan bagian
endokrin dan merupakan ciri khas pankreas.
Setiap asinus pankreatikus (1) terdiri atas sel zimogenik (1) penghasilan-protein
bentukpiramid yang mengelilingi sebuah lumen sentral yang kecil. Duktus ekskretorius setiap
asini terlihat sel sentroasinar (6, 10) yang terpulas-pucat di dalam lumennya. Produk
sekretorik keluar dari asini melalui duktus interkalaris (intralobularis) (2) yang mempunyai
lumen kecil yang dilapisi oleh epitel kuboid rendah. Sel sentroasinar (6, 10) bersambungan
dengan epitel duktus interkalaris (2).

C. FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN


1. RINGKASAN JALUR-JALUR YANG MENGONTROL AKTIVITAS SISTEM
PENCERNAAN
2. KELENJAR LIUR DAN KONTROL SEKRESI LIUR

3. TAHAP OROFARINGEAL DAN ESOFAGEAL MENELAN


4. PENGOSONGAN DAN PENCAMPURAN LAMBUNG AKIBAT KONTRAKSI
PERISTALTIK ANTRUM

5. SAWAR MUKOSA LAMBUNG


6. KONTROL HORMONAL SEKRESI EKSOKRIN PANKREAS

7. GAMBARAN SKEMATIK ALIRAN DARAH HATI


D. BIOKIMIA SISTEM PENCERNAAN
1. PENCERNAAN DAN PENYERAPAN KARBOHIDRAT
2. PENCERNAAN DAN PENYERAPAN PROTEIN
3. PENCERNAAN DAN PENYERAPAN LEMAK

4. ABSORPSI BESI

Anda mungkin juga menyukai