Anda di halaman 1dari 14

1.

Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan


1.1 Anatomi
a. Mulut
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan
dan air. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Pada
bagian dalam mulut terdapat gigi, lidah, dan kalenjar ludah
(Wahyuningsih, Heni dan Yuni, 2017).

Gambar 1 Mulut
1) Gigi
Merupakan alat pencernaan yang bertugas secara mekanik.
Terdapat 4 jenis gigi menurut Raimundu (2016), antara lain:
(1) Gigi taring (dens caninus)
(2) Gigi seri (dens inscisivus)
(3) Gigi geraham depan(dens premolare)
(4) Gigi geraham belakang (dens molare)
2) Lidah
Merupakan organ yang terletak di dasar mulut yang kaya
akan otot. Permukaannya kaya akan papila atau tonjolan lidah
yang sangat banyak mengandung kuncup pengecap.
3) Kelenjar Ludah
Saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan
cairan kental yang mengandung mukus. Terdapat tiga pasang
kelenjar saliva, yaitu:
(1)Kelenjar parotid adalah kelenjar saliva terbesar, terletak agak
ke bawah dan di depan telinga dan membuka melalui duktus
parotid (Stensen) menuju suatu elevasi kecil (papila) yang
terletak berhadapan dengan gigi molar kedua pada kedua sisi.
(2)Kelenjar submaksilar (submandibular) kurang lebih sebesar
kacang kenari dan terletak di permukaan dalam pada
mandibula serta membuka melalui duktus Wharton menuju
ke dasar mulut pada kedua sisi frenulum lingua.
(3)Kelenjar sublingual terletak di dasar mulut dan membuka
melalui duktus sublingual kecil menuju ke dasar mulut.
Saliva terdiri dari sekresi serosa, yaitu 98%dan mengandung
enzim amilase serta berbagai jenis ion (natrium, klorida,
bikarbonat, dan kalium), juga sekresi mukus yang lebih
kental dan lebih sedikit yang mengandung glikoprotein
(musin), ion, dan air. saliva yang disekresi permenit adalah
sebanyak 1 ml. Saliva yang disekresi dapat mencapai 1L
sampai 1,5 L dalam 24 jam (Raimundus, 2016).

2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, di depan
ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium (Raimundus, 2016).
3 Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Sering juga disebut dengan esofagus(dari bahasa Yunani). Panjang
kerongkongan ± 20 cm dan lebar ± 2 cm. Organ ini berfungsi untuk
menghubungkan mulut dengan lambung. (Pearce & Wilson, 2012;
Wahyuningsih, H dan Yuni, 2017).
4 Lambung
Lambung adalah perluasan organ berongga besar menyerupai
kantung dalam rongga peritoneum yang terletak diantara esofagus dan
usus halus. Dalam keadaan kosong, lambung menyerupai tabung bentuk
J, dan bila penuh, berbentuk seperti buah pir raksasa. Lambung terdiri
dari antrum kardia (yang menerima esofagus), fundus besar seperti
kubah, badan utama atau korpus dan pylorus (Price & Wilson, 2012)
Perdarahan lambung berasal dari arteri gastrica sinistra yang berasal
dari truncus coeliacus, arteri gastric dekstra yang dilepaskan dari arteri
hepatica, arteri gastroepiploica cabang dari arteri gastricaduodenalis, 10
arteri gastroepiploica cabang dari arteri gastricaduodenalis, arteri gastro-
omentalis yang berasal dari arteri splenica, dan arteri gastrica breves
berasal dari distal arteri splenica (Moore et al., 2010).
Vena-vena lambung mengikuti arteri-arteri yang sesuai dalam hal
letak dan lintasan. Vena gastrica dekstra dan vena-vena gastrica sinistra
mencurahkan isinya ke dalam vena porta hepatis, dan vena gastrica
breves dan vena gastro-omentalis membawa isinya ke vena splenica yang
bersatu dengan vena mesentrika superior untuk membentuk vena porta
hepatis. Vena gastro-omentalis dekstra bermuara dalam vena mesentrica
superior (Moore et al., 2010).
5. Pankreas
Pankreas merupakan suatu organ retroperitoneal berupa kelenjar
dengan panjang sekitar 15-20 cm pada manusia. Berat pankreas sekitar
75-100 g pada dewasa, dan 80-90% terdiri dari jaringan asinar eksokrin.
Pankreas terbentang dari atas sampai ke lengkungan besar dari perut dan
biasanya dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum terletak pada
dinding posterior abdomen di belakang peritoneum sehingga termasuk
organ retroperitonial kecuali bagian kecil kaudanya yang terletak dalam
ligamentum lienorenalis. Strukturnya lunak dan berlobulus (Williams,
2013)
6. Hati dan Empedu
Hepar atau hati merupakan kelenjar dan organ abdomen terbesar.
Hepar memiliki berat sekitar 1.500 gram atau 2,5% dari total berat tubuh
dewasa. Hepar berbentuk baji dengan basis di sebelah kanan dan apeks
di sebelah kiri. Hepar terletak di ruang abdomen bagian atas tepatnya di
kuadran kanan atas dan epigastrium. 15 Hepar secara anatomis dibagi
menjadi dua lobus, yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri yang kecil
oleh bidang yang melalui batas perlekatan ligamentum falciforme dan
fissura sagittalis sinistra. Lobus kanan terbagi menjadi lobus quadratus
yang terletak antara kandung empedu dan ligamentum falciforme, dan
lobus caudatus yang terletak antara vena cava inferior dan ligamentum
venosum. Kedua lobi ini dipisahkan oleh porta hepatis (Moore, Dalley &
Agur, 2010).
Hati terdiri atas banyak unit fungsional yang disebut lobula. Di
dalam setiap lobula, sel epitelium yang disebut hepatosit disusun dalam
lapisan – lapisan yang menyebar keluar dari vena sentral. Sinusoid hati
adalah ruang yang terdapat diantara kelompok lapisan ini, sedangkan
saluran yang lebih kecil yang disebut kanalikulus empedu memisahkan
lapisan yang lain. Masing – masing dari (biasanya) enam sudut lobula
ditempati oleh tiga pembuluh: satu duktus empedu dan dua pembuluh
darah (triad portal). Pembuluh darah ini merupakan cabang dari arteri
hepatik (yang membawa darah teroksigen) dan dari vena porta hepatik
(yang membawa darah tak teroksigen tetapi kaya nutrisi dari usus kecil).
Di dalam sinusoid, fagosit yang disebut sel kupffer (sel
retikuloendoteluim berbentuk bintang) menghancurkan bakteri dan
memecah sel darah merah dan putih yang tua serta sisa – sisa yang lain.
Hepatosit yang membatasi sinusoid juga menyaring darah yang masuk.
Hepatosit menghilangkan berbagai zat dari darah termasuk oksigen,
nutrisi, toksin dan material buangan. Dari zat ini, hepatosit menghasilkan
empedu yang disekresi ke dalam kanalikulus empedu, yang masuk ke
duktus empedu. Duktus empedu dari berbagai lobula bersatu dan keluar
dari hati lewat duktus hepatik umum tunggal. Duktus hepatik umum ini
bersatu dengan duktus sisitikus dari kantung empedu membentuk ampula
hepatopankreas (hepatopankreatic ampulla). Saluran terakhir ini
membawa empedu ke usus kecil (Moore, Dalley & Agur, 2010).
Kantung empedu menyimpan kelebihan empedu. Ketika makanana
mencapai usus kecil, empedu mengalir secara terus – menerus dari hati
dan kantung empedu ke usus kecil. Ketika usus kecil kosong, otot lingkar
(otot lingkar Oddi) menutup ampula hepatopankreas, dan empedu
kembali dan mengisi kantung empedu (Moore, Dalley & Agur, 2010).
7. Usus
1) Usus Halus
(1) Duodenum
Duodenum merupakan salah satu dari tiga bagian utama
pada usus halus dan berbentuk seperti huruf C yang
menghubungkan lambung dengan bagian lain dari usus halus.
Secara anatomis, duodenum terletak pada regio epigastrika dan
umbilikalis (Corwin, 2009).
Duodenum dibagi dalam empat bagian yang tersusun secara
berurutan. Bagian pertama dari duodenum berasal dari pylorus
lambung lalu berjalan ke atas dan belakang hingga setinggi
vertebra lumbalis II, bagian kedua yang berjalan vertikal ke
bawah di depan hilum renale dextrum di sisi kanan vertebra
lumbalis II dan III, bagian ketiga yang berjalan horizontal lalu
melintas di depan columna vertebralis dan berjalan menyusuri
sisi bawah kaput pankreatis, dan bagian keempat yang berjalan
ke atas lalu ke kiri hingga mencapai flexura duodenojejunalis,
yang tetap berada pada posisinya karena ditahan oleh
ligamentum Treitz (Snell, 2014).
Struktur mukosa duodenum membentuk kerutan–kerutan
yang berbentuk sirkular, yang disebut plicae circulares. Struktur
kerutan ini dijumpai di seluruh bagian duodenum kecuali di
bagian pertama, yang struktur mukosanya cenderung halus.
Pada plicae circulares di dinding pertengahan pada bagian kedua
duodenum, khususnya pada muara ductus choledochus dan
ductus pancreaticus, terdapat suatu peninggian kecil yang
berbentuk bulat dan disebut sebagai papilla duodeni major
(Snell, 2014).
(2) Jejunum
Jejunum merupakan bagian kedua dari usus halus, dimulai
dari flexura duodenojejunalis dimana traktus gastrointestinalis
kembali menjadi intraperitoneal (Rao NG, 2010). Sebagian
besar jejunum berada di kuadran kiri atas abdomen dan lebih
besar diameternya serta memiliki dinding yang lebih tebal
dibandingkan ileum. Lapisan bagian dalam mukosa jejunum
ditandai dengan adanya banyak lipatan menonjol yang
mengelilingi lumennya (plika sirkularis). Karakteristik unik
jejunum adalah adanya arcade arteriae yang kurang jelas dan
vasa recta yang lebih panjang dibandingkan dengan yang ada di
ileum (Porth C, 2009).
(3) Ileum
Ileum merupakan bagian ketiga dari usus halus yang akan
berakhir pada ileocecal junction (Rao NG, 2010). Dibandingkan
dengan jejunum, ileum memiliki dinding yang lebih tipis,
lipatan-lipatan mukosa (plika sirkularis) yang lebih sedikit dan
kurang menonjol, vasa recta yang lebih pendek, lemak
mesenterium lebih banyak, dan lebih banyak arcade arteriae
(Porth C, 2009).
2) Usus Besar
Begitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke usus
besar, sebagian besar nutrien telah dicerna dan diabsorpsi dan
hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercerna. Makanan biasa
memerlukan waktu 2 sampai 5 hari untuk menempuh ujung
saluran pencernaan yang satu ke ujung lainnya: 2 sampai 6 jam
di lambung, 6 sampai 8 jam di usus halus, dan sisa waktunya
berada di usus besar (Raimundus, 2016).
Usus besar tidak memiliki vili, tidak memiliki plicae
circulares (lipatan-lipatan sirkular), dan diameternya lebih lebar,
panjangnya lebih pendek, dan daya regangnya lebih besar
dibandingkan usus halus. Serabut otot longitudinal dalam
muskularis eksterna membentuk tiga pita, taeniae coli, yang
menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut
haustra. Katup ileosekal adalah mulut sfingter antara usus halus
dan usus besar. Normalnya, katup ini tertutup, dan akan terbuka
untuk merespons gelombang peristaltik sehingga
memungkinkan kimus mengalir 15 ml sekali masuk, untuk total
aliran sebanyak 500 ml sehari (Raimundus, 2016).
Bagian-bagian usus besar menurut Raimundus C (2016), antara
lain :
a. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah
area katup ileosekal. Apendiks vermiform, suatu tabung
buntu yang sempit berisi jaringan limfoid, menonjol dari
ujung sekum.
b. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum.
Kolon memiliki tiga divisi.
c. Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah
hati di sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada
fleksura hepatika.
d. Kolon transversa merentang menyilang abdomen di bawah
hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri,
tempatnya memutar ke bawah pada fleksura splenik.
e. Kolon desenden merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen
dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di
rektum.
8. Rektum
Merupakan bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan
panjang 12 sampai 13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan
membuka ke eksterior di anus. Mukosa saluran anal tersusun dari
kolumna rektal (anal), yaitu lipatan-lipatan vertikal yang masing-
masing berisi arteri dan vena. Sfingter anal internal otot polos
(involunter) dan sfingter anal eksternal otot rangka (volunter)
mengitari anus (Raimundus, 2016).
2. Fisiologi
1. Mulut
1) Gigi
(1) Gigi taring (dens caninus), berfungsi untuk merobek atau
mencabik makanan.
(2) Gigi seri (dens inscisivus), berfungsi untuk memotong
makanan.
(3) Gigi geraham depan(dens premolare), berfungsi untuk
menghaluskan makanan.
(4) Gigi geraham belakang (dens molare), berfungsi untuk
menghaluskan makanan
2) Lidah
Fisiologis lidah menurut Raimundus (2016), antara lain:
(1) Pengaduk makanan
(2) Membantu proses penelanan makanan
(3) Sebagai alat/organ pengecap
(4) Membantu membersihkan rongga mulut
(5) Membantu untuk berbicara/bercakap-cakap
(6) Terbagi menjadi asin, manis, asam, dan pahit.
3) Kelenjar Ludah
Fisiologis saliva menurut Raimundus (2015), antara lain:
(1)Saliva melarutkan makanan secara kimia untuk pengecapan
rasa.
(2)Saliva melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat
ditelan. Saliva juga memberikan kelembaban pada bibir dan
lidah sehingga terhindar dari kekeringan.
(3)Amilase pada saliva mengurai zat tepung menjadi
polisakarida dan maltosa, suatu disakarida.
(4)Zat buangan seperti asam urat dan urea, serta berbagai zat
lain seperti obat, virus, dan logam, diekskresi ke dalam
saliva.
(5)Zat antibakteri dan antibodi dalam saliva berfungsi untuk
membersihkan rongga oral dan membantu memelihara
kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.
2. Tenggorokan (Faring)
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan
proses peristaltik. Gerak peristaltik kerongkongan meliputi gerakan
melebar, menyempit, bergelombang, dan meremas-remas agar
makanan terdorong ke lambung. Di kerongkongan, zat makanan tidak
mengalami pencernaan. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-
6 tulang belakang (Syaifuddin, 2012).
3. Kerongkongan (Esofagus)
Organ ini berfungsi untuk menghubungkan mulut dengan lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Gerak peristaltik kerongkongan meliputi gerakan melebar,
menyempit, bergelombang, dan meremas-remas agar makanan
terdorong ke lambung. Di kerongkongan, zat makanan tidak mengalami
pencernaan (Wahyuningsih & Yuni 2017).
4. Lambung
Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung.
Sel-sel yang bertanggung jawab untuk fungsi sekresi, terletak di lapisan
mukosa lambung. Secara umum, mukosa lambung dapat dibagi menjadi
dua bagian terpisah : (1) mukosa oksintik yaitu yang melapisi fundus
dan badan (body), (2) daerah kelenjar pilorik yang melapisi bagian
antrum. Sel-sel kelenjar mukosa terdapat di kantong lambung (gastric
pits), yaitu suatu invaginasi atau kantung pada permukaan luminal
lambung. Variasi sel sekretori yang melapisi invaginasi ini beberapa
diantaranya adalah eksokrin, endokrin, dan parakrin (Sherwood, 2010).
Ada tiga jenis sel tipe eksokrin yang ditemukan di dinding kantung dan
kelenjar oksintik mukosa lambung, yaitu :
(1) Sel mukus yang melapisi kantung lambung, yang menyekresikan
mukus yang encer.
(2) Bagian yang paling dalam dilapisi oleh sel utama (chief cell) dan sel
parietal. Sel utama menyekresikan prekursor enzim pepsinogen.
(3) Sel parietal (oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik.
Oksintik artinya tajam, yang mengacu kepada kemampuan sel ini
untuk menghasilkan keadaan yang sangat asam. Semua sekresi
eksokrin ini dikeluarkan ke lumen lambung dan mereka berperan
dalam membentuk getah lambung (gastric juice) (Sherwood, 2010).
Sel mukus cepat membelah dan berfungsi sebagai sel induk bagi
semua sel baru di mukosa lambung. Sel-sel anak yang dihasilkan dari
pembelahan sel akan bermigrasi ke luar kantung untuk menjadi sel
epitel permukaan atau berdiferensiasi ke bawah untuk menjadi sel
utama atau sel parietal. Melalui aktivitas ini, seluruh mukosa lambung
diganti setiap tiga hari (Sherwood, 2010).
Kantung-kantung lambung pada daerah kelenjar pilorik terutama
mengeluarkan mukus dan sejumlah kecil pepsinogen, yang berbeda
dengan mukosa oksintik. Sel-sel di daerah kelenjar pilorik ini jenis
selnya adalah sel parakrin atau endokrin. Sel-sel tersebut adalah sel
enterokromafin yang menghasilkan histamin, sel G yang menghasilkan
gastrin, sel D menghasilkan somatostatin. Histamin yang dikeluarkan
berperan sebagai stimulus untuk sekresi asetilkolin, dan gastrin. Sel G
yang dihasilkan berperan sebagai stimuli sekresi produk protein, dan
sekresi asetilkolin. Sel D berperan sebagai stimuli asam (Sherwood,
2010).
5. Pankreas
1) Sebagai eksokrin, menghasilkan getah pankreas yang mengandung
enzimenzim pencernaan seperti enzim amilase pankreas,
enzimenzim proteolitik, dan lain-lain.
2) Sebagai endokrin menghasilkan hormon insulin, glukagon,
somatostatin dan polipeptida pancreas (Williams, 2013).
6. Hati dan Empedu
Fungsi hati dalam sistem pencernaan adalah menghasilkan empedu
yang kemudian dibawah ke usus kecil untuk mengemulsikan lema.
Emulsifikasi adalah pemecahan gumpalan lemak menjadi tetesan lemak
yang lebih kecil, yang menambah daerah permukaan dimana enzim
pencernaan lemak (lipase) dapat bekerja. Karena empedu secara
kimiawi tidak mengubah apa – apa , emepdu bukan merupakab enzim.
Empedu juga bersifat basa dan berfungsi menetralkan HCl di dalam
kimus. Empedu terdiri atas garam empedu, pigmen empedu, fosfolipida
(termasuk lesitin), kolesteroldan berbagai ion. Pigmen utama empedu,
bilirubin adalah hasil akhir dari pemecahan hemoglobin dari sel darah
merah yang sudah tua. Walaupun sebagian emepedu tersebut hilang
dalam feses (bilirubin membuat feses berwarna cokelat), kebanyakan
empedu diserap kembali oleh usus kecil dan dikembalikan ke hati lewat
vena porta hepatik (Raimundus, 2016).
Hati melaksanakan berbagai fungsi metabolisme. Beberapa fungsi
yang penting menurut Raimundus (2016) sebagai berikut:
1) Sekresi, hati menghasilkan dan mensekresikan empedu
2) Sintesis garam empedu, garam empedu adalah derivat kolesterol
yang dihasilkan di hati dan membantu pencernaan dan absorpsi
lemak dan vitamin yang larut dalam lemak.
3) Sintesis protein plasma, hati mensintesis albumin, globulin (kecuali
imunoglobin), fibrinogen dan faktor pembekuan.
4) Penyipanan, hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan
juga menyimpan besi dan vitamin A, B12, D, E dan K.
5) Ekskresi, hormon, obat dan pigmen empedu dari pemecahan
hemoglobin di ekskresikan di empedu.
6) Metabolisme karbohidrat, hati memilliki peran besar dalam
mempertahankan kadar glukosa darah dan mengubahnya menjadi
glikogen untuk disimpan. Dia memecah glikogen menjadi glukosa
ketika dibutuhkan, megubah molekul nonkarbohidrat menjadi
glukosa.
7) Metabolisme lipid, fungsi hati dalam pemecahan asam lemak, dalam
sintetis kolesterol dan fosfolipid, dan dalam konversi kelebihan
karbohidrat dan protein menjadi lemak.
8) Metabolisme protein, hati mengubah asam amino menjadi asam
amino lain yang diperlukan untuk sintetis protein, juga amonia yang
dihasilkan dari pemecahan protein menjadi urea yang kurang toksik
dan dapat diekskresi di empedu.
9) Penyaring, sel kuffer hepatosit yang melapisi sinusoid melepaskan
bakteri, sel darah merah yang rusak dan partikel lainnya dari tubuh.
10) Detoksifikasi, sebagian besar zat-zat yang ditelan adalah berbahaya
bagi sel tubuh kita. Selain itu, tubuh sendiri menghasilkan banyak
produk dari hasil metabolisme, yang jika terakumulasi akan menjadi
toksik. Hati membentuk pertahanan utama dengan merubah struktur
dari kebanyakan zat-zat yang berbahaya ini dengan membuatnya
menjadi kurang toksik atau membuatnya lebih mudah untuk
dieliminasi. Sebagai contoh produk hasil dari metabolisme asam
amino, adalah toksik dan tidak secara cepat dilepaskan dari sirkulasi
oleh ginjal. Hepatosit melepaskan amonia dari sirkulasi dan
mengubahnya menjadi urea, yang kurang toksik dari pada ammonia.
Urea kemudian disekresikan ke dalam sirkulasi dan dieliminasi oleh
ginjal di urin. Hepatosit hati juga melepaskan zat-zat lainnya dari
sirkulasi dan mengsekresikannya ke dalam empedu.

7. Usus
1) Usus Halus
Gerakan usus halus mencampur isinya dengan enzim untuk
pencernaan, memungkinkan produk akhir pencernaan mengadakan
kontak dengan sel absorptif, dan mendorong zat sisa memasuki usus
besar. Pergerakan ini dipicu oleh peregangan dan secara refleks
dikendalikan oleh sistem saraf otonom.
Segmentasi irama adalah gerakan pencampuran utama.
Segmentasi mencampur kimus dengan cairan pencernaan dan
memaparkannya ke permukaan absorptif. Gerakan ini adalah
gerakan kontriksi dan relaksasi yang bergantian dari cincin-cincin
otot dinding yang membagi isi menjadi segmen-segmen dan
mendorong kimus bergerak maju-mundur dari satu segmen yang
relaks ke segmen lain.
Peristaltis adalah kontraksi ritmik otot polos longitudinal dan
sirkular. Kontraksi ini adalah daya dorong utama yang
menggerakkan kimus ke arah bawah di sepanjang saluran
(Raimundus, 2016).
2) Usus Besar
Fungsi usus besar menurut Raimundus C (2016), antara lain :
(1) Usus besar mengabsorpsi 80% sampai 90% air dan elektrolit
dari kimus yang tersisa dan mengubah kimus dari cairan
menjadi massa semi padat.
(2) Usus besar hanya memproduksi mukus. Sekresinya tidak
mengandung enzim atau hormon pencernaan.
(3) Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil
selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh
dalam setiap hari. Bakteri juga memproduksi vitamin (K,
riboflavin, dan tiamin) dan berbagai gas.
(4) Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses.
(5) Air mencapai 75% sampai 80% feses. Sepertiga materi padatnya
adalah bakteri dan sisanya yang 2% sampai 3% adalah nitrogen,
zat sisa organik dan anorganik dari sekresi pencernaan, serta
mukus dan lemak.
(6) Feses juga mengandung sejumlah materi kasar, atau serat dan
selulosa yang tidak tercerna. Warna coklat berasal dari pigmen
empedu; bau berasal dari kerja bakteri.
8. Rektum
Di anus, terjadi proses perjalanan terakhir dari feses yang telah
dibentuk oleh colon. Proses pengeluaran feses melalui anus disebut
defekasi. Dinding anus diperkuat oleh 3 spinter (Raimundus, 2016),
yaitu :
a) Spinter Ani bekerja tidak menurut kehendak
b) Spinter Levator Ani bekerja juga tidak menurut kehendak
c) Spinter Ani Eksternus bekerja menurut kehendak

Anda mungkin juga menyukai