Anda di halaman 1dari 10

KLIPING OTK KEPEGAWAIAN

SMK PGRI 1 PORONG

Nama Kelompok:
1) Ekky Nastiti Desyanti (07)
2) Hamidah Amalia (11)
3) Putri Rachmawati (16)
KLIPING OTK KEPEGAWAIAN

SMK PGRI 1 PORONG

Nama Kelompok:
1) Ainur Rohmah Wulamdari (02)
2) Choirul Annisa (04)
3) Lailatus Silvia Rochmah (12)
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten
memberhentikan dua pegawai negeri sipil
(PNS) lantaran tersangkut kasus hukum.
Informasi yang dihimpun, dua PNS yang
diberhentikan itu salah satunya berinisial EW
(57), guru sebuah SD negeri di Kecamatan
Pedan, Klaten, Jawa Tengah.

Ia diberhentikan dengan tidak


hormat setelah dinyatakan
bersalah berdasarkan hasil persidangan di
Pengadilan Negeri (PN). Dia dijatuhi
hukuman tujuh tahun penjara setelah
terbukti melakukan perbuatan asusila
kepada gadis di bawah umur. Perbuatan
itu dilakukan sejak gadis tersebut masih
menjadi muridnya di SD.
Selain itu, PNS berinisial AK (35),
dijatuhi sanksi pemberhentian dengan tidak
hormat. PNS yang berasal dari lingkungan
Dinas Pendidikan itu tersangkut kasus
penipuan dan penggelapan mobil dengan
korban lebih dari satu orang. Ia dinyatakan
bersalah berdasarkan hasil persidangan di
PN Klaten dan dijatuhi hukuman dua tahun
tiga bulan. SK pemberhentian kepada dua
PNS itu sudah keluar pada Desember 2015.

Kasubid Disiplin Pegawai Bidang


Umum BKD Klaten, Puguh Hargo
Wibowo, mengatakan sanksi dijatuhkan
setelah ada keputusan dari pengadilan.
Pemberian sanksi berdasarkan keputusan
tim penegak disiplin PNS terdiri dari
BKD, Bagian Hukum, Inspektorat, serta
Bagian Pemerintahan.
Terkait pemberhentian PNS dengan tidak
hormat, Puguh mengatakan PNS tersebut
kehilangan hak pensiun. “Sementara bila
diberhentikan dengan hormat, masih bisa
mendapatkan hak pensiun bila masa kerja
sudah di atas 20 tahun dan usia di atas 50
tahun. Untuk masa kerja AK kurang dari 20
tahun, artinya dia tidak mendapatkan pensiun,”
kata Puguh saat ditemui wartawan di Setda
Klaten, Senin 4 Januari.

Selain dua PNS yang diberhentikan


itu, terdapat lima PNS mendapatkan
sanksi berat selama 2015. Berdasarkan
data yang dihimpun terdapat dua pejabat
yang mendapatkan sanksi pembebasan
dari jabatan.
Selain itu, terdapat seorang staf
mendapatkan sanksi penurunan pangkat
setingkat lebih rendah selama tiga tahun.
Sebanyak dua guru juga mendapatkan
sanksi berat berupa pemberhentian dari
jabatan fungsional guru. “Yang jelas
mereka dinyatakan melakukan pelanggaran
berat karena melanggar PP No. 53/2010,”
kata Puguh.

Kepala BKD Klaten, Edy


Hartanta, mengatakan selama ini
pembinaan kepada PNS terus
dilakukan. Hal itu termasuk kepada
mereka yang mengajukan izin
bercerai.
Selama 2019 Pemkab Gunungkidul
menjantuhkan sanksi kepada tujuh
pegawai negeri sipil (PNS) yang
melanggar kedisiplinan. Adapun
hukuman bervariasi mulai dari
pemecatan hingga sanksi penurunan
pangkat selama tiga tahun.

Berdasar data dari Badan Kepegawaian


Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Gunungkidul,
dari tujuh orang ini salah seorang PNS dipecat
karena tersangkut masalah korupsi saat menjabat
sebagai sekretaris desa. Setelah divonis dan
memiliki kekuatan hukum tetap, yang
bersangkutan langsung diberhentikan.
Adapun sanksi pelanggaran disiplin berat
dijatuhkan kepada dua pegawai karena tidak
masuk lebih dari 36 hari dan dijatuhi sanksi
penurunan pangkat selama tiga tahun. Empat
pegawai lainnya dijatuhi sanksi hukuman
penurunan pangkat selama dua tahun.

Kepala Sub Bidang Status dan Kedudukan


Pegawai BKPP Gunungkidul, Sunawan,
mengatakan surat keputusan hukuman telah
diberikan kepada masing-masing pegawai.
“Semua sudah mendapatkan SK, termasuk yang
diberhentikan karena kasus korupsi program
prona,” kata Sunawan kepada wartawan, Jumat
(17/1/2020).
Menurut dia, sanksi hukuman yang diberikan
sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan.
Sebagai contoh dua orang yang dijatuhi hukuman
penurunan pangkat selama tiga tahun karena dinilai
melakukan pelanggaran berat. Keduanya dihukum
karena tidak masuk kerja tanpa keterangan selama 42
hari dan 36 hari. “Kalau sampai 46 hari tidak masuk
tanpa keterangan, maka yang bersangkutan bisa
diberhentikan sebagai PNS,” katanya.

Untuk empat kasus lain meliputi dua pegawai


tersangkut masalah perselingkuhan dan dua lainnya
terjerat kasus foto vulgar. Adapun pemberian sanksi
mengacu pada aturan yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No.53/2010 tentang Disiplin Pegawai,
sehingga hukuman untuk setiap pelanggaran tidak sama.
“Sebelum hukuman turun, tim memeriksa pegawai
bersangkutan dengan melihat kesalahan yang diperbuat.
Setelah diperiksa, keempat PNS itu dijatuhi hukuman
penurunan pangkat selama dua tahun,” katanya.

Anda mungkin juga menyukai