Anda di halaman 1dari 2

Pemerintah pada tahun 2014 ini telah memecat sejumlah pegawai negeri sipil (PNS) dari berbagai

instansi pusat maupun daerah, karena melanggar Peraturan pemerintah No. 53/2010 tentang Disiplin
PNS.

“Ini menunjukkan bahwa pemerintah makin tegas dan serius dalam menangani indisipliner pegawai,”
kata Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPANRB) Azwar Abubakar
usai memimpin sidang Badan Pertimbangan Kepegawaian (BAPEK) di Jakarta, Rabu (12/3).

MenPANRB Azwar Abubakar mengatakan di awal tahun ini, BAPEK telah menggelar sidang untuk
mengambil keputusan terhadap 54 kasus dari berbagai instansi pusat maupun daerah. Dari 54 kasus
yang disidangkan, 45 kasus diantaranya akibat PNS tidak masuk kerja 46 hari atau lebih.

Selaku Ketua BAPEK, Menteri PANRB mengatakan bahwa keputusan yang diambil dalam sidang ini
merupakan keputusan tingkat kedua, setelah sebelumnya ada keputusan dari pejabat pembina
kepegawaian (PPK).

“Keputusan BAPEK ada yang memperkuat keputusan PPK, ada yang memperingan, ada yang diubah, ada
juga yang dipending,” kata Azwar.

Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Eko Soetrisno, yang mendampingi MenPANRB selaku
Sekretaris BAPEK, menambahkan, tahun 2013 BAPEK menangani 246 kasus PNS yang telah diberi sanksi
oleh PPK.

Dari kasus sebanyak itu, kasus terbanyak juga gara-gara tidak masuk kerja. Sejak diberlakukannya PP No.
53/2010 tentang Disiplin PNS, makin banyak pegawai yang tidak displin harus menerima risiko. “Sanksi
atas pelanggaran disiplin ini mulai dari teguran sampai pemberhentian,” ujar Eko menambahkan.

Selain pelanggaran disiplin, kasus lain yang diberikan sanksi antara lain tindakan asusila, kumpul kebo,
mencemarkan martabat bangsa, pemerintah, pemalsuan dokumen, penyalahgunaan wewenang. “Ada
juga yang menggunakan ijasah palsu, ada juga yang menjadi calo PNS,” tambahnya.
Dari 54 kasus PNS yang diberhentikan oleh PPK, BAPEK mengabulkan 38 kasus untuk diberhentikan, baik
dengan hormat, tidak dengan hormat, maupun pemberhentian atas permintaan sendiri.

Adapun kasus lainnya, ada yang dipending, ada juga yang diperingan dari pemberhentian dengan
hormat tidak atas permintaan sendiri (PDHTAPS) menjadi turun pangkat dan lain-lain.

“Namun untuk kasus pelanggaran akibat tidak masuk kerja, semuanya tetap diberhentikan. Misalnya,
yang semula diputuskan pemberhentian tidak dengan hormat, menjadi pemberhentian dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri,” kata Azwar.

Menteri menambahkan,meskipun sudah diputus oleh PPK dan BAPEK, PNS masih punya kesempatan
untuk melakukan banding ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), sekiranya tidak puas dengan
keputusan tingkat pertama dan kedua.

Anda mungkin juga menyukai