Anda di halaman 1dari 4

xxxxxx

NOTA DINAS

Kepada Yth. : Ibu Direktur


Lewat Yth. : Ibu Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan
Dari : Kabag. Umum
Tembusan Yth. :
Nomor :
Tanggal :
Perihal : Laporan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penyelesaian Kasus Kepegawaian

Disposisi : Menindaklanjuti Disposisi Ibu Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan


Nomor : 1216 tanggal 8 Mei 2015 perihal tersebut di atas, maka bersama ini
kami laporkan sebagai berikut :

1. Dasar :

a. Surat Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jawa Tengah Nomor :


800/03201 tertanggal 4 Mei 2015 perihal Undangan Bintek Penyelesaian
Kasus Kepegawaian.

b. Surat Perintah Tugas Direktur RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi


Jawa Tengah Nomor : 094/I/5020/V/2015 tertanggal 20 Mei 2015

2. Pelaksanaan :

a. Bintek dilaksanakan tanggal 20 Mei 2015 s/d 22 Mei 2015 di Hotel Atria
Magelang dibuka oleh Kepala BKD Provinsi Jawa Tengah.

b. Peserta ± 90 orang terdiri atas unsur Sekretaris/Bagian yang menangani


kepegawaian dari SKPD Provinsi Jawa Tengah dan BKD Kabupaten/Kota
se-Jawa Tengah. RSJD Dr. Amino Gondohutomo diwakili oleh Kabag.
Umum dan Staf.

3. Agenda :

Paparan dan Diskusi

a. Kebijakan Pembinaan Disiplin PNS Berdasarkan Undang-Undang


Aparatur Sipil Negara (ASN) oleh Direktur Perundang-Undangan Badan
Kepegawaian Negara.

b. Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS oleh Kanreg I BKN.

c. Pencegahan Tindak Pidana Korupsi di Lingkungan Aparatur Pemerintah


oleh Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK.

d. Tata Cara Penanganan Banding Administratif oleh Badan Pertimbangan


Kepegawaian.

e. Teknik Pemeriksaan dan Penjatuhan Hukuman Disiplin oleh Badan


Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah.
4. Hasil :

a. Kebijakan Pembinaan Disiplin PNS sesuai Undang-Undang Aparatur Sipil


Negara (ASN) yang intinya:

 Mengatur kewajiban, larangan, dan hukuman disiplin PNS diatur


secara rinci dalam UU No. 5 Tahun 2014. PNS yang tidak menaaati
kewajiban dan larangan dapat dijatuhi hukuman disiplin. Tingkat
hukuman disiplin tersebut terdiri atas hukuman disiplin ringan,
sedang dan berat.

 Pemerintah saat ini telah menyiapkan 6 (enam) Rancangan Peraturan


Pemerintah sebagai peraturan pelaksanaan dari UU ASN antara lain :
manajemen PPPK, manajemen PNS, Penilaian kinerja dan disiplin,
gaji dan tunjangan, pensiun, korps pegawai ASN.

 Jabatan ASN terdiri atas jabatan administrator, jabatan fungsional


dan jabatan pimpinan tinggi. Kenaikan hanya diperuntukkan bagi PNS
yang naik jabatan.

b. Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS diatur dalam PP 10 Tahun 1983
jo. PP 45 Th 1990, yang intinya sebagai berikut:

 PNS yang melangsungkan perkawinan pertama wajib melaporkan


kepada pejabat secara hirarkhis, selambat-lambatnya 1 tahun sejak
tanggal perkawinan. Ketentuan ini juga berlaku bagi PNS yang
berstatus janda atau duda yang melangsungkan perkawinannya
kembali.

 PNS yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh ijin secara


tertulis atau surat keterangan terlebih dahulu dari pejabat. Bagi PNS
yang berkedudukan sebagai penggugat, harus memperoleh ijin dari
pejabat, sedangkan bagi PNS yang berkedudukan sebagai tergugat
cukup mendapat surat keterangan pejabat. Alasan cerai tersebut
harus tercantum dalam suat ijin tersebut.

 Seorang PNS Pria dapat beristri lebih dari seorang dengan syarat ada
persetujuan tertulis secara ikhlas dari istri dan disahkan oleh
atasannya, mempunyai penghasilan cukup serta dapat berlaku adil
terhadap istri-istri dan anak-anaknya. Bagi PNS wanita tidak diizinkan
menjadi istri kedua/ketiga/keempat.

 PNS yang melanggar ketentuan PP 10 Tahun 1983 jo. PP 45 Th 1990


dijatuhi salah satu jenis hukuman disiplin tingkat berat berdasarkan
PP 53 Th. 2010.

c. Pencegahan Tindak Pidana Korupsi di Lingkungan Aparatur Pemerintah


oleh Paulin Arifin dari Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
KPK yang intinya sebagai berikut :

 Penyebab Korupsi terjadi karena kebutuhan, keserakahan dan


adanya kesempatan. Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi sendiri
terdiri dari 30 delik sebagaimana disebutkan dalam UU No. 31 Th
1999 Jo. UU No. 30 Th 2001.
 Strategi Pencegahan Tindak Pidana Korupsi dilakukan dengan :
penindakan, perbaikan sistem tata kelola pemerintahan dan
meningkatkan peran serta masyarakat dalam bentuk
edukasi/kampanye/ sosialisasi.

 Agar terhindar dari Tindak Pidana Korupsi maka setiap pegawai harus
taat azas, menguatkan pengendalian internal serta menjaga stamina
moral.

d. Tata Cara Banding Administratif diatur dalam Pasal 7 PP Nomor 24 Tahun


2011 yang intinya sebagai berikut :

 PNS yang dijatuhi hukuman disiplin berupa PDHTAPS atau PTDH


sebagai PNS oleh PPK atau gubernur selaku wakil pemerintah dapat
mengajukan banding administratif kepada BAPEK. Banding
administratif diajukan secara tertulis kepada BAPEK dan memuat
alasan tidak puas disertai buktinya.

 Surat banding administratif dibuat tertulis dan diajukan secara


langsung ke BAPEK atau melalui Kantor Pos atau Jasa Pelayanan
surat. Jangka waktu mengajukan banding administratif adalah 14
(empat belas) hari sejak surat keputusan hukuman disiplin diterima
PNS. Banding administratif yang diajukan melebihi tenggang waktu
14 (empat belas) hari tidak dapat diterima.

 BAPEK wajib memutus paling lama 180 hari. Jenis putusan BAPEK
antara lain : memperkuat, memperberat, memperingan,
membatalkan.

 Putusan BAPEK dapat diajukan gugatan ke PT.TUN Jakarta dalam


tempo 90 hari sejak SK diterima.

e. Teknik Pemeriksaan dan Penjatuhan Hukuman Disiplin yang intinya


sebagai berikut :

 Tata cara pemeriksaan pelanggaran disiplin PNS diatur dalam Pasal


24 PP No. 53 Tahun 2010. Sebelum PNS dijatuhi Hukuman Disiplin
setiap atasan langsung wajib memeriksa lebih dahulu PNS yang
diduga melakukan pelanggaran disiplin. Pemeriksaan secara
tertutup dan hasilnya dituangkan dalam bentuk Berita Acara
Pemeriksaan (BAP). Selama proses pemeriksaan, PNS yang
bersangkutan tidak berhak didampingi Kuasa Hukum.

 Pemeriksaan dilakukan atas dasar laporan/ pengaduan, pengamatan


langsung, Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) aparat pengawas
fungsional.

 Penyusunan materi BAP menggunakan teknik 5W 1 H (Who, What,


When, Where, Why, How)

 Setiap penjatuhan Hukuman Disiplin ditetapkan dengan SK pejabat


yang berwenang menghukum. Format SK Hukuman disiplin
mengacu pada Lampiran Peraturan Ka. BKN No. 21 Tahun 2010.

f. Simulasi dan Studi Kasus dengan teknik sebagai berikut :


 peserta dibagi dalam empat kelompok

 setiap kelompok membahas satu kasus dan menentukan langkah


penyelesaian atas kasus tersebut

 setiap kelompok menyampaikan paparan masing-masing dan


kelompok lain memberikan tanggapan atas paparan tersebut

 BKD dan BAPEK memberikan evaluasi atas paparan masing-masing


kelompok.

g. Kesimpulan

Simulasi penanganan kasus kepegawaian dalam Bintek sangat


mempermudah pejabat yang menangani kepegawaian dalam
penyelesaian kasus.

5. Rencana Tindak Lanjut

Proses pemeriksaan dan penyusunan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dalam


Bimtek selanjutnya perlu disimulasikan.

Demikian untuk menjadikan periksa.

Semarang, 25 Mei 2015


Kabag Umum

Anda mungkin juga menyukai