Tugas Individu
Rangkaian Flip-Flop dengan transistor (pertemuan 2)
• Tugas 1 : Bobot Nilai 25
Mahasiswa mengerjakan setiap tugas
yang diberikan setiap pertemuan.
TEORI
SEMIKONDUKTOR
STRUKTUR ATOM
Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri
dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif
yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran
proton yang bermuatan positif dan neutron yang bermuatan
netral. Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti
atom oleh gaya elektromagnetik.
Gambar 1-1
STRUKTUR ATOM (1)
Macam atom yang kita kenal adalah atom Silikon dan
Germanium (lihat Gb. 1.2)
14P 32P
2–8-4 2 – 8 – 18 – 4
Gambar1-2a. Atom Silikon Gambar1-2b. Atom germanium
Contoh :
Orbit terkecil dalam atom hidrogen mempunyai jari – jari :
r1 = 0,53 . (10-10) m
Orbit berikutnya yang diijinkan mempunyai jari –jari :
r2 = 2,12 . (10-10) m
Elektron tidak akan tetap berada pada orbit yang stabil jika
jari-jarinya terletak antara r1 dan r2.
LEVEL ENERGI
Energi diperlukan untuk memindahkan elektron dari
orbit yang lebih kecil ke orbit yang lebih besar. Makin
besar orbit elektron makin besar pula energi potensial
yang berkenaan dengan inti.
Orbit kesatu r1
Pusat Inti
Pusat
Gambar.1-4
Pita Energi ( Energy Bands )
Ketika atom membentuk kristal, orbit elektron bukan
hanya dipengaruhi oleh muatan dalam atomnya
sendiri tapi juga oleh inti dan elektron atom lain dalam
kristal. Setiap orbit elektron membentuk pita energi
sendiri. Orbit pertama membentuk pita pertama, orbit
kedua membentuk pita kedua, dan seterusnya.
Gambar 1.5
NOL MUTLAK
Pada suhu nol mutlak elektron tidak dapat
bergerak melalui kristal, semua elektron dipegang
kuat oleh atom–atom silikon. Elektron orbit
terdalam terkubur di dalam atom, sedangkan
elektron orbit terluar me-rupakan bagian dari
ikatan kovalen dan tidak dapat putus tanpa
menerima energi dari luar. Oleh sebab itu pada
suhu nol mutlak, kristal silikon berlaku seperti
isolator yang sempurna.
KONDUKSI DALAM KRISTAL
Penggambaran pita energi dapat dilihat pada
gambar 1.6 Energi
Logam Logam Pita Konduksi
SILIKON MURNI
Pita Ketiga
Pita Kedua
Pita Pertama
(a)
(b)
Gambar 1-6
KONDUKSI DALAM KRISTAL (2)
Gb.1-6a menunjukkan sebatang silikon dengan
logam pada bagian ujung – ujungnya, tegangan
luar akan membentuk medan listrik antara ujung –
ujung kristal.
Pita Kedua
Pita Pertama
(a) (b)
Gambar 1-7
DIATAS NOL MUTLAK (2)
Diatas nol mutlak, penggambaran pita energi
seperti (Gb.1-7b), dimana energi panas telah
mengangkat beberapa elektron ke dalam pita
konduksi. Mereka bergerak dalam orbit dengan jari
– jari yang lebih besar dari sebelumnya. Setiap kali
elektron menembus ke dalam pita konduksi,
dihasilkan hole dalam pita valensi.
ARUS HOLE
Gambar di samping adalah
penggambaran hole
dlm atom
Gambar 1.10
REKOMBINASI
• Penggabungan antara elektron pita konduksi dan hole
disebut rekombinasi. Jika terjadi rekombinasi maka
hole tidak bergerak kemana – mana tetapi akan lenyap.
Jenis semikonduktor :
1. Semikonduktor type N
2. Semikonduktor type P
SEMIKONDUKTOR TYPE N
Pita konduksi
Atom
Elektron
Siliko
Lebih
n
Atom
Atom Atom Pita valensi
Penta
Siliko Siliko
valent
n n
Atom
Siliko
n
Gambar. 1-11
SEMIKONDUKTOR TYPE N (2)
Atom
Silikon
Gambar 1-12
SEMIKONDUKTOR TYPE P (2)
Untuk menambahkan hole pada kristal maka
kita dapat mendoping kristal dengan
menggunakan impuritas trivalent (atom dengan
3 elektron dalam orbit terluarnya).
+ + + + - - - -
+ + + + - - - -
+ + + + - - - -
LAPISAN PENGOSONGAN (depletion layer)
Elektron pada sisi n cenderung untuk berdifusi
(tersebar) ke segala arah. Beberapa berdifusi
melewati junction.
+ + + - + - - -
+ + + - + - - -
+ + + - + - - -
POTENSIAL BARRIER
• Tiap dipole mempunyai medan listrik (lihat gambar). Anak
panah menunjukkan arah gaya pada muatan positif . Oleh
sebab itu jika elektron memasuki lapisan pengosongan,
medan listrik mencoba mendorong elektron kembali ke
dalam daerah- n.
• Kekuatan medan bertambah dengan berpindahnya tiap
elektron sampai akhirnya medan menghentikan difusi
elektron yang melewati junction.
Lapisan Pengosongan
- +
- +
Tipe- P - + Tipe- N
POTENSIAL BARRIER (2)
• Hole yang memasuki daerah pengosongan akan
didorong oleh medan listrik kedalam daerah n.
• Hal ini sedikit mengurangi kekuatan medan listrik dan
membiarkan beberapa pembawa mayoritas berdifusi
dari kanan ke kiri untuk mengembalikan medan
listrik pada kekuatannya semula.
• Adanya medan listrik diantara ion adalah ekivalen
dengan perbedaan potensial yang disebut potensial
barier.
• Pada 25o C, potensial berier kira-kira sama dengan
0,3 V untuk dioda germanium dan 0,7 V untuk dioda
silikon
FORWARD BIAS DIODE
Disebut rangkaian bias maju (forward bias) jika terminal
negatif sumber dihubungkan dengan bahan tipe-n, dan
terminal positif dengan bahan tipe-p.
Tipe- P Tipe- N
+ + + - + - - -
+ + + - + - - -
+ + + - + - - -
+ -
Jika elektron pita konduksi bergerak menuju junction, ujung
kanan kristal menjadi lebih positif. Hal ini terjadi karena elektron
pada ujung kanan kristal bergerak menuju junction dan
meninggalkan atom bermuatan negatif di belakang.
REVERSE BIAS DIODE
Disebut rangkaian bias balik (reverse bias) jika terminal
positif sumber dihubungkan dengan bahan tipe-n, dan
terminal negatif dengan bahan tipe-p.
Tipe- P Tipe- N
+ + + - + - - -
+ + + - + - - -
+ + + - + - - -
- +
Pada reverse bias, lapisan pengosongan akan semakin lebar
karena hole dan elektron bergerak menuju ujung – ujung kristal
(menjauhi junction). Elektron pergi meninggalkan ion positif dan
hole pergi meninggalkan ion negatif. Oleh sebab itu lapisan
pengosongan bertambah lebar.
REVERSE BIAS DIODE (2)
Perhatikan gambar dibawah ini :
Tipe- P Tipe- N
+ + + - - - -
++ + +
- - -
+ + + - - -
- +
• Jika pasangan elektron – hole diciptakan di dalam lapisan
pengosongan, medan listrik mendorong elektron ke
kanan , memaksa satu elektron untuk meninggalkan
ujung kanan kristal. Hole di dalam lapisan pengosongan
didorong ke kiri.
• Kelebihan hole pada sisi p mengizinkan satu elektron
memasuki ujung kiri kristal dan jatuh ke dalam hole
REVERSE BIAS DIODE (3)
Arus reverse yang disebabkan oleh pembawa minoritas
disebut arus saturasi (IS) . Energi thermal menghasilkan
arus saturasi, makin tinggi suhu maka makin besar arus
saturasinya.
-8V
V
(b)
KURVA DIODA (2)
Arus dioda sangat kecil untuk semua tegangan reverse yang lebih
rendah daripada tegangan breakdown (BV). Pada tegangan
breakdown arus bertambah dengan cepat untuk pertambahan
tegangan yang sedikit saja.
Dengan menggunakan harga positif untuk arus dan
tegangan forward, dan harga negatif untuk arus dan
tegangan reverse, maka dapat digambarkan kurvanya.
Grafik ini menyimpulkan kerja dari sebuah dioda dan
menunjukkan berapa besar arus dioda yang mengalir untuk
setiap harga tegangan dioda. i
Maju (forward)
-8 V
V
Mundur(reverse)
DIODA IDEAL
Secara ideal dioda berlaku seperti konduktor sempurna (
tegangan nol ) jika dibias forward dan seperti isolator sempurna
( arusnya nol ) jika dibias reverse.
i
Tertutup
Tegangan
=
Forward NOL
V
Arus Reverse NOL
(a)
(b)
Gambar 4.1
(a) Rangkaian penyearah ½ gelombang, (b) Sinyal input dan output
PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG (3)
Dengan mengabaikan penurunan tegangan pada dioda ,
nilai dc atau nilai rata-rata dari sinyal setengah
gelombang adalah :
atau
Vdc = 0.318 / V2(puncak)
Vdc = V2(puncak) / π
Tegangan maksimum dikenal sebagai tegangan inverse
puncak (peak inverse voltage = PIV). Ini mewakili tegangan
maksimum yang harus ditahan dioda selama bagian reverse
dari siklus. PIV bisa pula dilambangkan dengan Vm
PENYEARAH GELOMBANG PENUH
DENGAN TAP TENGAH
Gambar 4.2 menunjukkan sebuah rangkaian penyearah
gelombang penuh dengan menggunakan Center Tap
Trafo.
Selama setengah siklus tegangan sekunder yang positif,
dioda yang atas mengalami forward biased dan dioda
yang bawah mengalami reverse biased. Sehingga, arus
mengalir melalui dioda yang atas, ke tahanan beban,
dan setengah lilitan yang atas.
Sebaliknya, selama setengah siklus tegangan sekunder
yang negatif, arus akan mengalir melalui dioda yang
bawah, ke tahanan beban, dan setengah lilitan yang
bawah.
PENYEARAH GELOMBANG PENUH
DENGAN TAP TENGAH (2)
PIV = 2 VM
PENYEARAH JEMBATAN DIODA
Gambar 4.5 dibawah ini menunjukkan penyearah
jembatan yang paling banyak digunakan. Selama siklus positif
tegangan sekunder , dioda D2 dan D3 dibias forward oleh
sebab itu , arus beban ke arah kiri (gambar 5.3b). Selama
setengah siklus negatif , dioda D1 dan D4 dibias forward , dan
arus beban ke Arah kiri.
(a) (b)
PENYEARAH JEMBATAN DIODA (2)
Hitunglah nilai :
1. Arus Basis
2. Arus Kolektor
3. Arus Emiter
4. Tehangan Kolektor Emiter
PENYELESAIAN
PENYELESAIAN (2)
Jawab :
3. IE = IC + IB
= 0,0075 A + 0,00005 A
= 0,00755 A
4. VCE = VCC – (IC x RC)
= 10V- (0,0075 A x 1 K)
= 10 V - 7,5 V
= 2,5 V
PERTEMUAN 9
RANGKAIAN BIAS
TRANSISTOR (LANJUTAN)
KURVA TRANSISTOR
• Karakteristik yang paling penting dari transistor adalah
grafik Dioda Kolektor-Emiter, yang biasa dikenal dengan
Kurva Tegangan-Arus (V-I Curve).
• Kurva ini menggambarkan arus Kolektor, IC, dengan
tegangan lintas persambungan Kolektor – Emiter, VCE,
dimana harga-harga tersebut diukur dengan arus Basis,
IB, yang berbeda-beda.
• Rangkaian yang digunakan
untuk mendapatkan kurva
tampak pada gambar disamping.
KURVA TRANSISTOR (2)
Gambar kurva kolektor Gambar kurva basis
KARAKTERISTIK TRANSISTOR
Hasil pengukuran rangkaian transistor tersebut ditunjukkan secara
kualitatif pada kurva. Kurva tersebut mengindikasikan bahwa
terdapat 4 (empat) buah daerah operasi, yaitu :
• Daerah Potong (Cutoff Region/Q)
• Daerah Saturasi (Penjenuhan)
• Daerah Aktif (Active Region), dan
• Daerah Breakdown.
KARAKTERISTIK TRANSISTOR (2)
Daerah Saturasi
Perpotongan dari garis beban dan kurva IB = IB(sat) disebut
penjenuhan (saturation). Pada titik ini arus basis sama dengan
IB(sat) dan IC adalah maksimum. Pada penjenuhan , dioda kolektor
kehilangan reverse bias dan kerja Transistor yang normal terhenti.
Untuk menghindari daerah ini, dioda kolektor harus diberi bias
mundur, dengan tegangan melebihi VCE(sat), yaitu tegangan yang
menyebabkan dioda kolektor saturasi.
KARAKTERISTIK TRANSISTOR (4)
Daerah Aktif
Semua titik operasi antara titik sumbat dan penjenuhan adalah
Daerah Aktif dari transistor. Dalam daerah aktif, dioda emiter
dibias forward dan dioda kolektor dibias reverse.
Dengan persamaan : IB =(VBB-VBE) / RB
maka dapat ditentukan arus basis dalam setiap rangkaian bias
basis. Perpotongan dari arus basis beban disebut Titik Stasioner
( Quiescent ) Q dalam gambar diatas.
KARAKTERISTIK TRANSISTOR (5)
IC = (-VCE/RC)+(VCC/RC)
Perpotongan vertikal adalah pada VCC/RC. Perpotongan
horizontal adalah pada VCC,dan kemiringannya adalah –1/RC.
Garis ini disebut Garis Beban dc karena garis ini menyatakan
semua titik operasi yang mungkin. Perpotongan dari garis beban
dc dengan arus basis adalah Titik Operasi transistor.
BIAS PEMBAGI TEGANGAN
• Gambar disamping ini menunjukkan
bias pembagi tegangan, bias yang
paling banyak digunakan dalam
rangkaian diskrit linear.
• Nama ’pembagi tegangan’ berasal
dari pembagi tegangan yang dibentuk
oleh R1 dan R2. Tegangan pada R2
membias maju dioda emiter.
Seperti rangkaian lainnya, catu VCC
membias mundur dioda kolektor.
BIAS PEMBAGI TEGANGAN (2)
• Arus basis, IB, dalam rangkaian ini
kecil sekali dibandingkan dengan
arus dalam R1 dan R2. Akibatnya,
kita dapat menggunakan teorema
pembagi tegangan untuk mendapatkan
tegangan pada R2, yaitu :
BIAS UMPAN BALIK KOLEKTOR
• Bias ini memberikan kesederhanaan
(hanya 2 resistor) dan respon frekuensi
rendah yang baik. Pada rangkaian ini,
tahanan basis, RB, dikembalikan ke
kolektor dan bukan ke pencatu daya.
• Untuk menggerakan tahanan basis,
tidak digunakan tegangan catu yang
tetap, tetapi menggunakan tegangan
kolektor. Ini memasukan konsep umpan
balik yang membantu mengurangi efek
dari β terhadap titik operasi, Q.
BIAS EMITER
(Gambar 11-4a) menunjukkan bias emiter, yang populer jika
terdapat catu yang terbagi. Nama ‘bias emiter’ digunakan
karena catu negatif VBE membias forward dioda emiter melalui
resistor RE.
RC +
VCC
-
VCE
+
RB RE
VEE
-
Gambar 11-4a
BIAS EMITER (2)
• Tegangan dari emiter ke ground lebih kecil daripada 1 V.
Karena VEE jauh lebih besar daripada 1 V, maka dapat
diperlakukan ujung atas dari RE sebagai sebuah
pendekatan grounding.
• (Gambar 11-4b) menekankan ide penting ini.
Karena grounding, semua tegangan catu VEE muncul
pada RE sehingga diperoleh besar arus emiter sebesar :
IE ≅ VEE / RE
RANGKAIAN PENGIMBANG
• Transistor pnp disebut pengimbang (complement ) dari
transistor npn. Perkataan pengimbang menentukan
bahwa semua tegangan dan arus berlawanan dengan
pada transistor npn.
IE = IC
IC = ( VCC – VBE )/( RC – (RB/βdc))
= ( 20 – 0.7 ) / ( 104 + (106/10
= 0.965 mA
β
PERTEMUAN 10
PERANCANGAN RANGKAIAN
ELEKTRONIKA
PENGENALAN PROGRAM CIRCUIT MAKER
• Circuit Maker merupakan sebuah aplikasi untuk mendesain
rangkaian elektronika dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Menu bar
Berisikan perintah-perintah yang terdapat pada circuit
maker. Untuk menggaktifkan dapat dilakukan dengan cara
mengarahkan mouse dan click pada menu, seperti: file
berisikan new, open, reopen exit dll.
Tool bar
Merupakan kumpulan dari ikon-ikon yang mewakili semua
perintah-perintah yang mewakili menu bar, contoh: perintah
(new) mewakili perintah file – new.
FUNGSI TAMPILAN WINDOW (3)
Scrool bar
Berfungsi untuk menampilkan bagian-bagian circuit maker
yang tidak terlihat.
Drawing windows
Merupakan lokasi/tempat membuat gambar rangkaian
(skematic diagram) pada aplikasi circuit maker.
Analisis windows
Merupakan lokasi/tempat tampilan analisa gambar
rangkaian (skematic diagram) pada aplikasi circuit maker.
A. FUNGSI TOOL BAR
New
New merupakan ikon untuk membuka jendela baru
pada aplikasi circuit maker.
Simbol :
Open
Open merupakan ikon untuk membuka contoh-contoh
(sampel) dari skematik diagram pada aplikasi circuit
maker.
Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (2)
Save
Save merupakan ikon untuk menyimpan hasil
rancangan skematik diagram pada aplikasi circuit
maker.Ikon save disimbolkan dengan:
Simbol :
Print
Print merupakan ikon untuk mecetak hasil rancangan
skematik diagram pada aplikasi circuit maker.
Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (3)
Arrow Tool
Arrow Tool merupakan ikon untuk memilih, memindahkan
atau mengedit komponen hasil rancangan skematik
diagram pada aplikasi circuit maker.
Simbol :
Wire Tool
Wire Tool merupakan ikon untuk menghubungkan
komponen (konduktor), pada rancangan (skematik
diagram) pada aplikasi circuit maker.
Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (4)
Text Tool
Text Tool merupakan ikon untuk menambahkan text
(tulisan) pada skematik diagram pada aplikasi circuit
maker.
Simbol :
Delete Tool
Delete Tool merupakan ikon untuk menghapus komponen,
wire atau text (tulisan) pada skematik diagram pada
aplikasi circuit maker.
Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (5)
Zoom Tool
Zoom Tool merupakan ikon yang berfungsi untuk
memperbesar atau mengecilkan ukuran rangkaian.
Simbol :
Rotate
Rotate merupakan ikon yang berfungsi untuk memutar
posisi komponen sejauh 90º atau lebih dalam jendela
gambar.
Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (6)
Digital/Analog
Digital/analog ikon yang berfungsi untuk membedakan
sinyal digital atau analog dalam analisa rangkaian.
Simbol :
Reset
Reset merupakan ikon yang berfungsi untuk inisialisasi
rangkaian sebelum atau sesudah analisa.
Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (7)
Step
Step merupakan ikon yang berfungsi untuk menjalankan
analisa rangkaian secara bertahap.
Simbol :
Run/stop
Run/stop merupakan ikon yang berfungsi untuk
menjalankan analisa rangkaian secara otomatis.
Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (8)
Probe Tool
Probe Tool merupakan ikon yang berfungsi untuk
mengamati data komponen dalam rangkaian.
Simbol :
Parts
Parts merupakan ikon yang berfungsi untuk memilih
komponen dalam part browser.
Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (9)
Search
Ikon Search mempunyai fungsi yang sama dengan Parts.
Simbol :
B. MENDESAIN RANGKAIAN ELEKTRONIKA
Tata Letak
Komponen
HASIL LAYOUT PCB
Hasil pembuatan perakitan jalur rangkaian pada PCB Layout
HASIL LAYOUT PCB (2)
1. Multimeter analog
2. Multimeter digital
JENIS MULTIMETER (2)
1. Multimeter Analog
Multimeter analog merupakan jenis multimeter / multitester
yang menggunakan display ukur (meter) dengan tipe jarum
penunjuk. Sehingga untuk membaca hasil ukur harus
dilakukan dengan cara melihat posisi jarum penunjuk pada
meter dan melihat posisi saklar selektor pada posisi batas
ukur kemudian melakukan perhitungan secara manual untuk
mendapatkan hasil ukurnya.
Kondisi atau proses pembacaan hasil ukur yang masih
manual inilah yang menyebabkan multimeter / multitester
janis ini dinamakan sebagai multimeter analog.
JENIS MULTIMETER (3)
Multimeter analog terdiri dari bagian-bagian penting, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Papan skala
2. Jarum penunjuk skala
3. Pengatur jarum skala
4. Knop pengatur nol ohm
5. Batas ukur ohm meter
6. Batas ukur DC volt (dcv)
7. Batas ukur AC volt (acv)
8. Batas ukur ampere meter DC
9. Saklar pemilih (dcv, acv, ohm, ampere dc)
10.Test pin positif (+)
11.Test pin negatif (-)
JENIS MULTIMETER (4)
2. Multimeter Digital
merupakan jenis multimeter yang telah menggunakan display
digital sebagai penampil hasil ukurnya. Hasil ukur yang
ditampilkan pada multitester digital merupakan hasil yang
telah sesuai, sehingga
tidak perlu dilakukan
lagi perhitungan antara
hasil ukur dan batas ukur.
JENIS MULTIMETER (5)
Multimeter digital terdiri dari bagian-bagian penting,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Layar
2. Saklar penahan mode
3. Saklar penahan range
4. Saklar penahan data
5. Saklar power dan saklar pemilih
(DCV, ACV, ohm, ampere DC)
JENIS MULTIMETER (6)
Bagian layar multimeter
CARA PAKAI MULTIMETER
Adapun cara menggunakan multitester ini ialah sebagai berikut :
Prosedur pengukuran
1. Atur saklar fungsi pada “V” dan pilih antara DCV atau ACV ~ dengan
saklar Mode.
2. Gunakan penunjuk pin merah dan hitam pada sirkuit untuk
pengukuran. Untuk tegangan DC penunjuk pin merah untuk positif
(+) dan penunjuk hitam negative (-), sedangkan tegangan AC boleh
bolak-balik.
3. Baca nilainya pada layar multimeter dan lepaskan penunjuk merah
dan hitam setelah pengukuran selesai.
PENGUJIAN RESISTOR
MENGUKUR RESISTOR
1. Aplikasi
Mengukur resistansi dari resistor dan pengukuran sirkuit.
2. Batas pengukuran 6 batas dari 320 Ω sampai dengan 32 MΩ
3. Prosedur pengukuran
- atur saklar fungsi dan pilih saklar mode pada Ω.
- gunakan penunjuk pin merah dan hitam pada objek yang diukur.
- baca hasil pengukuran pada layar multimeter.
4. Lepaskan penunjuk merah dan hitam setelah pengukuran selesai.
PENGUJIAN KABEL
2. Pengukuran pada rangkaian pasif (catu daya off), yang dapat diukur
adalah resistansi yang langsung di PCB atau dilepas dari PCB.
PERTEMUAN 13
ALAT UKUR OSILOSKOP
GELOMBANG/SINYAL LISTRIK
• Gelombang sinus adalah gelombang yang berbentuk
fungsi sinus seperti yang digunakan dalam trigonometri.
GELOMBANG/SINYAL LISTRIK (2)
1. Perioda (T) : Waktu yang dibutuhkan satu siklus
pengulangan secara lengkap. Perioda dapat diukur
dengan cara mengukur waktu interval antara dua
puncak gelombang yang berdekatan.
2. Frekuensi (f) : Jumlah siklus (gelombang) dalam satu
detik, satuannya dinyatakan dalam hertz, Hz. 1 Hz = 1
siklus per detik. Bila diketahui perioda, maka dapat
dihitung frekuensinya dengan persamaan :
atau
atau
GELOMBANG/SINYAL LISTRIK (4)
Gelombang sinus dibagi-bagi dalam sudut fasanya (dalam
derajat) seperti berikut :
GELOMBANG/SINYAL LISTRIK (5)
Bila dua buah gelombang sinus mempunyai frekuensi yang sama dan
terjadi pada saat yang sama, maka kedua gelombang tersebut
• Bila duty cycle kurang dari 50%, maka waktu High-nya lebih rendah
waktu Low.
GELOMBANG SEGITIGA DAN GERGAJI
Tegangan Ramp adalah tegangan yang naik atau turun seperti
ditunjukkan pada gambar berikut :
Ramp rate dinyatakan dalam volt per detik, V/s.
Osciloscop Digital
CARA KERJA OSILOSKOP
Pada saat osciloscop dihubungkan dengan sirkuit, sinyal
tegangan bergerak melalui probe ke sistem vertikal. Pada gambar
ditunjukkan diagram blok sederhana suatu osciloscop analog.
CARA KERJA OSILOSKOP (2)
• Bergantung kepada pengaturan skala vertikal (volts/div), attenuator
akan memperkecil sinyal masukan sedangkan amplifier akan
memperkuat sinyal masukan.
• Selanjutnya sinyal tersebut akan bergerak melalui keping pembelok
vertikal dalam CRT (Cathode Ray Tube). Tegangan yang diberikan
pada pelat tersebut akan mengakibatkan titik cahaya bergerak
(berkas elektron yang menumbuk fosfor dalam CRT akan
menghasilkan pendaran cahaya). Tegangan positif akan
menyebabkan titik tersebut naik sedangkan tegangan negatif akan
menyebabkan titik tersebut turun.
• Sinyal akan bergerak juga ke bagian sistem trigger untuk memulai
sapuan horizontal (horizontal sweep). Sapuan horizontal ini
menyebabkan titik cahaya bergerak melintasi layar.
• Jadi, jika sistem horizontal mendapat trigger, titik cahaya melintasi
layar dari kiri ke kanan dengan selang waktu tertentu. Pada
kecepatan tinggi titik tersebut dapat melintasi layar hingga 500.000
kali per detik.
CARA KERJA OSILOSKOP (3)
• Secara bersamaan kerja sistem penyapu horizontal dan pembelok
vertikal akan menghasilkan pemetaan sinyal pada layar. Trigger
diperlukan untuk menstabilkan sinyal berulang. Untuk meyakinkan
bahwa sapuan dimulai pada titik yang sama dari sinyal berulang,
hasilnya bisa tampak pada gambar berikut :
PERTEMUAN 14
ALAT UKUR OSILOSKOP
(LANJUTAN)
FUNGSI PANEL OSILOSKOP
PANEL KENDALI
• Bagian ini dibagi atas 3 bagian lagi yang diberi nama
Vertical, Horizontal, and Trigger.
FUNGSI PANEL OSILOSKOP (2)
PENGATUR INTENSITAS DAN FOKUS
Pengendali intensitas digunakan untuk mengatur intensitas cahaya
gambar gelombang yang ditampilkan pada monitor osciloscop. Bila
ditambahkan kecepatan sapuan (sweep speed) pada osciloscop
analog, maka harus meningkatkan pula tingkat intensitas.
Pengendali fokus digunakan untuk mengatur ketajaman gambar
gelombang. Pengendali ini hanya terdapat pada osciloscop analog.
FUNGSI PANEL OSILOSKOP (3)
PENGENDALI VERTIKAL
• Pengendali ini digunakan untuk merubah posisi dan skala
gelombang secara vertikal. Osciloscop memiliki pula pengendali
untuk mengatur masukan coupling dan kondisi sinyal lainnya.
ALTERNATE AND CHOP DISPLAY
Pada osciloscop analog, misal dua kanal, ada dua cara untuk
menampilkan sinyal gelombang secara bersamaan. Mode bolak-
balik (alternate) menggambar setiap kanal secara bergantian. Mode
ini digunakan dengan kecepatan sinyal dari medium sampai dengan
kecepatan tinggi, ketika skala times/div di set pada 0.5 ms atau lebih
cepat.
Mode chop menggambar bagian-bagian kecil pada setiap sinyal
ketika terjadi pergantian kanal. Karena pergantian kanal terlalu
cepat untuk diperhatikan, sehingga bentuk gelombang tampak
kontinu. Untuk mode ini biasanya digunakan dengan sinyal lambat
dengan kecepatan sweep 1ms per bagian atau kurang.
MASUKAN COUPLING
Coupling merupakan metoda yang digunakan untuk
menghubungkan sinyal elektrik dari suatu sirkuit ke sirkuit yang lain.
Masukan coupling merupakan penghubung dari sirkuit yang
sedang di tes dengan osciloscop. Coupling dapat ditentukan/diset
ke DC, AC, atau ground.
Coupling AC menghalangi sinyal komponen DC sehingga terlihat
bentuk gelombang terpusat pada 0 volts.
Coupling AC berguna ketika seluruh sinyal (arus bolak balik dan
searah) terlalu besar sehingga gambarnya tidak dapat ditampilkan
secara lengkap.
FUNGSI PANEL OSILOSKOP (5)
PENGENDALI HORIZONTAL
Digunakan untuk mengatur posisi dan skala pada bagian horizontal
gelombang.
Tombol posisi horizontal menggerakkan gambar gelombang dari
sisi kiri ke kanan atau sebaliknya
Probe
Probe adalah kabel penghubung yang ujungnya diberi penjepit,
dengan penghantar berkualitas, dapat meredam sinyal-sinyal
gangguan, seperti sinyal radio atau noise yang kuat. Probe didesain
untuk tidak mempengaruhi rangkaian yang diukur. Hambatan
keluaran dari osciloscop mungkin saja membebani rangkaian yang
akan diukur. Untuk meminimumkan pengaruh pembebanan, perlu
menggunakan probe peredam (pasif) 10 kali. Probe pasif berguna
sebagai alat untuk tujuan pengujian tertentu dan troubleshooting.
Amplitudo tegangan sinyal yang masuk akan diredam 10 kali,
besarnya tegangan yang terukur oleh osciloscop harus dikalikan
10.
CARA PENGGUNAAN (2)
Probe 10 kali dan osciloscop membentuk rangkaian pembagi
tegangan, sedangkan di bawah ini ditunjukkan probe dengan tipikal
pasif dan beberapa aksesoris yang digunakan bersama probe.
KALIBRASI OSILOSKOP
Pada umumnya, tiap osciloscop sudah
dilengkapi sumber sinyal acuan untuk
kalibrasi. Sebagai contoh, osciloscop
GW tipe tertentu mempunyai acuan
gelombang persegi dengan amplitudo
2V peak to peak dengan
frekuensi 1 KHz.