Anda di halaman 1dari 233

ELEKTRONIKA DASAR

Kode matkul : 237


SKS : 4 SKS
Waktu : 180 menit
Tujuan mata kuliah ELDAS
Mahasiswa dapat memahami
konsep dasar dari komponen-
komponen elektronika dan
penerapan dalam suatu
rangkaian.
POKOK BAHASAN
SUMBER REFERENSI
• Anoname. Elektronika Digital. Bina Sarana
Informatika. Jakarta.
• Malvino, Albert Paul. Terj. Hanapi Gunawan.
1979. Prinsip-prinsip Elektronika. Edisi Kedua.
Erlangga. Jakarta.
• Malvino, Albert Paul. Terj. Barnawi. 1998. Prinsip-
prinsip Elektronika. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.
• Malvino, Albert Paul. Terj. Alb. Paul Santoso.
2003. Prinsip-prinsip Elektronika. Edisi Pertama.
Salemba Teknika. Jakarta.
RENCANA PEMBELAJARAN
Tugas Kelompok
 Buat Kelompok maximal 10 orang/kelompok.
 Kumpulkan tugas kelompok tersebut pada akhir semester
(pertemuan 14 dan pertemuan 15 dapat dipresentasikan).
 Nilai project akan menjadi nilai kelompok, kecuali bila
project tersebut dipresentasikan maka akan ada
tambahan nilai keaktifan dan nilai penguasaan materi.

Tugas Individu
 Rangkaian Flip-Flop dengan transistor (pertemuan 2)
• Tugas 1 : Bobot Nilai 25
Mahasiswa mengerjakan setiap tugas
yang diberikan setiap pertemuan.

• Tugas 2 : Bobot Nilai 25


Mahasiswa mengerjakan tugas individu
yang sudah ada di pertemuan 2.
Penilaian Nilai Tugas (lanjutan)
• Tugas 3 : Bobot Nilai 25
Mahasiswa mengerjakan tugas kelompok
pembuatan alat menggunakan komponen-
komponen elektronika.

• Quiz UTS Essay : Bobot Nilai 25

Jadi Total Nilai TUGAS : 100


PERTEMUAN 1

TEORI
SEMIKONDUKTOR
STRUKTUR ATOM
Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri
dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif
yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran
proton yang bermuatan positif dan neutron yang bermuatan
netral. Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti
atom oleh gaya elektromagnetik.

Pada tahun 1913, Niels Bohr


mengemukakan pendapatnya bahwa
elektron bergerak mengelilingi inti
atom pada lintasan-lintasan tertentu
yang disebut kulit atom (Gb 1.1)

Gambar 1-1
STRUKTUR ATOM (1)
Macam atom yang kita kenal adalah atom Silikon dan
Germanium (lihat Gb. 1.2)

14P 32P

2–8-4 2 – 8 – 18 – 4
Gambar1-2a. Atom Silikon Gambar1-2b. Atom germanium

Atom silikon memiliki 14 proton dalam intinya, 2 elektron


bergerak pada orbit pertama, 8 elektron pada orbit kedua dan 4
elektron pada orbit terluar/orbit valensi. 14 elektron yang
berputar menetralkan muatan dari inti atom sehingga dari luar
atom ( secara listrik ) bermuatan netral.
STRUKTUR ATOM (2)

Gb.1-2.b menunjukkan struktur atom Germanium.


Perhatikan 32 proton dalam inti atom dan 32 elektron yang
mengorbit. Atom Germanium memiliki 32 proton dalam
intinya, 2 elektron bergerak pada orbit pertama, 8 elektron
pada orbit kedua, 18 elektron pada orbit ketiga, dan 4
elektron pada orbit terluar/orbit valensi.

Pada kedua atom tersebut, orbit terluarnya terdiri dari 4


elektron. Semua atom yang mempunyai 4 elektron pada
orbit terluarnya disebut juga atom atau elemen tetravalent
(mempunyai 4 elektron valensi).
JARI – JARI ORBITAL
Elektron dapat bergerak dalam orbit dengan jari – jari yang
berbeda sesuai dengan kecepatan yang dimiliki.

Contoh :
Orbit terkecil dalam atom hidrogen mempunyai jari – jari :
r1 = 0,53 . (10-10) m
Orbit berikutnya yang diijinkan mempunyai jari –jari :
r2 = 2,12 . (10-10) m

Elektron tidak akan tetap berada pada orbit yang stabil jika
jari-jarinya terletak antara r1 dan r2.
LEVEL ENERGI
Energi diperlukan untuk memindahkan elektron dari
orbit yang lebih kecil ke orbit yang lebih besar. Makin
besar orbit elektron makin besar pula energi potensial
yang berkenaan dengan inti.

r3 Level energi ketiga


Orbit ketiga
Level energi kedua
r2
Orbit kedua
Level energi kesatu

Orbit kesatu r1
Pusat Inti

Inti Gambar 1.3 Level energi


IKATAN KOVALEN
Jika energi dari luar mengangkat elektron valensi ke
level energi yang lebih tinggi (orbit lebih besar) maka
elektron yang keluar akan meninggalkan kekosongan
dalam orbit terluar dan membentuk hole.

Atom silikon memiliki 4 elektron dalam orbit


valensi.Untuk dapat membuat suatu ikatan agar
mempunyai 8 elektron dalam orbit valensinya, maka
tiap atom Silikon akan mengikat dirinya antara 4 atom
silikon lainnya (Gb.1-4a). Masing – masing atom
tetangga membagi elektron dengan atom pusat
sehingga atom pusat mengambil 4 elektron dan
membentuk 8 elektron dalam orbit valensinya. Ikatan
yang terbentuk disebut dengan ikatan kovalen.
IKATAN KOVALEN (2)
Gambar 1.4 menunjukkan terbentuknya ikatan
kovalen pada atom Silikon.
Pusat

Pusat

(a) (b) (c) (d)


Ikatan Kovalen Diagram Ikatan Hole Ikatan Putus

Gambar.1-4
Pita Energi ( Energy Bands )
Ketika atom membentuk kristal, orbit elektron bukan
hanya dipengaruhi oleh muatan dalam atomnya
sendiri tapi juga oleh inti dan elektron atom lain dalam
kristal. Setiap orbit elektron membentuk pita energi
sendiri. Orbit pertama membentuk pita pertama, orbit
kedua membentuk pita kedua, dan seterusnya.
Gambar 1.5
NOL MUTLAK
Pada suhu nol mutlak elektron tidak dapat
bergerak melalui kristal, semua elektron dipegang
kuat oleh atom–atom silikon. Elektron orbit
terdalam terkubur di dalam atom, sedangkan
elektron orbit terluar me-rupakan bagian dari
ikatan kovalen dan tidak dapat putus tanpa
menerima energi dari luar. Oleh sebab itu pada
suhu nol mutlak, kristal silikon berlaku seperti
isolator yang sempurna.
KONDUKSI DALAM KRISTAL
Penggambaran pita energi dapat dilihat pada
gambar 1.6 Energi
Logam Logam Pita Konduksi

SILIKON MURNI
Pita Ketiga

Pita Kedua

Pita Pertama

(a)
(b)

Gambar 1-6
KONDUKSI DALAM KRISTAL (2)
Gb.1-6a menunjukkan sebatang silikon dengan
logam pada bagian ujung – ujungnya, tegangan
luar akan membentuk medan listrik antara ujung –
ujung kristal.

Gb.1-6b menunjukkan diagram pita energi.


Tiga pita pertama terisi dan elektron tidak dapat
bergerak dengan mudah dalam pita–pita ini.Tetapi
di atas pita valensi terdapat pita konduksi
(conduction band). Pita ini mewakili kelompok jari
– jari berikutnya yang lebih besar yang memenuhi
keadaan gelombang partikel dari elektron.
KONDUKSI DALAM KRISTAL (3)
Orbit – orbit dalam pita konduksi sangat besar
sehingga penarikan inti diabaikan. Jika elektron
dapat diangkat ke pita konduksi maka elektron
tersebut dapat bergerak bebas dan elektron –
elektron yang berada di pita konduksi sering kali
disebut dengan elektron bebas (free electron).
DIATAS NOL MUTLAK
Dengan menaikkan suhu di atas nol mutlak akan
menyababkan terputusnya beberapa ikatan kovalen.
Energi panas akan memukul elektron ke dalam pita
konduksi sehingga kita mendapatkan elektron pada pita
konduksi dalam jumlah terbatas yang dilambangkan oleh
tanda negatif. Energi
Gerakan Elektron Pita Konduksi

Pita Ketiga/Pita valensi

Pita Kedua

Pita Pertama

(a) (b)

Gambar 1-7
DIATAS NOL MUTLAK (2)
Diatas nol mutlak, penggambaran pita energi
seperti (Gb.1-7b), dimana energi panas telah
mengangkat beberapa elektron ke dalam pita
konduksi. Mereka bergerak dalam orbit dengan jari
– jari yang lebih besar dari sebelumnya. Setiap kali
elektron menembus ke dalam pita konduksi,
dihasilkan hole dalam pita valensi.
ARUS HOLE
Gambar di samping adalah
penggambaran hole
dlm atom

Dengan perubahan energi sedikit maka elektron valensi


pada A akan berpindah menuju hole yang mengakibatkan
akan muncul hole baru pada posisi A. Hole baru ini akan
menarik elektron valensi pada B, ketika elektron valensi
bergerak dari B ke A maka holepun bergerak dari A ke B
pergerakan eketron valensi ini akan kontinu sepanjang
jalan yang ditunjukkan oleh tanda panah sedangkan hole
bergerak ke arah yang berlawanan.
ARUS HOLE (2)
Energi thermal ( energi panas ) akan menyebabkan elektron
dari pita valensi berpindah ke dalam pita konduksi dan akan
menyebabkan terjadinya hole pada pita valensi ( Gb.1-9)
Energi Dengan perubahan energi
sedikit elektron valensi pada A
Pita Konduksi dapat bergerak ke dalam hole.

Hole yang semula lenyap akan


terjadi lagi pada posisi A,
kemudian elektron valensi
pada B akan bergerak ke
Pita valensi
dalam hole dan akan tercipta
lagi hole baru pada posisi B
Gambar 1.9
ARUS HOLE (3)
Jika kita memberikan tegangan dari luar pada
kristal, elektron dipaksa untuk bergerak. Pada
(Gb.1-10) terdapat dua macam gerakan elektron
yang dapat bergerak yaitu elektron pita konduksi
dan elektron valensi dimana gerakan elektron
valensi kekanan berarti hole sedang bergerak ke
kiri.

Gambar 1.10
REKOMBINASI
• Penggabungan antara elektron pita konduksi dan hole
disebut rekombinasi. Jika terjadi rekombinasi maka
hole tidak bergerak kemana – mana tetapi akan lenyap.

• Rekombinasi terjadi secara kontinu pada semikonduktor


dan energi panas yang datang terus menerus
menghasilkan pasangan elektron dan hole baru.

• Umur hidup (life time) waktu rata- rata antara tercipta


dan hilangnya pasangan elektron – hole . Life time
berubah dari beberapa nano detik sampai beberapa
mikro detik tergantung kesempurnaan struktur kristal.
DOPING DAN JENIS SEMIKONDUKTOR

Doping berarti penambahan atom – atom


impuritas ( non tetravalent ) pada kristal untuk
menambah jumlah elektron bebas maupun hole.
Kristal yang sudah didoping disebut semi
konduktor ekstrinsik.

Jenis semikonduktor :
1. Semikonduktor type N
2. Semikonduktor type P
SEMIKONDUKTOR TYPE N

 Disebut type N karena jumlah elektron lebih


banyak daripada hole. Energi

Pita konduksi
Atom
Elektron
Siliko
Lebih
n

Atom
Atom Atom Pita valensi
Penta
Siliko Siliko
valent
n n

Atom
Siliko
n
Gambar. 1-11
SEMIKONDUKTOR TYPE N (2)

Untuk mendapatkan tambahan elektron pita


konduksi maka 4 buah atom silikon dapat
ditambah dengan atom pentavalent dimana atom
ini memiliki lima elektron dalam orbit valensinya.

Setelah membentuk ikatan kovalen dengan empat


tetangganya, atom pusat mempunyai kelebihan
elektron. Karena orbit valensi tidak dapat
memegang lebih dari delapan elektron, maka
elektron sisa ini harus bergerak dalam orbit pita
konduksi
SEMIKONDUKTOR TYPE N (3)

• (Gb.1-11b) menunjukkan kristal yang telah di


dop oleh impuritas pentavalent. Dengan didop
maka akan diperoleh sejumlah besar elektron
pita konduksi yang dihasilkan oleh doping. Maka
dapat disimpulkan elektron sebagai pembawa
mayoritas (majority carrier) dan hole sebagai
pembawa minoritas (minority carrier).

• Silikon yang didop semacam ini dikenal sebagai


semikonduktor tipe – n ( negatif ).
SEMIKONDUKTOR TYPE P
Disebut type N karena jumlah elektron lebih banyak
daripada hole.
Energi
Atom
Hole
Silikon Pita konduksi

Atom Atom Atom


Silikon tri Silikon
valent Pita valensi

Atom
Silikon

Gambar 1-12
SEMIKONDUKTOR TYPE P (2)
 Untuk menambahkan hole pada kristal maka
kita dapat mendoping kristal dengan
menggunakan impuritas trivalent (atom dengan
3 elektron dalam orbit terluarnya).

 Semikonduktor yang didop oleh impuritas


trivalent dikenal sebagai semikonduktor tipe-p (
positif ). Hole dari semikonduktor tipe –p jauh
lebih besar jumlahnya dari pita konduksi.

 Hole merupakan pembawa mayoritas dalam


semikonduktor tipe-p, sedangkan elektron pita
konduksi adalah pembawa minoritas.
Komponen Elektronika
• Komponen pasif adalah jenis komponen elektronika
yang bekerja tanpa memerlukan arus listrik
sehingga tidak bisa menguatkan dan menyearahkan
sinyal listrik serta tidak dapat mengubah suatu
energi ke bentuk lainnya
• Contoh : resistor, induktor, kapasitor
• Komponen aktif ialah jenis komponen elektronika
yang memerlukan arus listrik agar dapat bekerja
dalam rangkaian elektronika yang dapat
menguatkan dan menyearahkan sinyal listrik, serta
dapat mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk
lainnya.
• Contoh : dioda, transistor, IC
RESISTOR
 Resistor adalah komponen elektronika yang
selalu digunakan dalam setiap rangkaian
elektronika karena dia berfungsi sebagai
pengatur arus listrik.
 Fungsi dasar resistor dalam rangkaian Listrik
adalah sebagai pembatas arus.
KAPASITOR
 Kapasitor adalah elemen rangkaian yang juga
seperti induktor yang menyimpan dan
mengembalikan energi, dimana di dalam
kapasitor penyimpanan berlangsung di dalam
medan listrik.
 Satuan dari nilai Kapasitor adalah Farad ( F )
 Lambang kapasitor :
INDUKTOR
Kumparan (induktor) adalah sebuah elemen
rangkaian yang menyimpan energi selama satu
periode waktu tertentu dan pengembaliannya
selama periode waktu yang lain sedemikian
rupa sehingga daya rata-rata adalah nol.
Satuan dari nilai induktor adalah Henry ( H ).
 Lambang induktor :
PERTEMUAN 2
TEORI DASAR
(DIODA)
PENGERTIAN DIODA
• Dioda merupakan komponen elektronika yang
mempunyai dua elektroda (terminal), dapat
berfungsi sebagai penyearah arus listrik.
• Dioda merupakan junction ( pertemuan )
semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Dioda
junction adalah nama lain untuk kristal tipe
pn.
• Ada dua jenis dioda yaitu dioda tabung dan
dioda semikonduktor.
DIODA TANPA BIAS
Gambar di bawah ini menunjukkan dioda
junction. Sisi p mempunyai banyak hole dan sisi n
banyak elektron pita konduksi. Dioda pada
gambar dibawah ini adalah tanpa bias yang
berarti tidak ada tegangan luar dikenakan
kepadanya.
Tipe- P Tipe- N

+ + + + - - - -
+ + + + - - - -
+ + + + - - - -
LAPISAN PENGOSONGAN (depletion layer)
Elektron pada sisi n cenderung untuk berdifusi
(tersebar) ke segala arah. Beberapa berdifusi
melewati junction.

Jika elektron masuk daerah p, maka akan


menjadi pembawa minoritas dan memiliki
umur hidup yang singkat , setelah memasuki
daerah p maka elektron akan jatuh ke dalam
hole sehingga hole lenyap dan elektron pita
konduksi menjadi elektron valensi.
LAPISAN PENGOSONGAN (2)

 Setiap kali elektron berdifusi melalui junction,maka


akan tercipta sepasang ion
 Tanda positif berlingkaran menandakan ion positif
dan tanda negatif berlingkaran menandakan ion
negatif
LAPISAN PENGOSONGAN (3)
• Tiap pasang ion positif dan negatif pada gambar disebut
dipole. Penciptaan dipole berarti satu elektron pita
konduksi dan satu hole telah dikeluarkan dari sirkulasi.
• Jika terbentuk sejumlah dipole, daerah dekat junction
dikosongkan dari muatan – muatan yang bergerak dan
daerah yang kosong muatan ini disebut dengan lapisan
pengosongan (depletion layer ).
Lapisan Pengosongan
Tipe- P Tipe- N

+ + + - + - - -
+ + + - + - - -
+ + + - + - - -
POTENSIAL BARRIER
• Tiap dipole mempunyai medan listrik (lihat gambar). Anak
panah menunjukkan arah gaya pada muatan positif . Oleh
sebab itu jika elektron memasuki lapisan pengosongan,
medan listrik mencoba mendorong elektron kembali ke
dalam daerah- n.
• Kekuatan medan bertambah dengan berpindahnya tiap
elektron sampai akhirnya medan menghentikan difusi
elektron yang melewati junction.
Lapisan Pengosongan

- +
- +
Tipe- P - + Tipe- N
POTENSIAL BARRIER (2)
• Hole yang memasuki daerah pengosongan akan
didorong oleh medan listrik kedalam daerah n.
• Hal ini sedikit mengurangi kekuatan medan listrik dan
membiarkan beberapa pembawa mayoritas berdifusi
dari kanan ke kiri untuk mengembalikan medan
listrik pada kekuatannya semula.
• Adanya medan listrik diantara ion adalah ekivalen
dengan perbedaan potensial yang disebut potensial
barier.
• Pada 25o C, potensial berier kira-kira sama dengan
0,3 V untuk dioda germanium dan 0,7 V untuk dioda
silikon
FORWARD BIAS DIODE
Disebut rangkaian bias maju (forward bias) jika terminal
negatif sumber dihubungkan dengan bahan tipe-n, dan
terminal positif dengan bahan tipe-p.
Tipe- P Tipe- N
+ + + - + - - -
+ + + - + - - -
+ + + - + - - -
+ -
Jika elektron pita konduksi bergerak menuju junction, ujung
kanan kristal menjadi lebih positif. Hal ini terjadi karena elektron
pada ujung kanan kristal bergerak menuju junction dan
meninggalkan atom bermuatan negatif di belakang.
REVERSE BIAS DIODE
Disebut rangkaian bias balik (reverse bias) jika terminal
positif sumber dihubungkan dengan bahan tipe-n, dan
terminal negatif dengan bahan tipe-p.

Tipe- P Tipe- N
+ + + - + - - -
+ + + - + - - -
+ + + - + - - -
- +
Pada reverse bias, lapisan pengosongan akan semakin lebar
karena hole dan elektron bergerak menuju ujung – ujung kristal
(menjauhi junction). Elektron pergi meninggalkan ion positif dan
hole pergi meninggalkan ion negatif. Oleh sebab itu lapisan
pengosongan bertambah lebar.
REVERSE BIAS DIODE (2)
Perhatikan gambar dibawah ini :
Tipe- P Tipe- N
+ + + - - - -
++ + +
- - -
+ + + - - -
- +
• Jika pasangan elektron – hole diciptakan di dalam lapisan
pengosongan, medan listrik mendorong elektron ke
kanan , memaksa satu elektron untuk meninggalkan
ujung kanan kristal. Hole di dalam lapisan pengosongan
didorong ke kiri.
• Kelebihan hole pada sisi p mengizinkan satu elektron
memasuki ujung kiri kristal dan jatuh ke dalam hole
REVERSE BIAS DIODE (3)
Arus reverse yang disebabkan oleh pembawa minoritas
disebut arus saturasi (IS) . Energi thermal menghasilkan
arus saturasi, makin tinggi suhu maka makin besar arus
saturasinya.

Jika tegangan reverse diperbesar maka akhirnya akan


mencapai tegangan breakdown. Tegangan ini
merupakan batas dari kemampuan dioda untuk
menerima kenaikan tegangan reverse. Biasanya
tegangan breakdown lebih besar dari 50 V, tetapi dioda
tidak diijinkan untuk mencapai tegangan breakdownnya
DIODA PENYEARAH
 Rangkaian pada gambar menunjukkan bahwa ½ periode
positif dari tegangan input akan memberikan bias
forward pada dioda, sehingga dioda akan konduksi
selama ½ periode positif. Tetapi untuk ½ periode negatif,
dioda dibias reverse dan hanya arus reverse kecil yang
mengalir.
 Tanda panah besar mununjukkan
aliran elektron ke atas dan yang
kecil untuk aliran ke bawah.

 Dioda telah menyearahkan arus ac berarti mengubahnya


dari arus bolak balik menjadi arus searah.
DIODA PENYEARAH (2)
 Lambang dioda :

 Sisi p disebut anoda dan sisi n disebut katoda.


Lambang dioda seperti anak panah yang arahnya dari
sisi p ke sisi n. Dan ini mengingatkan kita bahwa arus
konvensional mudah mengalir dari sisi p ke sisi n.
TEGANGAN LUTUT ( Knee voltage)
Gambar berikut menunjukkan bagaimana bentuknya
grafik dioda silikon terbias forward.

Bila diberikan forward bias, dioda


menjadi sangat tidak konduktif
sebelum melalui potensial
barier.

Hal ini yang menyebabkan mengapa arus menjadi kecil


untuk beberapa persepuluh volt yang pertama.
TEGANGAN LUTUT (2)
Bila telah mendekati potensial barrier (sekitar 0.7 V
untuk dioda silikon ), elektron pita konduksi dan
hole mulai melintasi junction dalam jumlah yang
besar. Inilah sebabnya arus mulai bertambah
dengan cepat.

• Tegangan dimana arus bertambah dengan cepat


disebut tegangan lutut ( knee voltage ). Untuk
dioda silikon, tegangan lututnya sama dengan
potensial barrier kira–kira 0.7 V. Dioda
germanium mempunyai tegangan lutut sekitar
0.3 V.
Resistansi Bulk
Diatas tegangan knee, arus dioda bertambah dengan
cepat, pertambahan tegangan sedikit pada dioda akan
menyebabkan pertambahan yang besar pada arus
dioda.
• Alasannya adalah setelah potensial barier
dilewati,yang menahan arus hanya tahanan bulk atau
tahanan ohm dari daerah p dan n.
Karena setiap konduktor mempunyai resistansi, maka
kedua daerah p dan n juga mempunyai resistansi.
Jumlah resistansi – resistansi ini disebut resistansi bulk
dioda.
KURVA DIODA
Jika sebuah dioda diberi reverse bias ( gambar a) maka
hanya akan mendapatkan arus yang kecil. Dengan
mengukur arus dan tegangan dioda maka dapat
digambarkan kurva reverse terlihat seperti pada
(gambar b).
i

-8V
V

(b)
KURVA DIODA (2)
Arus dioda sangat kecil untuk semua tegangan reverse yang lebih
rendah daripada tegangan breakdown (BV). Pada tegangan
breakdown arus bertambah dengan cepat untuk pertambahan
tegangan yang sedikit saja.
Dengan menggunakan harga positif untuk arus dan
tegangan forward, dan harga negatif untuk arus dan
tegangan reverse, maka dapat digambarkan kurvanya.
Grafik ini menyimpulkan kerja dari sebuah dioda dan
menunjukkan berapa besar arus dioda yang mengalir untuk
setiap harga tegangan dioda. i
Maju (forward)

-8 V
V

Mundur(reverse)
DIODA IDEAL
Secara ideal dioda berlaku seperti konduktor sempurna (
tegangan nol ) jika dibias forward dan seperti isolator sempurna
( arusnya nol ) jika dibias reverse.
i
Tertutup

Tegangan
=
Forward NOL

V
Arus Reverse NOL

Dalam rangkaian elektronika, dioda ideal berlaku seperti saklar


otomatis. Jika arus konvensional berusaha mengalir searah anak
panah dioda, saklar tertutup (lihat gambar). Jika arus
konvensional berusaha mengalir ke arah sebaliknya, saklar akan
terbuka.
TUGAS INDIVIDU
Membuat rangkaian Flip-Flop dengan transistor, seperti
di gambar ini.

Pada Papan PCB tulis nama, kelas, dan NIM.


PERTEMUAN 3
DIODA FUNGSI KHUSUS
DAN TEORI TRANSFORMATOR
DIODA ZENER
• Pada dasarnya diode zener adalah diode biasa
yang mempunyai tegangan zener (breakdown)
yang kecil.
• Dirancang untuk digunakan sebagai regulator
atau pengatur tegangan.
• Selalu dioperasikan pada
daerah reverse pada
tegangan zenernya (VZ)
GRAFIK DIODA ZENER
Dioda zener dapat beroperasi pada tiga daerah
yaitu forward, bocor (leakage), atau breakdown.
GRAFIK DIODA ZENER (2)

• Pada daerah maju (forward bias), dioda mulai


menghantar pada tegangan sekitar 0.7 V dan
pada daerah bocor (antara nol dan
breakdown) dioda hanya memiliki sedikit arus
bocor atau arus breakdown.
• Pada dioda zener lengkungan disekitar titik
breakdownnya berbentuk lutut/knee yang
sangat tajam, diikuti oleh kenaikan arus yang
hampir vertikal.
KARAKTERISTIK ZENER

(a) Karakteristik I – V dioda zener.


(b) Dalam keadaan operasi, dioda zener dapat dilalui arus
mulai dari 0,1 Iz sampai dengan Iz (batas maksimum arus
yang diperkenankan).
Daya maksimum yang diperbolehkan : Pz = Vz Iz
BATAS KEMAMPUAN MAKSIMUM
• Lembar data kadang mencantumkan arus
maksimum yang dapat dilewati dioda zener tanpa
melebihi batas kemampuan dayanya. Arus
maksimum ini berhubungan dengan batas
kemampuan daya sebagai berikut :
IZM = PZM / VZ
Dimana :
IZM = batas kemampuan arus zener maksimum
PZM = batas kemampuan daya
Vz = tegangan zener
Dioda zener sebagai pemantap tegangan

• Agar arus yang melalui dioda zener tidak melebihi harga Iz


yang diperbolehkan, maka dipasang R seri dengan dioda. Nilai
hambatan R :
V R V AB V A − V B Vin − V Z
RS = = = =
i i i i
i = iz + iL
JENIS DIODA
Dioda Pemancar Cahaya (Light Emitting Diode,
disingkat LED)
 Dioda yang mengubah energi listrik menjadi energi
cahaya yang memiliki jangkauan panjang
gelombang mulai 550 nm (hijau) sampai 1300 nm
(inframerah)
 Simbol :

 LED yang dibuat menggunakan unsur – unsur


seperti galium, arsen dan fosfor dapat
memancarkan cahaya merah ,hijau ,kuning , biru ,
jingga, atau infra merah.
JENIS DIODA (2)
Dioda Foto (Photo diode)
Dioda yang menyerap cahaya sehingga
meningkatkan konduktivitasnya.
Dioda foto digunakan sebagai pencacah cepat
yang menghasilkan pulsa arus ketika cahaya
diberi gangguan.
Simbol :
Dioda Schottky/SCR
• Dioda schottky menggunakan logam emas ,perak atau platina
pada salah satu sisi junction yang di dop ( biasanya tipe-n )
pada sisi lain.
• Dioda semacam ini adalah piranti unipolar karena elektron
bebas merupakan pembawa mayoritas pada kedua sisi
junction. Dioda Schottky tidak mempunyai lapisan
pengosongan atau penyimpanan muatan.
• Tegangan dioda normal antara 0.7-1.7 volt, sementara
tegangan diode Schottky kira-kira antara 0.15-0.45 volt.
• Pada gambar terlihat SCR dengan anoda
pada kaki yang berulir dan gerbang gate
pada kaki yang pendek, sedangkan katoda
pada kaki yang panjang.
TRANSFORMATOR
 Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk
menaikkan atau menurunkan tegangan bolak-balik (AC).
 Transformator terdiri dari 3 komponen pokok yaitu :
kumparan pertama (primer) yang bertindak sebagai input,
kumparan kedua (skunder) yang bertindak sebagai output,
dan inti besi yang berfungsi untuk memperkuat medan
magnet yang dihasilkan.
TRANSFORMATOR (2)
• Tegangan yang dipasang pada terminal sebelah kiri
disebut tegangan primer (VP), sedangkan tegangan
yang dipasang pada terminal kanan disebut tegangan
sekunder (VS).
• Jumlah lilitan pada kumparan primer disimbolkan
dengan NP dan lilitan pada kumparan skunder
disimbolkan dengan NS.
• Besarnya arus pada kumparan primer disebut IP dan
arus pada kumparan sekunder disebut IS.
• Ratio perbandingan tegangan, jumlah kumparan dan
arus pada sebuah trafo sebagai berikut :
• ~ VP x NP = VS x NS
• ~ VP xIP = VS x IS
PERTEMUAN 4
RANGKAIAN PENYEARAH DIODA
(DIODE RECTIFIER)
Rangkaian Penyearah Dioda
(Diode Rectifier)
Peralatan kecil portabel kebanyakan menggunakan baterai
sebagai sumber dayanya, namun sebagian besar peralatan
menggunakan sumber daya AC 220 volt - 50Hz.
Didalam peralatan tersebut terdapat rangkaian yang sering
disebut sebagai adaptor atau penyearah yang mengubah
sumber AC menjadi DC. Bagian terpenting dari adaptor
adalah berfungsinya dioda sebagai penyearah (rectifier).
Macam-macam rangkaian penyearah :
1. Penyearah setengah gelombang
2. Penyearah gelombang penuh dengan tap tengah
3. Penyearah gelombang dengan jembatan dioda
PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG
Gambar 4.1 memperlihatkan rangkaian yang disebut
penyearah setengah gelombang (half wave rectifier).
 Pada setengah siklus tegangan sekunder yang positif,
dioda mengalami forward biased untuk setiap tegangan
yang lebih dari 0.7 Volt (tegangan offset). Ini
menghasilkan tegangan lintas tahanan beban (RL) yang
mendekati bentuk setengah gelombang sinus.
 Pada setengah siklus negatif, dioda mengalami reverse
biased, yang menyebabkan arus beban menjadi nol dan
tegangan beban jatuh menjadi nol.
PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG (2)

(a)
(b)

Gambar 4.1
(a) Rangkaian penyearah ½ gelombang, (b) Sinyal input dan output
PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG (3)
Dengan mengabaikan penurunan tegangan pada dioda ,
nilai dc atau nilai rata-rata dari sinyal setengah
gelombang adalah :
atau
Vdc = 0.318 / V2(puncak)

Vdc = V2(puncak) / π
Tegangan maksimum dikenal sebagai tegangan inverse
puncak (peak inverse voltage = PIV). Ini mewakili tegangan
maksimum yang harus ditahan dioda selama bagian reverse
dari siklus. PIV bisa pula dilambangkan dengan Vm
PENYEARAH GELOMBANG PENUH
DENGAN TAP TENGAH
Gambar 4.2 menunjukkan sebuah rangkaian penyearah
gelombang penuh dengan menggunakan Center Tap
Trafo.
 Selama setengah siklus tegangan sekunder yang positif,
dioda yang atas mengalami forward biased dan dioda
yang bawah mengalami reverse biased. Sehingga, arus
mengalir melalui dioda yang atas, ke tahanan beban,
dan setengah lilitan yang atas.
 Sebaliknya, selama setengah siklus tegangan sekunder
yang negatif, arus akan mengalir melalui dioda yang
bawah, ke tahanan beban, dan setengah lilitan yang
bawah.
PENYEARAH GELOMBANG PENUH
DENGAN TAP TENGAH (2)

Gambar 4.2 Rangkaian penyearah gelombang penuh


dengan tap tengah
Dalam kedua siklus diatas, tahanan beban mendapatkan polaritas yang
sama, tanpa memperhatikan dioda mana yang konduksi sehingga
tegangan keluaran pada beban berbentuk sinyal gelombang penuh
yang disearahkan.
PENYEARAH GELOMBANG PENUH
DENGAN TAP TENGAH (3)

Gambar 4.3 (a) Proses penyearahan, (b) Pendekatan dioda ideal,


(c) Pendekatan dioda offset
PENYEARAH GELOMBANG PENUH
DENGAN TAP TENGAH (4)

Gambar 4.4 Penyearah dengan tap tengah

Selama setengah siklus negatif, arus melalui dioda bawah,


resistor beban, dan setengah lilitan bawah. Arus beban
adalah dalam arah yang sama. Inilah sebabnya mengapa
tegangan beban merupakan sinyal gelombang penuh
seperti ditunjukkan pada gambar 4.4.
PENYEARAH GELOMBANG PENUH
DENGAN TAP TENGAH (5)
• Harga rata – rata atau dc sinyal gelombang penuh
adalah : VDC = 2VP / π

• Dalam gambar 4.4, periode sinyal output adalah


setengah periode sinyal input.
• Dengan perkataan lain tiap siklus input menghasilkan
dua siklus output. Inilah sebabnya mengapa frekuensi
output penyearah tap tengah adalah dua kali frekuensi
input.
fout = 2fin
Tegangan Inverse Puncak
• Gambar 4-4 menunjukkan rangkaian pada
saat tegangan sekunder mencapai harga
maksimumnya.
• VM adalah tegangan pada setengah lilitan
sekunder, tegangan reverse pada dioda
yang tidak konduksi adalah 2 VM atau

PIV = 2 VM
PENYEARAH JEMBATAN DIODA
Gambar 4.5 dibawah ini menunjukkan penyearah
jembatan yang paling banyak digunakan. Selama siklus positif
tegangan sekunder , dioda D2 dan D3 dibias forward oleh
sebab itu , arus beban ke arah kiri (gambar 5.3b). Selama
setengah siklus negatif , dioda D1 dan D4 dibias forward , dan
arus beban ke Arah kiri.

(a) (b)
PENYEARAH JEMBATAN DIODA (2)

Gambar 4.6 Penyearah gel penuh dengan jembatan dioda


PENYEARAH JEMBATAN DIODA (3)
Pada gambar 4.6, arus beban mempunyai arah yang
sama. Inilah sebabnya mengapa tegangan beban
adalah sinyal gelombang penuh seperti ditunjukkan
(gambar 4.6b).
• Tegangan beban rata – ratanya adalah :
VDC = 2VP / π
• Frekuensi output adalah dua kali input :
fout = 2fin
• Tegangan inverse puncaknya : PIV = VM
dimana VM adalah tegangan sekunder maksimum
Filter RC
Gambar di bawah ini menunjukkan dua filter RC di
antara kapasitor masukan dan tahanan baban.
Dengan rancangan yang seksama, pada frekuensi
riak, R jauh lebih besar daripada XC.

Gambar 4.7 Filter RC


Filter RC (2)
Tegangan riak/ripple akan menurun melintas
tahanan seri dan bukan melintas tahanan beban.
• Lazimnya, nilai hambatan R paling tidak 10x
nilai XC, artinya setiap bagian meredam riak
dengan unsur paling sedikit 10x.
• Kekurangan utama dari filter RC ialah hilangnya
tegangan dc melintas setiap R. Ini berarti bahwa
filter RC hanya cocok untuk beban – beban
ringan.
Filter LC
Induktor tunggal jarang digunakan sebagai filter. Kombinasi
LC lebih banyak digunakan, yaitu dengan memasang seri
antara induktor dan kapasitor yang dihubungkan secara
paralel dengan beban (lihat gambar 4.8). Induktor akan
mengontrol perubahan besar pada arus beban sedangkan
kapasitor digunakan untuk menjaga tegangan keluaran
pada harga yang konstan. Kombinasi LC ini dapat
menghasilkan tegangan keluaran DC yang relatif lebih
halus.

Gambar 4.8 Filter LC


Pengali Tegangan
Pengali tegangan ( voltage multiplier ) adalah dua
atau lebih penyearah puncak yang menghasilkan
tegangan dc sama dengan perkalian dari tegangan
puncak input (2 VP, 3 VP, 4 VP, dan seterusnya).
Voltage Doubler
(Gambar 6-1a) adalah voltage doubler ,
hubungan dari dua penyearah puncak. Pada puncak
dari setengah siklus negatif, D1 terbias forward dan
D2 terbias reverse. Ini akan mengisi C1 sampai
tegangan puncak VP dengan polaritas seperti yang
ditunjukkan pada (gambar 6-1b).
Voltage Doubler (2)
Pada puncak setengah siklus positif, D1 terbias reverse
dan D2 terbias forward. Karena sumber dan C1 terpasang
seri, C2 akan mencoba diisi sampai dengan 2 VP. Setelah
beberapa siklus, tegangan pada C2 akan sama dengan 2
VP seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Voltage Doubler (2)
Dengan menggambarkan rangkaian kembali dan
menghubungkan resistansi bebas, maka dapat diperoleh
rangkaian seperti gambar dibawah ini. Selama RL besar,
tegangan output kira-kira sama dengan 2 VP.
Jika diberikan beban ringan , tegangan output dua kali
tegangan puncak input.
Voltage Tripler
Dengan menghubungkan seksi lain maka diperoleh
voltage tripler seperti gambar.6.2a. Dua penyearah
puncak pertama berlaku seperti doubler. Pada puncak
setengah siklus negatif, D3 terbias forward
Voltage Tripler (2)
Ini akan mengisi C3 sampai 2 VP dengan polaritas seperti
ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Output tripler terjadi
pada C1 dan C3. Resistansi beban dihubungkan pada
output tripler. Selama konstanta waktu panjang,output kira-
kira sama dengan 3 VP.
Clipper
Clipper positif
Gambar disamping
menunjukkan clipper
positif yaitu rangkaian
yang membuang
bagian positif dari
sinyal. Seperti
ditunjukkan, tegangan
output bagian positifnya
semua dipotong.
Setelah setengah siklus
positif tegangan input,
dioda konduksi.
Clipper positif (2)
 Tegangan pada hubungan singkat harus sama dengan
nol, oleh sebab itu tegangan output sama dengan nol
selama tiap – tiap setengah siklus positif.
 Selama setengah siklus negatif dioda terbias reverse
dan kelihatan terbuka.
 Sebagai akibatnya, rangkaian membentuk pembagi
tegangan dengan output :
Vout = ( RL/(R+RL)) . VP

Gambar 6-5 menunjukkan bentuk gelombang output.


Semua sinyal diatas level 0 V telah dipotong.

 Clipper positif disebut pembatas positif (positive limiter).


Karena tegangan output dibatasi maksimum 0 V.
Clipper di Bias
(Gambar 6-6) menunjuk clipper dibias. Agar dioda dapat
konduksi, tegangan input harus lebih besar daripada +V. Ketika
Vin lebih besar daripada +V,dioda berlaku seperti saklar tertutup
dan tegangan pada output sama dengan +V. Tegangan output
tetap pada +V selama tegangan input melebihi +V.
Ketika tegangan input kurang
dari +V, dioda terbuka dan
rangkaian kembali pada
pembagi tegangan. Sebagai-
mana biasanya, RL harus jauh
lebih besar daripada R, dengan
demikian hampir seluruh
tegangan input muncul pada
output. Bentuk gelombang
output pada (gbr 6-6)
menyimpulkan kerja rangkaian.
Clipper dibias membuang
semua sinyal diatas level +V.
Clipper Kombinasi
(Gambar 6-7) merupakan penggabungan antara clipper positif
dan negatif. Dioda D1 konduksi ketika tegangan input lebih besar dari
+V1. Oleh sebab itu, tegangan output sama dengan +V1 ketika Vin
lebih besar daripada +V1.
Sebaliknya, ketika Vin lebih negatif daripada –V2, dioda D2 konduksi.
Dengan D2 dihubung singkat, tegangan output sama dengan –V2
selama tegangan input lebih negatif dari –V2. Ketika Vin terletak
antara –V2 dan +V1,tidal ada dioda yang konduksi.Dengan RL jauh
lebih besar dari R, hampir seluruh tegngan input muncul pada output.
Jika sinyal input besar yaitu VP jauh lebih besar daripada level
pemotongan,sinyal output membentuk gelombang segi empat seperti
(gb 6-7)
PERTEMUAN 5
TEORI TRANSISTOR
PENDAHULUAN
• Transistor merupakan komponen yang terbuat dari
bahan semikonduktor. Transistor juga dikenal sebagai
komponen tiga lapis, karena dibuat dengan cara
menyisipkan bahan semikonduktor ekstrinsik di dalam
bahan semikonduktor yang berbeda.

• Pada umumnya, transistor digunakan pada 3 fungsi,


yaitu :
1. Transistor sebagai saklar
2. Transistor sebagai pembentuk sinyal
3. Transistor sebagai penguat rangkaian
Terminal Transistor
Contoh transistor dan terminal-terminalnya
Type Transistor
Transistor terbagi dalam 2 jenis :
1. Transistor NPN
- Diantara bahan semikonduktor tipe-N ditempatkan
bahan semikonduktor tipe-P
- Lambang transistor NPN :
Type Transistor (2)
2. Transistor PNP
- Diantara bahan semikonduktor tipe-P ditempatkan
bahan semikonduktor tipe-N
- Lambang transistor PNP :
Transistor (2)
Perbandingan lapisan penyusun transistor bisa dilihat pada
gambar berikut :

Lapisan basis dibuat sangat tipis, sekitar ± 2% dari


keselurahan bahan pembuat transistor. Lapisan kaki
kolektor ( C ) dibuat dengan komposisi 48% dan kaki
emitor dengan komposisi sebesar 50%.

Pembagian lapisan penyusun ini akan bermanfaat untuk


mendukung fungsi dan cara kerja transistor.
Bias Pada Transistor
Cara pemberian tegangan pada transistor bisa diberikan dengan
2 cara yaitu : bias maju (forward bias) dan bias mundur (reverse
bias).
BIAS MAJU (Forward Bias)
Pada transistor NPN, transistor dibias maju dengan cara kaki
basis dan kaki kolektor dihubungkan dengan sumber tegangan
positif, sedangkan kaki emiter dihubungkan ke sumber tegangan
negatif.
Bias Pada Transistor (2)
BIAS MUNDUR (Reverse Bias)
Pada transistor NPN, transistor dibias mundur dengan cara
kaki basis dan kaki kolektor dihubungkan dengan sumber
tegangan negatif, sedangkan kaki emiter dihubungkan ke
sumber tegangan positif.
KONFIGURASI TRANSISTOR
Secara umum terdapat tiga macam konfigurasi rangkaian
transistor, yaitu konfigurasi basis bersama (common-base/CB),
konfigurasi emitor bersama (common-emitter/CE), dan
konfigurasi kolektor bersama (common-collector/CC).
ALPHA DC
ALPHA DC (2)
• Makin tipis dan makin sedikit basis di-dop, maka nilai
αdc semakin besar. Secara ideal, jika elektron
diinjeksikan ke kaki kolektor, maka αdc akan bernilai 1.

• Kebanyakan transistor mempunyai αdc lebih besar dari


0,99 dan hampir semua memiliki αdc lebih besar dari
0,95. Untuk itu, dalam berbagai analisis, kita akan
menganggap nilai αdc transistor = 1.
BETA DC
BETA DC (2)
• Istilah β sering dikenal juga dengan hfe yang berasal
dari parameter hibrid untuk faktor penguatan arus pada
emitor bersama. Data untuk harga hfe maupun β ini lebih
banyak dijumpai dalam berbagai datasheet dibanding
dengan α. Umumnya transistor mempunyai harga β dari
50 hingga lebih dari 600 tergantung dari jenis
transistornya.

– Untuk transistor daya rendah (dibawah 1 W) gain


arusnya 100 s/d 300.
– Untuk transistor daya tinggi (diatas 1 W) gain
arusnya 20 s/d 100.
HUBUNGAN αdc DAN βdc
CONTOH SOAL (1)
1.

Dari gambar diatas jika :


- Arus mengalir pada basis = 40 μA
- Arus mengalir pada kolektor = 10 mA

Berapakah besarnya gain arus?


PENYELESAIAN (1)
CONTOH SOAL (2)
2.

Dari gambar diatas jika:


- Arus mengalir pada kolektor = 250 mA
- Arus mengalir pada emiter = 260 mA
Berapakah besarnya alpha DC?
PENYELESAIAN (2)
PERTEMUAN 6
RANGKAIAN BIAS
TRANSISTOR
PRINSIP KERJA TRANSISTOR
Transistor dibias maju

Jika sebuah transistor di bias maju :


• Basis dan kolektor dihubungkan dengan kutub positif
sumber.
• Emiter dihubungkan dengan kutub negatif sumber.
PRINSIP KERJA TRANSISTOR (2)
Aliran elektron dalam transistor menyebabkan lapisan
deplesi (deplation layer) antara basis dan kolektor serta
deplesi (deplation layer) antara basis dan emiter akan
mengecil.

Dengan mengecilnya lapisan deplesi itu, elektron dapat


bergerak dari emiter ke kolektor dan akan terkumpul di kaki
kolektor.
PRINSIP KERJA TRANSISTOR (3)

• Dalam praktek tidak dikenal istilah aliran elektron, tetapi


dikenal aliran arus listrik. Arah gerakan arus listrik
berlawanan dengan gerakan elektron.
• Jika elektron bergerak ke bawah maka arus akan
bergerak ke atas, begitu sebaliknya.
ALIRAN ARUS DALAM TRANSISTOR
Ada tiga jenis arus yang mengalir di dalam transistor:
• Arus yang mengalir melalui lapisan basis disebut arus
basis disingkat IB.
• Arus yang mengalir melalui lapisan kolektor disebut arus
kolektor disingkat IC.
• Arus yang mengalir melalui lapisan emiter disebut arus
emiter disingkat IE.
• Hubungan arus yang mengalir di dalam transistor:
IC = IB x βdc
IE = IC + IB
• Karena IB<< IC , dalam perhitungan nilai IB bisa diabaikan.
CONTOH SOAL
Jika diketahui :
• VBB = 5 Volt
• VCC =10 Volt
• RB = 100K, RC = 1K
• βdc = 150

Hitunglah nilai :
1. Arus Basis
2. Arus Kolektor
3. Arus Emiter
4. Tehangan Kolektor Emiter
PENYELESAIAN
PENYELESAIAN (2)
Jawab :
3. IE = IC + IB
= 0,0075 A + 0,00005 A
= 0,00755 A
4. VCE = VCC – (IC x RC)
= 10V- (0,0075 A x 1 K)
= 10 V - 7,5 V
= 2,5 V
PERTEMUAN 9
RANGKAIAN BIAS
TRANSISTOR (LANJUTAN)
KURVA TRANSISTOR
• Karakteristik yang paling penting dari transistor adalah
grafik Dioda Kolektor-Emiter, yang biasa dikenal dengan
Kurva Tegangan-Arus (V-I Curve).
• Kurva ini menggambarkan arus Kolektor, IC, dengan
tegangan lintas persambungan Kolektor – Emiter, VCE,
dimana harga-harga tersebut diukur dengan arus Basis,
IB, yang berbeda-beda.
• Rangkaian yang digunakan
untuk mendapatkan kurva
tampak pada gambar disamping.
KURVA TRANSISTOR (2)
Gambar kurva kolektor Gambar kurva basis
KARAKTERISTIK TRANSISTOR
Hasil pengukuran rangkaian transistor tersebut ditunjukkan secara
kualitatif pada kurva. Kurva tersebut mengindikasikan bahwa
terdapat 4 (empat) buah daerah operasi, yaitu :
• Daerah Potong (Cutoff Region/Q)
• Daerah Saturasi (Penjenuhan)
• Daerah Aktif (Active Region), dan
• Daerah Breakdown.
KARAKTERISTIK TRANSISTOR (2)

Daerah Potong / Cutoff Region


Dioda Emiter diberi bias mundur. Akibatnya, tidak terjadi
pergerakan elektron, sehingga arus Basis, IB = 0. Demikian
juga, arus Kolektor, IC = 0, atau disebut ICEO (Arus Kolektor
ke Emiter dengan harga arus Basis adalah 0). Titik dimana
garis beban memotong kurva IB=0 disebut titik sumbat ( cut
off ).
KARAKTERISTIK TRANSISTOR (3)

Daerah Saturasi
Perpotongan dari garis beban dan kurva IB = IB(sat) disebut
penjenuhan (saturation). Pada titik ini arus basis sama dengan
IB(sat) dan IC adalah maksimum. Pada penjenuhan , dioda kolektor
kehilangan reverse bias dan kerja Transistor yang normal terhenti.
Untuk menghindari daerah ini, dioda kolektor harus diberi bias
mundur, dengan tegangan melebihi VCE(sat), yaitu tegangan yang
menyebabkan dioda kolektor saturasi.
KARAKTERISTIK TRANSISTOR (4)

Daerah Aktif
Semua titik operasi antara titik sumbat dan penjenuhan adalah
Daerah Aktif dari transistor. Dalam daerah aktif, dioda emiter
dibias forward dan dioda kolektor dibias reverse.
Dengan persamaan : IB =(VBB-VBE) / RB
maka dapat ditentukan arus basis dalam setiap rangkaian bias
basis. Perpotongan dari arus basis beban disebut Titik Stasioner
( Quiescent ) Q dalam gambar diatas.
KARAKTERISTIK TRANSISTOR (5)

• Dalam rangkaian yang diberikan, VCC dan RC adalah konstan,


VCE dan IC adalah variabel. Maka didapatkan persamaan :

IC = (-VCE/RC)+(VCC/RC)
Perpotongan vertikal adalah pada VCC/RC. Perpotongan
horizontal adalah pada VCC,dan kemiringannya adalah –1/RC.
Garis ini disebut Garis Beban dc karena garis ini menyatakan
semua titik operasi yang mungkin. Perpotongan dari garis beban
dc dengan arus basis adalah Titik Operasi transistor.
BIAS PEMBAGI TEGANGAN
• Gambar disamping ini menunjukkan
bias pembagi tegangan, bias yang
paling banyak digunakan dalam
rangkaian diskrit linear.
• Nama ’pembagi tegangan’ berasal
dari pembagi tegangan yang dibentuk
oleh R1 dan R2. Tegangan pada R2
membias maju dioda emiter.
Seperti rangkaian lainnya, catu VCC
membias mundur dioda kolektor.
BIAS PEMBAGI TEGANGAN (2)
• Arus basis, IB, dalam rangkaian ini
kecil sekali dibandingkan dengan
arus dalam R1 dan R2. Akibatnya,
kita dapat menggunakan teorema
pembagi tegangan untuk mendapatkan
tegangan pada R2, yaitu :
BIAS UMPAN BALIK KOLEKTOR
• Bias ini memberikan kesederhanaan
(hanya 2 resistor) dan respon frekuensi
rendah yang baik. Pada rangkaian ini,
tahanan basis, RB, dikembalikan ke
kolektor dan bukan ke pencatu daya.
• Untuk menggerakan tahanan basis,
tidak digunakan tegangan catu yang
tetap, tetapi menggunakan tegangan
kolektor. Ini memasukan konsep umpan
balik yang membantu mengurangi efek
dari β terhadap titik operasi, Q.
BIAS EMITER
(Gambar 11-4a) menunjukkan bias emiter, yang populer jika
terdapat catu yang terbagi. Nama ‘bias emiter’ digunakan
karena catu negatif VBE membias forward dioda emiter melalui
resistor RE.

RC +
VCC
-
VCE

+
RB RE
VEE
-

Gambar 11-4a
BIAS EMITER (2)
• Tegangan dari emiter ke ground lebih kecil daripada 1 V.
Karena VEE jauh lebih besar daripada 1 V, maka dapat
diperlakukan ujung atas dari RE sebagai sebuah
pendekatan grounding.
• (Gambar 11-4b) menekankan ide penting ini.
Karena grounding, semua tegangan catu VEE muncul
pada RE sehingga diperoleh besar arus emiter sebesar :

IE ≅ VEE / RE
RANGKAIAN PENGIMBANG
• Transistor pnp disebut pengimbang (complement ) dari
transistor npn. Perkataan pengimbang menentukan
bahwa semua tegangan dan arus berlawanan dengan
pada transistor npn.

• Setiap rangkaian npn mempunyai sebuah rangkaian pnp


pengimbang. Untuk mendapatkan rangkaian pnp
pengimbang, semua yang telah dilakukan adalah :
- Ganti transistor npn dengan transistor pnp
- Imbangi ( complement ) atau balikkan (reverse ) semua
tegangan dan arus.
RANGKAIAN PENGIMBANG (2)
• Sebagai contoh, (gbr 11-6a) menunjukkan bias umpan
balik kolektor dengan menggunakan transistor npn. Arus
emiter mengalir ke bawah dan tegangan kolektor adalah
positif terhadap ground. (Gbr 11-6b) menunjukkan
rangkaian transistor pnp pengimbang (complementary)
ANALISA RANGKAIAN PNP
Contoh jika ingin mengetahui arus emiter dalam (gbr 11-6c)

IE = IC
IC = ( VCC – VBE )/( RC – (RB/βdc))
= ( 20 – 0.7 ) / ( 104 + (106/10
= 0.965 mA

β
PERTEMUAN 10
PERANCANGAN RANGKAIAN
ELEKTRONIKA
PENGENALAN PROGRAM CIRCUIT MAKER
• Circuit Maker merupakan sebuah aplikasi untuk mendesain
rangkaian elektronika dari yang sederhana sampai yang kompleks.

• Software ini menawarkan berbagai fitur antara lain :


- membuat rangkaian analog maupun digital.
- tersedia banyak macam komponen elektronika misal
transistor, resistor, kapasitor, dll dengan banyak jenis dan
varian.
- melakukan simulasi rangkaian yang telah dibuat untuk
keperluan tes dan pengukuran.
- membuat layout PCB.
- banyak contoh-contoh rangkaian untuk dipelajari.
- mencetak rangkaian yang telah dibuat.
TAMPILAN WINDOW
Jika program circuit maker sudah terinstall dalam komputer
maka aplikasi dapat dijalankan dengan cara klik start menu
pilih program pilih circuit maker , maka pada monitor akan
terlihat jendela sbb :
TAMPILAN WINDOW (2)
Gambar di bawah ini merupakan tampilan jendela pada
circuit maker
FUNGSI TAMPILAN WINDOW

Pada jendela circuit maker terdapat folder menu


sebagai berikut :
 Title bar
 Menu bar
 Tool bar
 Scrool bar
 Drawing windows
 Analisis windows
FUNGSI TAMPILAN WINDOW (2)
Title bar
Berisikan nama aplikasi dan file yang sedang dibuka,
berisikan minimize, maximize dan close.

Menu bar
Berisikan perintah-perintah yang terdapat pada circuit
maker. Untuk menggaktifkan dapat dilakukan dengan cara
mengarahkan mouse dan click pada menu, seperti: file
berisikan new, open, reopen exit dll.
Tool bar
Merupakan kumpulan dari ikon-ikon yang mewakili semua
perintah-perintah yang mewakili menu bar, contoh: perintah
(new) mewakili perintah file – new.
FUNGSI TAMPILAN WINDOW (3)
Scrool bar
Berfungsi untuk menampilkan bagian-bagian circuit maker
yang tidak terlihat.

Drawing windows
Merupakan lokasi/tempat membuat gambar rangkaian
(skematic diagram) pada aplikasi circuit maker.

Analisis windows
Merupakan lokasi/tempat tampilan analisa gambar
rangkaian (skematic diagram) pada aplikasi circuit maker.
A. FUNGSI TOOL BAR
New
 New merupakan ikon untuk membuka jendela baru
pada aplikasi circuit maker.
 Simbol :

Open
 Open merupakan ikon untuk membuka contoh-contoh
(sampel) dari skematik diagram pada aplikasi circuit
maker.
 Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (2)
Save
 Save merupakan ikon untuk menyimpan hasil
rancangan skematik diagram pada aplikasi circuit
maker.Ikon save disimbolkan dengan:
 Simbol :

Print
 Print merupakan ikon untuk mecetak hasil rancangan
skematik diagram pada aplikasi circuit maker.
 Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (3)
Arrow Tool
 Arrow Tool merupakan ikon untuk memilih, memindahkan
atau mengedit komponen hasil rancangan skematik
diagram pada aplikasi circuit maker.
 Simbol :

Wire Tool
 Wire Tool merupakan ikon untuk menghubungkan
komponen (konduktor), pada rancangan (skematik
diagram) pada aplikasi circuit maker.
 Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (4)
Text Tool
 Text Tool merupakan ikon untuk menambahkan text
(tulisan) pada skematik diagram pada aplikasi circuit
maker.
 Simbol :

Delete Tool
 Delete Tool merupakan ikon untuk menghapus komponen,
wire atau text (tulisan) pada skematik diagram pada
aplikasi circuit maker.
 Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (5)
Zoom Tool
 Zoom Tool merupakan ikon yang berfungsi untuk
memperbesar atau mengecilkan ukuran rangkaian.
 Simbol :

Rotate
 Rotate merupakan ikon yang berfungsi untuk memutar
posisi komponen sejauh 90º atau lebih dalam jendela
gambar.
 Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (6)
Digital/Analog
 Digital/analog ikon yang berfungsi untuk membedakan
sinyal digital atau analog dalam analisa rangkaian.
 Simbol :

Reset
 Reset merupakan ikon yang berfungsi untuk inisialisasi
rangkaian sebelum atau sesudah analisa.
 Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (7)
Step
 Step merupakan ikon yang berfungsi untuk menjalankan
analisa rangkaian secara bertahap.
 Simbol :

Run/stop
 Run/stop merupakan ikon yang berfungsi untuk
menjalankan analisa rangkaian secara otomatis.
 Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (8)
Probe Tool
 Probe Tool merupakan ikon yang berfungsi untuk
mengamati data komponen dalam rangkaian.
 Simbol :

Parts
 Parts merupakan ikon yang berfungsi untuk memilih
komponen dalam part browser.
 Simbol :
A. FUNGSI TOOL BAR (9)
Search
 Ikon Search mempunyai fungsi yang sama dengan Parts.
 Simbol :
B. MENDESAIN RANGKAIAN ELEKTRONIKA

Untuk membuat rangkaian pada circuit maker lakukan


langkah-langkah sbb :

– Buka jendela gambar.


– Pilih komponen-komponen yang di butuhkan dengan
cara klick pada Parts ikon.
– Hubungkan komponen-komponen dengan cara click
pada ikon Wire Tool.
– Jika diperlukan tulisan pada skematik diagram dapat
dibuat dengan bantuan Text Tool
CONTOH APLIKASI RANGKAIAN SEDERHANA
1. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh

Rangkaian dapat dibuat dengan langkah-langkah sbb :


 Pilih transistor dan dioda dengan bantuan Parts ikon.
 Hubungkan Komponen-komponen tersebut sehingga
menjadi rangkaian penyearah gelombang penuh
dengan bantuan ikon Wire Tool
CONTOH APLIKASI RANGKAIAN SEDERHANA (2)
2. Rangkaian Timer 555
CONTOH APLIKASI RANGKAIAN SEDERHANA (3)
3. Rangkaian Lampu Lalu Lintas
APLIKASI SOFTWARE PCB LAYOUT DIPTRACE
• Lakukan Install Program

• Setelah terinsttalasi, Klik Start ---- All Program ---- Klik


PCB Layout.
LEMBAR KERJA DIPTRACE
LEMBAR KERJA DIPTRACE (2)
Untuk Membuat Label Nama
jenis Rangkaian pada PCB
Layout

Untuk membuat tata


Untuk kembali kesemula
letak Jumper

Run untuk menfiniskan rangkaian


yang sudah di buat
LEMBAR KERJA DIPTRACE (3)
Cara menggunakan : Klik jenis komponen yang mau di ambil
lalu klik pada lembar kerja untuk meletakan komponen
tersebut.

Tata Letak
Komponen
HASIL LAYOUT PCB
Hasil pembuatan perakitan jalur rangkaian pada PCB Layout
HASIL LAYOUT PCB (2)

Klik File  Preview


HASIL LAYOUT PCB (3)
Hasil preview, untuk mendapatkan hasil yang sesuai pada tata letak
komponen di jalur circuit layout jangan merubah tampilan 100%, baik
besar atau kecil ukuran tampilan.
HASIL LAYOUT PCB (4)
Klik Objects untuk menghilangkan tanda cek klis agar bisa
menghasilkan jalur circut dan tata letak komponen pada pcb

Hilangkan Ceklist untuk


menghasilkan tata letak
komponen pada pcb, ceklist
pada Mirror agar tidak terbalik.

Hilangkan ceklist pada Silk Save Untuk menyimpan baik


untuk menghasilkan jalur circuit berupa JPM atau BMP
HASIL LAYOUT PCB (5)

(a) Tata Letak Komponen (b) Layout PCB


PERTEMUAN 11
ANALISA RANGKAIAN
ELEKTRONIKA
ANALISA RANGKAIAN
1. Analisa Rangkaian 555 astable
ANALISA RANGKAIAN (2)
ANALISA RANGKAIAN (3)
a. Kaki 2 pada IC 555 merupakan kaki pemicu/trigger , pin ini
merupakan salah satu kaki input comparator 1 yang terdapat
dalam rangkaian dalam IC 555.(lihat blok diagram)

b. Karena adanya proses pengisian dan pengosongn C1 (lihat


gambar 11.1) maka level tegangan yang masuk lewat pin ini
selalu berubah, tegangan ini akan dibandingkan oleh
comparator 1 dengan V3 yang dihasilkan oleh rangkaian
pembagi tegangan di dalan NE 555.

c. Kaki 6 pada IC 555 merupakan kaki voltage threshold


(tegangan ambang) , pin ini merupakan salah satu kaki input
comparator 2 yang terdapat dalam rangkaian dalam IC 555
(lihat blok diagram)
ANALISA RANGKAIAN (4)
d. Pin 6 terhubung ke kutub positif C1, karena adanya proses
pengisian dan pengosongn C1 (lihat gambar 11.1) maka level
tegangan yang masuk lewat pin ini selalu berubah, tegangan ini
akan dibandingkan oleh comparator 2 dengan V2 yang dihasilkan
oleh rangkaian pembagi tegangan di dalam NE 555.
e. Output kedua comparator diatas menjadi input Flip-Flop yang
terdapat di dalam NE 555.
f. Output dari Flip-Flop Pin 3 NE 555 merupakan pulsa dimana besar
periodanya dtentukan oleh :
~T = Tm+ T= 0.7× ( R1+ 2R2)× C1
~ Tm = 0.7× ( R1+ R2)× C1
~T = 0.7× R2× C1
~ f = 1/T
T = Perioda (detik)
F = frekensi ( hz)
ANALISA RANGKAIAN (5)
Catatan :
R1 Minimal 1kΩ
R1 dan R2 maksimum 1MΩ

g. Dari rangkaian di atas kondisi LED akan hidup dan mati


bergantian.

H. R3 pada rangkaian diatas berfungsi sebagai pembatas


arus yang mengalir ke LED
ANALISA RANGKAIAN (6)
2. Analisa Rangkaian Lampu Lalu Lintas
ANALISA RANGKAIAN (7)
Lembar Data (Data sheet)
ANALISA RANGKAIAN (8)
Lembar Data (Data sheet)
ANALISA RANGKAIAN (9)
ANALISA RANGKAIAN (10)
a. Output yang dihasilkan oleh IC NE 555 (pin 3) berbentuk
pulsa.
b. Pulsa ini berfungsi sebagai pulsa pengerak rangkaian
dalam IC CMOS 4017 (pin 14 clock).
c. IC 4017 merupakan IC pencacah/pembagi dengan 10
keluran.
d. Pada saat rangkaian diaktifkan maka keluaran 4017 (Q0)
akan aktif tinggi selama satu perioda pulsa masukan,
pada saat (Q0) berubah dari aktif tinggi menjadi aktif
rendah (Q1) berubah jadi aktif tinggi selama satu perioda
pulsa masukan, pada saat (Q1) berubah dari aktif tinggi
menjadi aktif rendah (Q2) berubah jadi aktif tinggi selama
satu perioda pulsa masukan dan seterusnya sampai (Q9).
ANALISA RANGKAIAN (11)

e. Pada saat (Q0) berubah dari aktif tinggi menjadi aktif


rendah (Q1) berubah jadi aktif tinggi selama satu
perioda pulsa masukan.

f. Karena output (Q5), (Q6), (Q7),(Q8) diparalel dan


dihubungkan dengan Led hijau , output (Q4) ,(Q9)
diparalel dihubungkan dengan Led Kuning dan (Q10)
dihubungkan dengan Led merah.

g. Led-led di atas akan menyala secara bergantian


menyerupai lampu pengatur lalu lintas.
PERTEMUAN 12
ALAT UKUR MULTIMETER
PENGERTIAN
Multimeter adalah suatu alat yang dipakai untuk menguji atau
mengukur komponen disebut juga Avometer, dapat dipakai
untuk mengukur ampere, volt dan ohm meter.
Umumnya sebuah multimeter elektronik mengandung elemen-elemen
berikut :
 Penguat dc jembatan setimbang (balanced bridge dc
amplifier) dan alat pencatat.
 Pelemah masukan atau saklar rangkuman (RANGE), guna
membatasi tegangan masukkan pada nilai yang diinginkan.
 Rangkaian penyearah, untuk mengubah tegangan masukkan
ac ke dc yang sebanding.
 Batere internal dan rangkaian tambahan, guna melengkapi
kemampuan pengukuran tahanan.
 Saklar fungsi (FUNGSI), untuk memilih berbagai fungsi
pengukuran dari instrument tersebut.
JENIS MULTIMETER
• Disamping itu umumnya instrument mempunyai sebuah sumber
daya sudah terpasang untuk operasi jala-jala ac dan dalam
kebanyakan hal, satu atau lebih batere yang telah terpasang untuk
dipakai sebagai instrument uji yang portable

• Berdasarkan tampilan display atau meter yang digunakan maka


multimeter /multitester dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

1. Multimeter analog

2. Multimeter digital
JENIS MULTIMETER (2)
1. Multimeter Analog
 Multimeter analog merupakan jenis multimeter / multitester
yang menggunakan display ukur (meter) dengan tipe jarum
penunjuk. Sehingga untuk membaca hasil ukur harus
dilakukan dengan cara melihat posisi jarum penunjuk pada
meter dan melihat posisi saklar selektor pada posisi batas
ukur kemudian melakukan perhitungan secara manual untuk
mendapatkan hasil ukurnya.
 Kondisi atau proses pembacaan hasil ukur yang masih
manual inilah yang menyebabkan multimeter / multitester
janis ini dinamakan sebagai multimeter analog.
JENIS MULTIMETER (3)
Multimeter analog terdiri dari bagian-bagian penting, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Papan skala
2. Jarum penunjuk skala
3. Pengatur jarum skala
4. Knop pengatur nol ohm
5. Batas ukur ohm meter
6. Batas ukur DC volt (dcv)
7. Batas ukur AC volt (acv)
8. Batas ukur ampere meter DC
9. Saklar pemilih (dcv, acv, ohm, ampere dc)
10.Test pin positif (+)
11.Test pin negatif (-)
JENIS MULTIMETER (4)
2. Multimeter Digital
 merupakan jenis multimeter yang telah menggunakan display
digital sebagai penampil hasil ukurnya. Hasil ukur yang
ditampilkan pada multitester digital merupakan hasil yang
telah sesuai, sehingga
tidak perlu dilakukan
lagi perhitungan antara
hasil ukur dan batas ukur.
JENIS MULTIMETER (5)
Multimeter digital terdiri dari bagian-bagian penting,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Layar
2. Saklar penahan mode
3. Saklar penahan range
4. Saklar penahan data
5. Saklar power dan saklar pemilih
(DCV, ACV, ohm, ampere DC)
JENIS MULTIMETER (6)
Bagian layar multimeter
CARA PAKAI MULTIMETER
Adapun cara menggunakan multitester ini ialah sebagai berikut :

a. Jika saklar menunjuk pada ohm meter dapat digunakan untuk


mengukur : Transistor, Tahanan, Potensiometer, VR (Variabel
Resistor), Kapasitor, LS, Kumparan dan trafo, mengukur
kabel, dll.
b. Jika saklar menunjuk pada DC Volt (dcv) dapat digunakan
mengukur (menguji) accu atau batere.
c. Jika saklar menunjuk pada AC Volt (acv) dapat dipakai untuk
mengukur kuat tegangan AC, ada dan tidaknya arus listrik.

d. Jika saklar menunjuk pada DC ampere dapat dipakai untuk


mengukur berapa banyak ampere pada accu maupun batere atau
catu daya (adaptor).
PENGUJIAN RESISTOR
• Resistor atau tahanan bisa putus. Jika putus maka suatu
rangkaian tak akan bisa bekerja atau setidak-tidaknya
mengalami keadaan cacat.
Nil
PENGUJIAN RESISTOR (2)

Langkah-langkah pengujian resistor dengan multitester adalah


sebagai berikut :

a. Putar saklar pemilih pada posisi ohm meter.


b. Tempelkan probe masing-masing pada kawat resistor.
Pengukuran jangan sampai tangan menyentuh kawat
(salah satu kawat boleh tersentuh asal tidak keduanya).
c. Perhatikan jarum pada papan skala.
 Jika bergerak berarti resistor baik.
 Jika diam berarti resistor putus .
PENGUJIAN TRANSISTOR PNP

Langkah-langkah pengujian transistor pnp dengan multitester adalah


sebagai berikut :
a. Pastikan kaki kolektor, basis dan emitornya (harus mengetahui
secara pasti jangan terbalik/tertukar)
b. Saklar pemilih pada multitester harus menunjuk pada ohm meter
c. Probe positif (berwarna merah) ditempelkan pada B (basis).
PENGUJIAN TRANSISTOR PNP (2)

• Probe negatif (hitam) ditempelkan pada E (Emitor), jika


jarum bergerak maka pindahkan probe negatif pada
kolektor. Jika pengukuran pertama dan kedua, jarum
bergerak berarti transistor baik. Jika salah satu
pengukuran, jarum tidak bergerak berarti transistor rusak
PENGUJIAN TRANSISTOR NPN

Langkah-langkah pengujian transistor npn dengan multitester adalah


sebagai berikut :
a. Pastikan kaki-kaki transistor, yang terdiri dari kolektor, emitor dan
basis.
b. Putar saklar pemilih pada posisi ohm meter.
c. Tempelkan probe negatif (hitam) pada basis. Probe positif pada
kolektor. Jika bergerak berarti antara kolektor dan basis baik.
d. Pindahkan probe negaif pada kaki emitor. Jika bergerak maka
emitor dan basis baik. Jika salah satu pengukuran (atau
keduanya) jarum tidak bergerak berarti transistor putus.
PENGUJIAN ELECTROLIT CONDENSATOR (ELCO)

Langkah-langkah pengujian Elco dengan multitester adalah sebagai


berikut :
a. Putar saklar pemilih pada posisi ohm meter.
b. Perhatikan tanda negatif atau positif yang ada pada badan elco
dan lurus pada salah satu kaki.
c. Probe hitam ditempel pada kaki positif (+) dan probe merah
ditempel pada kaki negatif (-). Perhatikan gerakan jarum.
d. Jika jarum bergerak ke kanan kemudian kembali ke kiri berarti
kondensator ELCO baik.
e. Jika jarum bergerak ke kanan kemudian kembali ke kiri namun
tidak penuh berarti kondensator ELCO agak rusak.
f. Jika jarum bergerak ke kanan kemudian tidak kembali ke kiri
(berhenti) kondensator ELCO bocor.
g. Jika jarum tak bergerak sama sekali berarti kondensator ELCO
putus.
PENGUJIAN DIODA

Langkah-langkah pengujian dioda dengan multitester adalah sebagai


berikut :

a. Putar saklar pemilih ke posisi ohm.


b. Probe merah (+) ditempelkan pada kutub katoda dan probe hitam
(-) ditempelkan pada kutub anoda.
c. Jika jarum pada papan skala bergerak berarti dioda baik, jika
diam berarti putus.
PENGUJIAN TEGANGAN PLN

Multitester juga dapat dipakai untuk menguji atau mengukur


tegangan listrik dari jaringan PLN, langkah-langkahnya adalah
sbb :
a. Putarlah saklar pemilih pada posisi ACV (perkirakan berapa
volt yang diukur). Misalnya kita perkirakan 220 V maka
saklar pemilih harus lebih tinggi yaitu 250 V.
b. Masing-masing probe di tempelkan pada lubang stop kontak.
Selanjutnya amati gerakan jarum pada papan skala dan kita
akan tahu seberapa besar tegangan listrik yang kita ukur.
PENGUJIAN TEGANGAN PLN (2)
MENGUKUR DC VOLT
 Perkirakan seberapa besar DC Volt yang anda ukur. Misalnya
jika 10 volt, maka saklar penunjuk harus menunjuk angka lebih
besar (50 DC)
 Probe merah ditempelkan pada kutub positif dan probe hitam
ditempelkan pada kutub negatif.

MENGUKUR AMPERE METER DC


• Besarnya arus listrik (DC) yang mengalir dalam suatu
rangkaian bisa diketahui dengan menggunakan multitester.
• Terlebih dahulu perkirakan seberapa besar ampere yang
diukur, baru kemudian saklar pemilih diposisikan pada angka
yang lebih besar.
PENGUJIAN TEGANGAN PLN (3)
• DCV : Mengukur baterai dan sirkuit dc
• ACV : Mengukur tegangan ac
– Batas pengukuran
• DCV : 5 batas dari 320 mv sampai 600 v
• ACV : 4 batas dari 3.2 mv sampai 600 v

Prosedur pengukuran
1. Atur saklar fungsi pada “V” dan pilih antara DCV atau ACV ~ dengan
saklar Mode.
2. Gunakan penunjuk pin merah dan hitam pada sirkuit untuk
pengukuran. Untuk tegangan DC penunjuk pin merah untuk positif
(+) dan penunjuk hitam negative (-), sedangkan tegangan AC boleh
bolak-balik.
3. Baca nilainya pada layar multimeter dan lepaskan penunjuk merah
dan hitam setelah pengukuran selesai.
PENGUJIAN RESISTOR
MENGUKUR RESISTOR
1. Aplikasi
Mengukur resistansi dari resistor dan pengukuran sirkuit.
2. Batas pengukuran 6 batas dari 320 Ω sampai dengan 32 MΩ
3. Prosedur pengukuran
- atur saklar fungsi dan pilih saklar mode pada Ω.
- gunakan penunjuk pin merah dan hitam pada objek yang diukur.
- baca hasil pengukuran pada layar multimeter.
4. Lepaskan penunjuk merah dan hitam setelah pengukuran selesai.
PENGUJIAN KABEL

1. Atur saklar fungsi pada dan pindahkan saklar mode ke


2. Tempatkan penunjuk pin merah dan hitam pada sirkuit atau konduktor
untuk diukur/dicek.
3. Kabel yang terhubung dapat di periksa dengan ada bunyi atau tidak.
4. Setelah pengukuran lepaskan penunjuk pin merah dan hitam.
5. Besarnya tahanan suara pada saat resistansi dalam sirkuit yang
diukur adalah kurang dari 20 Ω.
6. Input terminal melepaskan tegangan sekitar 1.3 V.
PENGUJIAN DIODA

1. Atur saklar fungsi pada pindahkan saklar mode ke


2. Tempatkan penunjuk pin merah pada anoda dan hitam pada katoda.
3. Yakinkan bahwa gambar yang ditunjukkan adalah dioda forward bias.
4. Tempatkan penunjuk pin merah pada anoda dan hitam pada katoda.
5. Pastikan hasil pada layar adalah sama seperti saat penunjuk pin test
dilepaskan.
6. Setelah pengukuran lepaskan penunjuk pin merah dan hitam dari
objek yang diukur.
PENGETESAN KOMPONEN

Cara pengetesan komponen pada rangkaian ada 2 jenis, yaitu :

1. Pengukuran pada rangkaian aktif (on), yang dapat diukur adalah

tegangan, arus pada rangkaian (PCB)

2. Pengukuran pada rangkaian pasif (catu daya off), yang dapat diukur
adalah resistansi yang langsung di PCB atau dilepas dari PCB.
PERTEMUAN 13
ALAT UKUR OSILOSKOP
GELOMBANG/SINYAL LISTRIK
• Gelombang sinus adalah gelombang yang berbentuk
fungsi sinus seperti yang digunakan dalam trigonometri.
GELOMBANG/SINYAL LISTRIK (2)
1. Perioda (T) : Waktu yang dibutuhkan satu siklus
pengulangan secara lengkap. Perioda dapat diukur
dengan cara mengukur waktu interval antara dua
puncak gelombang yang berdekatan.
2. Frekuensi (f) : Jumlah siklus (gelombang) dalam satu
detik, satuannya dinyatakan dalam hertz, Hz. 1 Hz = 1
siklus per detik. Bila diketahui perioda, maka dapat
dihitung frekuensinya dengan persamaan :

Frekuensi sinyal yang digunakan dapat bervariasi dari


sekitar 0.1 Hz, kilohertz (kHz), atau orde megahertz (MHz)
GELOMBANG/SINYAL LISTRIK (3)
 Amplitudo adalah tingginya puncak gelombang sinus.
 Amplitudo ini dapat dinyatakan dengan beberapa cara.
Amplitudo puncak (Vp), diukur dari sumbu X, 0 volt ke puncak
tertinggi (terendah) dari gelombang.
 Amplitudo puncak ke puncak (Vpp), diukur dari puncak
tertinggi ke puncak terendah. Dalam praktek, mengukur Vpp
lebih mudah dari pada mengukur Vp. Besarnya Vpp tepat 2
kali Vp.
 Walaupun Vpp pada osciloscop lebih mudah diukur, tetapi
mengukur amplitudo rms lebih disukai karena tegangan rms
menggambarkan tegangan efektif, yang biasa dicantumkan
dalam informasi arus bolak-balik. Amplitudo rms dapat ditulis :

atau

atau
GELOMBANG/SINYAL LISTRIK (4)
Gelombang sinus dibagi-bagi dalam sudut fasanya (dalam
derajat) seperti berikut :
GELOMBANG/SINYAL LISTRIK (5)
Bila dua buah gelombang sinus mempunyai frekuensi yang sama dan
terjadi pada saat yang sama, maka kedua gelombang tersebut

Sebaliknya, bila kedua gelombang tersebut terjadi pada waktu yang


berbeda, maka dikatakan kedua gelombang tersebut tidak se-fasa (out
of phase). Bila ini terjadi, perbedaan fasa tersebut dinyatakan dalam
sudut fasa (Є). Pada gambar B di atas, beda sudut fasa kedua
gelombang tersebut = 90°.
GELOMBANG KOTAK
 Gelombang kotak merupakan bentuk umum gelombang yang
lain. Pada dasarnya gelombang kotak adalah tegangan yang
dihidupkan dan dimatikan (kondisi high dan low) pada interval
yang teratur. Rangkaian elektronik digital, seperti pada
komputer, TV, radio, dll, seringkali menggunakan
gelombang kotak sebagai sinyal pewaktuan (timing signals).
 Seperti gelombang sinus, gelombang kotak juga diuraikan
dalam perioda, frekuensi dan amplitudo
GELOMBANG KOTAK (2)
 Amplitudo puncak (Vp), amplitido puncak ke puncak (Vpp),
diukur seperti pada gelombang sinus. Tetapi, amplitudo rms
gelombang kotak lebih besar dari amplitudo rms gelombang sinus.
 Walaupun gelombang kotak dapat berubah dengan cepat dari posisi
minimum ke posisi maksimum, perubahan ini tetap memerlukan
waktu. Didefinisikan rise time (waktu naik) suatu sinyal adalah waktu
yang dibutuhkan nilai tegangan berubah dari 10% ke 90% nilai
maksimumnya. Rise time ini biasanya sangat pendek, dalam orde
nanoseconds (1 ns = 10-9 s), atau microseconds (1 µs = 10-6 s)
 Gelombang persegi (rectangular) menyerupai gelombang kotak,
hanya interval waktu kondisi high dan low tidak memiliki panjang
yang sama. Kedua gelombang tersebut cukup penting untuk
menganalisa rangkaian elektronik
GELOMBANG PULSA
 Gelombang pulsa mirip dengan gelombang kotak kecuali bahwa
gelombang pulsa semuanya terletak di atas sumbu X. Pada awalnya,
tegangan berubah mendadak dari level Low, dekat sumbu X, ke level
High, biasanya dekat dengan tegangan catu daya

 Adapun istilah 'frekuensi' pulsa didefinisikan sebagai laju


pengulangan (repetition rate), yaitu jumlah siklus per detik (hertz, Hz).
Waktu keadaan High dari pulsa gelombang disebut mark, dan waktu
Low disebut space. Perbandingan kedua besaran disebut mark space
ratio
GELOMBANG PULSA (2)

Mark space ratio = 1.0 berarti waktu Low = waktu High.

• Cara lain yang popular untuk menyatakan perbandingan waktu High


dengan perioda gelombang adalah yang disebut duty cycle, yaitu:

• Bila duty cycle kurang dari 50%, maka waktu High-nya lebih rendah
waktu Low.
GELOMBANG SEGITIGA DAN GERGAJI
 Tegangan Ramp adalah tegangan yang naik atau turun seperti
ditunjukkan pada gambar berikut :
 Ramp rate dinyatakan dalam volt per detik, V/s.

 Gelombang segitiga terdiri dari gelombang ramp yang berubah-ubah


dari positif ke negatif secara bergantian. Pada gelombang segitiga,
laju perubahan tegangan dari ramp positif dan ramp negatif dalam
tiap siklus sama besar, sedangkan pada gelombang gigi gergaji tidak
sama besar.
PENGERTIAN OSILOSKOP
 Osciloscop adalah perlengkapan uji lengkap, terutama
digunakan untuk mengukur dan menampilkan penunjukkan
tegangan. Sebagai tambahan, osciloscop dapat memberikan
informasi mengenai bentuk, periode waktu, dan frekuensi
bentuk gelombang voltasenya.

 Contoh beberapa kegunaan osciloscop :


1. Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya
terhadap waktu.
2. Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
3. Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian
listrik.
4. Membedakan arus AC dengan arus DC.
5. Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan
hubungannya terhadap waktu.
OSILOSKOP (2)
• Pada gambar di bawah ini ditunjukkan bahwa pada sumbu vertikal
(Y) merepresentasikan tegangan V, pada sumbu horisontal (X)
menunjukkan besaran waktu t.
• Layar osciloscop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal
dan 10 kotak dalam arah horizontal. Tiap kotak dibuat skala yang
lebih kecil. Sejumlah tombol pada osciloscop digunakan untuk
mengubah nilai skala-skala tersebut
OSILOSKOP (3)
• Osciloscop 'Dual Trace' dapat memperagakan dua buah sinyal
sekaligus pada saat yang sama. Cara ini biasanya digunakan untuk
melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang berbeda dalam suatu
rangkaian elektronik.
• Sinyal osciloscop juga dinyatakan dengan 3 dimensi. Sumbu vertikal
(Y) merepresentasikan tegangan V dan sumbu horisontal (X)
menunjukkan besaran waktu t. Sumbu Z merepresentasikan
intensitas tampilan osciloscop. Tetapi bagian ini biasanya diabaikan
karena tidak dibutuhkan dalam pengukuran.
OSILOSKOP (4)
• Osciloscop dikelompokkan menjadi dua bagian berdasarkan
cara kerjanya, yaitu: osciloscop analog dan osciloscop digital.

• Osciloscop analog menggunakan tegangan yang diukur


untuk menggerakkan berkas elektron dalam tabung gambar ke
atas atau ke bawah sesuai dengan bentuk gelombang yang
diukur. Pada layar osciloscop dapat langsung ditampilkan
bentuk gelombang tersebut.
• Sebaliknya, osciloscop digital mencuplik bentuk gelombang
yang diukur dan dengan menggunakan ADC (Analog to Digital
Converter) untuk mengubah besaran tegangan yang dicuplik
menjadi besaran digital. Isyarat digital ini kemudian direka-
ulang menjadi bentuk gelombang seperti aslinya yang hasilnya
dapat ditampilkan pada layar.
OSILOSKOP (5)
Osciloscop analog Goodwill seri 622 G

Osciloscop Digital
CARA KERJA OSILOSKOP
Pada saat osciloscop dihubungkan dengan sirkuit, sinyal
tegangan bergerak melalui probe ke sistem vertikal. Pada gambar
ditunjukkan diagram blok sederhana suatu osciloscop analog.
CARA KERJA OSILOSKOP (2)
• Bergantung kepada pengaturan skala vertikal (volts/div), attenuator
akan memperkecil sinyal masukan sedangkan amplifier akan
memperkuat sinyal masukan.
• Selanjutnya sinyal tersebut akan bergerak melalui keping pembelok
vertikal dalam CRT (Cathode Ray Tube). Tegangan yang diberikan
pada pelat tersebut akan mengakibatkan titik cahaya bergerak
(berkas elektron yang menumbuk fosfor dalam CRT akan
menghasilkan pendaran cahaya). Tegangan positif akan
menyebabkan titik tersebut naik sedangkan tegangan negatif akan
menyebabkan titik tersebut turun.
• Sinyal akan bergerak juga ke bagian sistem trigger untuk memulai
sapuan horizontal (horizontal sweep). Sapuan horizontal ini
menyebabkan titik cahaya bergerak melintasi layar.
• Jadi, jika sistem horizontal mendapat trigger, titik cahaya melintasi
layar dari kiri ke kanan dengan selang waktu tertentu. Pada
kecepatan tinggi titik tersebut dapat melintasi layar hingga 500.000
kali per detik.
CARA KERJA OSILOSKOP (3)
• Secara bersamaan kerja sistem penyapu horizontal dan pembelok
vertikal akan menghasilkan pemetaan sinyal pada layar. Trigger
diperlukan untuk menstabilkan sinyal berulang. Untuk meyakinkan
bahwa sapuan dimulai pada titik yang sama dari sinyal berulang,
hasilnya bisa tampak pada gambar berikut :
PERTEMUAN 14
ALAT UKUR OSILOSKOP
(LANJUTAN)
FUNGSI PANEL OSILOSKOP
PANEL KENDALI
• Bagian ini dibagi atas 3 bagian lagi yang diberi nama
Vertical, Horizontal, and Trigger.
FUNGSI PANEL OSILOSKOP (2)
PENGATUR INTENSITAS DAN FOKUS
 Pengendali intensitas digunakan untuk mengatur intensitas cahaya
gambar gelombang yang ditampilkan pada monitor osciloscop. Bila
ditambahkan kecepatan sapuan (sweep speed) pada osciloscop
analog, maka harus meningkatkan pula tingkat intensitas.
 Pengendali fokus digunakan untuk mengatur ketajaman gambar
gelombang. Pengendali ini hanya terdapat pada osciloscop analog.
FUNGSI PANEL OSILOSKOP (3)
PENGENDALI VERTIKAL
• Pengendali ini digunakan untuk merubah posisi dan skala
gelombang secara vertikal. Osciloscop memiliki pula pengendali
untuk mengatur masukan coupling dan kondisi sinyal lainnya.
ALTERNATE AND CHOP DISPLAY
 Pada osciloscop analog, misal dua kanal, ada dua cara untuk
menampilkan sinyal gelombang secara bersamaan. Mode bolak-
balik (alternate) menggambar setiap kanal secara bergantian. Mode
ini digunakan dengan kecepatan sinyal dari medium sampai dengan
kecepatan tinggi, ketika skala times/div di set pada 0.5 ms atau lebih
cepat.
 Mode chop menggambar bagian-bagian kecil pada setiap sinyal
ketika terjadi pergantian kanal. Karena pergantian kanal terlalu
cepat untuk diperhatikan, sehingga bentuk gelombang tampak
kontinu. Untuk mode ini biasanya digunakan dengan sinyal lambat
dengan kecepatan sweep 1ms per bagian atau kurang.
MASUKAN COUPLING
 Coupling merupakan metoda yang digunakan untuk
menghubungkan sinyal elektrik dari suatu sirkuit ke sirkuit yang lain.
Masukan coupling merupakan penghubung dari sirkuit yang
sedang di tes dengan osciloscop. Coupling dapat ditentukan/diset
ke DC, AC, atau ground.
 Coupling AC menghalangi sinyal komponen DC sehingga terlihat
bentuk gelombang terpusat pada 0 volts.
 Coupling AC berguna ketika seluruh sinyal (arus bolak balik dan
searah) terlalu besar sehingga gambarnya tidak dapat ditampilkan
secara lengkap.
FUNGSI PANEL OSILOSKOP (5)
PENGENDALI HORIZONTAL
 Digunakan untuk mengatur posisi dan skala pada bagian horizontal
gelombang.
 Tombol posisi horizontal menggerakkan gambar gelombang dari
sisi kiri ke kanan atau sebaliknya

TOMBOL TIME / DIV ( TIME BASE CONTROL)


 Tombol kontrol Time/div memungkinkan untuk mengatur skala
horizontal. Sebagai contoh, jika skala dipilih 1 ms, berarti tiap kotak
(divisi) menunjukkan 1 ms dan total layar menunjukkan 10 ms (10
kotak horizontal). Jika satu gelombang terdiri dari 10 kotak, berarti
periodanya adalah 10 ms atau frekuensi gelombang tersebut adalah
100 Hz.
 Mengubah Time/div dapat melihat interval sinyal lebih besar atau
lebih kecil dari semula, pada layar osciloscop, gambar gelombang
akan ditampilkan lebih rapat atau renggang.
 Skala Time/Div dilengkapi dengan tombol variabel (fine control)
untuk mengatur skala horizontal. Tombol ini digunakan untuk
melakukan kalibrasi waktu.
CARA PENGGUNAAN
Pentanahan
 Grounding (pentanahan) osciloscop dibutuhkan untuk keamanan
dari kejutan listrik dan melindungi rangkaian dari kerusakan. Kotak
osciloscop, yang biasanya terbuat dari logam, seringkali
dihubungkan dengan bagian netral dari jala-jala listrik.

Probe
 Probe adalah kabel penghubung yang ujungnya diberi penjepit,
dengan penghantar berkualitas, dapat meredam sinyal-sinyal
gangguan, seperti sinyal radio atau noise yang kuat. Probe didesain
untuk tidak mempengaruhi rangkaian yang diukur. Hambatan
keluaran dari osciloscop mungkin saja membebani rangkaian yang
akan diukur. Untuk meminimumkan pengaruh pembebanan, perlu
menggunakan probe peredam (pasif) 10 kali. Probe pasif berguna
sebagai alat untuk tujuan pengujian tertentu dan troubleshooting.
 Amplitudo tegangan sinyal yang masuk akan diredam 10 kali,
besarnya tegangan yang terukur oleh osciloscop harus dikalikan
10.
CARA PENGGUNAAN (2)
Probe 10 kali dan osciloscop membentuk rangkaian pembagi
tegangan, sedangkan di bawah ini ditunjukkan probe dengan tipikal
pasif dan beberapa aksesoris yang digunakan bersama probe.
KALIBRASI OSILOSKOP
 Pada umumnya, tiap osciloscop sudah
dilengkapi sumber sinyal acuan untuk
kalibrasi. Sebagai contoh, osciloscop
GW tipe tertentu mempunyai acuan
gelombang persegi dengan amplitudo
2V peak to peak dengan
frekuensi 1 KHz.

 Misalkan kanal 1 yang akan


dikalibrasi, maka BNC probe
dihubungkan ke terminal
masukan kanal 1, seperti
ditunjukkan pada gambar
disamping.
KALIBRASI OSILOSKOP (2)
Gambar di atas menggunakan probe satu kali, dengan ujung probe yang
merah dihubungkan ke terminal kalibrasi. Capit buaya yang hitam tidak
perlu dihubungkan ke ground osiloscop karena sudah terhubung secara
internal. Pada layar osciloscop akan nampak gelombang persegi. Lalu
atur tombol kontrol VOLTS/DIV dan TIME/DIV sampai diperoleh gambar
yang jelas dengan amplitudo 2 V peak to peak dengan frekuensi 1 KHz,
seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
PEMBACAAN GRAFIK

Anda mungkin juga menyukai