Anda di halaman 1dari 25

Surat Pesanan Obat

1. Surat Pesanan Obat Reguler (Biasa)

Untuk memesan barang atau obat dengan golongan Obat Bebas (OB) dan

Obat Keras (OK). Surat pesanan regular atau biasa terdiri dari dua rangkap,

rangkap yang pertama berwarna putih untuk ke Pedagang Besar Farmasi

(PBF) dan rangkap yang kedua berwarna merah muda untuk arsip apotek.

2. Surat Pesanan Psikotropika

Surat pesanan psikotropika terdiri dari dua rangkap, rangkap pertama

berwarna putih untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan rangkap kedua

berwarna merah muda untuk arsip apotek.

3. Surat Pesanan Narkotika

Untuk memesan golongan obat narkotik hanya bisa diperoleh dari Kimia

Farma. Surat pesanan narkotika terdiri dari empat rangkap dengan warna yang

berbeda yaitu warna putih untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia

Farma, warna biru untuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),

warna merah muda untuk DINKES Kabupaten/Kota, dan warna kuning untuk

arsip Apotek.

A. NARKOTIKA

     1) Pengertian

          Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan


atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UU No. 35/2009).

     2) Penggolongan (3 golongan)

         a. Narkotika Golongan I (65 jenis)

             – Dalam jumlah terbatas hanya dapat dipergunakan untuk tujuan dan

teknologi

               dan untuk reagensia.

             – Mempunyai potensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan.

             – Dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan, dan

produksi.

             – Contoh: Opium, tanaman koka, daun koka, kokain mentah, ganja,

heroina,dll

         b. Narkotika golongan II (86 jenis)

             – Berkhasiat dalam pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir

             – Dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan

ilmu

                pengetahuan

             – Mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

             – Contoh: dipipanona, Morfina, dll.

         c. Narkotika Golongan III (14 jenis)

             – Berkhasiat dalam pengobatan

             – Banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu      

pengetahuan
             – Mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

             – Contoh: Dihidrokodenia, etilmorphina, kodeina, dll

     3) Ketentuan Impor dan Ekspor

             – Hanya dapat diimpor/diekspor oleh Pedagang Besar Farmasi milik

negara yang

               mendapat izin dari Menkes (contoh : KIMIA FARMA).

             – SPI untuk setiap impor dan SPE untuk setiap ekspor dari MenKes.

             – Harus mendapat persetujuan pemerintah negara pengimpor/pengekspor,

yang                  akan digunakan untuk mengurus SPI/SPE.

            – impor/ekspor hanya dapat dilakukan melalui kawasan pabean tertentu

yang dibuka untuk perdagangan luar negeri.

B. PSIKOTROPIKA

     1) Pengertian

          Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika,

          yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

     2) Penggolongan (4 gol.)

          a. Psikotropika Golongan I (26 jenis), dan II (14 jenis) saat ini

telah dipindahkan menjadi Narkotika golongan I dalam UU No 35 tahun 2009

          b. Psikotropika Golongan III

             – Berkhasiat dalam pengobatan

             – Banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan


             – Mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.

             – Terdiri dari 9 jenis, diantaranya : amobarbital, Flunitrazepam,

Pentobarbital.

          c. Psikotropika Golongan IV

             – Berkhasiat dalam pengobatan

             – Sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan

             – Mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

             – Terdiri dari 60 jenis, diantaranya barbital, allobarbital, alprazolam,

aminorex,

               delorazepam.

     3) Ketentuan Impor/Ekspor

          a. Ekspor

             – Hanya dilakukan :

               1. Industri Farmasi; atau

               2. Pedagang Besar Farmasi (PBF)

               Yang mendapat izin MenKes.

               – Industri Farmasi atau PBF terdaftar sebagai Eksportir Produsen (EP)

atau Eksportir Terdaftar (ET)

               – Surat Persetujuan Ekspor (SPE) setiap ekspor

              – SPE akan diterbitkan oleh MenKes jika eksportir telah memiliki

persetujuan impor dari negara pengimpor.

          b. Impor
             – Hanya dilakukan :

               1. Industri Farmasi,

               2. Pedagang Besar Farmasi (PBF), atau

               3. Lembaga penelitian atau lembaga pendidikan.

               Yang mendapat izin MenKes.

               – Industri farmasi harus ditetapkan sebagai IP; PBF harus IT; tapi

Lembaga

Penelitian/Pendidikan tak perlu IT/IP.

               – SPI tiap impor

               – SPI akan diterbitkan oleh MenKes jika importir telah memiliki

persetujuan ekspor dari negara pengekspor

     4) Transito Psikotropika

          Setiap transito psikotropika memiliki persyaratan khusus, antara lain:

          – Persetujuan ekspor dari negara pengekspor

          – Persetujuan impor dari negara tujuan

C. PREKURSOR

     1) Pengertian

          – Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat

digunakan dalam pembuatan narkotika dan psikotropika. (PP 10/2010).

          – Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia tertentu yang

dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi

industri dan
apabila disimpangkan dapat digunakan dalam memproses pembuatan narkotika

dan

atau psikotropika. (Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor:

647/MP

P/Kep/10/2004)

     2) Pengelompokan (2 tabel)

          Intinya : Prekursor tabel I merupakan bahan awal dan pelarut yg sering

digunakan dan diawasi lebih ketat dibanding tabel II.

          a. Tabel I (14 jenis)

              Anhidrida asetat, Asam N asetil antranilat Ephedrin, Ergometrin,

Ergotamin,

Isosafrol, Asam Lisergat, 3,4-Metilenedioksi fenil-2 propanon, Norefedrin

(Phenylpropanolamine (PPA) 1-fenil 2-propanon Piperonal, Kalium Permanganat,

Pseudoefedrin, Safrol.

          b. Tabel II (9 jenis)

              Acetone, Asam antranilat, Etil eter, Asam klorida, Metil etil keton,

Phenylacetic

Acid, Piperidin, Asam sulfat, Toluen.

     3) Ketentuan Impor/Ekspor Prekursor Farmasi/non-Farmasi

          Prinsipnya : Jika digunakan untuk farmasi maka diatur KEMENKES, jika

untuk industri diatur oleh KEMENDAG.

          Impor prekursor non farmasi:


             1) hanya dilakukan IP/IT yang ditetapkan Ditjendaglu, Kementerian

Perdagangan

             2) SPI setiap impor.

             3) Laporan Surveyor (LS)

          Ekspor prekursor non farmasi :

             1) Hanya dilakukan ET yang ditetapkan oleh Ditjendaglu

             2) SPE tiap ekspor dari Ditjendaglu (setelah ada rekomendasi

Kabareskrim dan Ketua BNN serta persetujuan impor dari negara tujuan)

             3) LS

          Ekspor prekursor farmasi :

             1) Hanya dilakukan industri farmasi atau PBF yang ditetapkan sebagai

(ET) atau EP oleh MenKes

             2) SPE dari MenKes setiap ekspor (setelah mendapat persetujuan impor

dari negara pengimpor).

          Impor prekursor farmasi :

             1) Hanya bisa dilakukan oleh :

                  a) industri farmasi;

                  b) Pedagang Besar Farmasi (PBF); dan

                  c) lembaga penelitian atau lembaga pendidikan.

             2) Industri Farmasi dan PBF harus ditetapkan sebagai IT atau IP oleh

MenKes. (Lembaga penelitian/ pendidikan tidak perlu sebagai IT/IP)

             3) SPI setiap impor.

Catatan : ketentuan ekspor/impor Prekursor Farmasi kurang lebih = Psikotropika


Contoh Obat OOT

Tramadol

Sejatinya Tramadol adalah golongan analgesik (penghilang rasa sakit/painkiller)

opioid yang bersifat strong opioid (analgesik kuat). Tramadol biasanya digunakan

sebagai analgesik untuk mengatasi nyeri sedang hingga hebat, misalnya nyeri

pasca-operasi. Penggunaan berlebihan dapat menimbulkan efek mengantuk,

mabuk hingga hipotensi dan depresi nafas.

Triheksifenidil

Obat ini bekerja pada SSP dan biasanya digunakan untuk mengobati penderita

parkinsonisme.

Klorpromazindan Haloperidol

Kedua jenis obat ini juga bekerja pada SSP dan biasanya digunakan sebagai

Antipsikotik untuk mengobati Skizofrenia dan Autisme pada anak.

Amitriptilin

Psikotropika

Obat ini bekerja pada SSP sebagai antidepresan dengan efek penenang.

Psikotropika yang mempunyai potensi

mengakibatkan sindroma ketergantungan digolongkan menjadi4 golongan, yaitu:

Psikotropika golongan I: yaitu psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan

pengobatan dengan potensi ketergantungan yang sangat kuat

Psikotropika golongan II: yaitu psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat

menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika golongan III: yaitu psikotropika dengan efek ketergantungannya

sedang dari kelompok hipnotik .

Psikotropika golongan IV: yaitu psikotropika yang efek ketergantungannya

ringan.

Berdasarkan Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang pemberantasan

peredaran narkotika dan psikotropika, tahun 1988 tersebut maka psikotropika

dapat digolongkan sebagai berikut: (didahului dengan nama International dan

nama kimia diletakkan dalam tanda kurung)

Psikotropika golongan I

Broloamfetamine atau DOB ((±)-4-bromo-2,5-dimethoxy-alpha-

methylphenethylamine)

Cathinone ((x)-(S)-2-aminopropiophenone)

DET (3-[2-(diethylamino)ethyl]indole)

DMA ( (±)-2,5-dimethoxy-alpha-methylphenethylamine )

DMHP ( 3-(1,2-dimethylheptyl)-7,8,9,10-tetrahydro-6,6,9-trimethyl-6H-

dibenzo[b,d]pyran-1-olo )

DMT ( 3-[2-(dimethylamino)ethyl]indole)

DOET ( (±)-4-ethyl-2,5-dimethoxy-alpha-phenethylamine)

Eticyclidine - PCE ( N-ethyl-1-phenylcyclohexylamine )

Etrytamine ( 3-(2-aminobutyl)indole )

Lysergide - LSD, LSD-25 (9,10-didehydro-N,N-diethyl-6-methylergoline-8beta-

carboxamide)

MDMA ((±)-N,alpha-dimethyl-3,4-(methylene-dioxy)phenethylamine)
Mescaline (3,4,5-trimethoxyphenethylamine)

Methcathinone ( 2-(methylamino)-1-phenylpropan-1-one )

4-methylaminorex ( (±)-cis-2-amino-4-methyl-5-phenyl-2-oxazoline )

MMDA (2-methoxy-alpha-methyl-4,5-(methylenedioxy)phenethylamine)

N-ethyl MDA ((±)-N-ethyl-alpha-methyl-3,4-(methylenedioxy)phenethylamine)

N-hydroxy MDA ((±)-N-[alpha-methyl-3,4-

(methylenedioxy)phenethyl]hydroxylamine)

Parahexyl (3-hexyl-7,8,9,10-tetrahydro-6,6,9-trimethyl-6H-dibenzo[b,d]pyran-1-

ol)

PMA (p-methoxy-alpha-methylphenethylamine)

Psilocine, psilotsin (3-[2-(dimethylamino)ethyl] indol-4-ol)

Psilocybine (3-[2-(dimethylamino)ethyl]indol-4-yl dihydrogen phosphate)

Rolicyclidine - PHP,PCPY ( 1-(1-phenylcyclohexyl)pyrrolidine )

STP, DOM (2,5-dimethoxy-alpha,4-dimethylphenethylamine)

Tenamfetamine - MDA (alpha-methyl-3,4-(methylenedioxy)phenethylamine)

Tenocyclidine - TCP (1-[1-(2-thienyl)cyclohexyl]piperidine)

Tetrahydrocannabinol

TMA ((±)-3,4,5-trimethoxy-alpha-methylphenethylamine)

Psikotropika golongan II

Amphetamine ((±)-alpha-methylphenethylamine)

Dexamphetamine ((+)-alpha-methylphenethylamine)

Fenetylline (7-[2-[(alpha-methylphenethyl)amino] ethyl]theophylline)

Levamphetamine ((x)-(R)-alpha-methylphenethylamine)
Levomethampheta-mine ((x)-N,alpha-dimethylphenethylamine)

Mecloqualone (3-(o-chlorophenyl)-2-methyl-4(3H)- quinazolinone)

Methamphetamine ((+)-(S)-N,alpha-dimethylphenethylamine)

Methamphetamineracemate ((±)-N,alpha-dimethylphenethylamine)

Methaqualone (2-methyl-3-o-tolyl-4(3H)-quinazolinone)

Methylphenidate (Methyl alpha-phenyl-2-piperidineacetate)

Phencyclidine - PCP (1-(1-phenylcyclohexyl)piperidine)

Phenmetrazine (3-methyl-2-phenylmorpholine)

Secobarbital (5-allyl-5-(1-methylbutyl)barbituric acid)

Dronabinol atau delta-9-tetrahydro-cannabinol ((6aR,10aR)-6a,7,8,10a-

tetrahydro-6,6,9-trimethyl-3-pentyl-6H- dibenzo[b,d]pyran-1-ol)

Zipeprol (alpha-(alpha-methoxybenzyl)-4-(beta-methoxyphenethyl)-1-

piperazineethanol)

Psikotropika golongan III

Amobarbital (5-ethyl-5-isopentylbarbituric acid)

Buprenorphine (2l-cyclopropyl-7-alpha-[(S)-1-hydroxy-1,2,2-trimethylpropyl]-

6,14- endo-ethano-6,7,8,14-tetrahydrooripavine)

Butalbital (5-allyl-5-isobutylbarbituric acid)

Cathine / norpseudo-ephedrine ((+)-(R)-alpha-[(R)-1-aminoethyl]benzyl alcohol)

Cyclobarbital (5-(1-cyclohexen-1-yl)-5-ethylbarbituric acid)

Flunitrazepam (5-(o-fluorophenyl)-1,3-dihydro-1-methyl-7-nitro-2H-1,4-

benzodiazepin-2-one)

Glutethimide (2-ethyl-2-phenylglutarimide)
Pentazocine ((2R*,6R*,11R*)-1,2,3,4,5,6-hexahydro-6,11-dimethyl-3-(3-methyl-

2-butenyl)-2,6-methano-3-benzazocin-8-ol)

Pentobarbital (5-ethyl-5-(1-methylbutyl)barbituric acid)

Psikotropika golongan IV

Allobarbital (5,5-diallylbarbituric acid)

Alprazolam (8-chloro-1-methyl-6-phenyl-4H-s-triazolo[4,3-a]

[1,4]benzodiazepine)

Amfepramone (diethylpropion 2-(diethylamino)propiophenone)

Aminorex (2-amino-5-phenyl-2-oxazoline)

Barbital (5,5-diethylbarbituric acid)

Benzfetamine (N-benzyl-N,alpha-dimethylphenethylamine)

Bromazepam (7-bromo-1,3-dihydro-5-(2-pyridyl)-2H-1,4-benzodiazepin-2-one)

Butobarbital (5-butyl-5-ethylbarbituric acid)

Brotizolam (2-bromo-4-(o-chlorophenyl)-9-methyl-6H-thieno[3,2-f]-s-

triazolo[4,3-a][1,4]diazepine)

Camazepam (7-chloro-1,3-dihydro-3-hydroxy-1-methyl-5-phenyl-2H-1,4

benzodiazepin-2-one dimethylcarbamate (ester))

Chlordiazepoxide (7-chloro-2-(methylamino)-5-phenyl-3H-1,4-benzodiazepine-4-

oxide)

Clobazam (7-chloro-1-methyl-5-phenyl-1H-1,5-benzodiazepine-2,4(3H,5H)-

dione)

Clonazepam (5-(o-chlorophenyl)-1,3-dihydro-7-nitro-2H-1,4-benzodiazepin-2-

one)
Clorazepate (7-chloro-2,3-dihydro-2-oxo-5-phenyl-1H-1,4-benzodiazepine-3-

carboxylic acid)

Clotiazepam (5-(o-chlorophenyl)-7-ethyl-1,3-dihydro-1-methyl-2H-thieno [2,3-e]

-1,4-diazepin-2-one)

Cloxazolam (10-chloro-11b-(o-chlorophenyl)-2,3,7,11b-tetrahydro-oxazolo- [3,2-

d][1,4]benzodiazepin-6(5H)-one)

Delorazepam (7-chloro-5-(o-chlorophenyl)-1,3-dihydro-2H-1,4-benzodiazepin-2-

one)

Diazepam (7-chloro-1,3-dihydro-1-methyl-5-phenyl-2H-1,4-benzodiazepin-2-

one)

Estazolam (8-chloro-6-phenyl-4H-s-triazolo[4,3-a][1,4]benzodiazepine)

Ethchlorvynol (1-chloro-3-ethyl-1-penten-4-yn-3-ol)

Ethinamate (1-ethynylcyclohexanolcarbamate)

Ethyl loflazepate (ethyl 7-chloro-5-(o-fluorophenyl)-2,3-dihydro-2-oxo-1H-1,4-

benzodiazepine-3-carboxylate)

Etil Amfetamine / N-ethylampetamine (N-ethyl-alpha-methylphenethylamine)

Fencamfamin (N-ethyl-3-phenyl-2-norborananamine)

Fenproporex ((±)-3-[(alpha-methylphenylethyl)amino]propionitrile)

Fludiazepam (7-chloro-5-(o-fluorophenyl)-1,3-dihydro-1-methyl-2H-1,4-

benzodiazepin-2-one)

Flurazepam (7-chloro-1-[2-(diethylamino)ethyl]-5-(o-fluorophenyl)-1,3-dihydro-

2H-1,4-benzodiazepin-2-one)
Halazepam (7-chloro-1,3-dihydro-5-phenyl-1-(2,2,2-trifluoroethyl)-2H-1,4-

benzodiazepin-2-one)

Haloxazolam (10-bromo-11b-(o-fluorophenyl)-2,3,7,11b-tetrahydrooxazolo [3,2-

d][1,4]benzodiazepin-6(5H)-one)

Ketazolam (11-chloro-8,12b-dihydro-2,8-dimethyl-12b-phenyl-4H-

[1,3]oxazino[3,2-d][1,4]benzodiazepine-4,7(6H)-dione)

Lefetamine - SPA ((x)-N,N-dimethyl-1,2-diphenylethylamine)

Narkotika

adalah zat sintetis maupun semisintetis yang dihasilkan tanaman atau lainnya

yang dapat berdampak pada penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya

rasa nyeri. Zat ini dapat menimbulkan ketergantungan pada penggunanya.

Jenis-jenis narkoba dari narkotika:

1. Morfin

Morfin berasal dari kata morpheus (dewa mimpi) adalah alkaloid analgesik yang

sangat kuat yang ditemukan pada opium. Jenis-jenis narkoba ini bekerja langsung

pada sistem saraf pusat sebagai penghilang rasa sakit.

Jenis-jenis narkoba dan bahayanya:

- Menurunnya kesadaran pengguna

- Menimbulkan euforia

- Kebingungan

- Berkeringat

- Dapat menyebabkan pingsan, dan jantung berdebar-debar

- Menimbulkan gelisah, dan perubahan suasana hati


- Mulut kering dan warna muka berubah

- Mengalami kejang lambung

- Produksi air seni berkurang

- Mengakibatkan gangguan menstruasi dan impotensi

2. Heroin/putaw

Jenis-jenis narkoba selanjutnya adalah heroin. Heroin dihasilkan dari pengolahan

morfin secara kimiawi. Akan tetapi, reaksi yang ditimbulkan heroin menjadi lebih

kuat dari pada morfin itu sendiri, sehingga mengakibatkan zat ini sangat mudah

menembus ke otak.

- Jenis-jenis narkoba dan bahayanya:

- Melambatnya denyut nadi

- Tekanan darah menurun

- Otot menjadi lemas

- Pupil mengecil

- Hilang kepercayaan diri

- Suka menyendiri

- Seringkali berdampak kriminal, misalnya berbohong, menipu

- Kesulitan saat buang air besar

- Sering tidur

- Kemerahan dan rasa gatal pada hidung

- Gangguan bicara (cadel)

3. Kokain
Jenis-jenis narkoba selanjutnya adalah kokain. Kokain merupakan berasal dari

tanaman Erythroxylon coca di Amerika Selatan. Biasanya daun tanaman ini

dimanfaatkan untuk mendapatkan efek stimulan, yaitu dengan cara dikunyah.

Kokain dapat memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat.

Jenis-jenis narkoba dan bahayanya:

- Dapat memberikan efek kegembiraan yang berlebihan bagi si pengguna

- Sering merasa gelisah

- Menurunnya berat badan

- Timbul masalah pada kulit

- Mengalami gangguan pernafasanSering kejang-kejang

- Sering mengeluarkan dahak

- Mengalami emfisema (kerusakan pada paru-paru)

- Turunnya selera makan

- Mengalami paranoid

- Mengalami gangguan penglihatan

- Sering merasa kebingungan

4. Ganja/Kanabis/Mariyuana

Jenis-jenis narkoba lainnya yakni ganja. Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis

indica) adalah tumbuhan budi daya yang menghasilkan serat dan kandungan zat

narkotika terdapat pada bijinya. Jenis-jenis narkoba ini dapat membuat si pemakai

mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).

Tumbuhan ini telah dikenal manusia sejak lama. Seratnya digunakan sebagai

bahan pembuat kantung, dan bijinya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
minyak. Awalnya, tanaman ini hanya ditemukan di negara-negara beriklim tropis.

Namun belakangan ini, di negara-negara beriklim dingin pun telah banyak

membudidayakan tanaman ini, yaitu dengan cara dikembangkan di rumah kaca.

Jenis-jenis narkoba dan bahayanya:

- Denyut nadi dan jantung lebih cepat

- Mulut dan tenggorokan terasa kering

- Sulit dalam mengingat

- Sulit diajak berkomunikasi

- Kadang-kadang terlihat agresif

- Mengalami gangguan tidur

- Sering merasa gelisah

- Berkeringat

- Nafsu makan bertambah

- Sering berfantasi

- Euforia

Ganja merupakan salah satu jenis narkotika yang dapat mengakibatkan

kecanduan. Jika pemakaiannya dihentikan, si pemakai sering mengalami sakit

kepala, mual yang berkepanjangan, sering merasa kelelahan dan badan menjadi

lesu.

5. LSD atau Lysergic Acid / Acid / Trips / Tabs

Jenis-jenis narkoba selanjutnya adalah LSD. LSD adalah jenis narkotika yang

tergolong halusinogen. Biasanya berbentuk lembaran kertas kecil, kapsul, atau pil.

Jenis-jenis narkoba dan bahayanya:


- Sering berhalusinasi mengenai berbagai kejadian, tempat, warna, dan waktu

- Sering terobsesi dengan apa yang ada dalam halusinasinya

- Sering juga mengalami paranoid akibat hal-hal yang dihalusinasikannya

- Denyut jantung dan tekanan darahnya meningkat

- Diafragma mata melebar

- Mengalami demam

- Sering depresi dan merasa pusing

- Memiliki rasa panik dan takut yang berlebihan

- Mengalami gangguan persepsi.

6. Opiat/opium

Jenis-jenis narkoba lainnya adalah Opium. Opium adalah zat berbentuk bubuk

yang dihasilkan oleh tanaman yang bernama papaver somniferum. Kandungan

morfin dalam bubuk ini biasa digunakan untuk menghilangkan rasa sakit.

Jenis-jenis narkoba dan bahayanya:

- Memiliki semangat yang tinggi

- Sering merasa waktu berjalan begitu lambat

- Merasa pusing / mabuk

- Birahi meningkat

- Timbul masalah kulit di bagian mulut dan leher

- Sering merasa sibuk sendiri

7. Kodein
Jenis-jenis narkoba selanjutnya adalah kodein. Kodein adalah sejenis obat batuk

yang biasa digunakan atau diresepkan oleh dokter, namun obat ini memiliki efek

ketergantungan bagi si pengguna.

Jenis-jenis narkoba dan bahayanya:

- Mengalami euforia

- Sering mengalami gatal-gatal

- Mengalami mual dan muntah

- Mudah mengantuk

- Mulut terasa kering

- Mengalami hipotensi

- Mengalami depresi

- Sering sembelit

- Mengalami depresi saluran pernafasan

Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika

berdasarkan undang-undang republik Indonesia (UURI) Nomor 9 Tahun19

Tentang Narkotika pasal 5 ayat 1, menyatakan bahwa Menteri kesehatan

memberikan izin kepada apotek untuk

membeli,menyimpan untuk persediaan, menyimpan,menguasai, menjual, menyalu

rkan, menyerahkan,mengirimkan dan membawa atau mengangkut dan

menggunakan narkotika untuk kepentingan pengobatan. apotek dilarang untuk

mengulangi menyerahkan obat-obat narkotika atas dasar resep yang sama dari

seorang dokter atau atas dasar salinan resep (Depkes RI, 1976)


.Dalam UU No. 22 tahun 1997 tentang narkotika dan UU No. 5 tahun 1997

tentang psikotropika, dinyatakan bahwa penyerahan obat-obat

n narkotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, pus

kesmas, balai pengobatan dan dokter. Penyerahan obat-obat

psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan hanya

dapat dilakukan berdasarkan resep dokter.

Penyimpanan obat-obat narkotika menurut Permenkes No. 28 tahun

1979dilakukan pada :

1) Tempat khusus untuk menyimpan obat-obat narkotika berupa lemari yang

dapat dikunci dengan baik.

Tempat khusus tersebut harus memenuhi persyaratan ;

a. seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

b. Harus mempunyai kunci yang kuat.

c. Tempat tersebut dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang

berlainan.pertama untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-

garamnya.

2) Bagian kedua untuk menyimpan persediaan obat-obat narkotika lainnya

yang akan dipakai sehari-hari.

d. jika tempat khusus terse!ut !erupa lemari !erukuran kurang dari?

0D80D100 "m, maka lemari terse!ut harus dilekatkan pada tem!

ok ataulantai.e.
e. Lemari khusus tersebut tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang

barang lain selain obat-obat narkotika, kecuali ditentukan lain oleh

Menteri kesehatan.

f. Anak kunci dari lemari harus dikuasai oleh penanggung jawab apotek,

atau pegawai lain yang dikuasakan.

g. Lemari khusus terse!ut disimpan di tempat yang aman dan tidak terlihat

oleh umum.

3) bentuk obat-obat narkotika yang rusak atau sudah tidak memenuhi syarat

lagi,maka pemegang i-in khusus, atau apoteker pengelola apotek, dapat

memusnahkannya, dengan disaksikan oleh : 

a. Petugas badan PCM untuk importir, pabrik farmasi, dan unit

perdagangan pusat.

b. Petugas dinas kesehatan, untuk pedagang armasi penyalur

narkotika, dan unit perudangan propinsi.

c. Petugas dinas kesehatan DT II untuk apotek, rumah sakit,

puskesmas,dan dokter.

4) Pemusnahan obat-obat narkotika harus disertai dengan pembuatan berita

acara,  pemusnahannya paling sedikit rangkap tiga yang memuat :

a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan.

b. Nama pemegang izin khusus, atau aspoteker pengelola apotek.

c. Nama seorang saksi dari pemerintah, dan seorang saksi lain dari pe

rusahaan atau badan tersebut.

d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.


e. Cara pemusnahan.

f. Tanda tangan penanggung jawab apotek pemegang khusus dan

saksi.

5) Berita acara pemusnahan obat-obat narkotika harus dikirimkan kepada

balai POM dan dinas kesetempat. 

Apotek berkewajiban untuk menyusun dan mengirimkan laporan bulanan

mengenai pemasukan dan pengeluaran obat narkotika dan psikotropika

kepada kepala dinas kesehatan kabupaten kota dengan tembusan kepada

kepala dinas kesehatan Propinsi, kepala balai besar Pemeriksaan obat danMakana

n (BPOM) setempat, dan dikumpulkan se!agai arsip.

Perbedaan konseling dengan PIO serta langkah-langkahnya


(PERMENKES, 2014)
Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran
terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau
keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua
fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter,
keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif
memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.
Pemberian konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan Obat bagi pasien (patient safety).
Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk:
 meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien;

 menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;

 membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat;


 membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan Obat
dengan penyakitnya;
 meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;

 mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat;

 meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal


terapi;
 mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan

 membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat sehingga dapat


mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien.
Kegiatan dan langkah-langkah dalam konseling Obat meliputi:
 membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;

 mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan Obat


melalui Three Prime Questions;
 menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat;
 memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
pengunaan Obat;
 melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien;
dan
 dokumentasi.
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter,
Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di
luar Rumah Sakit.
PIO bertujuan untuk:
 menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;
 menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai, terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi;
 Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan dan langkah-langkah PIO meliputi:
 menjawab pertanyaan;

 menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;

 menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan


penyusunan Formularium Rumah Sakit;
 bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;
 melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya; dan
 melakukan penelitian.
Obat-obat antihipertensi yang apabila digunakan berlebih dapat
mengakibatkan hipotensi (Supadmi, 2011)
Efek samping akibat multi terapi tersebut dapat terjadi bagi pasien
yang menjalani proses hemodialisis adalah terjadinya hipotensi, reaksi
anafilaksis, retensi kalium, gangguan konduksi terutama pada pasien dengan
aritmia. Efek samping yang umum dikhawatirkan terjadi adalah hipotensi
intradialitik. Hipotensi intradialitik merupakan peristiwa yang umum terjadi
pada pasien dengan hemodialisis dan dikaitkan sebagai komplikasi
hemodialisis. Bregman etal (2001) menyebutkan bahwa hipotensi terjadi
karena berbagai sebab termasuk diantaranya adalah penggunaan antihipertensi
yang mempengaruhi vasokonstriksi serta penghambatan laju jantung sehingga
penggunaan antihipertensi dapat memperberat keadaan hipotensi yang ada
akibat proses hemodialisis itu sendiri.
Penyebab efek samping hipotensi disebutkan oleh Bregman et al
(2001) diantaranya disebabkan oleh penggunaan antihipertensi. Antihipertensi
dapat menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan tubuh dalam
melakukan vasokonstriksi. Penurunan ini dapat dikaitkan dengan adanya
kemungkinan terjadinya penurunan pengisian jantung atau cardiac filling.
Amlodipin adalah antihipertensi golongan penghambat kanal kalsium yang
titik tangkap aksinya adalah pada tonus otot polos miokardium. Konsentrasi
kalsium intraseluler sangat dibutuhkan dalam kontraksi jantung sehingga
dengan menghambat pemasukan kalsium melalui pengikatan pada kanal
kalsium tipe L akan memberikan efek relaksasi atau penurunan kerja jantung.
Hal tersebut menyebabkan penurunan tekanan darah dengan menurunkan
luaran jantung atau cardiac output yang berakibat penurunan cardiac filling.

Anda mungkin juga menyukai