Anda di halaman 1dari 2

GERAKAN EKONOMI HARUS SEGERA DITERAPKAN

Membangun konsep gerakan ekonomi hijau yang menyasar masyarakat Nahdliyin,


umumnya masyarakat arus bawah sebenarnya tidak perlu menunggu waktu lama. Sebab, pada
dasarnya membangun ekonomi memang begitu polanya. Lebih mengutamakan ekonomi kaum
bawah, karena merekalah komunitas masyarakat penggerak sesungguhnya.Tinggal bagaimana
pelaksanaannya.

Pada bagian struktur bernegara, saya mencoba membuat bagian dua kelompok, yang
mana kelompok-kelompok ini lebih mengacu pada sosok yang mampu mengoordinir bagaimana
gerakan ekonomi ini bisa berlangsung. Pasti kita pernah melihat orang-orang di bagian
pemerintahan yang punya andil besar mampu menggerakkan manajemen ekonomi kecil-kecilan
di masyarakat.

Ada juga orang di luar pemerintahan yang kenyataannya mampu melakukan itu. Tentu
dengan finansial dan power yang kuat. Selain itu didukung dengan strategi yang cocok untuk
diterapkan di lingkungan masyarakat. Kadang ada beberapa promosi bisnis, entah pelatihan,
seminar, workshop atau yang lainnya, tetapi pengemasannya kurang cocok diperuntukkan
untuk masyarakat arus bawah. Ada juga yang hanya sekedar memberi modal, baik berupa uang
atau barang, mereka langsung bisa menerima dan menerapkannya.

Maka dari itu, strategi peningkatan mutu hidup masyarakat melalui gerakan ekonomi
perlu juga strategi yang cocok. Ibaratnya strategi yang mudah diterima, tidak bertele-tele, dan
menyesuaikan atmosfer di masyarakat. Utamanya perihal finansial. Kalaupun harus berhutang,
mungkin bisa, tetapi tidak perlu juga berhutang dengan nominal yang cukup besar. Mereka juga
kurang berterima jika hanya sekadar diberi motivasi. Mereka harus segera digerakkan dan
diberdayakan.

Menggerakkan dari Dalam dan Luar

Terkhusus untuk kaum Nahdliyin. Kita punya banyak penggerak, baik di dalam
pemerintahan maupun di luar. Saya rasa dua-duanya saling bekerjasama, karena mereka
disatukan pada payung yang sama, yaitu NU. Analoginya, ada yang berusaha lewat dalam. Ada
juga yang dari luar. Secara tidak langsung, dua-duanya saling membangun, meski di segmen
yang berbeda.

Hal semacam itu tentu sangat berefek. Apalagi sekarang banyak tokoh-tokoh NU yang
ada di pemerintahan. Menempati tempat-tempat strategis yang sanggup membantu
masyarakat. Diuntungkan lagi bila mereka memulai karir politiknya dari bawah. Paham dengan
kondisi masyarakat di bawah. Jadi kebijakan-kebijakannya bisa lebih mempermudah
masyarakat untuk memperbaiki keadaan ekonomi mereka.

Saya bisa ambil contoh misalnya Ida Fauziyah, Menteri Ketenagakerjaan. Dia berasal dari
PKB, sekaligus orang NU. Di antara sekian banyak Menteri, ia menempati posisi cukup strategis,
karena berhubungan langsung dengan para buruh. Sehingga kebijakannya bisa langsung
dirasakan oleh masyarakat buruh yang menempati elemen masyarakat arus bawah.
Ditambah lagi Menteri BUMN kita Eric Tohir yang kemarin sempat didapuk menjadi
ketua panitia satu abad NU. Otomatis ia juga bisa dikatakan bagian dari NU. Sedangkan BUMN
ini juga bisa dikatakan sektor yang turut membantu perekonomian masyarakat secara tidak
langsung lewat beberapa program-programnya.

Belum lagi Cak Imin, ketua PKB sekaligus wakil ketua DPR. tentu kebijakan-kebijakannya
bisa membantu menggerakkan ekonomi masyarakat. Di sisi lain Cak Imin juga sering turun ke
bawah untuk bertemu langsung dengan masyarakat, kadang juga tak segan untuk langsung
membantu mereka.

Di Gresik, mungkin juga di beberapa kota lainnya, saya menyaksikan sendiri ada sedikit
konstribusi BUMN untuk para pemuda di salah satu desa. Mereka mendapat beberapa persen
dari dana CSR, kemudian dibentuk satu konsep usahana bernama "Kopi Sampah". Suatu konsep
bisnis yang benar-benar hijau. Bisa ngopi hanya dengan bertukar sampah dari rumah.

Bukan hanya itu, di bagian wilayah desanya juga dibantu untuk dihias warna warni
seperti di Malang. Dari situ masyarakat tentu sangat terbantu. Positifnya lagi, mereka tidak
hanya sekadar membantu, tetapi mereka juga turut mengawal terkait pengelolaan
keuangannya. Jadi, masyarakat tidak hanya sekadar diberi modal tanpa diberi pengetahuan
bagaimana mengelola uang itu. Jika tidak diberi pengetahuan tentang pengelolaan, takutnya
uang itu akan dialokasikan ke hal yang kurang berguna untuk masyarakat luas.

Meski di awal mungkin ada perencanaan, tetapi tetap perlu pengawalan dan pengetahuan
untuk mengelolanya.

Anda mungkin juga menyukai