Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL

PENELITIAN

“HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN

ASI PADA IBU NIFAS DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MPUNDA KOTA BIMA

NTB 2023”

DOSEN PEMBIMBING: ROSTINAH, S.KM., M.Kes

NURFAJRIATI (062401S20026)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN BUNDA BIMA

TAHUNAJARAN 2022 – 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Menurut data World Health Organization (WHO) diperkirakan setiap hari

terdapat 830 wanita meninggal akibat komplikasi terkait kehamilan atau

persalinan di seluruh dunia. Angka KematianIbu (AKI) 81% akibat komplikasi

selama hamil dan bersalin dan 25% selama masa postpartum disebabkan oleh in

feksi nifas (10%). Hal initerjadi karena kurangnya perawatan pada luka,

perdarahan (42%), terjadi akibat robekan jalan lahir, sisa plasenta dan atonia

uteri, ekslampsi (13%), dan komplikasi masa nifas (11%) Infeksi pada masa nifas

juga dapat disebabkan karena adany amasalah perawatan payudara selama masa

laktasi, masalah laktasi yang dapat terjadi yaitu bendungan ASI, dimana 99%

diantaranya terjadi di negara berkembang . Diperkirakan pada tahun 2018, sekitar

303.000 wanita meninggal selama kehamilan dan persalinan. Rasio kematian ibu

di negara berkembang di tahun 2018 berkisar 239 per 100.000 kelahiran hidup,

sementara di Negara maju angka ini jauh lebih rendah dibandingkan Negara

berkembang, yaitu berkisar 12 per 100.000 kelahiran hidup. (WHO, 2018).

SDGs menargetkan penurunan rasio Angka Kematian Ibu (AKI) kurang

dari 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Rasio angka kematian ibu

di Negara berkembang sangat tinggi, diperkirakan 415 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup dan 40 kali lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian di

Eropa. Secara global, pada tahun 2017 diestimasikan rasio kematian ibu sebesar

211 kematian per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2019).


Data World Healt Organization (WHO) tahun 2015 di Amerika Serikat

presentase perempuan yang menyusui yang mengalam ibendungan ASI mencapai

(87,05%) atausebanyak 8.242 ibu nifasdari 12.765 orang. Tahun 2014 ibu yang

mengalami bendungan ASI sebanyak 7.198 orang dari 10.764 orang, dantahun

2015 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6.543 orang dari 9.862 orang

(NovalitaOriza, 2019).

Data Association of South East Asia Nation (ASEAN) padatahun 2013

menyimpulkan bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas

tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibunifas yang mengalami

bendungan ASI sebanyak 95.698 orang, serta pada tahun 2015 ibu yang

mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 orang. Hal ini disebabkan karena

kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih

relative rendah dan kurangnya perawatan payudara.

Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015

menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak

35.985 atau (15,60 %) ibu nifas, serta tahun 2015 ibu nifas yang mengalami

Bendungan ASI sebanyak 77.231 atau (37,12 %) ibu nifas (Oriza, 2019).

Sedangkan menurut penelitian Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan RI

tahun 2018 kejadian bendungan ASI di Indonesia terbanyak pada ibu-ibu bekerja

sebanyak 6% dari ibu menyususi (Kemenkes,2019).

Dampak dari masalah bendungan ASI pada ibu yaitu terjadinya oedema

pada payudara, tegang merah dan demam, dan pada bayi akan menimbulkan

ikterus sehingga akan meningkatkan kejadian ikterus pada bayi karena tidak

mendapatkan asupan ASI.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah“

Apakah ada hubungan antara perawatan payudara dengan kejadian bendungan

ASI pada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas Mpunda kota Bima NTB ”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara perawatan payudara dengan

kejadian bendungan ASI pada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas Mpunda

kota Bima NTB.

2. Tujuan khusus

a. Untuk menegtahui perawatan payudara pada ibu nifas diwilayah kerja

Puskesmas Mpunda Kota Bima NTB.

b. Untuk mengidentifikasi kejadian bendungan ASI pada ibu postpartum

(Nifas) diwilayah Puskesmas Mpunda kota Bima NTB.

c. Untuk menganalisa hubungan antara perawatan payudara dengan

kejadian bendungan ASI pada ibu nifas diwilayah kerja puskesmas

Mpunda kota Bima NTB.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk memperdalam pengetahuan serta memperkaya pengalaman bagi

peneliti tentang masa nifas, serta elemen-elemen yang ada didalamnya.

2. Bagi Pendidikan

Agar pendidikan dapat lebih mendukung penelitian yang dilakukan

dengan memberikan fasilitas yang lengkap kepada mahasiswa dapat

penelitian dengan lebih baik.


3. Bagiibu Nifas

Agar para ibu dalam periode masa nifas dapat meningkatkan

pengetahuannya dalam merawat dirinya sendiri serta dapat menghindari

terjadinya berbagai komplikasi pada masa tersebut.

4. Bagi Instansi Kesehatan

Untuk memberikan gambaran kepada instansi kesehatan yang ada di

kota Bima khusunya diwilyah kerja Puskesmas Mpunda agar lebih

memperhatikan kesehatan wanita dalam siklus kehidupannya terutama pada

masa kehamilan, persalinan dan nifas.

E. Keaslian Penelitian

Nama Judul Variabel Metode Penelitian Hasil Penelitian


Penelitian Penelitian Penelitian
Nova Rati Gambaran Penelitian ini Data yang
Lova, Della karakteristik 1. Karakteris merupakan metode diperoleh dari
Siti ibu tik ibu penelitian deskriptif. karya tulis
Nurfalah. postpartum postpartu sampel yang ilmiah ini pada
2021. dengan m digunakan dalam karakteristik
bendungan 2. Bendunga penelitian ini adalah responden yang
ASI di PMB n ASI total sampling. Data mengalami
BD. I yang digunakan kejadian
citeureup adalah data bendungan ASI
nelangsari I sekunder dengan seluruh
Bandung. menggunakan responden
metode cheklist (√) dengan jumlah
. 40 orang
(100%).
Berdasarkan
umur hampir
seluruh berusia
antara 20
-35 tahun
dengan jumlah
33 orang
(82,5).
Berdasarkan
pendidikan
hampir
seluruhnya
(SD,SMP)
dengan jumlah
38
responden
(92,5%).
Berdasarkan
pekerjaan
jumlahnya 20
responden
(50%).
Berdasarkan
paritas
jumlahnya 21
orang (52,50%)
Sri Juliani, Desain penelitian Diperoleh hasil
Nurramaton Faktor yang 1. Faktor survey analitik penelitian
. 2019 yang yang kuantitatif dengan bahwa seluruh
mempengar mempeng pendekatan cross variabel
uhi aruhi sectional independen
bendungan 2. Bendunga mempengaruhi
ASI pada n ASI bendungan ASI
ibu nifas dengan nilai p-
diwilayah value < 0,05.
kerja
puskesmas
Rambung
Merah
Kabupaten
Simalungun.

Nurfajriati. Hubungan 1. Perawatan - -


2022 perawatan payudara
payudara 2. Kejadian
dengan bendunga
kejadian n ASI
bendungan
ASI
padaibunifas
diwilayahke
rjapuskesma
s
Mpundakota
Bima NTB
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Bendungan ASI

a. Pengertian

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena

penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak

dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu.

Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena

peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan air

susu dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Winkjosastro, 2010).

b. Etiologi

Bendungan ASI disebabkan oleh penyempitan duktuslaktiferus,

kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau

kelainan pada putting susu. Beberapa faktoryang dapat menyebabkan

bendungan ASI, yaitu:


1) Pengosongan mamae yang tidak sempurna Dalam masa laktasi,

terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-

nya berlebihan. apabila bayisudah kenyang dan selesai menyusu

&payudara tidakdikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di

dalampayudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat

menimbulkan bendungan ASI.

2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif Pada masa laktasi, bila Ibu

tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak

aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.

3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benarTeknik yang salah

dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet

dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya

Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.

4) Puting susu terbenam Puting susu yang terbenam akan

menyulitkan bayidalam menyusu. Karena bayi tidak dapat

menghisap putting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan

akibatnya terjadi bendungan ASI.

5) Puting susu terlalu panjangPuting susu yang panjang

menimbulkan kesulitanpada saat bayi menyusu karena bayi tidak

dapat menghisapareola dan merangsang sinus laktiferus untuk

mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan

bendungan ASI ( Elis Pitria, 2018).

c. Patofisiologi

Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika

ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh.Hal ini


bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan

pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat.

Namun keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada bendungan

payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran

vena dan limfotik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan

tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara yang

terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri.Payudara dapat

terlihat mengkilat dan edema di daerah eritema difus. Putting susu

teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi

sulit mengenyut untuk menghisap ASI.Ibu kadang-kadang menjadi

demam.

d. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:

1) Jangan bersihkan payudara dengan sabun.

2) Gunakan teknik menyusui yang benar.

3) Puting susu dan areola mamae harus selalu kering setelah

selesai menyusui.

4) Jangan pakai bra yang tidak dapat menyerap keringat.

e. Penanganan bendungan ASI pada ibu postpartum

Adapun tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani

bendungan ASI pada ibu postpartum adalah sebagai berikut:

1) Susukan payudara sesering mungkin

2) Kedua payudara disusukan

3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan

4) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui.


5) Sangga payudara menggunakan bra.

6) Kompres dingin pada payudara diantara menyusui.

7) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg Peroral setiap 4jam

(Elis Pitria. 2018).

2. Tinjauan Tentang Postpartum

a. Pengertian

Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti

sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama

masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak

perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak

nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan

untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik

(Yuliana & Hakim, 2020).

b. Tahapan Postpartum

Menurut Wulandari (2020) Ada beberapa tahapan yang di alami

oleh wanita selama masa nifas, yaitu sebagai berikut :

1) Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan.

ibu telah di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan.

2) Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah

melahirkan. pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi berlangsung

selama 6 minggu Later puerperium, yaitu waktu 1-6 minggu setelah

melahirkan, inilah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk pulih dan

sehat sempurna. Waktu sehat bisa bermingguminggu, bulan dan

tahun.
c. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas (Post Partum)

Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post

partum Menurut Sutanto (2019) :

1) Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)

a) Perasaan ibu berfokus pada dirinya.

b) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.

c) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.

d) Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu

melahirkan.

e) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan

keadaan tubuh ke kondisi normal.

f) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan

peningkatan nutrisi.

g) Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian

kondisi tubuh tidak berlangsung normal.

Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini

adalah sebagai berikut:

2) Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)

a) Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat

bayi, muncul perasaan sedih (baby blues).

b) Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan

meningkatkan teng gung jawab akan bayinya.

c) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,

BAK, BAB dan daya tahan tubuh.


d) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi

seperti menggen dong, menyusui, memandikan, dan

mengganti popok.

e) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan

pribadi. 6. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum

karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya.

f) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena

merasa tidak mampu membesarkan bayinya.

g) Wanita pada masa ini sangat sensitif akan

ketidakmampuannya, cepat tersinggung, dan cenderung

menganggap pemberi tahuan bidan sebagai teguran. Dianjur

kan untuk berhati-hati dalam berko munikasi dengan wanita

ini dan perlu memberi support.

3) Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa nifas)

a) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya.

Setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan

serta perhatian keluarga.

b) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi

dan memahami kebutuhan bayi.

d. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis. Setelah

keluarnya plasenta, kadar sirkulasi hormon HCG (human chorionic

gonadotropin), human plasental lactogen, estrogen dan progesterone

menurun. Human plasental lactogen akan menghilang dari peredaran

darah ibu dalam 2 hari dan HCG dalam 2 mingu setelah melahirkan.
Kadar estrogen dan progesteron hampir sama dengan kadar yang

ditemukan pada fase follikuler dari siklus menstruasi berturut-turut

sekitar 3 dan 7 hari. Penarikan polipeptida dan hormon steroid ini

mengubah fungsi seluruh sistem sehingga efek kehamilan berbalik

dan wanita dianggap sedang tidak hamil (Walyani, 2017)

Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu masa

nifas menurut Walyani (2017) yaitu:

1) Uterus

Uterus merupakan organ reproduksi interna yang berongga

dan berotot, berbentuk seperti buah alpukat yang sedikit gepeng

dan berukuran sebesar telur ayam. Panjang uterus sekitar 7-8 cm,

lebar sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2, 5 cm. Letak uterus

secara fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus terbagi dari 3

bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri.

Menurut Walyani (2017) uterus berangsur- angsur menjadi

kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil:

a) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus

1000 gr.

b) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari

bawah pusat dengan berat uterus 750 gr.

c) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba

pertengahan pusat dengan simpisis, berat uterus 500 gr.

d) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba

diatas simpisis dengan berat uterus 350 gr.


e) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil

dengan berat uterus 50 gr.

Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran dan

konsistensi antara lain:

a) Penentuan lokasi uterus Dilakukan dengan mencatat apakah

fundus berada diatas atau dibawah umbilikus dan apakah

fundus berada digaris tengah abdomen/ bergeser ke salah satu

sisi.

b) Penentuan ukuran uterus Dilakukan melalui palpasi dan

mengukur TFU pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari

dari umbilicus atas atau bawah.

c) Penentuan konsistensi uterus Ada 2 ciri konsistensi uterus

yaitu uterus kerasa teraba sekeras batu dan uterus lunak.

2) Serviks

Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya

menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim.Serviks

menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan

keluarnya janin dan uterus menuju saluran vagina pada saat

persalinan. Segera setelah persalinan, bentuk serviks akan


menganga seperti corong. Hal ini disebabkan oleh korpus uteri

yang berkontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi.Warna

serviks berubah menjadi merah kehitaman karena mengandung

banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak.

Segera setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati

oleh tangan pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks hanya

dapat dilewati oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya

dapat dilewati oleh 1 jari, setelah 6 minggu persalinan serviks

menutup.

3) Vagina

Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga

uterus dengan tubuh bagian luar. Dinding depan dan belakang

vagina berdekatan satu sama lain dengan ukuran panjang ± 6, 5

cm dan ± 9 cm.

Selama proses persalinan vagina mengalami penekanan serta

pereganganan yang sangat besar, terutama pada saat melahirkan

bayi. Beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, vagina tetap

berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali

kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara

berangsur- angsur akan muncul kembali.

Sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak dan jalan

lahir dan merupakan saluran yang menghubungkan cavum uteri

dengan tubuh bagian luar, vagina juga berfungsi sebagai saluran

tempat dikeluarkannya sekret yang berasal dari cavum uteri

selama masa nifas yang disebut lochea.


Karakteristik lochea dalam masa nifas adalah sebagai

berikut:

a) Lochea rubra/ kruenta Timbul pada hari 1- 2 postpartum,

terdiri dari darah segar barcampur sisa- sisa selaput ketuban,

sel- sel desidua, sisa- sisa verniks kaseosa, lanugo dan

mekoneum.

b) Lochea sanguinolenta Timbul pada hari ke 3 sampai dengan

hari ke 7 postpartum, karakteristik lochea sanguinolenta

berupa darah bercampur lendir.

c) Lochea serosa Merupakan cairan berwarna agak kuning,

timbul setelah 1 minggu postpartum.

d) Lochea alba Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya

merupakan cairan putih (Walyani, 2017)

Normalnya lochea agak berbau amis, kecuali bila terjadi

infeksi pada jalan lahir, baunya akan berubah menjadi berbau

busuk.

4) Vulva

Sama halnya dengan vagina, vulva juga mengalami

penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses

melahirkan bayi. Beberapa hari pertama sesudah proses


melahirkan vulva tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3

minggu vulva akan kembali kepada keadaan tidak hamil dan labia

menjadi lebih menonjol.

5) Payudara (Mamae)

Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan

progesteron menurun, prolactin dilepaskan dan sintesis ASI

dimulai.Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan

pembengkakan vascular sementara. Air susu sata diproduksi

disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan

cara dihisap oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan

laktasi.

ASI yang akan pertama muncul pada awal nifas ASI adalah

ASI yang berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan

sebutan kolostrum. Kolostrum telah terbentuk didalam tubuh ibu

pada usia kehamilan ± 12 minggu

Perubahan payudara dapat meliputi:

a) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan

hormon prolactin setelah persalinan.

b) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada

hari ke 2 atau hari ke 3 setelah persalinan

c) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya

proses laktasi (Walyani, 2017)

6) Tanda- tanda vital

Perubahan tanda- tanda vital menurut Maritalia dan Walyani

(2017) antara lain:


a) Suhu tubuh Setelah proses persalinan suhu tubuh dapat

meningkat 0,5⁰ celcius dari keadaan normal namun tidak lebih

dari 38⁰ celcius. Setelah 12 jam persalinan suhu tubuh akan

kembali seperti keadaan semula.

b) Nadi Setelah proses persalinan selesai frekuensi denyut nadi

dapat sedikit lebih lambat. Pada masa nifas biasanya denyut

nadi akan kembali normal.

c) Tekanan darah Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit

lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya

perdarahan pada proses persalinan.

d) Pernafasan Pada saat partus frekuensi pernapasan akan

meningkat karena kebutuhan oksigen yang tinggi untuk tenaga

ibu meneran/ mengejan dan memepertahankan agar persediaan

oksigen ke janin tetap terpenuhi. Setelah partus frekuensi

pernafasan akan kembali normal.

7) Sistem peredaran darah (Kardiovaskuler)

Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera

setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta

yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi

dengan haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal,

dan pembulu darah kembali ke ukuran semula.

8) Sistem pencernaan

Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi (section

caesarea) biasanya membutuhkan waktu sekitar 1- 3 hari agar

fungsi saluran cerna dan nafsu makan dapat kembali normal. Ibu
yang melahirkan secara spontan biasanya lebih cepat lapar karena

telah mengeluarkan energi yang begitu banyak pada saat proses

melahirkan. Buang air besar biasanya mengalami perubahan pada

1- 3 hari postpartum, hal ini disebabkan terjadinya penurunan

tonus otot selama proses persalinan. Selain itu, enema sebelum

melahirkan, kurang asupan nutrisi dan dehidrasi serta dugaan ibu

terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar anus/ perineum setiap kali

akan b.a.b juga mempengaruhi defekasi secara spontan. Faktor-

faktor tersebut sering menyebabkan timbulnya konstipasi pada ibu

nifas dalam minggu pertama.Kebiasaan defekasi yang teratur

perlu dilatih kembali setelah tonus otot kembali normal.

9) Sistem perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.

Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli- buli

sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan

tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar

akan dihasilkan dalam waktu 12- 36 jam sesudah melahirkan.

Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat

menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan

ini menyebabkan diuresis. Uterus yang berdilatasi akan kembali

normal dalam tempo 6 minggu.

10) Sistem integumen

Perubahan kulit selama kehamilan berupa hiperpigmentasi

pada wajah, leher, mamae, dinding perut dan beberapa lipatan


sendri karena pengaruh hormon akan menghilang selama masa

nifas.

11) Sistem musculoskeletal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4- 8 jam postpartum.

Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan

mempercepat proses involusi.

3. Tinjauan Perawatan Payudara

a. Pengertian

Perawatan payudara pada masa nifas merupakan perawatan

yang dilakukan untuk mempersiapkan payudara agar dalam kondisi

baik saat menyusui bayinya, meliputi perawatan kebersihan

payudara baik sebelum maupun sesudah menyusui. Perawatan putting

susu yang lecetdan merawat puting susu agar tetap lemas, tidak keras

dan tidak kering (Ade & Marda, 2018).

Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini mungkin, yaitu

1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari.Perawatan

payudara untuk ibu nifas yang menyusui merupakan salah satu upaya

dukungan terhadap pemberian ASI bagi bayi.

b. Tujuan Perawatan Payudara

1) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar

dari infeksi

2) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah

lecet

3) Untuk menonjolkan puting susu

4) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus


5) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan

6) Untuk memperbanyak produksi ASI

7) Untuk mengetahui adanya kelainan pada payudara

c. Persiapan Alat

1) Baby oil secukupnya

2) Kapas secukupnya

3) Waslap, 2 buah

4) Handuk bersih, 2 buah

5) Bengkok

6) 2 baskom berisi air (hangat dan dingin)

7) BH yang bersih dan terbuat dari katun

d. Persiapan Ibu

1) Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan

dengan handuk

2) Baju ibu bagian depan dibuka

3) Pasang handuk

e. Pelaksanaan Perawatan Payudara

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan

perawatan payudara pasca persalinan, yaitu:

1) Puting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3-4menit,

kemudian bersihkan dengan kapas minyak tadi.

2) Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari

dan jari telunjuk diputar kedalam 20 kali keluar 20 kali.


3) Penonjolan puting susu yaitu : Puting susu cukup ditariksebanyak

20 kali, dirangsang dengan menggunakanujung waslap, memakai

pompa puting susu

4) Pengurutan Payudara

a) Telapak tangan diberi baby oil kemudian diratakan.

Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke putting susu

sebanyak 30 kali.

b) Sanggalah payudara kiri anda menggunakan tangan kiri.

Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan

kanan, mulai dari pangkal payudara dan

berakhir pada daerah puting susu dengan gerakan spiral.

c) Buatlah gerakan melingkar sambil sedikit menekan dimulai

dari daerah pangkal payudara hingga ke puting susu di

seluruh bagian payudara. Lakakukan hal yang sama pada

payudara berikutnya.

d) Letakkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara.

Pijatlah dari tengah-tengah antara payudara sambil sedikit


mengangkat kedua payudara dan lepaskan kedua secara

perlahan. Dianjurkan mengulangi gerakan ini hingga 30 kali.

e) Gerakan lainnya adalah mengerakkan payudara kiri dengan

kedua tangan, ibu jari berada di atas puting, sementara

keempat jari lain berada di bawah. Dengan lembut, lakukan

grakan memeras payudara sambil meluncurkan kedua tangan

ke depan (kearah puting). Lakukan gerakan yang sama pada

payudara lain.

f) Kemudian, cobalah posisi tangan paralel. Sangga payudara

dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut

payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara

kearah puting susu dengan cara memutar tangan. Ulangi

gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan.

Semua gerakan pemijatan payudara ini mempunyai banyak

manfaat, diantaranya untuk melancarkan reflex produksi

meningkatkan volume ASI) dan pengeluaran ASI. Selain itu,

dapat mencegah terjadinya bendungan ASI pada payudara.

g) Perangsangan payudara setelah selesai pengurutan, payudara

disiram dengan air hangat dan dingin secara bergantian

selama ± 5 menit (air hangat dahulu kemudian air dingin).

h) Kemudian pakailah BH (kutang) yang menyangga

payudara. Diharapkan dengan melakukan perawatan

payudara, baik sebelum maupun sesudah melahirkan,

proses laktasi dapat berlangsung dengan sempurna

(Elis Pitria. 2018).


f. Pelaksanakan dan Frekuensi perawatan payudara

Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai

sedini mungkin yaitu 1 – 2 hari sesudah bayi dilahirkan, hal itu

dilakukan 2 kali sehari. Adapun langkahlangkah perawatan payudara

sebagai berikut :

1) Ibu mencuci tangan.

2) Ibu meletakkan kain bersih pada kedua payudara.

3) Ibu mengompres payudara dengan minyak/baby oil dengan

menggunakan kapas.

4) Ibu mengolesi minyak/baby oil pada kedua telapak tangan ibu.

5) Ibu mengurut dari atas ke arah puting susu.

6) Ibu mengurut dari atas ke samping dan ke arah puting

susu.

7) Ibu melakukan pengurutan pada payudara dengan caramelingkar

dimulai dari atas, ke samping dan ke bawah.

8) Ibu melakukan kompres air hangat setelah melakukanpengurutan

dengan menggunakan washlap bergantiandengan menggunakan

air hangat dan air dingin.

9) Ibu kompres air hangat dan air dingin pada keduapayudara secara

bergantian.

10) Ibu mengeringkan payudara setelah. Melakukan perawatan

payudara (Hesti Sembiring, 2018)


B. Kerangka Teori

Penyempitan
duktus
laktiferus

Faktorfaktor Kelenjarkelenjar
Perawatan
penyebab payudara yang
Payudara
bendungan tidak
Faktorfakto
ASI dikosongkan

Kelainan Bendungan
puting susu ASI

Gambar 2.3 Kerangka Teori Hubungan Perawatan Payudara dengan

Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di Puskesmas Mpunda Kota

Bima NTB

C. Kerangka Konsep

Perawatan Payudara Bendungan ASI

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Hubungan Perawatan Payudara dengan

Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di Puskesmas Mpunda Kota

Bima NTB

Keterangan:

Variabel Bebas : Perawatan Payudara

Variabel Terikat : Bendungan ASI


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik

dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu yaitu suatu metode

pengambilan data yang dilakukan pada suatu waktu yang bersamaan. Metode ini

bertujuan agar diperoleh data yang lengkap dalam waktuyang relatif singkat.

Secara sistematis desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Ibu Postpartum (Nifas)


Perawatan Payudara

Baik Kurang Baik

Bendungan ASI

Ya Tidak

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI

pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Mpunda Kota Bima 2023.

B. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan payudara

dengan kejadian bendungan ASI pada ibu postpartum (Nifas) di diwilayah kerja

puskesmas Mpunda pada bulan januari sampai dengan maret 2023.


C. Kerangaka Kerja atau Alur Penelitian

Populasi

Ibu Postpartum (Nifas) sebanyak 20 responden

Sampel

Ibu Postpartum (Nifas)sebanyak 20 responden

Pengumpulan data

Analisi data

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu Postpartum (Nifas) di

wilayah kerja Puskesmas Mpunda kota Bima adalah sebanyak 20 orang ibu

pada bulan Januari-maret tahun 2023.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total

sampling,yaitu semua populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 20 orang

ibupostpartum diwilayah kerja Puskesmas Mpunda kota Bima pada bulan

Januari-Maret tahun 2023.


E. Variabel Penelitian

Variabel Bebas : Perawatan Payudara

Variabel Terikat : Bendungan ASI

F. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Cara ukur Kategori Skala


Oprasioanal ukur ukur
Perawatan
Perawatan payudara pada Kuesione Pengisian Baik : jika jawaban Ordinal
Payudara postpartum r kuesioner responden ≥ 50%,
merupakan Kurang Baik: jika
perawatan jawaban responden
payudara yang < 50%
dilakukan
pada ibu pasca
melahirkan/
nifas untuk
melancarkan
sirkulasi darah
dan mencegah
tersumbatnya
saluran susu
sehingga
memperlancar
pengeluaran
ASI .

Bendunga Bendungan Kuesione Wawancar Ya (ada nomina


n ASI ASI adalah r a dan bendungan) : Bila l
terjadinya kuesioner ada pembengkakan
pembengkaka yangdisertai nyeri
n pada pada payudara
payudara Tidak (tidak ada
karena bendungan) :Bila
peningkatan tidak ada
aliran vena pembengkakanyan
dan limfe yang g disertai nyeri
disertai pada
dengan rasa payudara.
nyeri pada
payudara

Gambar, tabel Definisi Oprasional


G. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah menggunakan data

primer yaitu data yang didapat langsung dengan wawancara langsung pada

setisp responden yang telah ditentukan.

2. Teknik pengumpulan data

a. Metode pengamatan (observasi)

Data yang dikumpulkan adalah data tentang kejadian bendungan

ASI pada ibu postpartum (Nifas) di Puskesmas Mpunda Kota Bima,

apakah ada atau tidak.

b. Metode kuesioener

Data yang dikumpulkan adalah data tentang bagaimana

perawatan payudara pada ibu postpartum (Nifas) di Puskesmas Mpunda

Kota Bima yang baik dan benar.

3. Prosedur pengambilan data

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari 3 tahap yaitu tahap pra

penelitian, penelitian dan pasca penelitian.

a. Persiapan

Persiapan sebelum penelitian adalah dengan menyiapkan

kuesioner penelitian dan hal-hal yang dinutuhkan saat penelitian.

b. Pengarahan

Pengarahan dilakukan kepada responden penelitian dengan

melakukan kunjungan kerumah responden atau puskesmas Mpunda kota


Bima. Pengarahan yang diberikan kepada responden penelitian adalah

pengarahan jalannya penelitian oleh peneliti.

c. Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengetahui perawatan payudara

dengan kejadian bendungan asi pada ibu postpartum (Nifas) diwilayah

kerja puskesmas Mpunda kota Bima.

H. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrument yang digunakan adalah format pengumpulan

data dengan wawancara dan kuesioner yang terdiri dari dua, yakni kuesioner

tentang Perawatan Payudara dan Kuesioner tentang Bendungan ASI. Pada

kuesioner tentang Perawatan Payudara memuat mengenai pernyataan tentang tata

cara perawatan payudara yang baik dan benar dengan pilihan jawaban Benar dan

Salah. Sementara kuesioner tentang Bendungan ASI memuat pertanyaan tentang

aktifitas menyusui dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak. Penentuan skor

diperoleh dari presentase jawaban dari responden menggunakan skala Guttman.

Adapun rumus umum menurut skala Gutman yaitu:

Interval (I) = Range (R) / Kategori (K)

Range (R) = skor tertinggi - skor terendah = 100 - 0 = 100%

Kategori (K) = 2 adalah banyaknya kriteria yang disusun Pada criteria objektif

suatu variabel, kategori yaitu Baik dan Kurang Baik

Interval (I) = 100 / 2 = 50%

Kriteria penilaian = skor tertinggi - interval = 100 - 50 = 50%, sehingga, Baik =

jika skor ≥ 50%, Kurang Baik = jika skor < 50% (Saryono, 2011).

I. Prosedur Pengambilan Data


Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan telaah rekam medik

ibu postpartum (nifas) di wilayah kerja Puskesmas Mpunda Kota Bima, antara

bulan Januari sampai bulan Maret 2023, pengumpulan data dimulai pada bulan

Januari 2023. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data identitas ibu, kejadian

bendungan ASI pada ibu postpartum (Nifas).

J. Analisis Data

Setelah data terkumpul dari lapangan, maka dilakukan pengolahan data

dengan cara manual menggunakan kalkulator. Jawaban responden pada setiap

pertanyaan diberikan skor, kemudian nilai skor dijumlah menurut kategori

pertanyaan. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Menganalisis variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan

menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk mengetahui

karateristik dari subyek penelitian.

2. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel yang

meliputi variabel bebas dan terikat. Teknik analisis data yang digunakan

adalah teknik statistik inferensial untuk menguji hipotesis dengan

menggunakan uji statistic chi square (X2).

Rumus statistik chi square yang digunakan adalah:


2
Σ ( f 0−fₑ )
X²=
fₑ

Keterangan:

X2= Chi kuadrat

fo = frekuensi observasi

fe = frekuensi harapan
Interpretasi hasil uji dikatakan bermakna bila memenuhi kriteria :

a. Jika X2hitung > X2tabel maka H diterima yang berarti ada hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat dengan taraf kepercayaan 95%

b. Jika X2hitung < X2tabel maka H ditolak yang berarti tidak ada hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat dengan taraf kepercayaan 95%
KUESIONER HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN

BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

MPUNDA KOTA BIMA 2023

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Agama :

4. Alamat :

5. Pendidikan :

6. Pekerjaan :

B. Kuosioner

1. Pilihlah jawaban dengan Y = Ya, T = Tidak

2. Pilih salah salah satu jawaban yang saudara anggap paling sesuai dengan pendapat

saudara seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan yang tersedia.

3. Berilah tanda (  ) pada salah satu kolom jawaban yang sesuai dengan pilihan

jawaban.
a) Kuesioner Perawatan Payudara

Pernyataan Perawatan Payudara yang


No. Ya Tidak
Dilakukan oleh Ibu Post Partum
1. Ibu mencuci tangan.
Ibu meletakkan kain bersih pada kedua
2.
payudara.
Ibu mengompres payudara dengan
3. minyak/baby oil dengan menggunakan
kapas.
Ibu mengolesi minyak/baby oil pada kedua
4.
telapak tangan ibu.
Ibu mengurut dari atas ke arah puting
5.
susu.
Ibu mengurut dari atas ke samping dan ke
6.
arah puting susu.
Ibu melakukan pengurutan pada payudara
7. dengan cara melingkar dimulai dari atas,
ke samping dan ke bawah.
Ibu melakukan kompres air hangat setelah
melakukan pengurutan dengan
8.
menggunakan washlap bergantian dengan
menggunakan air hangat dan air dingin.
Ibu kompres air hangat dan air dingin pada
9.
kedua payudara secara bergantian.
Ibu mengeringkan payudara
10.
setelah.melakukan perawatan payudara.
b) Kuesioner Bendungan ASI

No Pernyataan Ya Tidak
Salah satu tanda bahwa bendungan ASI adalah
1. payudara terlihat mengkilap, terasa sakit dan
tegang.
Apakah ibu merasakan ada
2.
pembengkakan pada payudara
Jika jawaban “Ya”, apakah disertai rasa
3.
nyeri?
Apakah payudara yang penuh dan terasa sakit
4.
dapat disebut bendungan ASI?
Apakah payudara yang membendung,
5. membengkak dapat mempersulit bayi untuk
menyusu dan menghisap?
Apakah ibu memiliki kesulitan dalam
6.
menyusui?
Putting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi
7.
dalam menyusu
Apakah bendungan ASI yang terjadi bisa
8. disebabkan oleh cara pemberian asi yang kurang
tepat?
Payudara yang tidak disusui sampai kosong dapat
9.
menyebabkan bendungan ASI
Salah satu factor penyebab bendungan ASI, mamae
10.
tidak dikosongkan dengan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Gambar Bendungan ASI. http://bundanet,com/bendungan-asi-bundanet/

Sumber Kesehatan Ibu dan Anak. Diakses 30 Juni 2022.

Anonim. 2018. Gambar Pengurutan Payudara. http://bundanet,com/bendungan-asi-

bundanet/ Sumber Kesehatan Ibu dan Anak. Diakses 30 Juni 2022.

Juliani Sri & Nurramaton. 2019. Faktor Yang Mempengaruhi Bendungan ASI Pada Ibu

Nifas Diwilayah Kerja Puskesmas Rambung Merah Kabupaten

Simalungun. Jurnal Bidan Komunitas, 3(1): 16-29.

Kementerian Kesehatan, Indonesia. (2019, Februari Jumat). Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia. Dipetik Februari Senin, 2020, dari Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia: http://www.kesmas. kemkes. go.i d/

portal/konten/~rilisberita/021517-dirakesnas-2019_-dirjen-kesmas-

paparkan-strategi-penurunan-aki-danneonatal

Lova Nova Rati &Della Siti Nurfalah. 2021.Gambaran Karakteristik Ibu Postpartum

Dengan Bendungan ASI Di PMB BD. I Citeureup Nelangsari I

Bandung. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 1(1): 62-70.

Orizia Novalita. 2019. Faktor Yang Mempengaruhi Bendungan ASI Pada Ibu Nifas.

Nursing Arts, 14(1).

Anda mungkin juga menyukai