id/OBJ/index
Article
HUBUNGAN KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR (WUS) TERHADAP
PENGETAHUAN TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI PMB S
PERIODE OKTOBER TAHUN 2022
Dewi Sartika Br Sembiring1, Yulis Setyaningsih2, Dwi Linda Hastuti3
1,2,3Akademi Kebidanan Sentra Bina Yudhistira, Indonesia
SUBMISSION TRACK A B S T R A C T
Recieved: July 05, 2023 Latar Belakang SADARI adalah pemeriksaan payudara
Final Revision: July 23, 2023 sendiri yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
Available Online: July 26, 2023 kanker payudara pada wanita. Berdasarkan Data Global
Cancer Observatory tahun 2018 menunjukkan angka
kejadian penyakit kanker di Indonesia (136,2 /100.000
KEYWORDS penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara,
sedangkan di Asia urutan ke 23.
SADARI, Umur, Paritas, Pendidikan, Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Hubungan
Pekerjaan. Karakteristik Wanita Usia Subur (WUS) terhadap
Pengetahuan tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
CORRESPONDENCE Di PMB S Tahun 2022.
Metode Penelitian menggunakan desain deskriftik analitik
Phone: 082110991739 dengan menggunakan intrumen kuesioner, pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
E-mail: akbid.sby2016@email.com
sectional. Populasi dan Sampel penelitian ini adalah
Wanita Usia Subur (WUS) di PMB S Tahun 2022.
Hasil Penelitian hasil penelitian menunjukan hubungan
antara paritas dengan pengetahuan WUS tentang
SADARI mayoritas paritas responden (multipara)
berpengetahuan kurang sebanyak 15 orang (40%)
dengan nilap pvalue 0,040. Hubungan antara pendidikan
dengan pengetahuan WUS tentang SADARI mayoritas
responden pendidikan berpengetahuan baik sebanyak 9
orang (25,7%) dengan nilai p – value 0,010. Hubungan
antara pekerjaan dengan pengetahuan WUS tentang
SADARI mayoritas pekerjaan responden (tidak bekerja)
berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang (40%)
dengan nilai p – value 0,051.
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan WUS terhadap
SADARI mayoritas berpengetahuan kurang.
Saran: Melakukan SADARI pada hari terakhir masa haid
atau pada hari ke 7-10 setelah haid.
151
DEWI SARTIKA BR SEMBIRING/ JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.15 NO.3 (2023)
antara jaringan atau organ disekitar payudara menderita kelainan payudara lainnya (Dinas
atau kebagian tubuh lainnya (Depkes RI, Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2017).
2017). Angka kejadian kanker payudara yang cukup
Data Global Cancer Observatory tahun 2018 tinggi tersebut disebabkan masih kurangnya
menunjukkan angka kejadian penyakit pengetahuan dan kesadaran perempuan untuk
kanker di Indonesia (136,2 /100.000 segera memeriksakan diri jika terjadi
penduduk) berada pada urutan 8 di Asia kelainan pada payudara. Penderita keganasan
Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. kanker payudara sebagian besar datang saat
Angka kejadian untuk perempuan yang stadium sudah lanjut, sehingga
tertinggi adalah kanker payudara yaitu pengobatannya tidak dapat tepat (Manuaba,
sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan 2017).
rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk Berdasarkan data di atas, diperlihatkan
yang diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 bahwa kanker payudara dapat menyerang
per 100.000 penduduk dengan rata-rata semua umur. Pentingnya para wanita untuk
kematian 13,9 per 100.000 penduduk menjaga kesehatan payudara dengan
(Kemenkes RI, 2019). melakukan deteksi dini untuk menurunkan
Salah satu penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas. Terdapat faktor-
kejadian kematian akibat kanker payudara faktor lain untuk menurunkan mordibitas dan
adalah rendahnya keinganan masyarakat mortalitas, seperti kesadaran dan
khususnya wanita usia subur untuk pengetahuan masyarakat tentang penyakit.
melakukan deteksi dini kanker Pengetahuan yang tidak memadai tentang
payudara,sehingga peningkatan kejadian kanker payudara sebagai faktor penting
kanker payudara begitu dasyat meningkat dalam mencegah wanita melakukan metode
disetiap tahunnya. “Periksa Payudara Sendiri” (SADARI) dan
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunda pengobatan dengan demikian
tahun 2018, prevalensi tumor/kanker di berkontribusi dengan tingginya angka
Indonesia menunjukkan adanya peningkatan morbiditas dan mortalitas (Bushra, 2018).
dari 1,4 per 2 x 1.000 penduduk di tahun Cara yang paling mudah dan nyaman untuk
2013 menjadi 1,79 per 1.000 penduduk pada mendeteksi dini kanker payudara adalah
tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi dengan melakukan SADARI (Pemeriksaan
adalah di provinsi DI Yogyakarta sebanyak Payudara Sendiri).
4,86 per 1.000 penduduk, diikuti Sumatera SADARI sangat mudah dan dapat dilakukan
Barat 2,47 per 1.000 penduduk dan sendiri dirumah.Semakin sering memeriksa
Gorontalo 2,44 per 1.000 penduduk payudara akan semakin mengenalnya dan
(Kemenkes RI, 2019). semakin mudah menemukan sesuatu yang
Sedangkan menurut Data Provinsi Banten tidak beres pada payudara.
pada tahun 2017 dilaporkan sebanyak 11.302 Berdasarkan data dan cakupan di atas masih
atau 0,65% WUS dilakukan pemeriksaan tingginya kasus kanker payudara di
Clinical Breast Examination (CBE) dan Indonesia sehingga penulis tertarik untuk
sekitar 1,94% WUS terdapat benjolan (Profil melakukan penelitian dengan judul
Kesehatan Provinsi Banten, 2017). “Hubungan Karakteristik Wanita Usia Subur
Pada Tahun 2017 Dinas Kesehatan (WUS) terhadap Pengetahuan tentang
Kabupaten Tangerang mengumpulkan data Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di
dari pemeriksaan Deteksi Dini Kanker PMB S,
Payudara di seluruh Puskesmas Kabupaten
Tangerang dan di dapatkan data sebesar
4.422 perempuan dari rentan usia < 30 - > 50 II. METODE PENELITIAN
tahun melakukan pemeriksaan dengan hasil Desain penelitian yang digunakan dalam
187 terdapat benjolan atau tumor,16 penelitian ini adalah analitik (penelitian
dicurigai sebagai kanker payudara dan 25 analitik terdiri atas variabel bebas dan
152
DEWI SARTIKA BR SEMBIRING/ JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.15 NO.3 (2023)
153
DEWI SARTIKA BR SEMBIRING/ JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.15 NO.3 (2023)
154
DEWI SARTIKA BR SEMBIRING/ JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.15 NO.3 (2023)
4. Pekerjaan
Tabel 9
Hubungan Antara Pekerjaan Dengan
Pengetahuan Wanita Usia Subur
155
DEWI SARTIKA BR SEMBIRING/ JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.15 NO.3 (2023)
156
DEWI SARTIKA BR SEMBIRING/ JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.15 NO.3 (2023)
payudara sebagai deteksi dini kanker dengan baik sehingga informasi yang
payudara. diterima akan menjadi pengetahuan yang
baik. Dalam penelitiannya mayoritas
3. Hubungan antara Pendidikan WUS responden berpendidikan SMA/PT (74,9%),
dengan SADARI dan minoritas yang berpendidikan SD/SMP
Menurut Sutrisno (2016), pendidikan (22,1 %) yang menunjukkan nilai p-value =
merupakan aktivitas yang bertautan, dan 0,015 yang berarti terdapat hubungan
meliputi berbagai unsur yang berhubungan pendidikan dengan pengetahuan WUS
erat antara unsur satu dengan unsur yang tentang SADARI.
lain. Penulis berasumsi bahwa pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mempengaruhi tingkat pengetahuan pada
maka dapat diketahui mayoritas responden WUS tentang SADARI karena pengetahuan
pendidikan (Tinggi SMA dan PT) dapat ditingkatkan dari pendidikan WUS, hal
berpengetahuan baik sebanyak 9 orang ini dikarenakan banyak hal-hal yang dapat
(25,7%) dan minoritas responden (Rendah diperoleh di pendidikan yang mempengaruhi
SD dan SMP) berpengetahuan cukup wawasan seseorang menjadi lebih baik.
sebanyak 2 orang (5,7%) berdasarkan hasil
uji stastistik dengan menggunakan uji Chi- 4. Hubungan antara Pekerjaan WUS
square didapatkan nilai p value = 0,010 dengan SADARI
dimana nilai P lebih kecil dari nilai 𝛼 = Wiltshire (2017) Pekerjaan adalah "kegiatan
0,050 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada sosial” di mana individu atau kelompok
hubungan yang bermakna antara pendidikan menempatkan upaya selama waktu dan ruang
dengan SADARI. tertentu, kadang-kadang dengan
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori mengharapkan penghargaan moneter (atau
yang diungkapkan Fitriani dalam Yuliana, dalam bentuk lain), atau tanpa mengharapkan
(2017) pendidikan mempengaruhi proses imbalan, tetapi dengan rasa kewajiban
dalam belajar, semakin tinggi pendidikan kepada orang lain.
seseorang, maka semakin mudah seseorang Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
tersebut untuk menerima sebuah informasi. maka dapat diketahui mayoritas pekerjaan
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak responden (tidak bekerja) berpengetahuan
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi kurang sebanyak 14 orang (40%) dan
dapat diperoleh juga pada pendidikan non minoritas responden (bekerja)
formal. Pengetahuan seseorang terhadap berpengetahuan cukup dan baik sebanyak 4
suatu objek mengandung dua aspek yaitu orang (11.4%), berdasarkan hasil uji
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek stastistik dengan menggunakan uji Chi-
ini menentukan sikap seseorang terhadap square didapatkan nilai p value = 0,151
objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dimana nilai P lebih besar dari nilai 𝛼 =
dari objek yang diketahui akan 0,050 sehingga dapat disimpulkan bahwa
menumbuhkan sikap positif terhadap objek tidak ada hubungan yang bermakna antara
tersebut. pendidikan tinggi seseorang pekerjaan dengan SADARI.
didapatkan informasi baik dari orang lain Hal ini sesuai dengan teori Mubarak (2017)
maupun media massa. Semakin banyak yang menyatakan bahwa lingkungan
informasi yang masuk, semakin banyak pula pekerjaan dapat menjadikan seseorang
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. memperoleh pengalaman dan pengetahuan
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian S. baik secara langsung maupun tidak langsung.
Iskandar (2018), dengan judul “Pengetahuan Orang yang jenis pekerjaannya cenderung
Wanita Usia Subur Tentang Pemeriksaan mudah mendapatkan informasi tingkat
Payudara Sendiri” bahwa Pendidikan akan pengetahuannya akan lebih tinggi
membuat seseorang ingin tahu, mencari dibandingkan dengan orang yang
pengalaman dan memahami suatu informasi
157
DEWI SARTIKA BR SEMBIRING/ JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.15 NO.3 (2023)
158
DEWI SARTIKA BR SEMBIRING/ JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.15 NO.3 (2023)
159
DEWI SARTIKA BR SEMBIRING/ JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.15 NO.3 (2023)
REFERENCES
160
DEWI SARTIKA BR SEMBIRING/ JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.15 NO.3 (2023)
BIOGRAPHY
First Author Dewi Sartika Br Sembiring, S.Si.T., M.Kes lahir Kamis, 6 April 1978 di
Kabanjahe, Sumatera Utara, Indonesia. Penulis merupakan dosen tetap di Akademi
Kebidanan Sentra Bina Yudhistira Tangerang. Penulis menyelesaikan pendidikan
program Diploma IV Bidan Pendidik di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Pada
Tahun 2003 dan setelah lulus penulis melanjutkan pendidikan S2 Magister Kesehatan
Masyarakat di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju lulus pada tahun 2012.
Sebagai akademisi, penulis juga aktif melaksanakan kegiatan tri dharma perguruan
tinggi seperti pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat..
Third Author Dwi Linda Hastuti, S.ST., M.Kes lahir di Bukit TInggi, 16 Januari 1986.
Saat ini penulis tinggal di Pondok bahar permai Karang Tengah. Pendidikan ditempuh
mulai Diploma IV Kebidanan Bidan Pendidik di Politeknik Karya Husada Jakarta Pada
Tahun 2012 dan Magister Kesehatan Reproduksi Pada Tahun 2017.
161