Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT-SIFAT DASAR KAYU


ACARA IV

PENENTUAN PENYUSUTAN KAYU

Oleh:

Nama : Muhammad Akhian Nur

NIM : 22/499422/KT/09916

Co-Ass : Muhammad Zuhair

SUB : Sub B

LABORATORIUM PEMBENTUKAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KAYU

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2023
ACARA IV

PENENTUAN PENYUSUTAN KAYU

I. TUJUAN
Tujuan diadakannya praktikum ini adalah :
1. Mengetahui cara mengukur penyusutan kayu
2. Mengetahui penyusutan kayu pada 3 arah berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA


Penyusutan kayu adalah perubahan dimensi atau perubahan volume yang terjadi
karena adanya perubahan kadar air di bawah titik jenuh serat (TJS). Haygreen dan
Bowyer (2003) menyatakan bahwa penyusutan terjadi pada saat molekul-molekul air
terikat melepaskan diri antar molekul-molekul selulosa berantai panjang dan molekul-
molekul hemiselulosa dan kemudian molekul-molekul rantai ini akan bergerak saling
mendekat. Besarnya penyusutan yang terjadi pada umumnya sebanding dengan
jumlah air yang keluar dari dinding sel. Besarnya kembang susut tidak sama pada
berbagai arah orientasi, penyusutan terbesar ada pada arah tangensial, kemudian
radial, dan penyusutan paling kecil terjadi pada arah longitudinal. Variasi penyusutan
yang terjadi pada jenis yang sama dibawah kondisi yang sama terutama disebabkan
oleh tiga faktor yaitu ukuran dan bentuk potongan sampel, kerapatan, serta laju
pengeringan.
Selain pengaruh kadar air, penyusutan kayu juga dipengaruhi oleh berat jenis
kayu. Berat jenis memberikan hubungan yang linier terhadap penyusutan kayu,
semakin tinggi berat jenis suatu kayu maka penyusutan kayu akan semakin tinggi
(Tsoumis, 1991). Perubahan dimensi pada kayu terdiri dari pengembangan dan
penyusutan. Pengembangan dan penyusutan merupakan proses yang benar – benar
saling berkebalikan. Jika kayu kehilangan air dibawah titik jenuh seratnya (TJS) maka
kayu akan menyusut, sebaliknya jika air memasuki struktur dinding sel kayu maka
kayu akan mengembang. Akibat dari proses pengembangan dan penyusutan kayu
mengakibatkan terjadinya perubahan dimensi pada kayu.
Dimensi kayu akan berubah sejalan dengan perubahan kadar air dalam dinding
sel, karena di dalam dinding sel terdapat gugus OH (hidroksil) dan oksigen lain yang
bersifat menarik uap air melalui ikatan hidrogen. Kembang susut kayu yang paling
besar berturut-turut adalah pada bidang tangensial, radial dan aksial. Komponen kimia
penyusun kayu terdiri dari selulosa (45-50%), hemiselulosa (25-32%), lignin (16-
31%), zat ekstraktif (1-8%) dan zat abu/mineral (<1%) (Haygreen & Bowyer, 2009).
Permukaan transversal adalah bidang yang tampak apabila dipotong secara melintang
atau tegak urus sumbu pohon. Bagian-bagian dua lingkaran tumbuh tahunan dapat
dilihat pada permukaan transversal. Permukaan radial merupakan noktah-noktah
berbatas yang berbentuk seperti kerucut terlihat sebagai bundaran-bundaran pada
penampang radial trakeid longitudinal, menandai lokasi noktah-noktah yang tepat
berhadapan pada baris-baris trakeid yang berdekatan.

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Oven
2. Kaliper
3. Timbangan analitik
4. Desikator
5. Alat tulis
b. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Sampel Kayu Trembesi (Samanea saman)

IV. CARA KERJA

Disiapkan contoh uji berukuran 2x2x4 cm kemudian diukur dimensinya dengan


kaliper pada arah longitudinal, radial, dan tangensial sebagai Ds

Sampel ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik dan dicatat hasilnya

Sampel didiamkan beberapa minggu hingga beratnya konstan lalu ditimbang


dan diukur kembali dimensinya sebagai Du

Sampel dioven pada suhu 103±2°C selama beberapa hari hingga berat konstan

Sampel dimasukkan ke dalam desikator selama 20 menit kemudian ditimbang


dan diukur kembali dimensinya sebagai Dk dan dihitung penyusutan kayunya
Sampel diukur dengan menggunakan kaliper pada ketiga arah yaitu longitudinal,
radial, dan tangensial dan dicatat hasilnya (Ds). Sampel ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik lalu dicatat. Sampel kemudian didiamkan
selama beberapa minggu hingga beratnya konstan sehingga didapat sampel dalam
keadaan kering udara. Sampel ditimbang dan diukur kembali dimensi pada tiga
arah utamanya (Du). Sampel lalu di oven selama beberapa hari hingga beratnya
konstan sehingga mendapatkan sampel kondisi kering tanur. Sampel kemudian
dimasukkan ke dalam desikator selama 20 menit agar kadar airnya terjaga. Sampel
kemudian ditimbang dan diukur Kembali dimensinya pada ketiga arah utamanya
(Dk). Setelah itu, penyusutan kayu dihitung menggunakan rumus berikut :
𝐷𝑠 − (𝐷𝑘𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷𝑘𝑡)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ∶ 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (%) = 𝑥 100%
𝐷𝑠
𝑇 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 =
𝑅 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑙
Keterangan :
Ds : dimensi dalam keadaan basah
Dku : dimensi dalam keadaan kering udara
Dkt : dimensi dalam keadaan kering tanur
V. DATA DAN HASIL PERHITUNGAN.
I. Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Dimensi dengan Kaliper Sampel Uji Fisika Kayu
(2 x 2 x 4 cm) Metode Kaliper Sub B

Kode Basah Kering Udara Kering Tanur


2 Maret 21 Maret 30 Maret
L T R L T R L T R
A 4.168 2.132 2.100 4.080 2.100 2.080 4.080 2.070 2.065
B 4.120 2.104 2.100 4.078 2.006 2.016 4.035 2.080 2.050
C 4.170 2.096 2.110 4.082 2.055 2.054 4.060 2.050 2.000
D 4.158 2.102 2.102 4.070 2.050 2.080 4.040 1.930 2.005
E 4.134 2.162 2.108 4.048 2.050 2.075 4.140 1.910 2.000
Tabel 4.2 Perhitungan Penyusutan Arah dan Volume

PENYUSUTAN ARAH
Sampel Basah ke Kering Kering Udara ke Basah ke Kering Rasio T/R
Udara Kering Tanur Tanur
Kode L T R L T R L T R Basah KU Basah
ke ke ke
KU KT KT
A 2.111 1.501 0.952 0.000 1.429 0.721 2.111 2.908 1.667 1.576 1.981 1.745
B 1.019 4.658 4.000 1.054 - - 2.063 1.141 2.381 1.164 2.187 0.479
3.689 1.687
C 2.110 1.956 2.654 0.539 0.243 2.629 2.638 2.195 5.213 0.737 0.093 0.421
D 2.116 2.474 1.047 0.737 5.854 3.606 2.838 8.183 4.615 2.364 1.623 1.773
E 2.080 5.180 1.565 - 6.829 3.614 - 11.656 5.123 3.309 1.889 2.275
2.273 0.145
RATA- 1.888 3.154 2.044 0.012 2.133 1.777 1.901 5.216 3.800
RATA

PENYUSUTAN VOLUME
Volumetrik (L × T × R) Penyusutan Volumetrik
Basah KU KT Basah ke KU KU ke Basah ke
KT KT
18.661 17.821 17.440 4.499 2.139 6.542
18.204 16.492 17.205 9.405 -4.326 5.485
18.442 17.230 16.646 6.572 3.389 9.739
18.372 17.354 15.633 5.537 9.917 14.905
18.841 17.219 15.815 8.606 8.156 16.060
6.924 3.855 10.546
Tabel 4.3 Tabel Rekapitulasi Rerata Penyusutan

TABEL BANTU GRAFIK


Penyusutan B ke KU KU ke KT B ke KT
L 1.888 0.012 1.901
T 3.154 2.133 5.216
R 2.044 1.777 3.800
Volumetrik 6.924 3.855 10.546
Gambar 4.1 Grafik Perubahan Berat Sampel Uji Penyusutan

Gambar 4.2 Grafik Rekapitulasi Perubahan Penyusutan Rata-Rata


Perhitungan
1. Penyusutan arah longitudinal (L) Sampel A
4.168−4.080
- Basah ke Kering Udara = 4.168
× 100% = 2.111
4.080−4.080
- Kering Udara ke Kering Tanur = × 100% = 0%
4.080
4.168−4.080
- Basah ke Kering Tanur = × 100% = 2.111%
4.168

2. Penyusutan arah tangensial (T) Sampel A


2.132−2.100
- Basah ke Kering Udara = × 100% = 1.501%
2.132
2.100−2.070
- Kering Udara ke Kering Tanur = × 100% = 1.429%
2.100
2.132−2.070
- Basah ke Kering Tanur = × 100% = 2.908%
2.132

3. Penyusutan arah radial (R) Sampel A


2.100−2.080
- Basah ke Kering Udara = × 100% = 0.952%
2.100
2.080−2.065
- Kering Udara ke Kering Tanur = × 100% = 0.721%
2.080
2.100−2.065
- Basah ke Kering Tanur = × 100% = 1.667%
2.100

4. Rasio T/R Sampel A


1.501
- Basah ke Kering Udara = × 100% = 1.576%
0.952
1.429
- Kering Udara ke Kering Tanur = × 100% = 1.981%
0.721
2.908
- Basah ke Kering Tanur = × 100% = 1.745%
1.667

5. Volumetrik (L x T x R)
- Basah = 4.168 × 2.132 × 2.100 = 18.661%
- Kering Udara = 4.080 × 2.100 × 2.080 = 17.821%
- Kering Tanur = 4.080 × 2.070 × 2.065 = 17.440%
6. Penyusutan Volumetrik
18.661−17.821
- Basah ke Kering Udara = × 100% = 4.499%
18.661
17.821−17.440
- Kering Udara ke Kering Tanur = × 100% = 2.139%
17.821
18.661−17.440
- Basah ke Kering Tanur = × 100% = 6.542%
18.661

- Berat Jenis Kering Tanur


𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑦𝑢 0.763
BJ sampel A = = = 0.763
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 1

VI. PEMBAHASAN
Penyusutan kayu lebih penting diketahui sebab dapat menyebabkan kayu menjadi
retak, pecah, melengkung, bergelombang, memuntir, dan lain sebagainya. Sedangkan
Sunandar (2007) menyatakan bahwa penyusutan kayu perlu diketahui untuk
menentukan bagaimana teknik pengeringan yang tepat dilakukan. Kayu dengan
tingkat penyusutan yang tinggi, proses pengeringannya harus dilakukan secara hati-
hati untuk mencegah terjadinya perubahan bentuk. Lebih lanjut, penyusutan dapat
digunakan untuk menentukan ketepatan fungsi dari suatu kayu, yaitu sebagai bahan
konstruksi, furniture, kerajinan, bahan pembuatan kertas, atau sebagainya. Kayu
memiliki sifat anisotropis yaitu memiliki nilai penyusutan yang berbeda-beda pada
setiap arah bidang. Arah bidang kayu tersebut meliputi tangensial, radial, dan
longitudinal. Tangensial merupakan arah penyusutan searah dengan arah lingkaran
pertumbuhan, dimana besar penyusutan pada arah ini adalah 4,3% - 14% atau rata-
rata 10%. Radial merupakan arah penyusutan searah dengan jari-jari kayu atau
memotong tegak lurus lingkaran pertumbuhan, yang besar penyusutan pada arah ini
berkisar antara 2,1% - 8,5% atau rata-rata 5%. Dan longitudinal merupakan arah
penyusutan searah dengan panjang kayu atau serat batang kayu. Penyusutan pada arah
ini berkisar antara 0,1% - 0,3% (Prawirohatmodjo, 2001).
Perubahan dimensi berupa penyusutan ataupun pengembangan ini memiliki
hubungan dengan kadar air, berat jenis, dan sifat kimia kayu. Besarnya penyusutan
dan pengembangan dipengaruhi oleh banyaknya air dalam dinding sel yaitu pada saat
kadar air antara nol sampai titik jenuh serat. Hubungan antara penyusutan dan
kandungan air pada dasarnya adalah linier. Dimana kadar air yang berkurang drastis
(sangat banyak) akan membuat penyusutan semakin besar dan membuat dimensinya
semakin kecil. Hal ini dikarenakan air dalam rongga sel ataupun dinding sel berkurang
banyak, sehingga volume akhirnya menjadi berkurang drastis. Sedangkan untuk yang
berat jenis, besarnya penyusutan dan pengembangan sebanding dengan besarnya
kerapatan atau berat jenis kayu tersebut. Kembang susut pada kayu dengan berat jenis
yang lebih tinggi akan lebih besar dibandingkan dengan kembang susut pada kayu
dengan berat jenis yang lebih rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena pada kayu
dengan berat jenis tinggi, air yang ditampung pada dinding sel lebih banyak. Dimana
apabila air yang ditampung dalam dinding sel tersebut berkurang atau keluar, maka
akan terjadi penyusutan pada kayu tersebut. Di samping itu, sifat kimia kayu seperti
kandungan ekstraktif pada kayu juga mempunyai hubungan terhadap perubahan
dimensi pada kayu. Kandungan ekstraktif yang besar dapat mengurangi
pengembangan dan penyusutan. Hal ini terjadi karena masuknya zat ekstraktif
mengisi dinding sel kayu sehingga air akan sulit untuk mengisi ruang-ruang pada
dinding sel tersebut.
Dumail dan Castera (1997) menjelaskan bahwa nilai anisotropis untuk kayu
juvenile bervariasi antara 1,4 hingga 3. Nilai anisotropis kayu yang besar
menyebabkan deformasi kayu saat dikeringkan (Shmulsky dan Jones, 2011).
Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh Praptoyo (2010), penyusutan dimensi
kayu ini dari kondisi awal ke kondisi kering udara hingga kering tanur menunjukkan
angka yang sangat tinggi, yaitu melebihi penyusutan kayu normal (kayu dewasa) yang
berkisar antara 0,1-0,2%. Oleh sebab itu, menurut Prawirohatmodjo (dalam Praptoyo,
2010) kayu juvenil umumnya lebih rendah daripada kayu dewasa, maka kayu juvenil
tidak baik untuk penggunaan sebagai kayu konstruksi karena penyusutan
longitudinalnya tinggi kayu reaksi merupakan kayu yang terbentuk akibat tekanan
seperti adanya tiupan angin yang kencang, salju, pergeseran tanah dan lain-lain. Kayu
reaksi dibagi dua berdasarkan jenis tumbuhannya, yaitu kayu tarik (tension wood)
pada kayu daun lebar dan kayu tekan (compression wood) pada kayu daun jarum.
Kayu tekan memiliki penyusutan longitudinal yang cukup besar yaitu 6-7% bila
dibandingkan dengan kayu normal dengan penyusutan 1-2%. Kayu tekan biasanya
dihindari dalam produk kayu gergajian karena penyusutan longitudinalnya yang
tinggi dan sifat-sifat kekuatannya yang tidak teratur dan kecenderungan
memperlihatkan bentuk patah yang tidak teratur karena mudah terjadi puntiran atau
pecah-pecah. Kadar lignin tinggi, kadar selulosa rendah. Sama halnya dengan kayu
tekan, kayu tarik memiliki kandungan selulosa yang tinggi, panjang serat relatif
pendek, sel pembuluh sedikit dan kecil, kandungan lignin yang rendah, memiliki
daerah kristalin yang tinggi, berat jenis lebih tinggi dari kayu normal, dan memiliki
penyusutan longitudinal lebih besar dibandingkan kayu normal (Yunianti, 2020).
Berdasarkan teori, penyusutan pada arah longitudinal kurang lebih sebesar 0,1-
0,3 %, nilai tersebut sangat kecil sehingga kadang tidak terlalu diperhitungkan. Arah
radial sebesar 2,1-8,5 %. Arah tangensial memiliki nilai penyusutan terbesar yaitu
4,3-14 %. Terdapat beberapa teori yang menyebabkan penyusutan arah radial lebih
kecil dari arah tangensial antara lain teori kayu awal dan akhir, teori penahan oleh
jari-jari, dan banyaknya noktah pada dinding sel. Berdasarkan hasil pengolahan data
yang telah dilakukan, dapat diketahui nilai penyusutan kayu pada kondisi segar ke
kering udara serta pada kondisi segar ke kering tanur di arah bidang radial,
longitudinal, dan tangensial.
Berdasarkan data dan hasil perhitungan, didapatkan hasil yaitu nilai rata-rata
penyusutan total untuk masing-masing dimensi pada kondisi segar ke kondisi kering
udara yaitu pada longitudinal sebesar 1,888 %, tangensial sebesar 3,154 %, dan radial
sebesar 2,044 %. Serta pada penyusutan volumetrik didapatkan hasil sebesar 6,924
%. Pada kondisi kering udara ke kondisi kering tanur, penyusutan pada masing-
masing arah yaitu pada longitudinal sebesar 0,012%, tangensial sebesar 2,133%, dan
radial sebesar 1,777%. Serta pada penyusutan volumetrik didapatkan hasil sebesar
3,855%. Pada kondisi segar ke kondisi kering tanur, penyusutan pada masing-masing
arah yaitu pada longitudinal sebesar 1,901%, tangensial sebesar 5,216%, dan radial
sebesar 3,800%. Serta pada penyusutan volumetrik sebesar 10,546%.
Kemudian diperoleh pula nilai T/R atau rasio penyusutan. Nilai T/R pada kondisi
basah ke kering udara yaitu sampel A sebesar 1.576, sampel B sebesar 1,164, sampel
C sebesar 0.737, sampel D sebesar 2,364, dan sampel E sebesar 3,309. Kemudian
pada kondisi kering udara ke kering tanur yaitu sampel A sebesar 1.981, sampel B
sebesar 2.187, sampel C sebesar 0.093, sampel D sebesar 1.623, dan sampel E sebesar
1.889. Kemudian pada kondisi basah ke kering tanur yaitu sampel A sebesar 1.745,
sampel B sebesar 0.479, sampel C sebesar 0.421, sampel D sebesar 1.773 dan sampel
E sebesar 2.275. Rasio penyusutan T/R ini menunjukkan stabilitas dimensi suatu jenis
kayu. Kayu yang baik untuk penggunaan memerlukan syarat kestabilan dimensi
dengan angka rasio T/R yang rendah dan angka-angka penyusutan arah tangensial dan
arah radial yang rendah pula. Kayu dengan T/R rasio 1 menunjukkan kestabilan yang
sempurna karena penyusutan di arah tangensial dan radial seimbang. Sebaliknya,
kayu dengan T/R rasio lebih dari 2 mengindikasikan bahwa dimensi kayu tersebut
tidak stabil karena permukaan tangensialnya akan mengecil atau mengembang
sebesar tiga kali lipat dari permukaan radialnya.

VII. KESIMPULAN
Pada praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Penyusutan kayu dilakukan dengan cara mengukur dimensi suatu sampel uji
kayu pada ketiga arah utamanya (longitudinal, tangensial, dan radial) di saat kondisi
basah, kering udara, dan kering tanur. Besar penyusutan merupakan rasio dari
perubahan dimensi terhadap dimensi maksimum kayu yang dinyatakan dalam
persen (%). Penyusutan pada kayu dapat terjadi pada penyusutan arah utama sumbu
kayu maupun penyusutan pada volume.
2. Penyusutan kayu terjadi pada arah tangensial, radial dan longitudinal.
Penyusutan dimensi pada tiga arah berbeda yaitu longitudinal, tangensial dan radial
dipengaruhi oleh sifat anisotropis kayu. Sehingga nilai-nilai penyusutan pada tiap
arah memiliki nilai yang berbeda. Nilai penyusutan kayu terbesar adalah pada
bidang tangensial
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Dumail, J. F. dan P. Castera. 1997. Transverse Shrinkage in Maritime Pine Juvenile
Wood. Wood Science and ~Technology Journal. Vol. 31. Hal. 251-264.
Springer-Verlag.
Haygreen J.G J.L Bowyer, 2009. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar
(Terjemahan Sutjipto, AH), Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
Haygreen J.G dan Bowyer J.L. 2003. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar.
Terjemahan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Praptoyo, H. 2010. Sifat Anatomi dan Sifat Fisika Kayu Mindi (Melia azedarach
Linn) dari Hutan Rakyat di Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kehutanan, 4(1), 21-
27.
Prawirohatmodjo, S. 2001. Sifat Fisika Kayu.Yayasan Pembinaan Kehutanan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Shmulsky, R dan P. D. Jones, 2011, Forest Products and Wood Science, An
Introduction, Sixth Ed., Wiley-Blackwell, Oxford, UK.
Sunandar, A. D. (2007). Physical and Mechanical Properties of Pasir-pasir Wood
(Xanthophyllum SP) From North Sumatera. Jurnal Pemuliaan Tanaman
Hutan, 1(3), 131-137.
Tsoumis, G. 1991. Woods as Raw Material, Sources, Structure Chemical
Composition Growth Degradation and Identification. Oxford London :
Pergamon Press.
Yunianti, A.D., Syahidah, dan Agussalam.2020. Buku Ajar Ilmu Kayu. Makassar :
Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin.
LAMPIRAN
Tabel 4.5. Tabel Rekapitulasi Pengukuran Sampel 2×2×4 cm

Tanggal 2 Maret 3 Maret 6 Maret 7 Maret 8 Maret 9 Maret 10 Maret 13 Maret 14 Maret
najwa,
nailly, neha, novita, akhian, munika, ghossani, nailly, Novita, najwa,
Pengukur
ghossani, niara neha aslam nabilah bintang nadia nabilah nadia
akhian
Kode
A 21.286 19.264 15.492 14.683 14.344 13.899 13.774 13.549 13.482
B 21.588 20.228 17.182 16.092 15.327 14.586 14.319 13.908 13.815
C 22.574 21.390 19.268 18.498 17.916 17.340 17.070 16.608 16.493
D 20.392 19.298 17.202 16.455 15.942 15.373 14.999 14.290 14.148
E 19.832 18.240 15.860 15.085 14.631 14.185 13.887 13.502 13.409

Tanggal 15 Maret 16 Maret 17 Maret 20 Maret 21 Maret 24 Maret 27 Maret 28 Maret 29 maret 30 maret
niara,
niara, najwa,
munika,
munika, novita,
nailly, neha, nabilah,
Penguku munika, ghossani, akhian, nailly,nov akhian, ghossani,
aslam, nadia,
r nailly bintang aslam ita bintang aslam
akhian, nailly, nailly
neha
ghossani, neha
bintang
Kode BKT

A 13.479 13.427 13.403 13.408 13.417 11.840 11.865 11.738 11.726 11.743

B 13.800 13.730 13.708 13.707 13.171 12.133 12.154 12.020 12.003 12.027

C 16.481 16.381 16.354 16.349 16.346 14.680 14.614 14.407 14.357 14.370

D 14.093 14.005 13.980 13.985 13.498 12.230 12.233 12.107 12.099 12.120

E 13.392 13.328 13.306 13.313 11.634 11.634 11.634 11.543 11.541 11.551
Gambar 4.1 Disk Kayu trrembesi

Gambar 4.2 menimbang kayu dengan


menggunakan timbangan digital

Anda mungkin juga menyukai