Anda di halaman 1dari 25

Dosen : Prof. Dr. Suriyansyah, M.Pd., Ph. D.

Mata Kuliah : Analisis Kebijakan

TUGAS INDIVIDU
PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM RANGKAN
MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH

OLEH

MASITHA

NIM : 2220111320025

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2023

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN................................................................................................3
II. PERMASALAHAN............................................................................................5
III. PEMBAHASAN................................................................................................7
A. Pengertian Peran Serta Masyarakat...........................................................7
B. Komponen-Komponen dan Tingkat Peran Serta Masyarakat.................10
C. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat....................................................12
D. Peran dan Partisipasi Orang Tua dan Masyarakat..................................14
E. Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat......................................17
IV. KESIMPULAN................................................................................................20
V. SARAN-SARAN..............................................................................................21
VI. DAFTAR REFERENSI...................................................................................22

ii
I. PENDAHULUAN

Sekolah dan masyarakat merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan.
Karena keduanya saling membutuhkan. Sekolah ada karena masyarakat dan
masyarakatlah yang berpartisipasi dalam pendidikan di sekolah. Keterlibatan
masyarakat dalam pendidikan akan mempengaruhi pendidikan itu sendiri. Maju
dan tidaknya pendidikan tergantung dari bagaimana dan sejauh mana masyarakat
memandang pendidikan. Partisipasi dari merekalah yang membuat
pendidikan penting. Banyak sekali hal yang dapat dilakukan masyarakat dalam
pendidikan.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan, tidak hanya dalam hal mendidik
anak. Apalagi orang tua dan sekolah bersama-sama untuk mencerdaskan mereka.
Tetapi banyak hal dan hubungan yang dapat dilakukan bersama-sama. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan yang mendidik anak-anak yang nantinya akan hidup
sebagai anggota masyarakat yang terdiri atas bermacam-macam golongan, jabatan,
status sosial dan bermacam-macam pekerjaan, sangat memerlukan adanya adanya
hubungan kerjasama itu. Selain itu, partisipasi masyarakat juga diharapkan dalam
hal perubahan dalam pendidikan. Masyarakat diharapkan dapat memberikan kritik
dan saranyang membangun dalam pendidikan di sekolah demi majunya sebuah
pendidikan. Karena masyarakat juga menginginkan agar sekolah bisa memberi
pengaruh positif terhadap perkembangan masyarakat terutama untuk
meningkatkan perkembangan putra-putri mereka. Maka dari itu, perlu adanya
pengelolaan yang baik dalam hubungan antara masyarakat dan sekolah
agar tercipta pendidikan yang baik dan berkualitas.
Peningkatan mutu pada sekolah menjadi tanggung jawab antara pemerintah
dengan masyarakat. Tolok ukur mutu pendidikan didasarkan kepada kondisi output
dan outcome yang memenuhi syarat dalam menghadapi tuntutan zaman (Haryono,
2014). Suatu lembaga pendidikan disebut bermutu jika telah terjalin kepuasan
pelanggan atas jasa yang diberikan oleh lembaga pendidikan itu (Anis, Rudi &
Fajar, 2021). Lembaga pendidikan atau sekolah harus menjaga hubungan baik
dengan masyarakat agar keberadaannya tetap terjaga. Karena pada dasarnya,

3
4

sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat terpisahkan dari lingkungan
masyarakat, begitu juga sebaliknya. Hubungan sekolah dengan masyarakat
ialah bentuk komunikasi yang dilakukan atas dasar kesamaan tanggung jawab
dan tujuan (Mulyasa, 2007). Pelaksanaan hubungan masyarakat tidak menunggu
adanya permintaan masyarakat, tetapi sekolah/ lembaga pendidikan berusaha secara
aktif (jemput bola), serta mengambil inisiatif untuk melakukan berbagai aktivitas
agar tercipta hubungan dan kerjasama harmonis (Suriansyah, 2015).
Hubungan sekolah dan masyarakat merupakan fungsi yang sangat
penting dalam pengelolaan pendidikan, karena keberhasilan suatu lembaga
pendidikan juga sangat ditentukan oleh berfungsi atau tidaknya humas
pendidikan. Sekolah berada di tengah-tengah masyarakat yang menjadi tumpuan
harapan masyarakat untuk kemajuan mereka. Untuk dapat menjalankan fungsi
ini hubungan sekolah dengan masyarakat harus selalu baik. Dengan demikian
terdapat kerja sama serta situasi saling membantu antara sekolah, pemerintah,
dan masyarakat. Relasi tanggung jawab itu tidak dapat dilaksanakan apabila
hubungan sekolah dan masyarakat tidak terjalin dengan baik. Pendidikan
merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh besar terhadap kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu sangat diperlukan hubungan yang baik antara pihak
sekolah dengan masyarakat. Lingkungan masyarakat yang terjadi di sekitar
lingkungan pendidikan ini berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Sehingga
pihak sekolah sangat berkontribusi besar untuk penyelenggaraan pendidikan
yang berkualitas dengan membangun relasi antara masyarakat sekitar dengan pihak
sekolah.
Keberadaan lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga tingkat yang
tinggi yang semakin banyak secara tidak langsung menimbulkan persaingan
yang sangat ketat. Hal itu mengakibatkan beberapa sekolah menjadi pilihan yang
favorit orang tua dalam menyekolahkan anaknya. Sehingga sekolah yang kurang
favorit tidak akan terekspos lagi dan semakin tenggelam seiring berjalan waktu.
Maka dari itu untuk mengekspos/memunculkan kembali, perlu adanya bantuan
atau peran serta dari masyarakat.
5

Heath dan Mc Laughlin dalam (Suriansyah, 2015) menyatakan bahwa


keterlibatan orangtua murid dan masyarakat di sekolah sangat penting sebab
problem pencapaian prestasi/mutu pendidikan dan keberhasilan akademik menuntut
sumber-sumber yang sangat besar yang sering berada di luar kemampuan sekolah
bahkan juga di luar kemampuan orangtua. Mereka mengidentifikasi bahwa
perubahan demografi orangtua murid dan keluarga bervariasinya perkembangan
diantara siswa merupakan alasan bahwa sekolah dan keluarga secara sendiri tidak
dapat menyediakan sumber yang cukup untuk meyakini bahwa semua anak
mendapatkan pengalaman dan dukungan dalam mencapai kesuksesan di sekolah
dan masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, mengisyarakatkan bahwa orang tua murid dan
masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk berpartisipasi, turut memikirkan dan
memberikan bantuan dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah. Oleh sebab
itu, masyarakat sangat berkepentingan dengan mutu lulusan yang dihasilkan
sekolah, karena merekalah yang nantinya akan menggunakan lulusan. Lulusan yang
bermutu akan memberikan keuntungan bagi masyarakat, sementara mutu lulusan
yang rendah akan merugikan masyarakat dan bahkan akan menjadi beban bagi
masyarakat. Oleh karena itulah paradigma sekolah berbasis masyarakat merupakan
suatu keharusan, untuk itu maka karjasama yang harmonis dan keterlibatan
masyarakat dalam pendidikan menjadi suatu yang mutlak dilakukan oleh sekolah
dan masyarakat.

II. PERMASALAHAN

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi seseorang untuk


kelangsungan hidup seseorang tersebut di masa yang akan datang. Namun tidak
semua masyarakat di Indonesia menganggap bahwa pendidikan itu sangatlah
penting. Pandangan masyarakat terhadap pendidikan ternyata memiliki keragaman
terutama dalam pandangan terhadap pendidikan formal.
Masyarakat pada dasarnya cenderung berpartisipasi dalam pembangunan
pendidikan, tetapi disisi lain tidak mudah untuk mengajak masyarakat
berpartisipasi. Hambatan yang dialami oleh sekolah untuk mengajak partisipasi
6

masyarakat dalam perbaikan mutu pendidikan membuktikan, belum sepenuhnya


disadari sebagai tanggung jawab bersama. Realitas tersebut menguatkan asumsi
sepenuhnya bahwa partisipasi tidak mudah diwujudkan, karena ada hambatan yang
bersumber dari pemerintah dan masyarakat.
Mengapa hal tersebut masih terjadi, kuncinya ada pada menajemen sekolah
yang masih menganggap masyarakat sebagai pelengkap saja bukan komponen
pendidikan yang memberi pengaruh besar terhadap mutu sekolah. Keterlibatan
masyarakat dalam memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan secara
kelembagaan belum berjalan sebagaimana mestinya. Padahal sudah ada model
manajemen berbasis sekolah yang diterapkan di Indonesia yang hal itu dikenal
dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan model manajemen yang
memberikan otonomi dan fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah,
mendorong partisipasi langsung warga sekolah baik guru, siswa, kepala sekolah
dan karyawan, masyarakat dan orang tua siswa dalam pengelolaan pendidikan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah (Assidiq, 2014).
Menurut Melani, Lubis & Darwin (2022) manajemen berbasis sekolah
berupaya untuk memperkuat akuntabilitas sekolah kepada orang tua,
masyarakat, dan pemerintah dalam hal mutu sekolah. Manajemen berbasis sekolah
(MBS) merupakan suatu perubahan paradigma dalam pengelolaan pendidikan
disekolah. Pelaksanaan MBS memberikan otonomi kepada sekolah dan
mendorong sekolah untuk mengajak masyarakat dan orang tua siswa untuk
berpartisipasi, sehingga diharapkan muncul tanggung jawab terhadap
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah (Budimansyah, 2008).
Selanjutnya, Abdul Hadis dan Nurhayati (2010) dalam bukunya
Manajemen Mutu Pendidikan menyampaikan bahwa tanpa adanya kerjasama yang
baik dengan berbagai pihak lembaga pendidikan tidak akan mampu berjalan
sendiri dalam menjalankan proses belajar mengajar agar dapat menghasilkan
peserta didik yang bermutu.
Dari pihak pemerintah, faktor yang menghambat partisipasi masyarakat
dalam pendidikan  dapat berupa:
7

1. Lemahnya komitmen politik para pengambil keputusan di daerah untuk


secara sungguh-sungguh melibatkan masyarakat dalam pengambilan
keputusan yang menyangkut pelayanan public.
2. Lemahnya dukungan SDM yang dapat diandalkan untuk
mengimplementasikan strategi peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan publik.
3. Rendahnya kemampuan lembaga legislative dalam mengaktualisasikan
kepentingan masyarakat.
4. Lemahnya dukungan angggaran, karena kegiatan partisipasi public sering
kali hanya dilihat sebagai proyek, maka pemerintah tidak menjalankan
dana secara berkelanjutan
Sedangkan dari pihak masyarakat, faktor penghambat partisipasi dalam
pendidikan muncul karena beberapa hal, antara lain:
1. Budaya paternalism yang dianut oleh masyarakat menyulitkan untuk
melakukan diskusi secara terbuka.
2. Apatisme karena selama ini masyarakat jarang dilibatkan dalam pembuatan
keputusan oleh pemerintah daerah.
3. Tidak adanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
4. Hambatan kultural, yaitu masih adanya sebagian masyarakat yang
menganggap bahwa pendidikan formal bertentangan dengan adat mereka,
misalnya saja pada masyarakat Samin yang menganggap bahwa orang yang
pintar hanya akan membuat orang membodohi orang lain.
5. Hambata georafis, misalya jauhnya lokasi sekolah yang diikuti oleh tidak
adanya fasilitas transportasi dan akses jalan yang mendukung untuk
mencapai sekolah.
6. Mahalnya biaya pendidikan, terutama pada pendidikan tingkat atas dan
perguruan tinggi.

III. PEMBAHASAN
8

A. Partisipasi Masyarakat
Menurut Made Pidarta (2019) partisipasi adalah pelibatan seseorang atau
beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan
mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang
dimilikinya untuk berinisiatif dalam segala kegiatan yang dilaksankan serta
mendukung percepatan tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan.
Menurut Mustaqim (2016), mengemukakan bahwa anggota masyarakat yang
ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan hendaknya bersifat
sukarela, karena sadar akan adanya keharusan untuk terlibat dalam kegiatan
penyelenggaraan pendidikan.
Selanjutnya, Mikkelsen dalam (Aziz, 2008) membagi partisipasi menjadi
enam pengertian, yaitu: 1) partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat
kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan, 2) partisipasi adalah
“pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan
menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan, 3)
partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri, 4) partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang
mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan
menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu, 5) partisipasi adalah
pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan
persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar memperoleh informasi mengenai
konteks lokal dan dampak-dampak sosial, 6) partisipasi adalah keterlibatan
masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.
Partisipasi adalah suatu inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan
terwujud sebagai suatu kegiatan nyata jika ada kemauan, kemampuan dan
kesempatan (Evianah, 2023). Partisipasi juga berarti bahwa setiap warga negara
mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun
melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partispasi
menuntut adanya pemahaman yang sama dari madrasah dan orang tua dalam
tujuan sekolah. Artinya, tidak cukup dipahami oleh madrasah bahwa partisipasi
sebagai bagian yang penting bagi keberhasilan madrasah dalam peningkatan mutu,
9

karena tujuan mutu menjadi sulit diperoleh jika pemahaman siswa, orang tua dan
guru menunjukkan kesenjangan pengetahuan tentang mutu. Artinya, partisipasi
orang tua dalam peningkatan mutu dapat berhasil jika ada pemahaman yang sama
antar sekolah dan keluarga dalam menjadikan anak berprestasi sebagai tujuan
pendidikannya.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan, menurut Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 54, dinyatakan bahwa:
1. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta
perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan.
2. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksana dan
pengguna hasil pendidikan.
3. Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
Sedangkan menurut Pasal 56, partisipasi pendidikan meliputi :
1. Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang
meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan,
melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah,
2. Komite sekolah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan
dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan
pada tingkat satuan pendidikan.
Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan sangat penting
karena masyarakat dituntut untuk menentukan arah dan strategi dalam pencapaian
tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan sikap dan budaya masyarakat
setempat. Partisipasi masyarakat di sekolah meliputi perencanaan, pengawasan dan
evaluasi program pendidikan. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan dalam proses rencana pendidikan, biasanya dilakukan melalui
10

musyawarah untuk mencapai mufakat, bertujuan untuk memilih alternatif dalam


perencanaan pelaksanaan pendidikan.
Dari uraian di atas dapat dsimpulkan bahwa lingkup partisipasi masyarakat
menyeluruh, mulai dari perencanaan sampai evaluasi. Nampak bahwa masyarakat
dan pendidikan saling berkaitan dan saling topang. Sehingga keberhasilan
pendidikan bukan saja menjadi tanggung jawab penyelenggara pendidikan saja,
tetapi juga merupakan tanggung jawab masyarakat.
B. Pengertian Peran Serta Masyarakat
Kerjasama yang baik dengan masyarakat umum sangat penting bagi
sekolah karena dengan kerjasama yang baik akan memudahkan sekolah untuk
mendapatkan dukungan atau partisipasi aktif dari orang tua peserta didik dan
masyarakat umumnya dalam penyelenggara pendidikan di sekolah (Al-Kadri,
2019). Menurut Ubben, Hughes & Norris dalam (Gistituati, 2013), kinerja
sekolah yang baik (tinggi) sangat memerlukan dukungan dari masyarakat dalam
bentuk apapun. Lebih lanjut Keith dan Girling dalam (Gistituati, 2013)
menyatakan bahwa sekolah akan mendapatkan banyak kesulitan jika tidak
melibatkan masyarakat di dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta
didiknya. Menurut (Wuriyanto, 2013), peran serta masyarakat adalah kontribusi,
sumbangan, dan keikutsertaan masyarakat dalam menunjang upaya peningkatan
mutu pendidikan.
Kemitraan pendidikan yang dikembangkan berdasarkan pada orientasi
pemikiran bahwa pendidikan yang bermutu merupakan tanggung jawab
bersama antara sekolah, orang tua dan masyarakat dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat. Sekolah adalah bagian dari institusi sosial yang
berusaha memberikan pengaruh positif kepada anaknamun memiliki banyak
keterbatasan. Sementara itu, masyarakat memiliki banyak sumber belajar yang
dapat manfaatkan melalui sekolah untuk mengatasi keterbatasan tersebut
melalui outdoor learning (Fatchur, Suyata & Azis, 2016).
Dari pendapat para ahli yang telah dijelaskan tadi, dapat disimpulkan
bahwa peran serta masyarakat adalah suatu kegiatan keikutsertaan, kontribusi,
11

dan partisipasi dari masyarakat baik berupa barang/jasa dalam upaya


meningkatkan mutu pendidikan.
C. Komponen-Komponen dan Tingkat Peran Serta Masyarakat
Menurut Arief Budi Wuryanto, dalam (Kriswandani, 2013),
memaparkan bahwa peran serta masyarakat terdiri atas beberapa komponen-
komponen yaitu:
1. Tokoh masyarakat, yaitu para orang tua siswa atau anggota masyarakat
lain yang peduli terhadap pendidikan. Mereka berasal dari berbagai
kelompok, golongan, pekerjaan, dan profesi.
2. Tokoh agama, seperti para ulama, ustadz, pendeta, dan rohaniwan lainnya.
3. Dunia usaha dan dunia industri, seperti para pemilik usaha toko, pabrik,
dealer kendaraan bermotor, dan wiraswastawan yang berada di lingkungan
sekolah.
4. Lembaga sosial budaya, seperti organisasi profesi, organisasi sosial, para
pemuka adat, RT, RW, PKK, bahkan organisasi seni budaya.
Kemudian, mengenai tingkatan peran masyarakat. Tingkatan peran ini
sangat erat kaitannya dengan pengubahan cara pandang masyarakat terhadap
pendidikan. Tentu saja itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Akan tetapi,
bila tidak sekarang dilakukan dan dimulai, kapan rasa memiliki, kepedulian,
keterlibatan, dan peran serta aktif masyarakat dengan tingkatan maksimal dapat
diperoleh dunia pendidikan.
Ada 7 tingkatan peran serta masyarakat (dirinci dari tingkat partisipasi
terendah ke tinggi), yaitu sebagai berikut:
a. Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Jenis
ini adalah jenis yang paling umum Pada tingkatan ini masyarakat
hanya memanfaatkan jasa sekolah untuk mendidik anakanak mereka.
b. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga.
Pada jenis ini masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan
pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang, atau
tenaga.
12

c. Peran serta secara pasif. Masyarakat dalam tingkatan ini menyetujui dan
menerima apa yang diputuskan pihak sekolah (komite sekolah), misalnya
komite sekolah memutuskan agar orang tua membayar iuran bagi anaknya
yang bersekolah dan orang tua menerima keputusan itu dengan
mematuhinya.
d. Peran serta melalui adanya konsultasi. Pada tingkatan ini, orang tua datang
ke sekolah untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami
anaknya.
e. Peran serta dalam pelayanan. Orang tua/masyakarat terlibat dalam kegiatan
sekolah, misalnya orang tua ikut membantu sekolah ketika ada studi tur,
pramuka, kegiatan keagamaan, dsb.
f. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan. Misalnya sekolah meminta
orang tua/masyarakat untuk memberikan penyuluhan pentingnya
pendidikan, masalah jender, gizi, dsb. Dapat pula misalnya,
berpartisipasi dalam mencatat anak usia sekolah di lingkungannya agar
sekolah dapat menampungnya, menjadi nara sumber, guru bantu, dsb.
g. Peran serta dalam pengambilan keputusan. Orang tua/ masyarakat terlibat
dalam pembahasan masalah pendidikan baik akademis maupun non
akademis, dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam Rencana
Pengembangan Sekolah (Astawa, 2017)
D. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat
Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan, menurut
Rodliyah, (2013) di antaranya:
1. Mengawasi perkembangan pribadi dan proses belajar putra-putrinya di
rumah dan jika perlu memberikan laporan dan berkonsultasi dengan pihak
sekolah, hal ini memang agak jarang dilakukan oleh orang tua siswa,
mengingat kesibukan bekerja atau karena alasan lain.
2. Menyediakan fasilitas belajar di rumah dan membimbing putra-putrinya
agar belajar dengan penuh motivasi dan perhatian,
3. Menyediakan perlengkapan belajar yang dibutuhkan untuk belajar di
lembaga pendidikan sekolah,
13

4. Berusaha melunasi SPP dan bantuan pendidikan lainnya,


5. Memberikan umpan balik kepada sekolah tentang pendidikan, terutama
yang menyangkut keadaan putra-putrinya,
6. Bersedia datang ke sekolah jika diundang atau diperlukan di sekolah,
7. Ikut berdiskusi memecahkan masalah-masalah pendidikan, seperti sarana,
pra sarana, kegiatan, keuangan, program kerja dan lain sebagainya,
8. Membantu fasilitas-fasilitas belajar yang dibutuhkan sekolah dalam
memajukan proses pembelajaran,
9. Meminjamkan alat-alat yang dibutuhkan sekolah untuk berpraktek, jika
sekolah memerlukannya,
10. Bersedia menjadi tenaga pelatih atau narasumber jika diperlukan oleh
sekolah,
11. Menerima para siswa dengan senang hati jika mereka belajar di lingkungan
masyarakat, misalnya praktikum,
12. Memberikan layanan atau penjelasan kepada siswa yang sedang belajar di
masyarakat,
13. Menjadi responden yang baik dan jujur terhadap penelitian-penelitian
siswa dan lembaga pendidikan,
14. Bagi ahli pendidikan, bersedia menjadi ekspert dalam membina lembaga
pendidikan yang berkualitas,
15. Bagi hartawan, bersedia menjadi donatur untuk pengembangan sekolah,
16. Ikut memperlancar komunikasi pendidikan,
17. Mengajukan usul-usul untuk perbaikan pendidikan,
18. Ikut mengontrol jalannya pendidikan sebagai bentuk kontrol sosial, \
19. Bagi tokoh-tokoh masyarakat, bersedia menjadi partner manajemen
pendidikan dalam mempertahankan dan memajukan lembaga pendidikan,
20. Ikut memikirkan dan merealisasikan kesejahteraan personalia pendidikan.
Menurut (Refly, 2022) pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Selanjutnya, (Kriswandani,
2013) mengklasifikasikan bentuk-bentuk partisipasi masyarakat menjadi tiga
kelompok, diantaranya:
14

1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pendidikan.


Perencanaan pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Karena dari sanalah keseluruhan dari
pelaksanaan hingga kualitas dan kompetensi output pendidikan
ditentukan. Mengingat pendidikan adalah dari masyarkat dan untuk
masyarakat, maka partisipasi masyarkat dalam perencanaan sangatlah
penting artinya. Dalam perumusan visi misi ini masyarakat sangat
penting ikut terlibat untuk menemukan apa sebenarnya yang menjadi
persoalan dan kebutuhan di tengah-tengah masyarakat.
2. Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
Hal penting yang harus melibatkan masyarakat dalam pendidikan
adalah pada penyelenggaraan pendidikan. Yang dimaksud dengan
penyelenggaraan pendidikan antara lain adalah penerimaan siswa baru,
pengadaan guru, pengadaan sarana dan prasarana, dan pengawasan.
Dengan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan,
masyarakat dapat mengontrol penyelenggaraan tersebut Dengan
dukungan penuh dari masyarakat, pendidikan akan dapat berjalan dengan
efesien dan bahkan cenderung akan dapat menunjang perkembangan
pendidikan ke arah yang lebih baik.
3. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi pendidikan.
Dalam pendidikan, evaluasi juga merupakan hal yang sangat
penting. Dari evaluasi ini, diharapkan dapat tergambar seluruh aktifitas
yang dilakukan sekolah dalam rangka menjalankan program-programnya.
Lewat pelaksanaan evaluasi akan diketahui apa saja kelebihan dan
kekurangan-kekurangan yang ada. Selanjutnya dicarikan tindak lanjut
berupa penanggulangan dan perbaikan terhadap kekurangankekurangannya
dan pengembangan terhadap kelebihan-kelebihannya. Keterlibatan
masyarakat dalam evaluasi menjadi hal penting karena merekalah pada
dasarnya objek yang membutuhkan keberadaan pendidikan. Atas dasar
kebutuhan dan semangat untuk meningkatkan taraf hidup merekalah
15

pendidikan diselenggarakan. Tidak hanya dalam perspektif pengelola


pendidikan namun juga dalam perspektif masyarakat sebagai “costumer”.
E. Peran dan Partisipasi Orang Tua dan Masyarakat
Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan program pendidikan bagi

peserta didik tidak hanya di tentukan oleh apa yang dilakukan dan yang disediakan

sekolah untuk peserta didiknya, seperti kurikulum yang sempurna, proses

belajar mengajar yang efektif yang dilakukan guru, serta sarana dan prasarana

pendidikan yang lengkap saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga

peserta didik dan masyarakat sekitar (Hadiyanto, 2016).


1. Partisipasi Orang Tua
Ada tiga model partisipasi orang tua yaitu: Protective atau
Separate Responsibililies, School to Home Transmision atau Sequential
Responsibilities, dan Curriculum Enrichment, serta Partnership atau
School Responsibilities (Elliot dalam Pruitt 2003: 21-27; Swap dalam
Christenson, 2002: 15-17; dalam Slameto dan Kriswandani).
Keberhasilan pendidikan siswa tidak dapat hanya
mengandalkan proses pembelajaran di sekolah, tetapi juga harus
dikembangkan di lingkungan keluarga. Keluarga merupakan tempat
siswa lebih banyak mendapatkan penanaman nilai-nilai religius, sosial,
maupun sikap, sedangkan sekolah terbatas pada jam pelajaran. Orang tua
harus membiasakan kehidupan keluarga sebagaimana dilaksanakan di
sekolah. Hal ini membuat sekolah perlu bekerja sama dengan orang
tua untuk memonitoring perkembangan siswa sehingga akan cepat
diketahui jika ada kemajuan atau sebaliknya kemunduran. (Dodi &
Sugiyono, 2016).
2. Partisipasi Orang Tua dalam Perencanaan Pengembangan Sekolah.
Menurut (Suriansyah dan Aslamiah, 2015) salah satu strategi
pembentukan karakter dari perspektif strategi orang tua dan masyarakat
adalah melalui komunikasi efektif, melibatkan orang tua dan
16

masyarakat dalam merumuskan kebijakan pembentukkan karakter


siswa serta melakukan pengawasan bersama terhadap perilaku siswa di
sekolah dan di lingkungan rumah.
Beberapa strategi dalam meningkatkan peran serta masyarakat
dalam mengembangkan pendidikan menurut, Arifin (2022) dapat dilakukan
dengan: Revitalisasi peran Komite, Pemanfaatan lembaga dan media sosial,
Pendidikan Keluarga. Selanjutnya Fauzi, 2018 dalam peneltiannya
mengungkapkan salah satu strategi yang dilakukan Kepala
Madrasah/Sekolah untuk meningkatkan partispasi masyarakat dalam
bidang Pendidikan, diataranya: 1). Mengadakan pertemuan dan menjalin
silaturahmi dengan orang tua murid dan masyarakat, 2). Melakukan
kunjungan ke rumah murid yang dilakukan pihak sekolah, 3). Melakukan
pendekatan melalui tokoh masyarakat yang cukup berpengaruh. 4).
Publisitas dan sosialisasi sekolah, 5) Menawarkan atau memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi.
Partisipasi orang tua dalam proses pendidikan di sekolah ini
nampaknya memberikan pengaruh yang besar bagi kemajuan sekolah, Hal
ini secara tegas dinyatakan oleh (Nia Amalia, 2011) dalam penelitianya
bahwa perkembangan program sekolah akan lebih cepat jika melibatkan
orang tua di dalam prosesnya, ini akan mendapatkan hasil yang maksimal,
yang menunjukkan betapa pentingnya peran serta orang tua dalam
pendidikan anak, baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan
masyarakat.
3. Peran Serta Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama
Peran tokoh masyarakat dan tokoh agama bukan saja hanya
bantuan berupa uang tetapi juga bantuan secara suka rela membimbing
siswa. Oleh sebab itu program-program yang dibuat oleh sekolah perlu
didiskusikan oleh tokoh masyarakat dan agama agar berorientasi pada
peningkatan mutu. Selain itu, ( Nurhasanah, 2017) menyatakan bahwa
keterlibatan masyarakat untuk mengawasi lembaga pendidikan ini
menjadi acuan semangat bagi lembaga pendidikan untuk terus
17

memperbaiki kualitas pendidikannya, karena bagaimanapun proses


pendidikan itu tidak hanya terjadi di lembaga pendidikan tetapi di
lingkungan keluarga dan masyarakatlah yang lebih dominan.
4. Peran Serta Kelembagaan Sosial Budaya
Kelompok kelembagaan sosial seperti paguyuban orang tua
siswa, lembaga keagamaan, PKK, kelompok bisnis, organisasi profesi,
puskesmas dapat berperan serta dalam menuangkan tenaga, pikiran,
keahlian, dana dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nur Kholis,
dkk. 2014) menemukan bahwa salah satu pelajaran yang dapat dipetik
adalah bahwa partisipasi orang tua (paguyuban kelas) yang
teratur dalam kelas menunjukkan perubahan penting dalam proses
pendidikan dan dalam keterbukaan sekolah terhadap masyarakat.
Pelajaran penting lain yang dapat diambil adalah bahwa keterlibatan
masyarakat dalam hampir seluruh kegiatan sekolah dapat meningkatkan
derajat kepemilikan para stakeholders.
5. Komite sekolah
Komite sekolah adalah organisasi yang mewadahi dan
menyalurkan aspirasi masyarakat yang peduli terhadap pendidikan (Fatah,
2003). Tugas utama komite sekolah ialah membantu penyelanggaraan
pendidikan di sekolah dalam kapasitasnya sebagai pemberi
pertimbangan, pendukung program, pengontrol, dan bahkan me-diator.
Untuk memajukan pendidikan di sekolah, komite sekolah membantu
sekolah dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar, manajemen
sekolah, kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana sekolah,
pembiayaan pendidikan, dan mengkoordinasikan peran serta seluruh
lapisan masyarakat.
Dalam perannya sebagai badan yang memberikan pertimbangan
atau nasihat, komite sekolah dalam fungsi perencanaan pendidikan
memiliki peran mengidentifikasi sumber daya pendidikan yang ada di
sekolah serta memberikan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan
18

RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah) termasuk


dalam rapat RAPBS. Dalam pengelolaan terhadap sumber daya pendidikan,
antara lain: SDM, sarana dan prasarana,dan alokasi anggaran, komite
sekolah berperan sebagai mengindentifikasi berbagai pontensi sumber daya
pendidikan yang ada dalam masyarakat. (Lilys Febriana, 2019).
F. Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai salah satu
aktivitas yang mendapat kedudukan setera dengan kegiatan pengajaran,
pengelolaan keuangan, pengelolaan kesiswaan dan sebagainya yang harus
direncanakan dan dikelola dan dievaluaisi dengan baik. (Suriansyah, 2015).
Kepala Sekolah merupakan salah satu bagian penting dalam struktur
komite sekolah di dalam suatu sekolah, olehnya itu seorang Kepala Sekolah tidak
dapat dipisahkan dari unsur sekolah itu sendiri, sebagai penentu kebijakan Kepala
Sekolah juga harus mengfungsikan perannya secara maksimal dan mampu
memimpin sekolah. Dari hasil penelitian yang dilakukan (Nova, 2018) adapun
upaya strategi Kepala Sekolah dalam membangun hubungan sekolah dengan
masyarakat, diataranya: (1) menjalin mitra kerjasama dengan instansi lain atau
instansi non-pendidikan seperti Puskesmas, (2) mengkomunikasikan program
sekolah yang akan dilakukan kepada pihak-pihak terkait seperti komite sekolah,
orangtua dan masyarakat sekitar sekolah melalui tokoh masyarakat seperti lurah,
ketua RT, dan ketua RW, (3) keterbukaan informasi antara sekolah dengan
orangtua peserta didik dan masyarakat agar tidak terjadi perbedaan persepsi
tentang sekolah ataupun sekolah kepada masyarakat.
Menurut (Suriansyah 2015) adapun hubungan sekolah/lembaga
pendidikan dengan masyarakat sebenarnya bertujuan sebagai berikut:
1. Kualitas pembelajaran.
Kualitas lulusan sekolah dalam aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor hanya akan dapat tercipta melalui proses pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas yang berkualitas. Tidak akan ada kualitas lulusan
yang baik tanpa proses pembelajaran yang baik. Kualitas proses
pembelajaran ditentukan oleh berbagai aspek tidak hanya oleh guru semata
19

tetapi merupakan akumulasi dari berbagai faktor termasuk faktor orangtua


murid.
2. Kualitas hasil belajar siswa.
Kualitas belajar siswa akan tercapai apabila terjadi kebersamaan
persepsi dan tindakan antara sekolah, masyarakat dan orangtua siswa.
Dengan demikian dukungan mereka akan semakin besar. Besarnya
dukungan orangtua terhadap proses pendidikan dan pembelajaran ini akan
dapat memberikan kontribusi kepada sekolah dalam mengatasi masalah-
masalah pembelajaran yang dihadapi sekolah. Karena itu peningkatan
kemitraan sekolah dengan orangtua murid dan masyarakat merupakan
prasyarat yang tidak dapat ditinggalkan dalam konteks peningkatan mutu
hasil belajar.
3. Kualitas pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik akan dapat optimal
apabila ditangani secara bersama antara sekolah dengan orangtua murid.
Karena banyak hal khususnya data dan informasi tentang anak yang
diperlukan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak justru
berada di orangtua. Tanpa informasi yang tepat dan akurat, maka upaya
bantuan yang diberikan akan sangat mungkin tidak tepat.
4. Kualitas masyarakat (orangtua murid) itu sendiri.
Kualitas masyarakat akan dapat dibangun melalui proses
pendidikan dan hasil pendidikan yang handal. Lulusan yang berkualitas
merupakan modal utama dalam membangun kualitas masyarakat di masa
depan.
Menurut Nurul (2018), menyatakan bahwa dalam membangun citra
pada lembaga pendidikan maka perlu adanya manajemen hubungan masyarakat,
sebagai suatu jasa yang berperan penting demi berkembangannya suatu lembaga
pendidikan, disamping menjalankan perannya atas program-program lembaga,
lembaga perlu mengadakan public opinion atau kita kenal dengan opini publik.
Sementara itu, menurut (Rachmat, dkk. 2019) sasaran hubungan sekolah
dengan masyarakat diantaranya:
20

1. Sebagai perantara komunikasi dari internal sekolah dengan


masyarakat selaku kolega sekolah mencapai kejayaan sekolah dalam
menciptakan peserta didik yang cerdas, berkarakter mampu mengamalkan
ilmu yang diperolehnya dalam menggerakkan masyarakat;
2. Menciptakan interaksi yang harmonis dengan elemen masyarakat agar
mendapatkan dukungan terhadap penyelenggaran pendidikan; dan
3. Mencari aspirasi dan simpati dari masyarakat.
Untuk dapat menggalang dukungan masyarakat agar bersedia dan turut
mendukung lembaga pendidikan, Suriansyah (2015) mengemukakan beberapa isu
yang menarik sebagai persyarakatnya sebagai berikut:
1. Isu memang benar-benar penting dan berarti bagi masyarakat.Isu sebaiknya
dalam lingkup yang terbatas lebih dahulu serta isu tersebut memiliki
kekhasan.
2. Isu harus tetap mencerminkan adanya tujuan perubahan yang lebih besar
dalam jangka panjang.
3. Isu yang diungkapkan memiliki landasan untuk membangun kerjasama
lebih lanjut di masa depan.
4. Apabila memungkinkan ajak beberapa tokoh masyarakat untuk
merumuskan isu penting yang perlu dianggap sebagai dasar untuk
membangun kerjasama dan dukungan.
Kemudian, hal yang sama dikemukakan oleh Suriansyah (2015) agar
dukungan masyarakat terhadap lembaga pendidikan (sekolah) benar-benar
memiliki meaning fullness, maka kerjasama dengan kelompok pendukung tersebut
harus benar-benar efektif. Adapun beberapa ciri-ciri kerjasama dalam suatu
kelompok dengan para pendukung yang efektif, yaitu:
1. Terfokus pada tujuan atau sasaran yang disepakati.
2. Tegas dalam menetapkan jenis isu yang akan digarap/ditanggulangi serta di
antisipasi bersama.
3. Ada pembagian peran dan tugas yang jelas di antara semua partisipan
4. Juga dinamika dalam setiap proses kerjasama, karena itu kelenturan
(fleksibelitas) harus benar-benar dijaga.
21

5. Adanya mekanisme komunikasi yang baik dan lancar, dan jelas, sehingga
semua tahu harus menghubungi siapa tentang apa dan pada saat kapan serta
di mana.
6. Dibentuk untuk jangka waktu tertentu yang jelas

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan materi diatas, dapat disimpulkan bahwa


peningkatan partisipasi masyarakat dalam memajukan mutu pendidikan sekolah
dapat dilakukan dengan cara:
1. Mengadakan pertemuan dan menjalin silaturahmi dengan orang tua murid
dan masyarakat,
2. Melakukan kunjungan ke rumah murid yang dilakukan pihak sekolah,
3. Melakukan pendekatan melalui tokoh masyarakat yang cukup berpengaruh.
4. Publisitas dan sosialisasi sekolah,
5. Menawarkan atau memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi.
Strategi peningkatan peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan:
revitalisasi peran komite, pemanfaatan lembaga dan media sosial, dan peningkatan

V. SARAN-SARAN

Peran serta masyarakat merupakan suatu kegiatan keikutsertaan,


kontribusi, dan partisipasi dari masyarakat baik berupa barang/jasa dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Persoalan mutu pendidikan telah menjadi
salah satu kendala dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,
salah satu solusi yang dapat diterapkan, diataranya:
- Dengan partisipasi masyarakat dan orang tua siswa dalam pengelolaan
pendidikan di sekolah dengan menerapkan konsep manajemen berbasis sekolah.
- Keterlibatan masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
terbagi menjadi dua, yaitu: 1). Keterlibatan secara individual; seperti membuka
kesempatan dan konsultasi seluasluasnya bagi orang tua peserta
22

didik/masyarakat untuk datang ke sekolah memberikan masukan dan saran


berupa program sekolah. 2) Keterlibatan secara organisatoris; yaitu keterlibatan
melalui komite sekolah, organisasi alumni, dunia usaha/kerja, dan melalui
hubungan dengan instansi lain.
- Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan program pendidikan tidak akan
berjalan lancar dan membawa dampak positif terhadap mutu pendidikan di
sekolah, tanpa melibatkan masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan salah
satu bagian kontrol pengawasan dalam mengawal peningkatan mutu
pendidikan.
- Melalui dorongan serta persaingan yang sehat antar sekolah akan meningkatkan
dalam hal mutu pendidikan yang akan diperoleh. Di era modern ini sumua
dapat diakses dengan mudah, olehnya itu dibutuhkan lembaga pendidikan
yang unggul, karena sekolah yang tidak mengikuti perkembangan kemajuan
pendidikan akan tertinggal dari berbagi pengetahuan dan pengembangan,
tentunya sebagai pengguna dalam hal ini siswa dan orang tua akan lebih
memilih sekolah yang unggul dan berkuaitas.

VI. DAFTAR REFERENSI

Amalia, Nia. 2011. Pemberdayaan Peran Serta Orangtua Dalam Pengembangan


Program Sekolah Di SD Insan Teladan Parung Bogor. Jakarta : Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah. Retrieved from
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/1532

Amri, Sofan S.Pd. 2013. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan
Menengah. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Anis Farida, Rudi W., Fajar Supanto. (2021). Model Sistem Informasi Manajemen
Terpadu Untuk Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan. JAMP: Jurnal
Administrasi dan Manajemen Pendidikan, Volume 4, Nomor 1 Maret 2021:
24 – 31. Retrieved from http://journal2.um.ac.id/index.php/jamp/

Arifin Bustanul. 2022. Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan (Kajian Pada
Sekolah Menengah: SMPN 1 Malang, SMPN 10 Malang, SMP Plus Al
Kautsar). Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan dan Sosial HumanioraVol.2, No.2
Juni 2022.
23

Assidiq, dkk.2014. Implementasi MBS Dalam Upaya Meningkatkan Mutu


Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol 2, Nomor 1, April 2014

Astawa, I. N. T. (2017). Memahami Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam


Kemajuan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jurnal: Jurnal Penjaminan
Mutu, Volume 3. No.2 Agustus 2017, 197–205. Retrieved from
https://doi.org/10.25078/jpm.v3i2.200

Budimansyah, Dasim. 2008. Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Penguatan


Partisipasi Masyarakat. Jurnal: Educationist Vol. II No. 1 Januari 2008.

Dodi A. Kurniadi, Sugiyono. (2016). Strategi Sekolah Dalam Mewujudkan Visi


Dan Misi SMA Di Kecamatan Kasihan Bantul. Jurnal Akuntabilitas
Manajemen Pendidikan. Volume 4, No. 2, September 2016 (179-193).
Retrieved from http://journal.uny.ac.id/index.php/jamp

Evianah, N., Dia Ushofa, U., & Afnan, A. (2023). Partisipasi Masyarakat Dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan Di Min 2 Mojokerto. Ziyadah: Jurnal
Nasional Penelitian Dan Pembelajaran PAI, 3(1), 13-33. Retrieved from
https://jurnal.stituwjombang.ac.id/index.php/ziyadah/article/view/944

Fatah, Nanang. (2003). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Bani


Quraisy.

Fatchur Rohman, Suyata, Azis S. Kuntoro. (2016). Kemitraan Pendiddikan Di Era


Otonomi Daerah. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi.
Volume 4, No 2, Desember 2016 (115-129). Retrieved from
http://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa

Fauzi Dasrul. (2018). Strategi Kepala Madrasah untuk Meningkatkan Partisipasi


Masyarakat dalam Bidang Pendidikan di MTs Ma’had Islamy Kota
Payakumbuh.  Al-Fikrah: Jurnal Manajemen Pendidikan. Vol 6, No. 2 Tahun
2018. Retrieved from https://doi.org/10.31958/jaf.v6i2.1395

Gistituati, N. (2013). Manajemen Sekolah: Manajemen Program Non


Akademik Dan Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat. Padang: UNP
Press.

Hardjono Haryono, “Peningkatan Partisipasi Masyarakat Untuk Mewujudkan


Pendidikan Berkualitas. Jurnal ABDIMAS, Vol. 18 No. 1 Juni 2014. 27.

Kristina Feby, Afriansyah Hade. (2019). Supervisi. Hubungan Sekolah Dengan


Masyarakat Padang. Retrieved from https://osf.io/caju9/download/?
format=pdf

Kriswandani, S. dan. (2013). Komunikasi Pendidik dengan Orangtua, Sesama


Pendidik dan Masyarakat. Retrieved from
24

http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/BA_DIPBPJJ_BATCH_
1/Manajemen BerbasisSekolah/ UNIT 3.pdf

Lilys Febriana. (2019). Peranan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu


Pendidikan Di MAN 1 Palembang. Jurnal PAI Raden Fatah Vol . 1 No. 2
April 2019. Retrieved from https://doi.org/10.19109/pairf.v1i2.3234

Made Pidarta. (2019). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Renika Cipta.

Meilani Herni, M. Joharis Lubis, Darwin. (2022) Implementasi Manajemen


Berbasis Sekolah (MBS) di dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jurnal:
Basicedu Vol 6, No. 3 Tahun 2022. Retrieved from
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2840

Mulyani, A. (2012). Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Terhadap
Mutu Pembelajaran Pada SMK Se-kabupaten Purwakarta. Jurnal:
Adminisistrasi Pendidikan, 14(1).

Mulyasa, H. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Muslim, Aziz. (2008). Metodologi Pengembangan Masyarakat. Yogyakarta: UIN


Sunan Kalijaga.

Mustaqim, 2016. Partisipasi Masyarakat Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.


Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial. Vol. 10, No. 1 Maret 2016.
Retrieved from
https://ejournal.iaingawi.ac.id/index.php/almabsut/article/view/118/86

Nova S. Ariyanti, Yusuf A. Sobri, Desi E. (2018). Kepemimpinan Kepala Sekolah


Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. JAMP: Jurnal Adminitrasi dan
Manajemen Pendidikan. Volume 1 Nomor 1 Maret 2018, 1-6. Retrieved
from http://journal2.um.ac.id/index.php/jamp/

Nur Kholis, Zamroni, Sumarno. (2014). Mutu Sekolah Dan Budaya Partisipasi
Stakeholders. Jurnal: Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi.
Volume 2, Nomor 2, 2014. Retrieved from
http://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa

Nurhasanah, N. (2017). Peran Masyarakat dalam Lembaga Pendidikan. Fondatia:


Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Maret 2017, 61-67. Retrieved
from https://doi.org/10.36088/fondatia.v1i1.87

Nurul Yuli Wahyuni, 2018. Pencitraaan: Upaya Membangun Public Opinion bagi
Lembaga Pendidikan Islam. Vol 2, No. 1 Tahun 2018. Al-Tanzim : Jurnal
Pendidikan Islam. https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index
25

Rachmat Satria, Supriyanto A., Timan A., Amirul Maulana A., (2019).
Peningkatan Mutu Sekolah melalui Manajemen Hubungan Masyarakat.
Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan. Volume 7, Nomor 2,
September 2019 (199 -207). Retrieved from
https://doi.org/10.21831/amp.v7i2.26018.

Refly Sumendap. (2022). Peran Public Relations Antara Sekolah Dan Masyarakat
Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Sekolah Dasar: (Studi Kasus Di
Sekolah Dasar Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa).
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal. Volume 08, (1), January
2022. Retrieved from https://doi.org/10.37905/aksara.8.1.655-662.2022

Satya Sastraharing. Partisipasi Masyarakat Dalam Perkembangan Pendidikan


Melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Jurnal Iahntp : Vol 03, No. 02
Tahun 2019.

Suriansyah A., (2001). Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat. Diktat Bahan


Kuliah pada Program Studi Administrai Pendidikan, FKIP Unlam.
Banjarmasin: FKIP Unlam

Suriansyah A., (2015). Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat:


Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.

Suriansyah A., Aslamiah, Sulistiyana. (2015). Profesi KePendidiKan: “PersPeKtif


Guru Profesional”. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Suriansyah A., Aslamiah. (2015). Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Guru,


Orang Tua, dan Masyarakat Dalam Membentuk Karakter Siswa. Cakrawala
Pendidikan: Juni 2015, Th. XXXIV, No. 2. Retrieved from
https://doi.org/10.21831/cp.v2i2.4828

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai