TUGAS INDIVIDU
PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM RANGKAN
MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH
OLEH
MASITHA
NIM : 2220111320025
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2023
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN................................................................................................3
II. PERMASALAHAN............................................................................................5
III. PEMBAHASAN................................................................................................7
A. Pengertian Peran Serta Masyarakat...........................................................7
B. Komponen-Komponen dan Tingkat Peran Serta Masyarakat.................10
C. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat....................................................12
D. Peran dan Partisipasi Orang Tua dan Masyarakat..................................14
E. Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat......................................17
IV. KESIMPULAN................................................................................................20
V. SARAN-SARAN..............................................................................................21
VI. DAFTAR REFERENSI...................................................................................22
ii
I. PENDAHULUAN
Sekolah dan masyarakat merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan.
Karena keduanya saling membutuhkan. Sekolah ada karena masyarakat dan
masyarakatlah yang berpartisipasi dalam pendidikan di sekolah. Keterlibatan
masyarakat dalam pendidikan akan mempengaruhi pendidikan itu sendiri. Maju
dan tidaknya pendidikan tergantung dari bagaimana dan sejauh mana masyarakat
memandang pendidikan. Partisipasi dari merekalah yang membuat
pendidikan penting. Banyak sekali hal yang dapat dilakukan masyarakat dalam
pendidikan.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan, tidak hanya dalam hal mendidik
anak. Apalagi orang tua dan sekolah bersama-sama untuk mencerdaskan mereka.
Tetapi banyak hal dan hubungan yang dapat dilakukan bersama-sama. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan yang mendidik anak-anak yang nantinya akan hidup
sebagai anggota masyarakat yang terdiri atas bermacam-macam golongan, jabatan,
status sosial dan bermacam-macam pekerjaan, sangat memerlukan adanya adanya
hubungan kerjasama itu. Selain itu, partisipasi masyarakat juga diharapkan dalam
hal perubahan dalam pendidikan. Masyarakat diharapkan dapat memberikan kritik
dan saranyang membangun dalam pendidikan di sekolah demi majunya sebuah
pendidikan. Karena masyarakat juga menginginkan agar sekolah bisa memberi
pengaruh positif terhadap perkembangan masyarakat terutama untuk
meningkatkan perkembangan putra-putri mereka. Maka dari itu, perlu adanya
pengelolaan yang baik dalam hubungan antara masyarakat dan sekolah
agar tercipta pendidikan yang baik dan berkualitas.
Peningkatan mutu pada sekolah menjadi tanggung jawab antara pemerintah
dengan masyarakat. Tolok ukur mutu pendidikan didasarkan kepada kondisi output
dan outcome yang memenuhi syarat dalam menghadapi tuntutan zaman (Haryono,
2014). Suatu lembaga pendidikan disebut bermutu jika telah terjalin kepuasan
pelanggan atas jasa yang diberikan oleh lembaga pendidikan itu (Anis, Rudi &
Fajar, 2021). Lembaga pendidikan atau sekolah harus menjaga hubungan baik
dengan masyarakat agar keberadaannya tetap terjaga. Karena pada dasarnya,
3
4
sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat terpisahkan dari lingkungan
masyarakat, begitu juga sebaliknya. Hubungan sekolah dengan masyarakat
ialah bentuk komunikasi yang dilakukan atas dasar kesamaan tanggung jawab
dan tujuan (Mulyasa, 2007). Pelaksanaan hubungan masyarakat tidak menunggu
adanya permintaan masyarakat, tetapi sekolah/ lembaga pendidikan berusaha secara
aktif (jemput bola), serta mengambil inisiatif untuk melakukan berbagai aktivitas
agar tercipta hubungan dan kerjasama harmonis (Suriansyah, 2015).
Hubungan sekolah dan masyarakat merupakan fungsi yang sangat
penting dalam pengelolaan pendidikan, karena keberhasilan suatu lembaga
pendidikan juga sangat ditentukan oleh berfungsi atau tidaknya humas
pendidikan. Sekolah berada di tengah-tengah masyarakat yang menjadi tumpuan
harapan masyarakat untuk kemajuan mereka. Untuk dapat menjalankan fungsi
ini hubungan sekolah dengan masyarakat harus selalu baik. Dengan demikian
terdapat kerja sama serta situasi saling membantu antara sekolah, pemerintah,
dan masyarakat. Relasi tanggung jawab itu tidak dapat dilaksanakan apabila
hubungan sekolah dan masyarakat tidak terjalin dengan baik. Pendidikan
merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh besar terhadap kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu sangat diperlukan hubungan yang baik antara pihak
sekolah dengan masyarakat. Lingkungan masyarakat yang terjadi di sekitar
lingkungan pendidikan ini berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Sehingga
pihak sekolah sangat berkontribusi besar untuk penyelenggaraan pendidikan
yang berkualitas dengan membangun relasi antara masyarakat sekitar dengan pihak
sekolah.
Keberadaan lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga tingkat yang
tinggi yang semakin banyak secara tidak langsung menimbulkan persaingan
yang sangat ketat. Hal itu mengakibatkan beberapa sekolah menjadi pilihan yang
favorit orang tua dalam menyekolahkan anaknya. Sehingga sekolah yang kurang
favorit tidak akan terekspos lagi dan semakin tenggelam seiring berjalan waktu.
Maka dari itu untuk mengekspos/memunculkan kembali, perlu adanya bantuan
atau peran serta dari masyarakat.
5
II. PERMASALAHAN
III. PEMBAHASAN
8
A. Partisipasi Masyarakat
Menurut Made Pidarta (2019) partisipasi adalah pelibatan seseorang atau
beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan
mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang
dimilikinya untuk berinisiatif dalam segala kegiatan yang dilaksankan serta
mendukung percepatan tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan.
Menurut Mustaqim (2016), mengemukakan bahwa anggota masyarakat yang
ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan hendaknya bersifat
sukarela, karena sadar akan adanya keharusan untuk terlibat dalam kegiatan
penyelenggaraan pendidikan.
Selanjutnya, Mikkelsen dalam (Aziz, 2008) membagi partisipasi menjadi
enam pengertian, yaitu: 1) partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat
kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan, 2) partisipasi adalah
“pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan
menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan, 3)
partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri, 4) partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang
mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan
menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu, 5) partisipasi adalah
pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan
persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar memperoleh informasi mengenai
konteks lokal dan dampak-dampak sosial, 6) partisipasi adalah keterlibatan
masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.
Partisipasi adalah suatu inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan
terwujud sebagai suatu kegiatan nyata jika ada kemauan, kemampuan dan
kesempatan (Evianah, 2023). Partisipasi juga berarti bahwa setiap warga negara
mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun
melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partispasi
menuntut adanya pemahaman yang sama dari madrasah dan orang tua dalam
tujuan sekolah. Artinya, tidak cukup dipahami oleh madrasah bahwa partisipasi
sebagai bagian yang penting bagi keberhasilan madrasah dalam peningkatan mutu,
9
karena tujuan mutu menjadi sulit diperoleh jika pemahaman siswa, orang tua dan
guru menunjukkan kesenjangan pengetahuan tentang mutu. Artinya, partisipasi
orang tua dalam peningkatan mutu dapat berhasil jika ada pemahaman yang sama
antar sekolah dan keluarga dalam menjadikan anak berprestasi sebagai tujuan
pendidikannya.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan, menurut Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 54, dinyatakan bahwa:
1. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta
perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan.
2. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksana dan
pengguna hasil pendidikan.
3. Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
Sedangkan menurut Pasal 56, partisipasi pendidikan meliputi :
1. Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang
meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan,
melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah,
2. Komite sekolah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan
dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan
pada tingkat satuan pendidikan.
Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan sangat penting
karena masyarakat dituntut untuk menentukan arah dan strategi dalam pencapaian
tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan sikap dan budaya masyarakat
setempat. Partisipasi masyarakat di sekolah meliputi perencanaan, pengawasan dan
evaluasi program pendidikan. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan dalam proses rencana pendidikan, biasanya dilakukan melalui
10
c. Peran serta secara pasif. Masyarakat dalam tingkatan ini menyetujui dan
menerima apa yang diputuskan pihak sekolah (komite sekolah), misalnya
komite sekolah memutuskan agar orang tua membayar iuran bagi anaknya
yang bersekolah dan orang tua menerima keputusan itu dengan
mematuhinya.
d. Peran serta melalui adanya konsultasi. Pada tingkatan ini, orang tua datang
ke sekolah untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami
anaknya.
e. Peran serta dalam pelayanan. Orang tua/masyakarat terlibat dalam kegiatan
sekolah, misalnya orang tua ikut membantu sekolah ketika ada studi tur,
pramuka, kegiatan keagamaan, dsb.
f. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan. Misalnya sekolah meminta
orang tua/masyarakat untuk memberikan penyuluhan pentingnya
pendidikan, masalah jender, gizi, dsb. Dapat pula misalnya,
berpartisipasi dalam mencatat anak usia sekolah di lingkungannya agar
sekolah dapat menampungnya, menjadi nara sumber, guru bantu, dsb.
g. Peran serta dalam pengambilan keputusan. Orang tua/ masyarakat terlibat
dalam pembahasan masalah pendidikan baik akademis maupun non
akademis, dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam Rencana
Pengembangan Sekolah (Astawa, 2017)
D. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat
Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan, menurut
Rodliyah, (2013) di antaranya:
1. Mengawasi perkembangan pribadi dan proses belajar putra-putrinya di
rumah dan jika perlu memberikan laporan dan berkonsultasi dengan pihak
sekolah, hal ini memang agak jarang dilakukan oleh orang tua siswa,
mengingat kesibukan bekerja atau karena alasan lain.
2. Menyediakan fasilitas belajar di rumah dan membimbing putra-putrinya
agar belajar dengan penuh motivasi dan perhatian,
3. Menyediakan perlengkapan belajar yang dibutuhkan untuk belajar di
lembaga pendidikan sekolah,
13
peserta didik tidak hanya di tentukan oleh apa yang dilakukan dan yang disediakan
belajar mengajar yang efektif yang dilakukan guru, serta sarana dan prasarana
pendidikan yang lengkap saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga
5. Adanya mekanisme komunikasi yang baik dan lancar, dan jelas, sehingga
semua tahu harus menghubungi siapa tentang apa dan pada saat kapan serta
di mana.
6. Dibentuk untuk jangka waktu tertentu yang jelas
IV. KESIMPULAN
V. SARAN-SARAN
Amri, Sofan S.Pd. 2013. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan
Menengah. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Anis Farida, Rudi W., Fajar Supanto. (2021). Model Sistem Informasi Manajemen
Terpadu Untuk Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan. JAMP: Jurnal
Administrasi dan Manajemen Pendidikan, Volume 4, Nomor 1 Maret 2021:
24 – 31. Retrieved from http://journal2.um.ac.id/index.php/jamp/
Arifin Bustanul. 2022. Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan (Kajian Pada
Sekolah Menengah: SMPN 1 Malang, SMPN 10 Malang, SMP Plus Al
Kautsar). Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan dan Sosial HumanioraVol.2, No.2
Juni 2022.
23
Evianah, N., Dia Ushofa, U., & Afnan, A. (2023). Partisipasi Masyarakat Dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan Di Min 2 Mojokerto. Ziyadah: Jurnal
Nasional Penelitian Dan Pembelajaran PAI, 3(1), 13-33. Retrieved from
https://jurnal.stituwjombang.ac.id/index.php/ziyadah/article/view/944
http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/BA_DIPBPJJ_BATCH_
1/Manajemen BerbasisSekolah/ UNIT 3.pdf
Mulyani, A. (2012). Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Terhadap
Mutu Pembelajaran Pada SMK Se-kabupaten Purwakarta. Jurnal:
Adminisistrasi Pendidikan, 14(1).
Nur Kholis, Zamroni, Sumarno. (2014). Mutu Sekolah Dan Budaya Partisipasi
Stakeholders. Jurnal: Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi.
Volume 2, Nomor 2, 2014. Retrieved from
http://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa
Nurul Yuli Wahyuni, 2018. Pencitraaan: Upaya Membangun Public Opinion bagi
Lembaga Pendidikan Islam. Vol 2, No. 1 Tahun 2018. Al-Tanzim : Jurnal
Pendidikan Islam. https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index
25
Rachmat Satria, Supriyanto A., Timan A., Amirul Maulana A., (2019).
Peningkatan Mutu Sekolah melalui Manajemen Hubungan Masyarakat.
Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan. Volume 7, Nomor 2,
September 2019 (199 -207). Retrieved from
https://doi.org/10.21831/amp.v7i2.26018.
Refly Sumendap. (2022). Peran Public Relations Antara Sekolah Dan Masyarakat
Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Sekolah Dasar: (Studi Kasus Di
Sekolah Dasar Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa).
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal. Volume 08, (1), January
2022. Retrieved from https://doi.org/10.37905/aksara.8.1.655-662.2022